Christanti Elliavani
102014212
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Celliavani97@gmail.com
Abstrak
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah parenkim paru yang
mengenai jaringan paru-paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstisial yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Cara penularan melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak
langsung melalui peralatan yang terkontaminasi pada saluran pernafasan. Selain itu, anak
dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang kali atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna dan akhirnya akan menyebabkan terjadinya
komplikasi.
Kata Kunci : pneumonia, infeksi saluran nafas, paru-paru
Abstract
Pneumonia is a respiration tract infection on down side lung parenchyma which
contaminate lung tissues such as alveoli and interstitial tissue caused by bacterias,
viruses, parasitic fungi, and the other unknown objects. The transmission through saliva
splashed, direct contact through mouth and undirect contact through hospital equipments
which contaminated to respiration tract. In addition, children with impaired durability
will suffer from repeated pneumonia or unable to cope with the disease and will
eventually cause the onset of complications.
Key Word : pneumonia, respiratory tract infection, the lungs
Pendahuluan
Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit di mana alveolus yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer terinflamasi dan terisi oleh cairan.
Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai
akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol,
namun penyebab yang paling sering ialah serangan bakteria Streptococcus pneumoniae,
atau pneumokokus. Sebelum penemuan dari antibiotik-antibiotik, satu per tiga dari semua
orang-orang yang telah mengembangkan pneumonia sesudah itu meninggal dari infeksi.
Saat ini, lebih dari tiga juta orang-orang mengembangkan pneumonia setiap tahun di
Amerika. Lebih dari setengah juta dari orang-orang ini diopname disebuah rumah sakit
untuk perawatan. Meskipun kebanyakan dari orang-orang ini sembuh, kira-kira 5% akan
meninggal dari pneumonia. Pneumonia adalah pemimpin ke enam penyebab kematian di
Amerika. Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia dan
mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh
akan tetapi pneumonia juga bisa menyerang kaum muda yang bertubuh sehat. Saat ini di
dunia penyakit pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanakkanak dan merupakan satu penyakit serius yang merenggut nyawa beribu-ribu warga tua
setiap tahun. Diagnosis pneumonia secara klinis umumnya mudah ditegakkan. Tanda dan
gejalanya sangat khas yakni bila ditemukan demam, batuk berdahak (sputum yang
produktif) atau nyeri dada. Diagnosis lebih meyakinkan bila didapatkan infiltrat pada
pemeriksaan foto rontgen paru dan penemuan mikroba penyebabnya.1
Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari
rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien apa bila pasien dalam
keadaan sadar penuh (autoanamnesis) atau secara tidak langsung apa bila pasien dalam
keadaan tidak sadar atau sulit untuk diwawancarai (alloanamnesis). Tujuan dari
anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
Informasi yang dimaksud adalah data medis selain itu tujuan yang tidak kalah penting
adalah membina hubungan dokter pasien yang profesional dan optimal.2,3 Karena pasien
masih anak-anak maka anamesis akan dilakukan antara dokter dan ibu atau orang
terdekat pasien.
1. Identitas
Nama,tempat dan tanggal lahir, umur
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat
sehingga mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis.
Untuk kasus ini keluhan utamanya adalah sesak nafas sejak 2 hari yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tahapan ini penting untuk menanyakan beberapa penyebab kronologi atau
perjalanan penyakit, gambaran atau deskripsi keluhan utama, keluhan atau gejala
penyerta dan usaha berobat. Bisa ditanyakan seperti :
-
berjalan, dsb)?
Sesak terus-menerus atau pada waktu tertentu saja?
Apakah disertai lemah, demam, batuk pilek?
Apakah batuk berdahak? Warna dahaknya? Banyak atau tidak?
Apakah ada faktor yang memperburuk?
Apa yang memicunya atau meredakannya (postur tubuh, obat, atau oksigen)?
Adakah gejala penyerta (nyeri dada, palpitasi, hemoptisis, mengi, demam/sifat
demam).4
Bagaimana nafsu makan nya?
Apakah ada penurunan berat badan?
Dari kasus tersebut kita mendapati demam naik turun dan batuk pilek sejak 1
minggu lalu. Selain itu, Batuk disertai dahak berwarna kuning dan juga nafsu
makan menurun.
sebelumnya?
Adakah ibu nya punya alergi?
7. Riwayat Alergi
- Apakah anak ada riwayat alergi obat, makanan, debu, udara dingin, cuaca?
8. Riwayat pengobatan
- Sebelumnya pernah minum obat? Bila sudah, obat apa yang dipakai? Ada
perbaikan setelah minum obat?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pertama pada pasien dilakukan dengan melihat keadaan umum
pasien, mencakup keadaan sakit (termasuk posisi pasien), kesadaran, status gizi. Keadaan
4
sakit pasien meliputi apakah pasien tidak tampak sakit, sakit ringan, sedang, ataukah
berat. Status gizi pasien, terutama dilihat bagaimana proporsi atau postur tubuhnya,
apakah baik, kurus, atau gemuk.5 Setelah itu di periksa tanda-tanda vital pasien.
Pada kasus di dapatkan kesadaran anak compos mentis, berat 12 kg, frekuensi nafas
55x/menit, denyut nadi 110x/menit, suhu 38,5C.
1. Inspeksi
Pada inspeksi harus diperhatikan bentuk thoraks dan pergerakannya, keadaan sela
iga (pada pneumonia sela iga akan mencekung/retraksi). Selain itu juga yang bisa
kita inspeksi adalah apakah pasien mengalami sesak napas, batuk-batuk atau
sianosis dan juga melihat apakah napas pasien cepat atau lambat. 6 Perlu
diperhatikan adanya takipnea dispnea, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta
nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12
bulan 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan
dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding
dada ke dalam akan tampak jelas.7
2. Palpasi
Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi, yakni pemeriksaan
dengan meraba. Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau takikardia.7
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.4 Pada perkusi anak, tidak boleh dilakukan terlalu
keras, karena dinding dada anak masih tipis dan otot - ototnya masih kecil
sehingga suara perkusi lebih resonans dibandingkan dengan suara perkusi orang
dewasa. Bunyi perkusi yang abnormal dapat berupa hipersonor atau timpani, yang
terjadi bila udara dalam paru atau pleura bertambah, misalnya emfisema paru atau
pneumotoraks, dan redup atau pekak apabila terdapat konsolidasi jaringan paru
(pneumonia lobaris, atelektasis, tumor) dan cairan dalam rongga pleura.6
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung
/ mulut. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang
sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi,
bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura.7
Pada kasus di dapatkan anak tampak sesak dan rewel, tidak ada sianosis, pernapasan
cuping hidung (+), retraksi intercostal (+), faring hiperemis, terdapat ronkhi basah halus,
dan wheezing pada kedua lapang paru.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan lab darah hasil pemeriksaan yang bermakna adalah terdapatnya
leukositosis sebagai penanda adanya infeksi. Hitung jenis leukosit pada pneumonia viral
seringkali normal ataupun sedikit meningkat, dengan limfosit predominan, sedangkan
pada pneumonia bakterial hitung jenis leukosit mengalami peningkatan (>20.000/mm 3)
dengan predominan netrofil. Biakan darah harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis
dan menentukan bakteri penyebab pneumonia. Biakan darah positif ditemukan pada 1020% pneumonia bakterial dan merupakan konfirmasi sebagai penyebab pneumonia
apabila hasilnya positif pada kuman yang diketahui sebagai patogen respiratori.6
Pada kasus di dapatkan leukosit 20.000/ul.
2. Gambaran radiologis
Tes penting untuk mendeteksi pneumonia pada keadaan yang tidak jelas ialah dengan
foto thoraks. Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Foto thoraks dapat menampakan daerah opak (terlihat putih) yang
menggambarkan konsolidasi. Pneumonia tidak selalu dilihat oleh sinar x, selain
karena penyakitnya hanya pada tingkat permulaan atau karena mengenai bagian
paru tertentu yang sulit dilihat dengan sinar x. Dalam beberapa kasus CT (computed
tomography) dapat menunjukan pneumonia yang tidak terlihat dengan foto thorax sinar x.
Sinar x dapat keliru, karena
jantung kongestif dapat menyerupai pneumonia pada foto thorax sinar x. Foto thorax juga
digunakan untuk evaluasi adanya komplikasi dari pneumonia.6
3. Pemeriksaan mikrobiologis
Pada pneumonia anak, pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan, kecuali
pada pneumonia berat yang rawat inap. Spesimen pemeriksaan ini berasal dari usap
tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru.
Spesimen dari saluran napas atas kurang bermanfaat untuk kultur dan uji serologis karena
tingginya prevalens kolonisasi bakteri. Kultur sputum umumnya memerlukan kurang
lebih dua sampai tiga hari, jadi sebagian besar dari sputum digunakan untuk konfirmasi
antibiotika yang sudah diberikan dan sensitif terhadap infeksi itu. Pada contoh darah
dapat dikultur dengan cara yang sama untuk mencari infeksi dalam darah (kultur darah).
Setiap bakteri yang teridentifikasi kemudian di uji untuk melihat antibiotik mana yang
paling efektif.7
4. Tes Serologi
Uji serologis untuk deteksi antigen dan antibodi untuk bakteri tipikal memiliki
sensitivitas dan spesifisitas rendah. Pada deteksi infeksi bakteri atipikal, peningkatan
antibodi IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis. Tes serologi darah yang spesifik
untuk bakteri lain (Mycoplasma, Legionella, dan Chlamydophila) dan tes urin untuk
antigen Legionella yang tersedia. Sekresi dari pernapasan dapat juga dicoba untuk
menunjukan virus seperti influenza, virus syncyal respiratory dan adenovirus.7
Diagnosis Kerja
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat
berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah yang dialirkan ke sekitar
alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan
paru-paru yang sakit. Cara penularan pneumonia dapat melalui percikan ludah, kontak
7
langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi
dengan saluran pernafasan. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang,
namun penularan melalui kontak sesaat sering terjadi. Masa inkubasi tidak diketahui
pasti, mungkin 1-3 hari.8
Diagnosis Banding
Bronkitis Akut
Walaupun diagnosis bronkitis akut sering dibuat, namun pada anak-anak keadaan
ini mungkin tidak dijumpai sebagai wujud klinis tersendiri. Bronkitis merupakan akibat
beberapa keadaan lain saluran pernapasan atas dan bawah, dan trakea biasanya terlibat.
Bronkitis akut biasanya didahului oleh infeksi pernapasan atas. Infeksi sekunder biasanya
diakibatkan oleh Streptococcus pneumoniae, Moraxella catarrhalis, H. influenzae dapat
terjadi.9
Khasnya pada anak ialah datang dengan batuk sering, tidak produktif dan
timbulnya relatif bertahap, mulai 2-3 hari setelah rhinitis. Pada saat penyakit memburuk
penderita biasanya dapat terganggu oleh suara siulan selama respirasi, nyeri dada, dan
kadang-kadang oleh napas pendek. Batuk proksimal atau rasa mencekik pada saat sekresi
terkadang disertai muntah. Dalam beberapa hari batuk menjadi produktif dan sputum
berubah warna dari jernih menjadi purulen. Dalam 5-10 hari batuk mulai menghilang dan
mukus mulai encer dan badan mulai sangat malaise. Tanda-tanda fisik bervariasi menurut
umur dan stadium penyakit. Pada anak yang gizinya baik komplikasinya sedikit,
sedangkan pada anak yang malnutrisi komplikasinya bisa berupa otitis, sinusitis dan
pneumonia. Tidak ada terapi spesifik sebagian besar sembuh tanpa pengobatan apapun.
Anak dengan serangan bronkitis akut berulang perlu dievaluasi dengan cermat untuk
kemungkinan anomali saluran pernapasan, benda asing, bronkiektasia, alergi, sinusitis,
kistik fibrosis.9 Pada pemeriksaan penunjang bronkitis, dilakukan ada nya foto rontgen
toraks, tes fungsi paru, oksimetri untuk menentukan jumlah oksigen dalam darah. Tes ini
cepat dan tidak menyakitkan dibandingkan dengan analisis gas darah, sampel dahak dapat
diambil untuk memeriksa kemungkinan adanya infeksi bakteri.
Umumnya, kasus bronkitis akut dapat sembuh dengan sendirinya. Dianjurkan
untuk banyak beristirahat, minum banyak cairan yang tidak mengandung kafein ( air dan
8
10
Etiologi
11
memperbanyak
diri
dan
menyebabkan
kerusakan.
Balita
yang
2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian
atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya
sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan
bisa beratdan kadang menyebabkan kematian.11,12
3. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,
meski
memiliki
karakteristik
keduanya.
Pneumonia
yang
dihasilkan
biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis
usia,tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian
sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.11,12
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
12
urutan
keenam
dengan
insidensi
per
tahunnya
sekitar
juta
(UNICEF/WHO,2006). Pada tahun 2001, SKN menyebutkan 22,6% kematian bayi dan
22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori terutama
pneumonia.
Propinsi NTB, menurut Depkes RI tahun 2008, menduduki urutan pertama
kejadian pneumonia anak di Indonesia. Yaitu sekitar 56,6%. Di Propinsi NTB, Dinkes
Propinsi NTB melaporkan bahwa jumlah kejadian pneumonia pada tahun 2007 sebanyak
55.752 kasus dimana lebih dari 70% tersebar di empat kabupaten/kota yaitu 14.247 kasus
(25,5%) diKabupaten Lombok Barat, 9.877 kasus (17,7%) di Kabupaten Lombok Timur,
9.828 kasus(17,6%) di Kota Mataram, dan 9.741 kasus (17,4%) di Kabupaten Lombok
Tengah.13
Patofisiologi
Paru memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang efektif yang diperlukan
karena sistem respiratori selalu terpajan dengan udara lingkungan yang sering kali
terpolusi serta mengandung iritan, patogen, dan alergen. Sistem pertahanan organ
respiratorik terdiri daritiga unsur, yaitu refleks batuk yang bergantung pada integritas
saluran respiratori, otot-otot pernapasan, dan pusat kontrol pernapasan di sistem saraf
pusat.
Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan
sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah. Agen-agen
mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer:
13
Manifestasi klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam
kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS.
Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu
makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala gangguan
respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air
hunger, merintih, sianosis.14
14
Gejala klinis pneumonia pada neonatus dan bayi kecil adalah sering terjadi akibat
transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan, infeksi terjadi
akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium,
cairan amnion, atau dari serviks ibu kemudian ada juga serangan apnea, sianosis,
merintih, napas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi
atau bradikardi, retraksi subkosta, demam dan sepsis. Pada pneumonia neontus dan bayi
kecil sering ditemukan sebelum 48 jam pertama dan angka mortalitas sangat tinggi di
negara maju, yaitu dilaporkan 20-50% sedangkan angka kematian di Indonesia dan di
negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi daripada negara maju.14
Gejala klinis pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar adalah takipnea,
retraksi subkosta (chest indrawing), napas cuping hidung, ronki, sianosis dan biasanya
ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar kemudian muncul retraksi dan takipnea
merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna, kadang-kadang timbul nyeri
abdomen bila terdapat pneumonia pada lobus kanan bawah yang menimbulkan infiltrasi
diafragma sekaligus nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan
menyerupai apendisitis.14
Penatalaksanaan
Medika mentosa
1. Antibiotik
Diagnosis etiologi pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga pemberian
antibiotik diberikan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Streptococcus pneumonia dan H. influenza. Pemberian antibiotik sesuai kelompok
umur. Untuk umur dibawah 3 bulan diberikan golongan penisilin dan
aminoglikosida. Untuk usia > 3 bulan, pilihan utama adalah ampisilin dipadu
dengan kloramfenikol. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,
antibiotik adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai
48-72 jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama
7 10 hari. Bila diduga penyebab pneumonia adalah S.aureus, kloksasilin dapat
segera diberikan. Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin,
15
Dehidrasi
Muntah-muntah
Sianosis
16
Non Medikamentosa
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah untuk mengatur diet pasien anak
pneumonia yang memberikan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Selain itu diet
juga berfungsi meningkatkan berat badan sehingga status gizi pasien meningkat menjadi
status gizi yang baik. Satu lagi tujuan diet pasien pneumonia yakni meningkatkan berat
badan sehingga status gizi pasien meningkatkan daya tahan tubuh, dengan kata lain
penerapan diet pasien pneumonia memegang peranan penting dalam mendukung proses
penyembuhannya. Untuk itu, sebisa mungkin setiap pasien pneumonia harus menjalankan
terapi diet untuk mempercepat proses penyembuhannya.15
Terapi diet yang diterapkan untuk pasien pneumonia memiliki beberapa syarat.
Beberapa syarat diet pneumonia yang harus dijalani di antaranya yaitu pemenuhan energi
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 100 mg/kg BBI (berat badan ideal). Selain itu
juga ditambah dengan faktor stress 20 %. Kemudian syarat lain adalah pemenuhan
protein15% dari kebutuhan energi total. Disamping pemenuhan kebutuhan nutrisi pokok
seperti energi, protein, lemak dan karbohidrat. Pasien pneumonia juga harus memenuhi
kebutuhan vitamin serta mineralnya.15
-
Mencegah sebisa mungkin agar anak tidak terlalu kelelahan bermain dan
menangis karena akan merangsang refleks batuk.
Mencegah sebisa mungkin agar anak sementara waktu tidak langsung terpapar
udara yang terkontaminasi seperti asap polusi. Memperhatikan kebersihan
rumah dan lingkungan.
Pencegahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya pneumonia terutama
pada bayi atau anak adalah sebagai berikut :
Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat
keramaian yang berpotensi penularan.
17
Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika
disertai suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk
(retraksi).
Komplikasi
Komplikasi pneumonia dapat berupa gangguan pertukaran gas, obstruksi jalan nafas,
gagal pernafasan, Pleural Effusion (bacterial pneumoniae). Abses kulit, abses jaringan
lunak, otitis media, sinusitis, meningitis purulenta, perikarditis dan epiglotis kadang
ditemukan pada infeksi Hemophylus influenzae. Dengan menggunakan antibiotika,
komplikasi pneumonia hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang dapat dijumpai
antara lain empiema danotitis media akut. Sementara komplikasi lainnya seperti
meningitis, perikarditis, osteomielitis, dan peritonitis lebih jarang terjadi. 16
Prognosis
Sebagian besar anak-anak dengan pneumonia virus dapat sembuh sempurna dan tidak
mempunyai gejala sisa, walaupun mungkin lebih lama. Anak-anak yang tidak mempunyai
penyakit pokok mempunyai prognosis yang baik sekali untuk sembuh sempurna,
termasuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal, fungsi paru yang normal, dan
tidak meningkatnya kerentanan pada infeksi paru.16
Kesimpulan
18
Daftar Pusaka
1. Arvin BK. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC;2012.h.1034-7.
2. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke VI.
Jakarta. Interna Publishing; 2014
3. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010.h. 77,80-8.
4. Bickley LS. Bates guides to physical examination & history taking. Edisi 8.
Diterjemahkan oleh: Hartono A, Dwijayanthi L, Novrianti A, Karolina S.
Jakarta:EGC.2009.H.671-2.
5. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Edisi 2.
Jakarta:CV Sagung Seto.2005.h.205-6.
6. Ganong WF. Review of medical physiology. Diterjemahkan oleh: Pendit
BU, Novrianti. Jakarta: EGC. 2008.h.670-2.
7. Staff Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan FKUI.h. 1228-43.
8. Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia;2010.h.21-4
9. Prober CB. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.2012.883-84, 1483-86.
19
10. Hassan R, Alatas H. Tuberkulosis pada anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Vol II.11thed. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia:2007.h.573-84.
11. Dahlan, Z. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pulmonologi. Pusat Penerbitan
Departemen
Ilmu
Penyakit
Dalam
Fakultas
kedokteran
Universitas
Indonesia.Jakarta.2006.h.15-23.
12. Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II,
Edisi12, Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.
13. Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat. 2008. Profil Kesehatan Propinsi
nusa
Tenggara
Barat
Tahun
2007.
Diunduh
dari
16. Robbins, Cotrans, Kumar. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Edisi ke-5.
Jakarta:EGC.;2012.511-4.
20