Anda di halaman 1dari 17

Psoriasis Serta Penanganannya

Yussi Septiana
102014079
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510
Email: yussi.2014fk079@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Penyakit kulit adalah penyakit yang paling sering ditemukan di dalam kasus-kasus pada orangorang dari usia muda hingga tua. Tidak hanya itu penyakit kulit juga bisa mempengaruhi kondisi
fisik dari orang yang terkena penyakit tersebut. Kulit adalah bagian yang paling sensitif dari
tubuh kita. Maka itu sangat rentan sekali untuk terkena sebuah luka ataupun reaksi alergi yang
lain, tergantung dari tingkat kesensitifan dari individu tersebut. Pada makalah ini saya akan
membahas tentang psoriasis. Psoriasis adalah suatu penyakit yang penyebabnya adalah
autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema atau
kemerahan yang antara batas-batasnya tegas dengan tanda skuama yang kasar, berlapis-lapis dan
terlihat transparan.1 Di dalam makalah ini akan banyak dibahas tentang bagaimana cara individu
bisa terkena psoriasis dan gejala klinisnya beserta pengobatannya.
Skenario
Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan berupa bercak merah bersisik
pada lengan sejak 6 minggu yang lalu. Bercak bersisik disertai rasa gatal. Makin lama bercak
makin luas dan sisik bertambah tebal.
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau dalam
keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara biasa,
anamnesis dilakukan dengan cara yang khas yaituberdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan
1

dasar-dasar pengetahuan di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang
dikelukan oleh pasien. Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal
mengenai hal-hal berikut:2
1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari dkeluhan pasien.
2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya
keluhan pasien.
3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut.
4. Kemungkinan penyebab penyakit.
5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien.
6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk
menentukan diagnosisnya.
Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunya kemmapuan
untuk menciptakan dan membina komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semua
data yang diperlukan untuk memperkuat ketelitian diagnosis, sedangkan akurat berhubungan
dengan ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh. -2
Pada skenario kali ini didapatkan penderita dengan keluhan berupa bercak merah bersisik pada
lengan sejak 6 minggu yang lalu. Bercak bersisik disertai rasa gatal. Makin lama bercak makin
luas dan sisik bertambah tebal. Pada dasarnya, riwayat dermatologi tidak berbeda dengan riwayat
lain.3
a. Informasi dasar yang harus dipastikan adalah durasi gejala dan tempat-tempat yang
diserang.
b. Anda perlu mengetahi apakah masalah tak kunjung sembuh, mucul sesekali, atau
keparahanya bertambah atau berkurang.
c. Evolusi apapun harus dicatat( misalnya apakah lesi tumbuh atau ruam menyebar? Jika ya
seberapa cepat?
d. Tingkat keparahan gatal (pruritus) perlu diketahui.
Beri penanganan khsus kepada penanganan apapun yang pernah dijalani pasien- beberapa
penanganan bisa mempengaruhi tampilan klinis (misalnya krim steroid yang dioleskan pada
jamur) penanganan yang gagal bisa memberi petunjuk berguna untuk menentukan diagnosis
serta memandu penyelidikan seterusnya. Masalah medis atau kulit yang pernah dialami pasien
2

bisa menjadi pedoman untuk memperkirakan diagnosis yang berbeda. Untuk kondisi inflamasi,
minta riwaya pribadi atau keluarga terjait atropi. Psoriasis juga sering kali berkaitan dengan
riwayat keluarga. Informasi mengenai pekerjaan bisa membantu anda: pekerjaan diluar ruangan
memperbesar risiko kanker kuliut. Selidik dampak psikologi dari kondisi kulit. Pasien sering kali
enggan mengungkapkan kesulitan mereka akibat masalah kulit jika tidak ditanya langsung.
Mereka mungkin merasa malu, merasa rendah diri, mengalami fobia gaul, mengalami disfungsi
seksual , sulit tidur akibat gatal-gatal, bahkan mengalami yang sangat jelas dan banyak efek
penyakit lainnya. Penderita penyakit kulit dengan morbiditas psikologi tingkat tinggi sebaiknya
menjalani interfensi yang lebih agresif. Ada juga harus memahami gagasan dan harapan pasien
yang mereka bawa saat konsultasi. Banyak orang percaya akan hal tertentu tentang penyakit
kulit, penanganannya dan peluang untuk sembuh. Jika tidak akurat, kepercayaan ini dapat
menajdi penghalang besar dari keberhasilan terapi.3
Pemeriksaan Fisik
Kelainan kulit pada psoriasis terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama di atasnya. Bisa ditemukan eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pingir.
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta transparan.
Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi,
dengan gambaran yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau geografis. Tempat
predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut, lumbosakral), daerah intertigo
(lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan,
tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Fenomena
tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi psoriasis dan merupakan nilai
diagnostik, kecuali pada psoriasis inverse (psoriasis pustular) dan digunakan untuk
membandingkan psoriasis dengan penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang sama,
sedangkan Kobner tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus,
liken nitidus, veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier. Fenomena
Kobner didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis.Fenomena
3

tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang
digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat menggunakan pingir
gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebakan
oleh papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, bisa dengan
pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan,
jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik melainkan perdarahan
yang merata. Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma pada kulit penderita
psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis.
Dua puluh lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang lama juga dapat
menyebabkan kelainan pada kuku, dimana perubahan yang dijumpai berupa pitting nail atau nail
pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan miliar. Perubahan pada kuku terdiri dari
onikolosis (terlepasnya seluruh atau sebagian kuku dari matriksnya), hiperkeratosis subungual
(bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya), oil spots subungual,
dan koilonikia ( spooning of nail plate). Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku,
penyakit ini dapat pula menyebabkan kelainan pada sendi, tetapi jarang terjadi. Antara 10-30 %
pasien psoriasis berhubungan dengan atritis disebut Psoriasis Artritis yang menyebabkan radang
pada sendi. Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal,
terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi
kistik subkorteks.
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis.
a. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini adalah yang paling lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula
tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak . tempat predileksinya seperti yang
telah diterangkan diatas.
b. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasnya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan diseminata,
umumnya setelah infeksi streptococcus di saluran napas atas bagian atas sehabis
influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat
timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral.
c. Psoriasis Inversa(psoriasis fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat ptredileksi pada daerah fleksor sesuai namanya.
d. Psoriasis Seboroik
4

Gambaran klinis penyakit ini merupakan gabungan antara psoriasis dan dermatitis
seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminya dan agak lunak. Selain
berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tembat seboroik.
e. Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai poriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit
tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis
pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata . bentuk lokalisata contohnya psoriasis
palmo plantar(barber). Sedangkan bentuk generalisata contohnya psoriasis pustulosa
generalisata akut.
- Psoriasis pustulosa palmoplantar. Penyakit ini bersifat kronik dan residif mengenai
telapak tangan atau telapak kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa pustul kecil
-

steril dan dalam, diatas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.
Psoriasis pustulosa generalisata akut( von zumbusch). Sebagai faktor provokatof
banyak. Misalnya obat yang tersering karena penghentian kortikosteroid sistemik.
Obat lain contohnya penisillin dan derivatnya serta antibiotik beta laktam lainnya,
hidroklorokuin, morfin,sulfo piridin, sulfonamida, kodein, fenibutason dan salislat.
Faktor lain selain obat ialah hipokalasemia, sinar matahari, alkohol, stres emosional
serta infeksi olhe bakteri atau virus. Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang
sedang atau telah menderita psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum
menderita psoriasis. Gejala awalnya ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala
umum berupa demam, malese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin
ertitematosa. Setalah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritomatosa
pada kulit normal. Dalam beberapa jam timbul banyak pustul milier pada plak-plak
tersebut. Dalam sehari pustul-pustul berkonfluensi membentuk lake of pus
berukuram beberapa cm. Kelainan itu akan terus menerus dan dapat menjadi
eritoderma. Pemeriksaan laboratorium menunjukan leukositosis, kultur pus dari

pustul steril.
f. Eritoderma psoriatrik
Eritoderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu berat atau
penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak
lagi karena terdapat eritema dan skuama yang tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis
masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi. 1
Pemeriksaan Penunjang
5

Biopsi kulit mungkin dapat menegakan diagnosis dengan ditemukan adanya akantosis selain itu
biopsi sel ini juga bisa membantu dalam kasus yang lebih sulit. Penemuan histopatologi dari
psoriasis gutata sudah dijelaskan. Pemeriksaan laboratorium pada psorisis tidak spesifik tetapi
teerdapat beberapa hal yang ditemukan pada psoriasis vulgaris, psoriasis pustular generalisasi
dan eritoderma yaitu negative nitrogen balance ditandai dengan penurunan serum albumin. Asam
urat juga ditemukan pada 50 persen pasien dain ini berhubungan dengan aktivitas dari penyakit
dan ini juga bisa menyebabkan artitis gout. Pertanda dari inflamasi juga meningkat seperti Creactive protein, alfa2 makroglobulin dan LED.4
Diagnosis Kerja
Psoriasis
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, dan ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis
dan transparan; disertai fenomena lilin, Auspitz, dan Kobner. Psoriasis juga disebut psoriasis
vulgaris berarti psoriasis yang berada di stadium biasa, karena ada psoriasis lain, misalnya
psoriasis pustulosa.1
Diagnosis Banding
Ptiriasis Rosea
Ptiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah
lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil
dibadan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya
menyembuh dalam waktu 3-8 minggu. Ptiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara
15-40 tahun, pada wanita dan pria sama banyaknya.
Etiologi
Etiologinya belum diketahui, tetapi berdasarkan gambaran klinis dan epidemiologis diduga
infeksi sebagai penyebab. Berdasarkan bukti ilmiah, diduga idemiologis diduga infeksi sebagai
penyebab. Berdasarkan bukti ilmiah, diduga ptiriasis rosea merupakan eksantema virus yang
berhubungan dengan reaktivasi Human Herpes Virus (HHV) -7 dan HHV-6.1
Gejala Klinis
6

Gejala konstitusi pada umumnnya tidak terdapat, sebagian penderita mengeluh gatal ringan.
Ptiriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama(herald patch), umumnya di
badan, soliar, berbentuk oval dan anulardan diameternya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas
eritema dan skuama halus dipinggirnya. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu. Lesi
berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi gambarah yang khas sama dengan lesi
pertama hnaya lebih kecil, susunanya sejajar dengan kosta, hingga sususannya menyerupai
pohon cemara terbalik . lesi teresebut timbul serentak atau dalam beberapa hari. Tempat
predileksinya pada badan, lengan atas bagian proksimal dan paha atas, sehingga seperi pakaian
renang wanita jaman dulu. Kecuali bentuk yang lazim berupa eritroskuamosa, ptiriasis rosea
dapat juga berbentuk urtikaria, vesikel dan papul, yang lebih sering terdapat pada anak-anak.
Dermatitis Seboroik
Istilah dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor
kontitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik.
Etiopatogenesis
Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor presdiposisinya ialah kelainan konstitusi berupa
status seborik yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum diturunkanbelum dipastikan.
Banyak yang menghubungkan penyakit ini dengan infeksi oleh bakteri atau Pityrosporum ovale
yang merupakan flora normal kulit manusia. Pertumbuhan P.ovale yang berlebihan dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metaboliknya yang masuk kedalam
epidermi, maupun karena sel jamur itu sendiri melalu aktivitas sel limfosit dan sel langerhans itu
sendiri. D.S berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea. Glandula tersebut aktif pada
bayi yang baru lahir kemuadian tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi dari androgen ibu
berhenti. D.S pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia akil
balik dan insidennya mencapai puncak pada umur 18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua.
D.S lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada wanita. Meskipun kematangann kelenjar sebasea
rupanya merupaka faktor timbulnya D.S, tetapi tidak ada hubungan langsung secara kuantitatif
antara keaktivan kelenjar tersebut dengan supsebilitas

untuk memperoleh D.S. D.S dapat

diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis. Faktor D.S dapat
dosebabkan oleh faktor kelelahan, stres emosional, infeksi atau defisiensi imun.
7

Gejala Klinis
Lokasi yang terkena seringkali di daerah kulit kepala berambut; wajah; alis; lipat nasolabial;
sidebum; telinga dan liang telinga; bagian atas-tengah dada dan punggung, lipat gluteus,
inguinal, genital, ketiak. Sangat jarang menjadi luas. Dapat ditemukan skuama kuning
berminyak, eksemantosa ringan, kadang kala disertai dengan rasa gatal dan menyengat. Ketombe
merupakan tanda awal manifestasi dermatitis seboroik. Dapat dijumpai kemerahan perifolikular
yang pada tahap lanjut menjadi plak eritematosa berkonfluensi, bahkan dapat membentuk
rangkaian plak di sepanjang batas rambut frontal dan disebut sebagai koronoika seboroika.1
Dermatitis Nunmular
Peradangan kulit yang bersifat kronis, ditandai dengan lesi berbentuk mata uang (koin) atau agak
lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel yang biasanya mudah pecah
sehingga membasah (oozing)
Patogenesis
Patogenesis ddermatitis numularis belum diketahui. Sebagian besar dermatitis numularis tidak
memiliki riwayat atopi, baik pada diri maupun keluarga, walaupun plak numular dapat
ditemukan pada dermatitis atopik.
Gambaran klinis
Penderita umumnya mengeluh sangat gatal yang bervariasi dari ringan sampai berat. Lesi akut
berupa plak eritematosa berbentuk koin dengan batas tegas yang terbentuk dari papul dan
papulovesikel yang berkonfluens. Lambat laun vesikel pecah dan terjadi eksudasi berbentuk
pinpoint. Selanjutnya eksudat mengering dan menjadi krusta kekuningan. Pada tepi plak dapay
muncul lesi papulovesikular kecil yang kemudian berkonfluens dengan plak tersebut sehingga
lesi meluas. Diameter plak biasanya berukuran 1-3 cm, walaupun jarang, lesi dengan berukuran
10cm pernah dilaporkan. Kulit disekitar lesi biasanya normal, namun bisa juga kering.
Sifilis Stadium II
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini
tergolong penyakit yang rumit karena tergologn sistemik, sehubung pembahasan sifilis ini
8

merupakan diagnosis banding dari psoriasis maka saya akan membahas gejal yang timbul pada
kulit pada sifilis stadium II. Kelainan kulit yang membasah pada SII sangat menular, kelainan
yang kering kurang menular. Kondiloma lata pada plaque muqueses ialah bentuk yang sangat
menular. Gejala yang paling penting untuk membedakannya dari bergai macam penyakit kulit
ialah umumnya kelainan kulit SII tidak gatal, sering disertai limfadenitits generakisata. Pada SII
dini kelainan kulit juga terjadi pada telapak tangan dan kaki. Lesi dapat berbentuk rosela, papul
dan pustul atau bentuk lain.1
Faktor Pencetus
Faktor lingkungan jelas berpengaruh pada pasien dengan predisposisi genetik. Beberapa faktor
pencetus kimiawi, mekanik dan termal akan memicu psoriasis melalui mekanisme koebner,
misalnya garukan, aberasi superfisial, reaksi fototoksik, atau pembedahan. Ketegangan
emosional dapat menjadi pengarukan, aberasi superfisial, reaksi fototoksik, atau pembedahan.
Ketegangan emosional dapat menjadi pencetus yang mungkin diperantarai mekanisme
neuroimunologis. Beberapa macam obat misalnya beta-blocker, angiotensis-converting enzyme
inhibitors, antimalaria, litium, non steroid antiinflamasi, gembfibrosil dan beberapa antibiotik.
Bakteri, virus dan jamur juga merupakan faktor pembangkit psoriasis. Endotoksin bakteri,
berperan sebagai superantigen dapat mengakibatkan efek patologik dengan aktivasi sel limfosit
T, makrofag, sel langerhans dan keratinosit. Penelitian sekarang menunjukan bahwa super
antigen streptokokus dapat memicu ekspresi antigen limfosit kulit yang berperan dalam migrasi
sel limfosit T bermigrasi ke kulit. Walaupun pada psoriasis plakat tidak dapat di deteksi antigen
streptokokus, beberapa antigen asing dan auto-antigen dapat memicu interaksi APC dan limfosit
T, peristiwa hipersensitivitas terhadap obat, imunisasi juga akan membangkitkan aktivasi sel T.
Kegemukan, obesitas, diabetes melitus maupun sindroma metabolik dapat memperparah kondisi
psoriasis.
Tinea Korporis
Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut. Kelainan yang dilihat
dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri dari eritema, skuama,
kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengah biasanya lebih tenang. Kadangkadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak9

bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan
pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentuk dengan tanda
radang yang lebih nyata, lebih sering dilihat pada anak-anak daripada orang dewasa karena
umumnya mereka mendapat infeksi baru pertama kali.
Epidemiologi
Psoriasis menyebar di seluruh dunia tetapi prevalensi usia psoriasis bervariasi di setiap wilayah.
Prevaalensi anak-anak berkisar dari 0% di Taiwan sampai dengan 2.1% di Itali. Sedangkan pada
dewasa di Amerika Serikat 0.98% sampai dengan 8% ditemukan di Norwegia. Di Indonesia
sendiri pencatatan pernah dilakukan oleh sepuluh RS besaar dengan angka prevalensi pada tahun
1996, 1997, dan 1998 berturut-turut 0.62%; 0.59%, dan 0.92%. psoriasis terus mengalami
peningkatan jumlah kunjungan ke layanan kesehatan di banyak daerah di Indonesia. Remisi
dialami oleh 17-55% kasus, dengan beragam tenggang waktu. 1
Penatalaksanaan
Terapi Topikal Lini Pertama
Keratolik
Asam salisilat merupakan salah satu senyawa keratolitik yang paling sering digunakan. Senyawa
tersebut menyebabkan kerusakan pada kohesi antar korneosit-korneosit yang berada pada lapisan
kulit pasien psoriasis yang keras dan abnormal. Efek keratolitik tersebut meningkatkan penetrasi
dan efikasi beberapa zat topikal lain, seperti kortikosteroid. Obat ini tersedia dalam bentuk 2%
hingga 10% gel atau losio dan digunakan 2-3 kali perhari. Asam salisilat menghasilkan iritasi
lokal. Penggunaan pada area yang luas dan inflamasi dapat menginduksi reaksi salisilism yang
ditandai oleh gejala nausea, muntah, tinitus atau hiperventilasi. Keratolitik Agen keratolitik
biasanya digunakan untuk menghilangkan pengelupasan, menghaluskan kulit, dan mengurangi
hiperkeratosis. Mekanisme kerja asam salisilat, sebagai salah satu keratolitik yang biasa
digunakan, ialah mengganggu kohesi antara korneosit-korneosit pada lapisan kulit abnormal dan
pasien psoriasis. Secara khusus, asam salisilat bermanfaat pada area dimana terdapat sisik yang
tebal.

10

Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi,
khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan serangga, dan eksim skabies bersama-sama
dengan obat skabies. Kortikosteroid menekan berbagai komponen reaksi pada saat digunakan
saja; kortikosteroid sama sekali tidak menyembuhkan dan bila pengobatan dihentikan, kondisi
semula mungkin muncul kembali. Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan gejala dan
penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain seperti pemberian emolien tidak efektif.
Pemakaian kortikosteroid topikal yang kuat pada psoriasis yang luas dapat menimbulkan efek
samping sistemik dan lokal. Cukup meresepkan kortikosteroid yang lebih lemah untuk jangka
singkat (2-4 minggu) untuk psoriasis fleksural dan wajah (catatan: pada wajah jangan digunakan
yang lebih kuat dari hidrokortison 1%). Pada kasus psoriasis kulit kepala boleh menggunakan
kortikosteroid yang lebih kuat, seperti betametason atau fluosinonid.
Analog vitamin D
Vitamin D dan analognya menginhibisi diferensiasi dan proliferasi keratinosit serta memiliki
efek antiinflamasi dengan mengurangi IL-8 dan IL-2. Penggunaan vitamin D itu sendiri dibatasi
sebab adanya kecenderungan untuk menyebabkan hiperkalsemia. Kalsipotrien (Dovonex)
merupakan analog vitamin D sintetik yang digunakan untuk plak psoriasis yang ringan hingga
sedang. Perbaikan biasanya nampak dalam 2 minggu setelah terapi dan kurang lebih 70% pasien
menunjukkan perbaikan yang signifikan setelah 8 minggu. Efek samping terjadi pada kurang
lebih 10% pasien dan meliputi lesi dan sensasi terbakar serta pedih di sekeliling lesi. Kalsipotrien
0,005% baik dalam krim, salep atau larutan digunakan 1-2 kali sehari, tetapi tidak lebih dari 100
gram/minggu.

Tazaroten
Tazaroten (Tazorac) ialah retinoid sintetik yang dihidrolisis menjadi metabolit aktif, yakni asam
tazarotenat, yang kemudian memodulasi proliferasi dan diferensiasi keratinosit. Tersedia sebagai
gel dan krim 0,05% atau 0,1% dan digunakan sekali sehari (biasanya di sore hari) untuk plak
psoriasis yang ringan hingga sedang. Gel 0,1% sedikit lebih efektif, tetapi gel 0,05% lebih sedikit
menyebabkan iritasi. Efek samping yang terjadi bergantung pada dosis dan frekuensi; meliputi
11

pruritis, rasa terbakar, pedihm dan eritema dengan tingkat keparahan yang ringan hingga sedang.
Penggunaan gel pada kulit yang eksim atau lebih dari 20% area permukaan tubuh tidak
direkomendasikan sebab dapat memicu absorpsi sistemik secara ekstensif. Tazaroten sering
digunakan bersamaan dengan kortikosteroid topikal untuk menurunkan efek samping lokal serta
meningkatkan efikasi.
Terapi Sistemik Lini Pertama
Acitretin
Acitretin (Soriatane) merupakan derivat asam retinoat dan metabolit aktif retinoat. Senyawa ini
diindikasikan untuk psoriasis yang parah, meliputi tipe eritrodermik dan pustular yang menyebar.
Walaupun demikian, senyawa ini akan lebih berguna apabila dipakai sebagai terapi tambahan
dalam penanganan psoriasis. Acitretin telah menunjukkan hasil yang baik ketika dikombinasikan
dengan terapi lain, seperti PUVA dan UV-B, siklosporin, dan metotreksat. Dosis mula-mula yang
direkomendasikan ialah 25 hingga 50mg, kemudian terapi dilanjutkan hingga lesi sembuh/hilang.
Acitretin merupakan senyawa teratogen sehingga dikontraindikasikan untuk perempuan yang
sedang hamil atau yang merencanakan kehamilan dalam 3 tahun setelah penghentian obat. Efek
samping dari obat ini adalah Hipervitaminosis A (bibir kering/seilitis, mulut kering, mata
kering/konjungtivitis, kulit kering, pruritis, mengelupas, rambut rontok), hepatotoksik, perubahan
skelet, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia.
Terapi Sistemik Lini Kedua
Siklosporin
Siklosporin menunjukkan aktivitas imunosupresif dengan mengihibisi fase pertama aktivasi sel
T. Siklosporin juga menginhibisi pelepasan mediator inflamasi dari sel mast, basofil, dan sel
polimorfonuklear Biasanya digunakan dalam penanganan manifestasi kutan dan artritis akibat
psoriasis yang parah. Terapi secara terus-menerus selama lebih dari 2 tahun dapat meningkatkan
resiko kecacatan yang meliputi kanker kulit dan penyakit limfoproliferatif. Dosis dapat diberikan
2,5-4 mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi; dapat ditingkatkan hingga 5 mg/kg/hari dalam 1 bulan
jika tidak ada perubahan. Efek samping nya adalah Nefrotoksisitas, keganasan, hipertensi,

12

hipomagnesemia, hiperkalemia, perubahan pada fungsi liver, peningkatan kadar serum lipid,
intoleransi GIT.
Metotreksat
Diindikasikan untuk psoriasis yang sedang hingga parah begitu juga dengan psoriasis arthritis.
Merupakan analog sintetik asam folat yang bertindak sebagai inhibitor kompetitif dari enzim
dihidrofolat

reduktase

yang

bertanggungjawab

dalam

konversi

dihidrofolat

menjadi

tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat merupakan kofaktor penting dalam sintetis nukleotida timidilat


dan purin yang dibutuhkan dalam sintetis DNA dan RNA. Metotreksat menghambat replikasi
dan fungsi sel T dan B serta menekan sekresi berbagai jenis sitokin. Metotreksat juga menekan
pembelahan sel epidermal. Sebaiknya dihindari bagi pasien infeksi aktif sebab adanya aktivitas
imunosupresif dari metroteksat. Dosisnya 7,5-15 mg/minggu ditingkatkan sebanyak 2,5 mg
secara bertahap tiap 2-4 minggu hingga berespon; dosis maksimal 25 mg/minggu. Kontra
indikasi untuk ibu hamil dan menyusui, dan pasien dengan infeksi aktif. Diperlukan pemeriksaan
darah lengkap, pemeriksaan fungsi ginjal dan liver. Dilakukan pengawasan terus-menerus, untuk
efek samping pada saluran cerna dan mukosa pada anak > 12 tahun dan dewasa diberikan asam
folat 5 mg setiap minggu untuk menurunkan efek samping. Toksik terhadap darah, paru, sal.
cerna. Penggunaan bersama AINS perlu dimonitor. Efek sampingnya Alopesia, fotosensitivitas,
rasa terbakar pada lesi psoriasis, muncul pada efek samping seperti penggunaan metotreksat
sebagai antireumatoid artritis.

Terapi Biologi
Pada terapi biologis, agen imunomodulator dirancang untuk mempengaruhi respon imun
merupakan basis terapi penyakit kutan, seperti psoriasis dan atopik dermatitis. Agen-agen
tersebut, yang diproduksi secara in vitro melalui teknologi rekombinan DNA, dibagi menjadi 3
kategori yakni :
1. Sitokin rekombinan manusia
2. Antibodi monoklonal manusia
3. Reseptor molekular yang dapat mengikat target molekul.

13

Infliksimab (remicade)

Merupakan antibodi monoklonal chimeric yang ditujukan untuk melawan TNF-.


Memiliki afinitas yang tinggi dalam bentuk yang larut dan transmembran TNF-, dengan

demikian dapat menginhibisi ikatan antara TNF- dengan reseptornya.


Keuntungan dibanding terapi lain adalah infliksimab tidak secara negatif berpengaruh

terhadap jumlah darah, tingkat enzim liver atau fungsi ginjal.


5 atau 10 mg/kg untuk 3x infus intravena pada minggu ke-0, 2 dan 6
ES : Sakit kepala, demam, menggigil, lelah, diare, faringitis, infeksi saluran nafas atas dan
saluran urin; reaksi hipersensitivitas; penyakit limfoproliferatif

Etenercept

Etanercept (Enbrel) adalah bloker TNF- yang lain berupa protein fusi yang mengikat

TNF- secara kompetitif sehingga mengganggu interaksinya dengan reseptor sel.


Diproduksi dengan menggunakan rekayasa genetik yang menggabungkan domain

ekstraseluler dari reseptor TNF- dengan fragmen kristal Fc IgG1 manusia.


Etanercept diperoleh dari manusia sehingga meminimalkan imunogenisitas.
Baik dikombinasikan dengan metotreksat pada pasien yang tidak merespon baik terapi

metotreksat tunggal.
Diindikasikan untuk pasien dewasa dengan plak psoriasis kronik yang sedang hingga parah

yang menjadi kandidat untuk terapi sistemik atau fototerapi.


50 mg secara subkutan 2x dalam 1 minggu
ES : Reaksi lokal pada daerah injeksi (terjadi pada 20% pasien); infeksi sal respirasi dan
GIT, nyeri abdominal, nausea dan muntah, sakit kepala

Alfacept

Merupakan protein fusi dimerik yang mengkombinasikan domain LFA-3 manusia dengan

bagian Fc dan IgG1 manusia.


Segmen LFA-3 alfacept mengikat CD2 pada sel T secara spesifik sehingga menginhibisi
aktivasi dan proliferasi sel T pada jaringan kutan, juga menginduksi apoptosis selektif dari
sel T memori-efektor sehingga menurunkan limfosit sirkulasi total yang bergantung pada

besarnya dosis.
Digunakan untuk terapi plak psoriasis sedang hingga parah juga untuk psoriasis artritis.
Respon signifikan biasanya diperoleh setelah 3 bulan terapi.
15 mg secara intramuskular 1x dalam seminggu
14

ES : Faringitis, gejala menyerupai influenza, menggigil, pusing, nausea, sakit kepala, nyeri
pada daerah injeksi dan inflamasi dan infeksi non spesifik

Efalizumab

Merupakan antibodi monoklonal yang diperoleh dari manusia, bekerja menginhibisi

integrin CD11- yang terlibat dalam aktivasi sel T, migrasi ke kulit, serta fungsi sitotoksik.
Efalizumab disetujui untuk terapi pada pasien dewasa dengan plak psoriasis kronik yang

sedang hingga berat yang menjadi kandidat terapi sistemik atau fototerapi.
1 mg/kg secara subkutan sekali seminggu
ES : Sakit kepala, nausea, menggigil, infeksi non spesifik, nyeri, demam, dan astenia

Fotokemoterapi

Fotokemoterapi umumnya terdiri dari terapi dengan sinar ultraviolet B dan PUVA. Sinar
UVB (290-320 nm) terus menjadi salah satu fotokemoterapi yang penting dalam intervensi
psoriasis. Panjang gelombang UVB yang paling efektif untuk terapi psoriasis ialah 310313 nm. Hal tersebut telah dibuktikan dari berbagai studi klinik pada pasien dengan

psoriasis tipe plak.


Fototerapi UVB juga memberikan hasil yang lebih efektif ketika ditambahkan dengan

terapi sistemik, seperti metotreksat dan retinoid.


UV-A yang dikombinasikan dengan metoksalen oral (PUVA) merupakan pendekatan
fotokemoterapi. Kandidat untuk terapi PUVA biasanya mengalami psoriasis yang
melumpuhkan dengan tingkat keparahan sedang hingga berat yang tidak memberikan
respon terhadap terapi konvensional baik topikal maupun sistemik.
PUVA sistemik terdiri atas obat oral yang berperan sebagai foto sensitizer seperti 8-

metoksipsalen (8-methoxypsoralen).
Kombinasi, Rotasi serta Urutan Terapi
Jika monoterapi dengan agen sistemmik tidak memberikan hasil optimal, kombinasi terapi
sistemik dengan metode lain mungkin dapat memberikan manfaat. Kombinasi yang dapat
dilakukan meliputi :

Acitretin + UV-B
15

Acitretin + fotokemoterapi menggunakan sinar UV-A (PUVA)


Metotreksat + UV-B
PUVA + UV-B
Metotreksat + siklosporin
Rotasi terapi melibatkan penggunaan regimen biologi untuk periode tertentu, lalu

berganti pada regimen nonbiologi, dan terus demikian. Salah satu tujuan pendekatan ini adalah
untuk meminimalkan toksisitas obat yang terakumulasi. Urutan terapi meliputi menghilangkan
lesi psoriasis secara cepat dengan terapi agresif seperti siklosporin, kemudian diikuti oleh
periode transisi dengan menggunakan obat-obat yang lebih aman, seperti acitretin, yang dimulai
dengan dosis maksimal. Selanjutnya, terapi masuk dalam periode pemeliiharaan dengan
menggunakan acitretin pada dosis rendah atau kombinasi dengan UV-B dan UV-A.6
Prognosis
Psoriasis tidak menyebabkan kematian tetapi menggangu kosmetik karena perjalanan
penyakitnya bersifat kronis dan residif. Psoriasis gutata akut timbul cepat. Terkadang tipe ini
menghilang secara spontan dalam beberapa minggu tanpa terapi. Seringkali, psoriasis tipe ini
berkembang menjadi psoriasis plak kronis. Penyakit ini bersifat stabil, dan dapat remisi setelah
beberapa bulan atau tahun, dan dapat saja rekurens sewaktu-waktu seumur hidup. Pada psoriasis
tipe pustular, dapat bertahan beberapa tahun dan ditandai dengan remisi dan eksaserbasi yang
tidak dapat dijelaskan. Psoriasis vulgaris juga dapat berkembang menjadi psoriasis tipe ini.
Pasien denan psoriasis pustulosa generalisata sering dibawa ke dalam ruang gawat darurat dan
harus dianggap sebagai bakteremia sebelum terbukti kultur darah menunjukkan negatif. Relaps
dan remisi dapat terjadi dalam periode bertahun-tahun.7

Daftar Pustaka
1. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2016.h.214.189-203.384.
2. Gleadle J. Pengambilan Anamnesis. Dalam At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Jakarta: Erlangga, 2007.h.1-17.
3. Houghton RA, Gray D. Gejala dan tanda dalam kedokteran klinis. Kulit,kuku dan
rambut. Jakarta: PT Indeks. 2012.h.362-75.
16

4. Gudjonsson JE, Elder JT. Fitzpatrick. Dermatology in general medicine. Psoriasis.


Newyork: Mc graw hill.2008.h.180.
5. Geng A, McBean J, Zeikus P.S, et al. Psoriasis. Dalam Kelly A.P, Taylor S.C, Editors.
Dermatology for skin of color. New York:Mc Graw Hill;2009.h.139-146.
6. Sukandar, Elin Yulinah. Iso Farmakoterapi. Jakarta: ISFI Penerbit.2008.h.132-9.
7. Wolff K., Johnson R.A. Psoriasis. Dalam Wolff K., Johnson R.A.Fitzpatricks color atlas
and synopsis of clinical dermatology. Edisi keenam. New York:Mc Graw Hill;2009.h.5371.

17

Anda mungkin juga menyukai