SKENARIO C BLOK 27
DISUSUN OLEH :
Nama
: Rafenia Nayani
NIM
: 04121401024
Kelas
Kelompok : IV
I.
Analisis Masalah
1. Awi, anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH Karena
mengalami kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Awi menderita panas
tidak tinggi dan batuk pilek.
1.1.
=
Asma
Bronkiolitis
Epiglotitis
Myocarditis
- Pneumonia
- Croup
- Aspirasi benda asing
1.2.
1.3.
Bagaimana hubungan antara riwayat panas tidak tinggi dan batuk pilek
2 hari yang lalu dengan kesulitan bernafas saat ini ?
Kesulitan bernapas yang di alami oleh awi merupakan manifestasi
b.
Suatu gambaran yang abnormal (agitasi yang berat atau letargi) atau
sianosis pada anak dengan peningkatan usaha nafas dapat
mengindikasikan kemungkinan gagal nafas.
c.
Respiratory arrest: terjadi ketika tidak ada lagi pernapasan yang efektif
pada anak. Respiratory arrest merupakan penyebab yang paling sering
Gagal Nafas
2. Pemeriksaanfisik:
Anak digendong ibu, gelisah, menangis terus. Sewaktu hendak diperiksa, anak
semakin gelisah, anak terus memberontak, keempat ekstremitas bergerak aktif
simetris. Bibir dan sekitarnya tampak biru. Nafas terlihat cepat dengan
4
peningkatan usaha nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak
menarik nafas. Berat badan 12 kg, panjang badan 86 cm, temperatur 37 oC di
axilla.
2.1.
=
Hasil Pemeriksaan Fisik
Interpretasi
keempat
bergerak
aktif
simetris.
Bibir dan sekitarnya tampak edema laring udara tidak bisa masuk
biru
inspirasi.
Obstruksi jalan nafas akibat infeksi
(edema subglotis, inflamasi mukosa,
eksudat
fibrin)
hipoksia
usaha
bernafas
untuk
suara
menggetarkan
struktur
tersebut
Normal
36-37 oC
(subfebris)
tidak
terlalu
Pada kasus ini, kemungkinan besar anak mengalami viral croup. Viral croup
merupakan penyebab yang paling sering dari stridor akut. Sebagian besar
penegakkan diagnosis cukup dilakukan dengan pemeriksaan klinis pada pasien.
Selain itu, sistem paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan croup
beratnya adalah Skor Westley. Hal ini terutama digunakan untuk tujuan penelitian,
jarang digunakan dalam praktek klinis (lihat di sintesis).
-
Initial Triage:
Kita harus mendapatkan sejarah singkat mengenai kondisi medis sekarang dan
dahulu pasien/ riwayat kelahiran (rawat inap, intubasi/ventilasi mekanik) dan
Pada kasus ini, Croup score pasien adalah 14, sehingga pasien termasuk dalam
severe croup.
=
Respiratory rate 48x/menit
24-40
kali/menit
(-)
Terjadi
peningkatan
respiratory
rate
yang
kompensasi
untuk
memenuhi
kebutuhan oksigen.
Gerakan dinding dada simetris Normal
kiri dan kanan
Retraksi supra sternal dan sela Abnormal.
iga (+)
Pada
kasus
ini,
terjadi
mengakibatan
berusaha
terjadi
hypoxia.
mengkompensasi
Normal
4. Jantung: tidak ada kelainan HR: 135kali/menit, nadi brachialis kuat, nadi
radialis kuat.
4.1.
=
9
Normal
HR 135x/menit
90-150x/
Normal
menit
Nadi
brachialis
kuat,
nadi Normal
radialis kuat
2. Template
1. How to diagnose (Pediatric Assesment Triangle)
= Penilaian awal pediatrik dimulai dengan kesan umum melalui observasi yang
disebut sebagai Pediatric Assessment Triangle (PAT). Teknk penilaian ini
dilakukan tanpa memegang anak. Dengan melihat dan mendengar, pemeriksa
dapat mendapatkan kesan kegawatan anak.
Tiga komponen PAT adalah:
Penampilan anak/Appearance
Upaya napas/Work of Breathing
Sirkulasi/Circulation
1. Penampilan anak
o
o
o
10
Tonus (T=tone)
Interaksi (I = interactiveness)
Konsolabilitas (C = consolability)
Tone
Normal
dengan
lumpuh?
Bagaimana
Apakah
tidak
bersemangat
atau pemeriksa?
Apakah
anak
ditenangkan
oleh
respon
yang
sekalipun
kontak
mata
Speech/cry
2. Upaya napas
Upaya napas merefleksikan usaha anak dalam mengatasi gangguan oksigenasi
dan ventilasi. Karakteristik yang dinilai adalah:
Karakteristik
Suara napas
yang
normal/Abnormal
sound
Posisi
tubuh
yang
normal/Abnormal positioning
Retraksi/Retraction
Cuping hidung/Flaring
bobbing
Napas cuping hidung
3. Sirkulasi
Sirkulasi mencerminkan kecukupan curah jantung dan perfusi ke organ vital.
Hal yang dinilai:
Karakteristik
Pucat/Pallor
Mottling
Sianosis
tersebut
Kulit bercak kebiruan akibat vasokonstriksi
Kulit dan mukosa tampak biru
12
Dari
darurat
evaluasi
pada
anak
gawat
dengan
mengalami
distress
pernapasan.
Selanjutnya dilakukan primary survey yakni evaluasi ABCD:
Primary Survey
1. Airway
Evaluasi : Apakah pasien dapat menangis atau berbicara?
Stridor : indikasi sumbatan parsial.
Tidak perlu pasang ETT karena pasien sadar.
2. Breathing
Evaluasi RR, mekanik pernapasan (nasal flaring, retractions,
mengurangi edem.
3. Circulation
Evaluasi warna kulit, tekanan darah, frekuensi jantung.
Capillary refill time, pulse quality.
4. Disability
13
Unresponsive)
GCS
Postur
Pupil
4. Differential diagnose
= Diagnosis banding yang paling sering pada penyakit croup adalah
epiglottitis, aspirasi benda asing dan angioedema. Pada epiglottitis
terdapat demam tinggi, tidak adanya batuk croupy,
terdapat posisi
mendadak dan
diperlukan
sebagai
pertahanan
pejamu
terhadap
endothel
merupakan
pembatas
antara
darah
dan
rongga
17
18
udara
Droplet
Kontak langsung
7. Tatalaksana
= Seperti dengan semua pasien, ABC (Airway, Breathing, Circulation)
spasme pada
harus diprioritaskan. Inflamasi,
Pasien dengan
tanda-tanda kegagalan pernapasan
epithelium larynx (region
yang
diharapkan.
Oksigen
harus
diberikan
untuk
Dysfungsi
dari 94%.
vocal Anak harus tetang untuk
mempertahankan saturasi
92% sampai
cord dan obstruksi
Jaringan
utama. Dalamnafas
ulasan Cochrane baru-baru ini, deksametason
terbukti
kekurangan
suplaiangka
darah
mengurangi gejala, mengurangi lama rawatan, dan menurunkan
Nafas kembali penderita
Retraksicroup. Deksametason
Tachypneu diberikan sebagai
kunjungan
cuping
supra
(45x/menit)
dosis
tunggal 0,6 mg /sternal
kg per oral
hidung
dan/ IM / IV (oral lebih disukai, meskipun
sela iga
parenteral rute telah terbukti
sama-sama efektif) sampai maksimal HR
10 mg.
135x/menit
Ada beberapa studi yang menunjukkan dosis rendah deksametason
(0,15Mekanisme pertahanan tubuh terhadap
Imunitas non
nebulizer) dan telah
terbukti sama efektifnya dengan deksametason,
Respon
spesifik
inflamasi
Set point di
meskipun ketersediaan,
biaya, dan kenyamanan membuat deksametason
hypothalamus
pilihan
menarik.hypotalamus
Makrofag
dan yang lebihMemicu
Epinefrin nebulasimengeluarkan
digunakan pada croup sedang
sampai berat. LMengeluarkan
produksi sitokin
prostaglandin
Epinefrin diberikan 5 fosfolipase
mL dalam 1: 1000 larutan
(epinefrin rasemat
Demam
(IL-1, IL-6, TNF(fosfolipid
diberikan
0,5
mL
dari
larutan
2,25%
dalam
2,5
mL
normal
saline)
)
as.arakidonat)
Merangsang
jantung yang serius dari pengobatan epinephrine sangat
jarang, tetapi
Merangsang
sel B
reseptor
batukterus
anak yang diberikan terapi epinefrin tetap harus monitoring
jantung
berproliferasi
Secret mucus
untuk
menerus.
menjadi lebih
mengeluarkan
Terbentuk
IgE yang
Intubasi
endotrakeal dilakukan pada pasien sindrom croup yang berat,
banyak
mucus
diikat oleh mastosit dan
yang tidak responsif dengan terapi lain dan merupakan terapi alternatif
basophil
Mediator inflamasi
histamine,
eosinophil, tripase,
kinin
Merangsang
sel mukosa
19
penghasil
mukus
Pilek
Batuk
atau
penyebaran infeksi.
Berikan pengobatan yang tepat dengan gejala infeksi pernapasan.
Beri anak minum yang cukup
Hindari paparan iritasi pernapasan seperti asap.
10. Prognosis
= Meskipun sebagian besar anak-anak dengan croup membaik setelah 48 jam,
namun ada beberapa kasus yang membutuhkan waktu lebih lama untuk
penyembuhan. Penatalaksanaan di rumah sakit untuk pengebotan yang lebih
intensif ditemukan pada beberapa kasus dengan jumlah yang sedikit. Hanya
20
pasien
selanjutnya.
Lulusan
3. Learning issue
A. ANATOMI
SISTEM
dokter
juga
mampu
trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus
dilapisi oleh membran mukosa bersilia.
Hidung
Ketika masuk rongga hidung udara disaring, dihangarkan, dan dilembabkan.
Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari
epitel thorax bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh
lapisan mukus yang dieksresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu
yang kasar disaring oleh ranbum-rambut yang terdapat di hidung, dan partikel
yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus.
Faring
Di bagian ini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan mukus
memberikan air untuk kelembaban, dan banyaknya jaringan pembuluh darah di
bawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi.
Larynx
Larynx terdiri dari cartilago, ligamen,otot otot, dan pita suara. Cartilago
thyroidea adalah yang terbesar yang dapat dirasakan di depan leher yang biasanya
dikenal sebagai jakun. Letaknya tepat di atas cartilago cricoidea yang mana
terhubung dengan cartilago thyroidea oleh sebuah jaringan ikat, membrane
cricotyroidea.
Trachea
Trachea adalah tabung yang panjangnya sekitar 13 cm dan diameternya 2,5 cm.
Trachea mempunyai dinding fibroelastis yang tertanam dalam balok balok
rawan hialin berbentuk huruf U yang mempertahankan trachea tetap terbuka.
Trachea berasal dari leher di bawah cartilage cricoidea larynx setinggi corpus
vertebra cervicalis VI. Ujung bawah trachea terdapat dalam thorax setinggi
angulus sterni (pinggir bawah vertebra thoracica IV) dan membelah menjadi
bronchus kanan dan kiri
Bronchus
22
Bronchus ada 2 yaitu bronchus kanan dan bronchus kiri. Bronchus principalis
kanan lebih besar, lebih pendek, dan lebih vertical dibandingkan bronchus
principalis kiri. Bronchus kanan panjangnya sekitar 2,5 cm. Sebelum masuk ke
hillus paru paru kanan, bronchus principalis mempercabangkan bronchus
lobaris superior. Waktu masuk ke hillus, ia membelah menjadi bronchus lobaris
medius dan bronchus lobaris inferior. Bronchus principalis kiri lebih sempit, lebih
panjang, dan lebih horizontal dibandingkan bronchus principalis kanan dan
panjangnya sekitar 5 cm. Ia berjalan ke kiri di bawah arcus aorta dan di depan
esophagus. Waktu masuk ke hillus paru paru kiri, ia bercabang menjadi
bronchus lobaris superior dan inferior.
Struktur anatomi sistem pernafasan anak, terutama pada anak dibawah usia 5
tahun masih mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan
sistem pernafasan pada anak terutama terjadi di pulmo (paru-paru) dan chest wall
(dinding dada).
23
masih terus
berlangsung. Jumlah alveoli bertambah dari sekitar 20-50 juta saat lahir menjadi
sekitar 300 juta pada usia 8 tahun. Penambahan jumlah alveoli berbanding lurus
dengan luas permukaan alveoli dari sekitar 2,8m2 pada saat lahir menjadi 32m2 pada
umur 8 tahun. Saat dewasa, luas permukaan alveoli akan menjadi sekitar 75m2.
Ventilasi kolateral melalui pores of Kohn dan Lamberts canal masih belum
berkembang sempurna pada perkembangan awal anak. Hal ini menyebabkan
atelektasis cenderung lebih sering ditemukan pada anak dibanding pada orang
dewasa.
24
25
sela vertebrae C3-4, lebih tinggi dibanding laring dewasa yang terletak
sejajar dengan sela vertebrae C4-5. Perbandingan ukuran lidah terhadap rongga mulut
anak lebih besar dibanding pada dewasa. Bagian saluran nafas atas tersempit pada
anak terletak pada cincin cricoid dibandingkan dengan dewasa seperti pada Gambar
4.
Jalan nafas
Jalan nafas bayi dan anak sangat berbeda dengan dewasa. Perbedaan paling
dramatis terlihat pada waktu bayi dan mungkin berkurang dimasa anak seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya. Jalan nafas anak usia 8 tahun secara
karakteristik sudah menyerupai dewasa. Perbedaan paling mencolok adalah dalam hal
ukuran diameter karena saluran nafas anak jelas lebih kecil. Selain lebih sempit, jalan
nafas mulai dari rongga hidung mudah sekali tersumbat oleh sekret, edema, darah,
bahkan tertutup oleh sungkup (face-mask) yang menyebabkan peninggian usaha nafas
(work of breathing).
26
27
Jaringan ikat elastis yang membatasi dan menjadi sekat antara alveoli
memungkinkan udara masuk dan keluar dari jalan nafas berdasarkan rekoil
elastisitasnya. Pada hari pertama kehiduan, alveoli gampang sekali menjadi kolaps.
Dengan bertambahnya usia, jaringan ikat yang menjadi sekat antar alveoli ini akan
bertambah lentur dan elastis. Faktor imaturitas menjadi penyebab utama defisiensi
surfaktan yang menyebabkan kurangnya kemampuan alveoli untuk mengembang/
inflasi
dan
tidak
dapat
mempertahankan
agar
alveoli
tidak
mengempis.
Inspirasi adalah proses yang aktif, proses ini terjadi bila tekanan intra
pulmonal (intra alveol) lebih rendah dari tekanan udara luar. Pada tekanan biasa,
tekanan ini berkisar antara -1 mmHg sampai dengan -3 mmHg. Pada inspirasi dalam
tekanan intra alveoli dapat mencapai -30 mmHg. Menurunnya tekanan intra pulmonal
pada waktu inspirasi disebabkan oleh mengembangnya rongga toraks akibat kontraksi
otot-otot inspirasi.
Ekspirasi adalah proses yang pasif, proses ini berlangsung bila tekanan intra
pulmonal lebih tinggi dari pada tekanan udara luar sehingga udara bergerak keluar
paru. Meningkatnya tekanan di dalam rongga paru terjadi bila volume rongga paru
mengecil akibat proses penguncupan yang disebabkan oleh daya elastis jaringan paru.
Penguncupan paru terjadi bila otot-otot inspirasi mulai relaksasi. Pada proses
ekspirasi biasa tekanan intra alveoli berkisar antara + 1 mmHg sampai dengan + 3
mmHg (Alsagaff, 2002).
Bahan yang dapat mengganggu sistem pernapasan adalah bahan yang mudah
menguap dan terhirup saat kita bernafas. Tubuh memiliki mekanisme pertahanan
untuk mencegah masuknya lebih dalam bahan yang dapat mengganggu sistem
pernapasan, akan tetapi bila berlangsung cukup lama maka sistem tersebut tidak dapat
lagi menahan masuknya bahan tersebut ke dalam paru-paru.
Tanda-tanda dan Gejala Gangguan Fungsi Pernapasan
Gangguan pada fungsi pernapasan di tandai dengan keluhan-keluhan utama
berupa : batuk, sesak, batuk darah, nyeri dada (Danusantoso, 2000).
1. Batuk
Batuk adalah suatu refleks defasif belaka yaitu untuk membersihkan saluran
pernapasan dari sekrit (berupa mucus), bahan nekrotik, benda asing, dan sebagainya.
Refleks ini bisa pula ditimbulkan berbagai rangsangan pada mukosa saluran
pernapasan dan juga dari rangsangan pleura parietalis (Danusantoso, 2000).
2. Sesak
29
Keadaan ini merupakan akibat kurang lancarnya pemasukan udara pada saat
inspirasi atau pengeluaran udara saat ekspirasi, yang disebakan oleh adanya
penyempitan ataupun penyumbatan pada tingkat bronkeolus/ bronkus/ trakea/ larings.
Sebab lain adalah karena berkurangnya volume paru yang masih berfungsi baik, juga
berkurangnya elastis paru, bisa juga karena ekspansi paru terhambat (Danusantoso,
2000).
3. Batuk Darah
Adanya lesi saluran pernapasan dari hidungn sampai paru yang juga mengenai
pembuluh darah. Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan
bahwa pendarahan tersebut berasal dari saluran pernapasan bawah, dan bukan berasal
dari nasofaring atau gastro instestinal. Dengan perkataan lain bahwa penderita
tersebut benar-benar batuk darah bukan muntah darah (Alsagaff, 2002).
4. Nyeri Dada
Keluhan ini dapat bersumber pada pleura parietalis, jantung, mediastinum dan
dinding toraks (Danusantoso, 2000).
Adanya bermacam-macam nyeri dada, nyeri yang terdapat pada sentral dan
dada menunjukkan adanya infeksi pada trakea, nyeri yang terdapat pada samping
dada yang karakteristik seperti ditusuk dan semakin sakit pada inspirasi menunjukkan
adanya pleuritis, nyeri juga dapat disebabkan oleh herpes dan sulit dibedakan dengan
nyeri yang berasal dari serabut saraf kolumna vertebralis, nyeri juga terjadi akibat
fraktur (Rab,1996).
Perbedaan fisiologi respirasi pada anak dan orang dewasa adalah sebagai
berikut.
1. Pada bayi dan anak lebih dominan pergerakan dinding abdomen karena otot
intracosta relatif lebih lemah, iga lebih horizontal, compliance rendah
sehinggasusah mengembangkan dinding dada
2. perbedaan konfigurasi anatomi rongga dada- letak costa yang horisontal- tidak
memungkinkan perluasan rongga dada yang sama dengan dewasa, sehingga
pemenuhan
oksigen
bayi
harus
memperdalamkan nafasnya
30
bernafas
lebih
sering
daripada
3. 50% otot diafragma orang dewasa merupakan otot tipe I yang sangat tahan
terhadap kelelahan, sedangkan neonatus hanya 25% dan bayi prematur hanya
10%. Hal ini menyebabkan diafragma bayi akan cepat melelahkan diafragma
4. tingkat metabolik istirahat anak lebih tinggi dengan kebutuhan oksigen yang
lebih tinggi. Sehingga sedikit peningkatan kebutuhan akan menyebabkan
hypoxia. Hypoxia pada bayi menyebabkan bradycardia (kurang dari
100X/mnt) daripada tachycardia, seperti pada orang dewasa
5. bayi lebih banyak mengembangkan paru bagian atas daripada daerah
dependent seperti pada orang dewasa, meskipun pola perfusinya sama.
Perbedaan ini bisa akan tetap hingga mencapai usia 20 tahun. Pada bayi
dengan kelainan paru unilateral, oxygenasi bisa dioptimalkan dengan
memposisikan paru yang baik pada bagian atas
6. pada bayi kecil dead space lebih dari kapasitas fungsional residual. Didaerah
dependent mungkin terjadi penutupan saluran nafas bahkan selama bernafas
normal
C. DISTRESS PERNAPASAN
Distress pernapasan merupakan suatu keadaan sistem respirasi
melakukan kompensasi untuk memperbaiki pertukaran gas yang menurun
dalam paru serta mempertahankan oksigenasi dan ventilasi.
Etiologi
Perubahan
Volume
Fisiologis
Tidal
Hipoksemia,
asidemia, demam,
peningkatan
metabolism
Penyakit restriktif
Frekuensi
Pernapasan
Sedikit
-
Bervariasi
31
Temuan Lain
Mendengkur, pernapasan
paksa pada inspirasi
Inspirasi
memanjang,
pernapasan paksa pada
inspirasi
Ekspirasi
memanjang,
atau
Penyakit
neuromuscular
Gangguan
pengendalian
Normal
atau
Diagnosis
No
1
2
3
4
Penilaian
Status
mental
Tonus
otot/
posisi
tubuh
Gerakan
dada
Upaya
napas
Warna
kulit
Tindakan
Distress Nafas
Sadar, agitasi,
melawan
Normal, posisi
tripod
Gagal Nafas
Henti Nafas
Agitasi hebat atau Tidak responsif
kurang responsive
Normal
atau Atonia
hipotonia
Ada
Ada
Tidak ada
Meningkat
Segera
buka
saluran nafas, hisap
lendir, berikan O2,
segera
berikan
bantuan ventilasi
tekanan
positif,
nilai
ulang
ada/kembalinya
nafas
spontan,
pengobatan
berdasarkan
evaluasi
selanjutnya
33
Pasang NGT untuk menghindari distensi lambung, muntah dan aspirasi jika
BVM ventilasi berkepanjangan diperlukan.
34
Anak yang tidak ada respon dengan ventilasi BVM, harus dilakukan
Gagal Nafas
35
adalah batuk yang menggonggong, suara serak, stridor inspirasi, dengan atau tanpa
adanya obstruksi jalan napas2.
Pada croup sindrom ini terdapat suatu kondisi pernafasan yang biasanya
dipicu oleh infeksi virus akut saluran napas bagian atas. Infeksi menyebabkan
pembengkakan di dalam tenggorokan, yang mengganggu pernapasan normal. Selain
itu juga terjadi suatu pembengkakan di sekitar pita suara, terjadi biasanya secara
umum pada bayi dan anak-anak dan dapat memiliki berbagai penyebab
Klasifikasi
Secara umum Croup Sindrom diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
A. Viral Croup (laringotrakeobronhotis)
Ditandai dengan gejala-gejala prodromal infeksi pernafasan: gejala obstruksi
saluran pernafasan berlangsung selama 3-5 hari. Usia 6 tahun. Stridor (+),
Batuk (sepanjang waktu), Demam (+) yang tinggi, durasi 2-7 hari, Keluarga
sejarah (+), kecenderungan oleh asma (-).
B. Spasmodic Croup
Spasmodic croup, batuk hebat, terdapat faktor atopik, tanpa gejala
prodromal, anak tiba-tiba bisa mendapatkan obstruksi saluran pernapasan,
biasanya pada malam hari sebelum menjelang tidur, serangan terjadi sebentar
kemudian kembali normal.
Selain klasifikasi secara umum, juga terdapat klasifikasi berdasarkan derajat
keparahan batuk atau derajat kegawatan, dikelompokkan menjadi 4 kategori:
1.
2.
3.
akan tetapi, lebih terdengar jelas ketika pasien beristirahat, dan kadang-kadang
disertai dengan stridor ekspirasi, retraksi dinding dada, juga terdapat gangguan
4.
pernapasan.
Gagal napas mengancam: Batuk kadang-kadang tidak jelas, stridor positif
(kadang sangat jelas ketika pasien beristirahat), terdapat sedikit gangguan
kesadaran (letargi), dan kelesuan.
Patofisiologi
Virus (terutama parainfluenza dan RSV) dapat terjadi karena inokulasi
langsung dari sekresi yang membawa virus melalui tangan atau inhalasi besar terjadi
partikel masuk melalui mata atau hidung. infeksi virus di laryngotrakeitis,
laryngotrakeobronkitis dan laryngotrakeobronkopneumonia biasanya dimulai dari
nasofaring atau oropharynx yang turun ke laring dan trakea setelah masa inkubasi 2-8
hari. Diffuse peradangan yang menyebabkan eritema dan edema dinding mukosa dari
saluran pernapasan. Laring adalah bagian tersempit saluran pernafasan atas, yang
membuatnya sangat suspectible untuk terjadinya obstruksi.
Edema mukosa yang sama pada orang dewasa dan anak-anak akan
mengakibatkan perbaikan yang berbeda. Edema mukosa dengan ketebalan 1 mm akan
menyebabkan penyempitan saluran udara sebesar 44% pada anak-anak dan 75% pada
bayi. Edema mukosa dari daerah glotis akan menyebabkan gangguan mobilitas pita
suara. Edema pada daerah subglottis juga dapat menyebabkan gejala sesak napas.
Airway karena turbulensi udara menyebabkan peradangan yang menyebabkan
penyempitan stridor diikuti retraksi dinding dada yang dapat terjadi (selama
inspirasi). Di daerah Laryngotrakeitis edematous akut, ada histologis mengandung
infiltrat selular di lamina propria, submukosa dan advensisia. Infiltrat ini berisi
histiosit, limfosit, sel plasma, dan neutrofil.
Pergerakan dinding dada dan juga dinding abdomen yang tidak teratur
menyebabkan pasien kelelahan serta mengalami hipoksia dan hiperkapnea. Pada
keadaan ini dapat terjadi gagal napas atau bahkan juga terjadi henti napas.
Manifestasi Klinis
37
Gejala klinis di awali dengan suara serak, batuk menggonggong dan stridor
inspiratoir. Bila terjadi obstruksi stridor menjadi makin berat, tetapi dalam kondisi
yang sudah payah stridor melemah. Dalam waktu 12-48 jam sudah terjadi gejala
obstruksi saluran napas atas. Pada beberapa kasus hanya didapati suara serak dan
batuk menggonggong, tanpa obstruksi napas. Keadaan ini akan membaik dalam
waktu 3 sampai 7 hari. Pada kasus lain terjadi obstruksi napas yang makin berat,
ditandai dengan takipneu, takikardia, sianosis dan pernapasan cuping hidung. Pada
pemeriksaan
toraks
dapat
ditemukan
retraksi
supraklavikular,
suprasternal,
interkostal, epigastrial.
Bila anak mengalami hipoksia, anak tampak gelisah, tetapi jika hipoksia
bertambah berat anak tampak diam, lemas, kesadaran menurun. Pada kondisi yang
berat dapat menjadi gagal napas. Pada kasus yang berat proses penyembuhan terjadi
setelah 7-14 hari1. Anak akan sering menangis, rewel, dan akan merasa nyaman jika
duduk di tempat tidur atau digendong.
Diagnosis
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan suara serak, hidung berair, peradangan faring, dan
frekuensi napas yang sedikit meningkat. Kondisi pasien bervariasi sesuai dengan
derajat stres pernapasan yang diderita.
Pemeriksaan langsung area laring pada pasien croup tidak terlalu diperlukan.
Akan tetapi, bila diduga terdapat epiglotitis (serangan akut, gawat napas/respiratory
distress, disfagia, drooling), maka pemeriksaan tersebut sangat diperlukan.
Sistem paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan croup beratnya
adalah Skor Westley. Hal ini terutama digunakan untuk tujuan penelitian, jarang
digunakan dalam praktek klinis. Ini adalah jumlah poin yang dipaparkan untuk lima
faktor: tingkat kesadaran, cyanosis, stridor, masuknya udara, dan retraksi. Hal-hal
yang diberikan untuk setiap faktor terdaftar dalam tabel ke kanan, dan skor akhir
berkisar dari 0 sampai 17 .
38
Total skor 3-5 diklasifikasikan sebagai croup moderat. Hal ini menyajikan
dengan mendengar stridor mudah, tetapi dengan beberapa tanda-tanda lain.
Hal ini juga menyajikan dengan stridor jelas, tetapi juga fitur ditandai dinding
dada indrawing.
Diam
Bingung
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan radiologis tidak
perlu dilakukan karena diagnosis biasanya dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis,
gejala klinis, dan pemeriksaan fisik.
Bila ditemukan peningkatan leukosit >20.000/mm 3 yang didominasi PMN,
kemungkinan telah terjadi superinfeksi, misalnya epiglotitis.
39
40
2.
3.
obstruksi pada pasien dengan keadaan klinis yang lebih berat, seperti adanya stridor
sejak usia di bawah 6 bulan atau stridor pada saat aktivitas. Selain itu, pemeriksaan
ini juga dilakukan bila pada gambaran radiologis dicurigai adanya massa.
DAFTAR PUSTAKA
American Academic of Pediatric. 2005. Pediatric Education for Prehospital
Professionals (PEPP). Canada: Jones dan Barlett Publishers
Bratawijaya, karnen G dan Rengganis, Iris. 2010. Imunologi Dasar edisi ke-IX.
Jakarta: Balai Penerbit,FKUI
British Columbia Ambulance Service Guidelines. 2013. Category (Pediatric)
"Pediatric Respiratory Distress, Respiratory Failure, & Respiratory Arrest".
Diakses dari: http://bctg.bcas.ca/Category/Introduction/124
Children Hospital Colorado. 2011. Croup Clinical Care Guidelines: Age 6 months to
3 Years. Diakses dari:
42
http://www.childrenscolorado.org/File%20Library/ConditionsPrograms/Breathing/Croup-Clincal-Care-Guidelines.pdf
Croup (Laringotrakeobronkitis akut), Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama.
Badan Penerbit IDAI: 2008. p 320-328.
Croup, Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO,DEPKES dan
IDAI. 2009. p 104-105
Defendi, Germain L. 2014. Croup. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/962972-overview
Dieckmenn, R. & Brownstein, D. 2010. The Pediatric Assessment Triangle. Pediatric
Emergency Care. 26 (4): 312-315.
Dominic A dan Henry A Kilham Fitzgerald, 2003, Croup: Assesment and EvidenceBased Management. Medical Journal The Australia. MJA 2003; 179 (7) : 372377
Hardiono d. pusponegoro dkk. Standar Pelayanan Medis Anak Edisi I. Ikatan Dokter
Anak Indonesia: 2004.
Harjono, Rima M, dr dkk. Kamus Kedokteran Dorland. EGC: 1996
Orenstein DM: Acute inflammatory upper airway obstruction In: Behrman RE,
Kliegman RM, Jensen HB (eds). Nelson Textbook of Paediatrics 16th ed.
Philadelphia, W.B. Saunders, 2000; 1275 - 9. 12.
Roosevelt GE. Inflamasi akut obstruksi jalan napas atas (batuk, Epiglottitis,
laringitis, dan trakeitis bakteri). Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson
HB, BF Stanton. Nelson Textbook of Pediatrics.18 ed. Philadelphia, Pa:
Saunders Elsevier; 2007: chap 382
Sindroma Croup, Penyakit Respirologi, Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi III, Buku
satu, RSUD dr. Soetomo Surabaya: 2008. p 57-61
Wardiyah, H. Dkk. 2014. Referat: Kegawatdaruratan Respirasi pada Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Zoorob, R., Sidani, M. & Murray, J. 2011. Croup: An Overview. American Family
Physician. 83(9):1067-1073.
43
44