Anda di halaman 1dari 6

A.

Skenario
Seorang perempuan berusia dewasa muda diantar oleh penyidik ke Instalasi Forensik
untuk dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan keterangan pasien, ia dipaksa untuk berhubungan
seksual oleh suaminya sekitar beberapa jam yang lalu. Kejadian ini sudah terjadi beberapa
kali selama dua tahun usia perkawinan mereka. Menurut pasien, hubungan pernikahan mereka
kurang harmonis dan sering terjadi pertengkaran mulut. Selain itu, pasien mengaku sering
dipukuli oleh suaminya dalam keadaan marah. Pasien baru melapor ke polisi karena sudah
tidak tahan.

B. Kata Kunci
- Perempuan dewasa muda
- Paksaan berhubungan seks oleh suami
- Sering dipukuli oleh suami
- Terjadi dalam 2 tahun terakhir

C. Pertanyaan
1. Bagaimana deskripsi luka pada skenario?
2. Bagaimana patomekanisme terjadinya luka pada skenario?
3. Jelaskan karakteristik kemungkinan agen penyebab luka!
4. Jelaskan keparahan/derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku!
5. Jelaskan penyebab kerusakan paling mungkin (MCOD)!
6. Jelaskan pengertian KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)!
7. Bagaimana penanganan luka pada pasien?

D. Jawaban
1. Deskripsi Luka
Luka I :
Satu buah luka tertutup pada paha kiri sisi dalam dengan
bentuk tidak teratur berukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm.
Titik koordinat luka tidak dapat ditentukan. Karakteristik
luka: batas tidak tegas, berwarna merah keunguan,
perdarahan tidak aktif dan daerah sekitar luka tidak
mengalami kelainan.
Diagnosis:
LUKA MEMAR (diperkirakan umur luka 1-18 jam)

Luka II :
Satu buah luka tertutup pada lengan kiri sisi luar dengan
bentuk tidak teratur berukuran panjang 4 cm dan lebar 2 cm.
Titik koordinat luka tidak dapat ditentukan. Karakteristik
luka: batas tidak tegas, berwarna ungu kebiruan, perdarahan
tidak aktif dan daerah sekitar luka tidak mengalami
kelainan.
Diagnosis:
LUKA MEMAR (diperkirakan umur luka 1-18 jam)
Luka III :
Satu buah luka tertutup pada lengan kanan
atas sisi depan dengan bentuk tidak teratur
berukuran panjang 2,5 cm dan lebar 1,5 cm.
Titik koordinat luka tidak dapat ditentukan.
Karakteristik luka: batas tidak tegas,
berwarna ungu kehijauan, perdarahan tidak
aktif dan daerah sekitar luka tidak
mengalami kelainan.
Diagnosis:
LUKA MEMAR (diperkirakan umur
luka 2-3 hari)

Luka IV :
Satu buah luka tertutup pada vagina dengan bentuk
memanjang berukuran panjang 0,5 cm dan lebar 0,3
cm. Karakteristik luka: batas tidak tegas, berwarna
kemerahan, perdarahan aktif dan daerah sekitar
luka tidak mengalami kelainan.
Diagnosis:
LUKA LECET

2. Patomekanisme Terjadinya Luka


- Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet (abrasi) merupakan perlukaan tumpul yang bisa terjadi karena penekanan,
impact, ataupun gesekan benda tumpul yang kasar. Luka lecet hanya terbatas pada
pengelupasan jaringan epidermis, dimana saat terjadi trauma tumpul epitel epidermis
kulit medatar dan inti selnya memanjang, yang dimana kemudian terjadi pengelupasan
lapisan epidermis sehingga terjadilah perlukaan.
- Luka Memar (Kontusio)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler
dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala
memberi petunjuk mengenai bentuk dari benda tumpul penyebabnya, Terjadinya luka
memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan / kekerasan dengan energi yang
cukup untuk mengganggu permeabilitas sel-sel pembuluh darah sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar daerah tubuh yang terkena benturan. Pembengkakan ini
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan selsel sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstsial. Mula-mula pembengkakan timbul warna merah kebiruan lalu warnanya
berubah menjadi biru kehitaman pada hari ke-1 sampai hari ke-3. Setelah itu warnanya
berubah menjadi biru kehijauan kemudian coklat. Warna menghilang pada minggu
pertama sampai minggu ke-4.

3. Karakteristik Agen Penyebab Luka


Pada skenario, diagnosis luka adalah luka memar dan luka lecet. Berdasarkan
pemeriksaan forensik, luka memar, berdasarkan pola yang terjadi pada tubuh korban,
merupakan benda tumpul yang dicurigai merupakan tangan manusia. Sedangkan luka lecet
pada vagina dicurigai merupakan sesuatu yang digunakan untuk penetrasi, dapat berupa
alat kelamin pria, maupun benda yang bentuknya menyerupai.
4. Derajat Keparahan Luka Sesuai Hukum
- Luka ringan / luka derajat I / luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak
menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352
- Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi
pekerjaan korban untuk sementara waktu.
- Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6 yaitu:
a. Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut
(NB : semua luka tembus yang mengenai kepala,dada atau perut dianggap
membawa bahaya maut)
b. Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian
c. Hilangnya salah satu panca indra korban
d. Mendapat cacat besar
e. Terganggunya daya pikir selama > 4 minggu
f. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
Dalam skenario, tidak disebutkan bahwa luka menyebabkan pasien terhalang
pekerjaannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa luka pada apsien tersebut sesuai hukum
yang berlaku adalah jenis luka ringan.

5. Multiple Cause of Damage

6. Pengertian KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)


Menurut UU 23 Tahun 2004, kekerasan dalam rumah tangga merupakan setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Lingkup rumah tangga adalah:
1. Suami, istri, anak (termasuk anak angkat dan anak tiri)
2. Hubungua keluarga dalam poin 1 karena hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan, dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau orang yang
bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
3. Orang yang bekerja dipandang keluarga dalam jangka waktu selama berada dala rumah
tangga yang bersangkutan.

7. Penanganan Luka pada Kasus


Penatalaksanaan Luka Lecet
Penanganan luka lecet cukup dengan membersihkannya dengan cairan fisiologis
dan diberi antiseptik. Bila luka dirasa basah, dapat diberikan kasa steril untuk dibalut.
Penatalaksanaan Luka Memar
Penanganan memar dilakukan dengan terapi dingin (kompres es) untuk
mengurangi perdarahan dan pembengkakan. Setelah 24 jam, gunakan kompres hangat
untuk membantu penyembuhan luka. Kompresan hangat akan membuka pembulu darah
sehingga memperlancar sirkulasi darah pada area tersebut.
Penanganan KDRT
Pada hakekatnya secara psikologis dan pedagogis ada dua pendekatan yang dapat
dilakukan untuk menangani KDRT, yaitu pendekatan kuratif dan preventif.
1. Pendekatan Kuratif:
a. Menyelenggarakan pendidikan orangtua untuk dapat menerapkan cara mendidik dan
memperlakukan anak-anaknya secara humanis.
b. Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga untuk secepatnya
melaporkan ke pihak lain yang diyakini sanggup mem-berikan pertolongan, jika
sewaktu-waktu terjadi KDRT.
c. Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan yang mengundang
teijadinya KDRT.
d. Membangun kesadaran kepada semua anggota keluarga untuk takut kepada akibat yang
ditimbulkan dari KDRT.
e. Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yang
harmoni, damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku KDRT.
f. Melakukan /v/terterhadap media massa, baik cetak maupun elektronik, yang
menampilkan Informasi kekerasan.
g. Mendidik, mengasuh, dan memper-lakukan anak sesuai derigan jenis kelamin, kondisi,
dan potensinya.
h. Menunjukkan rasa empati dan rasa peduli terhadap siapapun yang terkena KDRT, tanpa
sedikitpun melemparkan kesalahan terbadap korban KDRT.
i. Mendorong dan menfasilitasi pengembangan masyarakat untuk iebih peduii dan
responsive terhadap kasus-kasus KDRT yang ada di lingkungannya.
2. Pendekatan Preventif:
a. Memberikan sanksi secara edukatif kepada pelaku KDRT sesuai dengan jenis dan
tingkat beratatau ringannya pelanggaran yang dilakukan, sehingga tidak hanya berarti
bagi pelaku KDRT, tetapi juga bagi korban dan anggota masyarakat lainnya.
b. Memberikan incentive bagi setiap orang yang berjasa dalam mengurangi,
mengeliminir, dan menghilangkan salah satu bentuk KDRT secara berarti, sehingga
terjadi proses kehidupan yang tenang dan membahagiakan.
c. Menentukan pllihan model penanganan KDRT sesuai dengan kondisi korban KDRT
dan nilai-nilai yang ditetapkan dalam keluarga, sehingga penyelesaiannya memiliki
efektivltas yang tinggl.
d. Membawa korban KDRT ke dokter atau konselor untuk segera mendapatkan
penanganan sejak dini, sehingga tidak terjadi iuka dan trauma psikis sampai serius.
e. Menyelesaikan kasus-kasus KDRT yang dilandasi dengan kasih sayang dan
keselamatan korban untuk masa depannya, sehingga tidak menimbulkan rasa dendam
bagi pelakunya.
f. Mendorong pelaku KDRT untuk sesegera mungkin melakukan pertaubatan diri kepada
Allah swt, akan kekeliruan dan kesalahan daiam berbuat kekerasan dalam rumah
tangga, sehingga dapat menjamin rasa aman bagi semua anggota keluarga.
g. Pemerintah perlu terus bertindak cepat dan tegas terhadap setiap praktek KDRT dengan
mengacu pada UU tentang PKDRT, sehingga tidak berdampak jelek bagi kehidupan
masyarakat.
Pilihan tindakan preventlf dan kuratif yang tepat sangat tergantung pada kondisi
riil KDRT, kemampuan dan kesahggupan anggota keluarga untuk keluar dari praketk
KDRT, kepedulian masyarakat sekitamya, serta ketegasan pemerintah menindak
praktek KDRTyang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Daftar Pustaka

At-Thahirah, Almira, 2006, Kekerasan Rumah Tangga Produk Kapitalisme (Kritik Afas Persoaian KDRT),
Bandung: UIN

Brinker MR, O’Connor DP, Almekinders LC, et al. Physiology of injury to musculoskeletal
structures: 1. Muscle and tendon injury. In: DeLee JC, Drez D Jr, Miller MD, eds. DeLee and
Drez’s Orthopaedic Sports Medicine. 3rd ed. Philadelphia, Pa.: Elsevier Saunders; 2009:chap 1,
section A.
Kidd, P.S., Sturt, P.A., & Fultz, J. 2000. Mobsy’s Emergency Nursing Reference (2nd ed.).
St.Louis: Mobsy, Inc

Anda mungkin juga menyukai