Anda di halaman 1dari 20

Pneumonia pada Anak

Christanti Elliavani
102014212
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Celliavani97@gmail.com

Abstrak
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah parenkim paru yang
mengenai jaringan paru-paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstisial yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Cara penularan melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak
langsung melalui peralatan yang terkontaminasi pada saluran pernafasan. Selain itu, anak
dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang kali atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna dan akhirnya akan menyebabkan terjadinya
komplikasi.
Kata Kunci : pneumonia, infeksi saluran nafas, paru-paru
Abstract
Pneumonia is a respiration tract infection on down side lung parenchyma which
contaminate lung tissues such as alveoli and interstitial tissue caused by bacterias,
viruses, parasitic fungi, and the other unknown objects. The transmission through saliva
splashed, direct contact through mouth and undirect contact through hospital equipments
which contaminated to respiration tract. In addition, children with impaired durability
will suffer from repeated pneumonia or unable to cope with the disease and will
eventually cause the onset of complications.
Key Word : pneumonia, respiratory tract infection, the lungs

Pendahuluan
Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana alveolus yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer terinflamasi dan terisi oleh cairan.
Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai
akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol,
namun penyebab yang paling sering ialah serangan bakteria Streptococcus pneumoniae,
atau pneumokokus. Sebelum penemuan dari antibiotik-antibiotik, satu per tiga dari semua
orang-orang yang telah mengembangkan pneumonia sesudah itu meninggal dari infeksi.
Saat ini, lebih dari tiga juta orang-orang mengembangkan pneumonia setiap tahun di
Amerika. Lebih dari setengah juta dari orang-orang ini diopname disebuah rumah sakit
untuk perawatan. Meskipun kebanyakan dari orang-orang ini sembuh, kira-kira 5% akan
meninggal dari pneumonia. Pneumonia adalah pemimpin ke enam penyebab kematian di
Amerika. Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia dan
mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh
akan tetapi pneumonia juga bisa menyerang kaum muda yang bertubuh sehat. Saat ini di
dunia penyakit pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanakkanak dan merupakan satu penyakit serius yang merenggut nyawa beribu-ribu warga tua
setiap tahun. Diagnosis pneumonia secara klinis umumnya mudah ditegakkan. Tanda dan
gejalanya sangat khas yakni bila ditemukan demam, batuk berdahak (sputum yang
produktif) atau nyeri dada. Diagnosis lebih meyakinkan bila didapatkan infiltrat pada
pemeriksaan foto rontgen paru dan penemuan mikroba penyebabnya.1
Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari
rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien apa bila pasien dalam
keadaan sadar penuh (autoanamnesis) atau secara tidak langsung apa bila pasien dalam
keadaan tidak sadar atau sulit untuk diwawancarai (alloanamnesis). Tujuan dari
anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
Informasi yang dimaksud adalah data medis selain itu tujuan yang tidak kalah penting

adalah membina hubungan dokter pasien yang profesional dan optimal.2,3 Karena pasien
masih anak-anak maka anamesis akan dilakukan antara dokter dan ibu atau orang
terdekat pasien.
1. Identitas
Nama,tempat dan tanggal lahir, umur
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat
sehingga mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis.
Untuk kasus ini keluhan utamanya adalah sesak nafas sejak 2 hari yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tahapan ini penting untuk menanyakan beberapa penyebab kronologi atau
perjalanan penyakit, gambaran atau deskripsi keluhan utama, keluhan atau gejala
penyerta dan usaha berobat. Bisa ditanyakan seperti :
-

Jika anak tersebut mengeluh sesak, tanyakan sudah berapa lama?


Bagaimana awalnya bisa terjadi sesak?
Sesak nya mendadak atau bertahap?
Apa yang sedang dilakukan pasien pada saat awal gejala(berbaring, berlari,

berjalan, dsb)?
Sesak terus-menerus atau pada waktu tertentu saja?
Apakah disertai lemah, demam, batuk pilek?
Apakah batuk berdahak? Warna dahaknya? Banyak atau tidak?
Apakah ada faktor yang memperburuk?
Apa yang memicunya atau meredakannya (postur tubuh, obat, atau oksigen)?
Adakah gejala penyerta (nyeri dada, palpitasi, hemoptisis, mengi, demam/sifat

demam).4
Bagaimana nafsu makan nya?
Apakah ada penurunan berat badan?

Dari kasus tersebut kita mendapati demam naik turun dan batuk pilek sejak 1
minggu lalu. Selain itu, Batuk disertai dahak berwarna kuning dan juga nafsu
makan menurun.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Tujuannya untuk mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit dahulu secara
lengkap.
-Apakah anak dulu nya pernah merasakan keluhan yang sama seperti ini?
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tujuannya untuk menanyakan riwayat penyakit yang diderita keluarga pasien
tidak hanya penyakit orang tuanya saja, tetapi juga riwayat kakek/nenek,
paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain. Pada kasus ini bisa ditanyakan :
-

Apakah dikeluarga punya riwayat penyakit paru?


Adakah di keluarga mengalami keluhan yang sama yang sama seperti anak

sebelumnya?
Adakah ibu nya punya alergi?

6. Riwayat sosial atau pribadi


Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadi
penyebab penyakit yang kini diderita pasien tersebut.
-

Apakah anak sudah di imunisasi lengkap?


Kebiasaan merokok (misal, dalam keluarga satu rumah), adakah orang

dirumah yang merokok?


Bagaimana keadaan rumah nya? Apakah anak tinggal dirumah yang sempit
atau tidak?

7. Riwayat Alergi
- Apakah anak ada riwayat alergi obat, makanan, debu, udara dingin, cuaca?
8. Riwayat pengobatan
- Sebelumnya pernah minum obat? Bila sudah, obat apa yang dipakai? Ada
perbaikan setelah minum obat?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pertama pada pasien dilakukan dengan melihat keadaan umum
pasien, mencakup keadaan sakit (termasuk posisi pasien), kesadaran, status gizi. Keadaan
4

sakit pasien meliputi apakah pasien tidak tampak sakit, sakit ringan, sedang, ataukah
berat. Status gizi pasien, terutama dilihat bagaimana proporsi atau postur tubuhnya,
apakah baik, kurus, atau gemuk.5 Setelah itu di periksa tanda-tanda vital pasien.
Pada kasus di dapatkan kesadaran anak compos mentis, berat 12 kg, frekuensi nafas
55x/menit, denyut nadi 110x/menit, suhu 38,5C.
1. Inspeksi
Pada inspeksi harus diperhatikan bentuk thoraks dan pergerakannya, keadaan sela
iga (pada pneumonia sela iga akan mencekung/retraksi). Selain itu juga yang bisa
kita inspeksi adalah apakah pasien mengalami sesak napas, batuk-batuk atau
sianosis dan juga melihat apakah napas pasien cepat atau lambat. 6 Perlu
diperhatikan adanya takipnea dispnea, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta
nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12
bulan 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan
dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding
dada ke dalam akan tampak jelas.7
2. Palpasi
Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi, yakni pemeriksaan
dengan meraba. Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau takikardia.7
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.4 Pada perkusi anak, tidak boleh dilakukan terlalu
keras, karena dinding dada anak masih tipis dan otot - ototnya masih kecil
sehingga suara perkusi lebih resonans dibandingkan dengan suara perkusi orang
dewasa. Bunyi perkusi yang abnormal dapat berupa hipersonor atau timpani, yang
terjadi bila udara dalam paru atau pleura bertambah, misalnya emfisema paru atau

pneumotoraks, dan redup atau pekak apabila terdapat konsolidasi jaringan paru
(pneumonia lobaris, atelektasis, tumor) dan cairan dalam rongga pleura.6
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung
/ mulut. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang
sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi,
bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura.7
Pada kasus di dapatkan anak tampak sesak dan rewel, tidak ada sianosis, pernapasan
cuping hidung (+), retraksi intercostal (+), faring hiperemis, terdapat ronkhi basah halus,
dan wheezing pada kedua lapang paru.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan lab darah hasil pemeriksaan yang bermakna adalah terdapatnya
leukositosis sebagai penanda adanya infeksi. Hitung jenis leukosit pada pneumonia viral
seringkali normal ataupun sedikit meningkat, dengan limfosit predominan, sedangkan
pada pneumonia bakterial hitung jenis leukosit mengalami peningkatan (>20.000/mm 3)
dengan predominan netrofil. Biakan darah harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis
dan menentukan bakteri penyebab pneumonia. Biakan darah positif ditemukan pada 1020% pneumonia bakterial dan merupakan konfirmasi sebagai penyebab pneumonia
apabila hasilnya positif pada kuman yang diketahui sebagai patogen respiratori.6
Pada kasus di dapatkan leukosit 20.000/ul.
2. Gambaran radiologis
Tes penting untuk mendeteksi pneumonia pada keadaan yang tidak jelas ialah dengan
foto thoraks. Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Foto thoraks dapat menampakan daerah opak (terlihat putih) yang
menggambarkan konsolidasi. Pneumonia tidak selalu dilihat oleh sinar x, selain
karena penyakitnya hanya pada tingkat permulaan atau karena mengenai bagian
paru tertentu yang sulit dilihat dengan sinar x. Dalam beberapa kasus CT (computed

tomography) dapat menunjukan pneumonia yang tidak terlihat dengan foto thorax sinar x.
Sinar x dapat keliru, karena

masalah lain, seperti parut pada paru dan gagal

jantung kongestif dapat menyerupai pneumonia pada foto thorax sinar x. Foto thorax juga
digunakan untuk evaluasi adanya komplikasi dari pneumonia.6

3. Pemeriksaan mikrobiologis
Pada pneumonia anak, pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan, kecuali
pada pneumonia berat yang rawat inap. Spesimen pemeriksaan ini berasal dari usap
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru.
Spesimen dari saluran napas atas kurang bermanfaat untuk kultur dan uji serologis karena
tingginya prevalens kolonisasi bakteri. Kultur sputum umumnya memerlukan kurang
lebih dua sampai tiga hari, jadi sebagian besar dari sputum digunakan untuk konfirmasi
antibiotika yang sudah diberikan dan sensitif terhadap infeksi itu. Pada contoh darah
dapat dikultur dengan cara yang sama untuk mencari infeksi dalam darah (kultur darah).
Setiap bakteri yang teridentifikasi kemudian di uji untuk melihat antibiotik mana yang
paling efektif.7
4. Tes Serologi
Uji serologis untuk deteksi antigen dan antibodi untuk bakteri tipikal memiliki
sensitivitas dan spesifisitas rendah. Pada deteksi infeksi bakteri atipikal, peningkatan
antibodi IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis. Tes serologi darah yang spesifik
untuk bakteri lain (Mycoplasma, Legionella, dan Chlamydophila) dan tes urin untuk
antigen Legionella yang tersedia. Sekresi dari pernapasan dapat juga dicoba untuk
menunjukan virus seperti influenza, virus syncyal respiratory dan adenovirus.7
Diagnosis Kerja
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah yang dialirkan ke sekitar
alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan
paru-paru yang sakit. Cara penularan pneumonia dapat melalui percikan ludah, kontak
7

langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi
dengan saluran pernafasan. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang,
namun penularan melalui kontak sesaat sering terjadi. Masa inkubasi tidak diketahui
pasti, mungkin 1-3 hari.8
Diagnosis Banding
Bronkitis Akut
Walaupun diagnosis bronkitis akut sering dibuat, namun pada anak-anak keadaan
ini mungkin tidak dijumpai sebagai wujud klinis tersendiri. Bronkitis merupakan akibat
beberapa keadaan lain saluran pernapasan atas dan bawah, dan trakea biasanya terlibat.
Bronkitis akut biasanya didahului oleh infeksi pernapasan atas. Infeksi sekunder biasanya
diakibatkan oleh Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis, H. influenzae dapat
terjadi.9
Khasnya pada anak ialah datang dengan batuk sering, tidak produktif dan
timbulnya relatif bertahap, mulai 2-3 hari setelah rhinitis. Pada saat penyakit memburuk
penderita biasanya dapat terganggu oleh suara siulan selama respirasi, nyeri dada, dan
kadang-kadang oleh napas pendek. Batuk proksimal atau rasa mencekik pada saat sekresi
terkadang disertai muntah. Dalam beberapa hari batuk menjadi produktif dan sputum
berubah warna dari jernih menjadi purulen. Dalam 5-10 hari batuk mulai menghilang dan
mukus mulai encer dan badan mulai sangat malaise. Tanda-tanda fisik bervariasi menurut
umur dan stadium penyakit. Pada anak yang gizinya baik komplikasinya sedikit,
sedangkan pada anak yang malnutrisi komplikasinya bisa berupa otitis, sinusitis dan
pneumonia. Tidak ada terapi spesifik sebagian besar sembuh tanpa pengobatan apapun.
Anak dengan serangan bronkitis akut berulang perlu dievaluasi dengan cermat untuk
kemungkinan anomali saluran pernapasan, benda asing, bronkiektasia, alergi, sinusitis,
kistik fibrosis.9 Pada pemeriksaan penunjang bronkitis, dilakukan ada nya foto rontgen
toraks, tes fungsi paru, oksimetri untuk menentukan jumlah oksigen dalam darah. Tes ini
cepat dan tidak menyakitkan dibandingkan dengan analisis gas darah, sampel dahak dapat
diambil untuk memeriksa kemungkinan adanya infeksi bakteri.
Umumnya, kasus bronkitis akut dapat sembuh dengan sendirinya. Dianjurkan
untuk banyak beristirahat, minum banyak cairan yang tidak mengandung kafein ( air dan
8

jus buah-buahan) dan meningkatkan kelembaban lingkungan sekitar. Obat penghilang


nyeri dapat mengurangi inflamasi, mengurangi nyeri, dan menurunkan demam. OAINS
(ibuprofen, naproxen, dan aspirin) dapat membantu meredakan nyeri dan inflamasi.
Asetaminofen dapat membantu mengurangi nyeri dan demam. Jika batuk tidak produktif
(tidak menghasilkan dahak), dapat digunakan obat supresan batuk. Sebaiknya tidak
memberikan obat mengurang batuk pada batuk berdahak, karena jenis batuk ini dapat
membantu menjernihkan mukus dari cabang bronkus lebih cepat. Obat batuk tidak
dianjurkan untuk anak-anak, terutama dibawah 4 tahun.
Bronkiolitis
Bronkiolitis akut terjadi akibat obstruksi saluran pernapasan kecil penyakit ini
terjadi pada usia 2 tahun pertama dengan insiden memuncak pada usia 6 bulan. Penyakit
ini paling sering mengakibatkan anak harus rawat inap. Bronkiolitis ditandai dengan
adanya obstruksi bronkiolus yang disebabkan oleh edema dan kumpulan mucus serta
kumpulan puing-puing seluler dan oleh invasi oleh bagian-bagian bronkus yang lebih
kecil oleh virus sehingga terjadi penebalan pada dinding bronkiolus. Penebalan sesedikit
apapun pada pronkiolus pada bayi dapat sangat mempengaruhi aliran udara. Anak mulamula menderita infeksi ringan saluran napas atas disertai dengan ingus dan bersin. Gejala
ini biasanya berakhir beberapa hari dan dapat disertai dengan penurunan nafsu makan dan
demam 38,5-39C. perkembangan kegawatan biasanya disertai dengan batuk proksimal,
dispnea, dan iritabilitas.9
Perjalanan fase yang paling kritis selama 48-72 jam pertama setelah batuk dan
dispnea. Pada fase ini anak akan merasa sangat sakit, sedangkan pada bayi akan
mengalami apnea. Sesudah periode kritis biasanya penyembuhan terjadi sangat cepat.
Namun dapat juga menyebabkan kematian yang merupakan akibat dari serangan apnea
yang lama, asidosis respiratorik yang berat yang tidak terkompensasi, atau dehidrasi
akibat kehilangan penguapan air dan takipnea serta ketidakmampuan minum cairan.
Komplikasi bakteri seperti bronkopneumonia dan otitis media tidak lazim terjadi. Untuk
penanganan penderita biasanya diletakan atau ditempatkan pada ruangan yang udaranya
telah dilembabkan. Ribavirin (virazol), suatu agen anti virus yang tersedia untuk
pengobatan akibat infeksi virus RSV. Antibiotic tidak mempunyai nilai terapeutik kecuali
9

penderita ada pneumonia bakteri. Kortikosteroid tidak bermanfaat dan dapat


membahayakan pada keadaan tertentu. Biasanya obat-obatan bronkodilatator biasanya
digunakan pada terapi empirik. Karena obstruksi terjadi pada tingkat bronkiolus,
trakeostomi tidak bermanfaat dan menimbulkan resiko yang besar pada penderita yang
akut. Beberapa penderita kondisinya dapat memburuk dapat dengan cepat menjadi
kegagalan pernapasan, sehingga memerlukan bantuan ventilasi.9
TBC paru
TBC masih merupakan penyebab utama penyakit dan kematian di negara
berkembang. Di Amerika Serikat telah terjadi penurunan besar dalam insiden penyakit
ini. Pada tahun 1991, dilaporkan adanya infeksi baru sebanyak 26.283, termasuk 1662
infeksi baru pada anak di bawah 19 tahun. Angka ini menunjukkan suatu peningkatan
yang berjalan lama pada total infeksi barudan infeksi pada anak.
Tuberkulosis primer adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi primer oleh basil
tuberkel dan mencakup kompleks primer (lesi parenkim dan nodus limfatikus regional)
serta perluasan komponennya secara langsung. Masa inkubasi penyakit ini ialah 2-8
minggu dan saat inkubasi ini reaksi kulit belum positif terhadap tuberculin. Bentuk
awitan yang biasa adalah perlahan-lahan dan sukar diketahui secara klinis, kadang tidak
ditemukan keluhan pada anak.10
Gejalanya dapat berupa panas yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau
tanpa batuk pilek, anoreksia dan berat badan yang menurun. Pada akhir masa inkubasi,
hipersensitivitas lambat terlihat berupa reaksi tuberculin positif, kadang-kadang disertai
demam jangka pendek dan eritema nodosum. Tanda radiologi sering tampak saat ini,
walaupun tidak ada gejala pernafasan.10
Kadang-kadang dijumpai panas yang menyerupai tifus abdominalis atau malaria
yang disertai dengan atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena itu, bila dijumpai panas
seperti tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil, harus dipikirkan juga kemungkinan
tuberculosis sebagai penyebab panas tersebut.10

10

Tuberkulosis dapat juga menunjukkan gejala seperti bronkopneumonia, sehingga


pada anak dengan gejala bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan
dengan pengobatan bronkopneumonia yang adekuat harus difikirkan kemungkinan
tuberculosis.10
Konjungtivis fliktenularis dapat juga dijumpai pada anak dengan tuberculosis,
terutama tuberculosis tonsil, adenoid dan telinga tengah. Flikten pada mata diduga
sebagai gejala hipersensitivitas dan dalam flikten tidak terdapat basil tuberculosis.
Selama tuberculosis atau focus tuberculosis masih ada, flikten sering tetap timbul dan
sering disertai infeksi sekunder biasanya oleh Staphylococcus hemolyticus. Hal lain yang
dapat juga menyebabkan flikten ialah benda asing, trakoma dan askariasis. 6 Eritema
nodosum jarang dijumpai di Indonesia, tetapi bila terdapat di kulit menunjukkan bahawa
penyakit masih aktif.
Pengobatan tuberculosis ditentukan berdasarkan 2 pertimbangan bakteriologis.
Pertama adalah mutan yang resisten terhadap obat. Diduga mutan yang resisten
terjadidengan kecepatan 1x1096 terhadap 1 obat dan 1x10-6x1x10-6--1x10-12 terhadap
tiap obat jika dipakai 2 obat dan ini dapat diabaikan. Jadi, dengan pemakaian 2 obat atau
lebih, dapat dicegah terjadinya resistensi yang berarti.10
Adanya basil tuberculosis yang hidup karena pertumbuhannya yang lambat dan
intermitten. Hal ini biasanya ditanggulangi dengan memperpanjang masa pengobatan
sampai 18 bulan atau lebih. Kalau tidak ada masalah resistensi terhadap rifampisin dan
INH, maka pemberian kombinasi INH dan rifampisin dikatakan cukup berhasil dalam
9 bulan.10

INH: 5-15 mg/kgBB/hari

Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari

Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari

Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari

Streptomisin: 15-40 mg/kgBB/hari

Etiologi

11

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh


bakteri,virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa.7
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia sehat.
Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri
segera

memperbanyak

diri

dan

menyebabkan

kerusakan.

Balita

yang

terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan


denyut jantungnya meningkat cepat.11,12

2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian
atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya
sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan
bisa beratdan kadang menyebabkan kematian.11,12
3. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,
meski

memiliki

karakteristik

keduanya.

Pneumonia

yang

dihasilkan

biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis
usia,tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian
sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.11,12
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia

12

pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur.Perjalanan penyakitnya


dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat
dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada
jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru.11,12
Epidemiologi
Kejadian pneumonia pada balita di dunia terjadi di 15 negara dan Indonesia
menduduki

urutan

keenam

dengan

insidensi

per

tahunnya

sekitar

juta

(UNICEF/WHO,2006). Pada tahun 2001, SKN menyebutkan 22,6% kematian bayi dan
22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori terutama
pneumonia.
Propinsi NTB, menurut Depkes RI tahun 2008, menduduki urutan pertama
kejadian pneumonia anak di Indonesia. Yaitu sekitar 56,6%. Di Propinsi NTB, Dinkes
Propinsi NTB melaporkan bahwa jumlah kejadian pneumonia pada tahun 2007 sebanyak
55.752 kasus dimana lebih dari 70% tersebar di empat kabupaten/kota yaitu 14.247 kasus
(25,5%) diKabupaten Lombok Barat, 9.877 kasus (17,7%) di Kabupaten Lombok Timur,
9.828 kasus(17,6%) di Kota Mataram, dan 9.741 kasus (17,4%) di Kabupaten Lombok
Tengah.13

Patofisiologi
Paru memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang efektif yang diperlukan
karena sistem respiratori selalu terpajan dengan udara lingkungan yang sering kali
terpolusi serta mengandung iritan, patogen, dan alergen. Sistem pertahanan organ
respiratorik terdiri daritiga unsur, yaitu refleks batuk yang bergantung pada integritas
saluran respiratori, otot-otot pernapasan, dan pusat kontrol pernapasan di sistem saraf
pusat.
Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan
sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah. Agen-agen
mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer:

13

1. aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi


pada orofaring
2. infeksi aerosol yang infeksius
3. penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal.
Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang
menyebabkan pneumonia,sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi. 10
Setelah mencapai alveoli, maka mikroorganisme patogen akan menimbulkan respon khas
yang terdiri dari empat tahap berurutan:
1. Stadium Kongesti (4 12 jam pertama)
Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor.
2. Stadium Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin, dan
leukosit PMN mengisi alveoli.
3. Stadium Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari)
paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
4. Stadium Resolusi (7 sampai 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula.

Manifestasi klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam
kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS.
Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu
makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala gangguan
respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air
hunger, merintih, sianosis.14

14

Gejala klinis pneumonia pada neonatus dan bayi kecil adalah sering terjadi akibat
transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan, infeksi terjadi
akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium,
cairan amnion, atau dari serviks ibu kemudian ada juga serangan apnea, sianosis,
merintih, napas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi
atau bradikardi, retraksi subkosta, demam dan sepsis. Pada pneumonia neontus dan bayi
kecil sering ditemukan sebelum 48 jam pertama dan angka mortalitas sangat tinggi di
negara maju, yaitu dilaporkan 20-50% sedangkan angka kematian di Indonesia dan di
negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi daripada negara maju.14
Gejala klinis pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar adalah takipnea,
retraksi subkosta (chest indrawing), napas cuping hidung, ronki, sianosis dan biasanya
ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar kemudian muncul retraksi dan takipnea
merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna, kadang-kadang timbul nyeri
abdomen bila terdapat pneumonia pada lobus kanan bawah yang menimbulkan infiltrasi
diafragma sekaligus nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan
menyerupai apendisitis.14

Penatalaksanaan
Medika mentosa
1. Antibiotik
Diagnosis etiologi pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga pemberian
antibiotik diberikan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Streptococcus pneumonia dan H. influenza. Pemberian antibiotik sesuai kelompok
umur. Untuk umur dibawah 3 bulan diberikan golongan penisilin dan
aminoglikosida. Untuk usia > 3 bulan, pilihan utama adalah ampisilin dipadu
dengan kloramfenikol. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,
antibiotik adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai
48-72 jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama
7 10 hari. Bila diduga penyebab pneumonia adalah S.aureus, kloksasilin dapat
segera diberikan. Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin,

15

klindamisin, atau vancomycin. Lama pengobatan untuk Stafilokokus adalah 3 - 4


minggu.15
2. Rawat inap
Penatalaksanaan bergantung pada usia anak dan keadaan klinis (klinis-beratnya
pneumonia). Sebagian besar pneumonia pada anak usia 3 bulan-5 tahun
disebabkan infeksi virus. Oleh karena itu pada anak usia tersebut apabila anak
tampak sakit ringan, tidak demam, dapat diobati dengan rawat jalan. Namun
apabila tidak perbaikan dalam 48 jam atau terdapat perburukan, anak harus segera
dibawa ke rumah sakit.15Adapun indikasi rawat inap pada pneumonia adalah :
-

Pneumonia sedang atau pneumonia berat

Usia anak < 3 bulan

Dehidrasi

Muntah-muntah

Sianosis

Kejang, letargis atau tidak sadar

Tidak dapat minum obat

Tidak berespon dengan pengobatan rawat jalan

Penanganan yang dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut :


-

Pemberian oksigen (O2) bila saturasi oksigen <92% (terutama pneumonia


berat/sangat berat)

Antipiretik/ penurun panas. Penurun panas yang biasa diberikan adalah


paracetamol dan ibuprofen.

Pemberian antibiotik. Pada pneumonia sedang-berat antibiotik diberikan


melalui infus. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman di setiap
rumah sakit.

Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Pada pneumonia


ringan dan anak bisa minum, cairan dapat diberikan melalui oral (minum) dan
pada pneumonia sedang sampai berat atau anak susah minum atau diperlukan
antibiotik infus maka di perlukan untuk pemasangan infuse.

16

Non Medikamentosa
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah untuk mengatur diet pasien anak
pneumonia yang memberikan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Selain itu diet
juga berfungsi meningkatkan berat badan sehingga status gizi pasien meningkat menjadi
status gizi yang baik. Satu lagi tujuan diet pasien pneumonia yakni meningkatkan berat
badan sehingga status gizi pasien meningkatkan daya tahan tubuh, dengan kata lain
penerapan diet pasien pneumonia memegang peranan penting dalam mendukung proses
penyembuhannya. Untuk itu, sebisa mungkin setiap pasien pneumonia harus menjalankan
terapi diet untuk mempercepat proses penyembuhannya.15
Terapi diet yang diterapkan untuk pasien pneumonia memiliki beberapa syarat.
Beberapa syarat diet pneumonia yang harus dijalani di antaranya yaitu pemenuhan energi
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 100 mg/kg BBI (berat badan ideal). Selain itu
juga ditambah dengan faktor stress 20 %. Kemudian syarat lain adalah pemenuhan
protein15% dari kebutuhan energi total. Disamping pemenuhan kebutuhan nutrisi pokok
seperti energi, protein, lemak dan karbohidrat. Pasien pneumonia juga harus memenuhi
kebutuhan vitamin serta mineralnya.15
-

Mencegah sebisa mungkin agar anak tidak terlalu kelelahan bermain dan
menangis karena akan merangsang refleks batuk.

Mencegah sebisa mungkin agar anak sementara waktu tidak langsung terpapar
udara yang terkontaminasi seperti asap polusi. Memperhatikan kebersihan
rumah dan lingkungan.

Pencegahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya pneumonia terutama
pada bayi atau anak adalah sebagai berikut :

Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat
keramaian yang berpotensi penularan.

Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.

Membiasakan pemberian ASI.

17

Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika
disertai suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk
(retraksi).

Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus influenzae,


vaksin Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD= invasive pneumococcal diseases)
dan vaksinasi influenzae pada anak resiko tinggi, terutama usia 6 - 23 bulan.

Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan :


a. Memiliki luas ventilasi sebesar 12 20% dari luas lantai.
b. Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau kaca sebesar 20%.
c. Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya pabrik, tempat
pembakaran dan tempat penampungan sampah sementara maupun akhir.15

Komplikasi
Komplikasi pneumonia dapat berupa gangguan pertukaran gas, obstruksi jalan nafas,
gagal pernafasan, Pleural Effusion (bacterial pneumoniae). Abses kulit, abses jaringan
lunak, otitis media, sinusitis, meningitis purulenta, perikarditis dan epiglotis kadang
ditemukan pada infeksi Hemophylus influenzae. Dengan menggunakan antibiotika,
komplikasi pneumonia hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang dapat dijumpai
antara lain empiema danotitis media akut. Sementara komplikasi lainnya seperti
meningitis, perikarditis, osteomielitis, dan peritonitis lebih jarang terjadi. 16

Prognosis
Sebagian besar anak-anak dengan pneumonia virus dapat sembuh sempurna dan tidak
mempunyai gejala sisa, walaupun mungkin lebih lama. Anak-anak yang tidak mempunyai
penyakit pokok mempunyai prognosis yang baik sekali untuk sembuh sempurna,
termasuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal, fungsi paru yang normal, dan
tidak meningkatnya kerentanan pada infeksi paru.16
Kesimpulan

18

Pneumonia merupakan suatu penyakit radang pada parenkim paru. Penyebab


paling sering selama usia beberapa tahun pertama ialah virus pernapasan. Pneumonia
virus sering menimbulkan gejala batuk, mengi dan stridor. Faktor resiko pneumonia
bergantung pada umur seseorang, biasanya umur muda lebih rentan. Prognosis bervariasi.
Hipotesis kasus diterima. Anak usia 2 tahun yang mengalami sesak nafas sejak 2 hari
yang lalu tersebut menderita pneumonia berat, karena berdasarkan pemeriksaan fisik
ditemukan retraksi interkostal.

Daftar Pusaka
1. Arvin BK. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC;2012.h.1034-7.
2. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke VI.
Jakarta. Interna Publishing; 2014
3. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010.h. 77,80-8.
4. Bickley LS. Bates guides to physical examination & history taking. Edisi 8.
Diterjemahkan oleh: Hartono A, Dwijayanthi L, Novrianti A, Karolina S.
Jakarta:EGC.2009.H.671-2.
5. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Edisi 2.
Jakarta:CV Sagung Seto.2005.h.205-6.
6. Ganong WF. Review of medical physiology. Diterjemahkan oleh: Pendit
BU, Novrianti. Jakarta: EGC. 2008.h.670-2.

7. Staff Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan FKUI.h. 1228-43.
8. Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia;2010.h.21-4
9. Prober CB. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.2012.883-84, 1483-86.

19

10. Hassan R, Alatas H. Tuberkulosis pada anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Vol II.11thed. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia:2007.h.573-84.
11. Dahlan, Z. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat Penerbitan
Departemen

Ilmu

Penyakit

Dalam

Fakultas

kedokteran

Universitas

Indonesia.Jakarta.2006.h.15-23.
12. Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II,
Edisi12, Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.
13. Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat. 2008. Profil Kesehatan Propinsi
nusa

Tenggara

Barat

Tahun

2007.

Diunduh

dari

http://www.depkes.go.id/downloads/profil/propinsintb.pdf , tanggal 5 Juli 2016.


14.Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins basic pathology. Edisi 7.
Diterjemahkan oleh: Hartanto H, darmaniah N, Wulandari N. jakarta:
EGC. 2007. h. 537-43.
15.Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. Diterjemahkan oleh:
Nugroho AW, Rendy L, Dwijayanthi L, Nirmala WK. jakarta: EGC.
2012.h.753-4.

16. Robbins, Cotrans, Kumar. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Edisi ke-5.
Jakarta:EGC.;2012.511-4.

20

Anda mungkin juga menyukai