Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

KORBAN PERKOSAAN DAN KEKERASAN SEKSUAL

Disusun Oleh :

1. AJENG DWI RATNAWATI


2. DINA HARDIANINGSIH
3. SURATMI
4. SUTIAH

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM AS-


SYAFI’IYAH
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
JAKARTA, 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih sayang dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan –Nya, shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan
Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
KORBAN PERKOSAAN DAN KEKERASAN SEKSUAL. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah sebagai salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah. Dalam penyusunan makalah ini, kami
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya, dan
bagi para pembaca pada umumnya. Amiin. Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.

Bekasi, 7 November 2020

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pemerkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh
seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan
hukum. (Wigjosubroto dalam prasetyo, 1997).
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah
kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang
menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung
dan sebagiannya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut. Pelecehan
seksual ini merupakan persoalan yang seharusnya diletakan kepada perspektif gender,dimana
pelecehan seksual merupakan manisfestasi dari besarnya sistem patriarkhi dimana laki-laki
merupakan pengatur kepercayaan sosial.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum serta memahami tentang korban perkosaan dan
pelecehan seksual. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa / mahasiswi
memiliki kemampuan konsep pemahaman sebagai tenaga perawat professional di bidang
Keperawatan Jiwa II sehingga mampu menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang komprehensif yang mencakup bio, psiko, sosio, dan spiritual.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu Penjelasan tentang korban perkosaan dan pelecehan seksual
2. Mampu menerapkan Asuhan keperawatan jiwa dengan korban pemerkosaan dan
pelecehan seksual

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. ASUHAN KEPERAWATAN KORBAN PEMERKOSAAN


1. Pengertian
Perkosaan adalah tindakan kekerasan atau kejahatan seksual berupa hubungan seksual
yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan dengan kondisi atas kehendak dan
persetujuan perempuan, dengan persetujuan perempuan namun dibawah ancaman,
dengan persetujuan perempuan namun melalui penipuan. Dalam KUHP pasal 285
disebutkan perkosaan adalah kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa seseorang
perempuan bersetubuh dengan laki-laki diluar pernikahan.
2. Penyebab Terjadinya Pemerkosaan
 Kemarahan
 Mencari kepuasan seksual
 Prilaku wanita-wanita yang menggoda
 Gambar atau film porno
Resiko Psikis dan Kesehatan Reproduksi
 Korban perkosaan biasanya mengalami trauma
 Rasa takut yang berkepanjangan
 Tidak mampu kembali berinteraksi secara sosial dengan masyarakat secara
normal
 Tak jarang dikucilkan dan buang oleh lingkungannya karena dianggap membawa
aib
 Resiko tinggi menjadi tidak mampu melakukan aktivitas seksual secara normal
pada kehidupannya dimasa datang
3. Pelaku pemerkosaan
 Perkosaan yang Diakui dan orang yang Dikenal (bapak , paman, dan saudara)
 Perkosaan oleh orang yang tak dikenal
Perkosaan oleh oarang asing (tak dikenal) perkosaan jenis ini sering kali disertai
dengan tindak kejahatan lain seperti perampokan, pencurian, penganiayaan
ataupun pembunuhan
 Perkosaan oleh orang teman atau pacar (dating rape)
Perkosaan ini terjadi ketika korban berkencan dengan pacarnya, sering kali diawali
dengan cumbuan yang diakhiri dengan pemaksaan hubungan seks.
 Perkosaan oleh orang yang dikenal
 Perkosaan dalam pernikahan (marital rape)
Biasanya terjadi terhadap istri yang punya ketergantungan sosial ekonomi pada
suami berupa pemaksaan hubungan yang tidak dikehendaki oleh pihak istri
 Perkosaan oleh atasan ditempat kerja
4. Perempuan yang rentan terhadap korban pemerkosaan
a. Kekurangan pada fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau permasalahan
berkaitan dengan fisik sehingga perempuan duduk diatas kursi roda, bisu, tuli,
buta atau keterlambatan mental. Mereka tidak mampu mengadakan perlawanan.
b. Pengungsi , imigran, tidak mempunyai rumah anak jalanan atau gelandangan,
didaerah perperangan
c. Korban tindak kekerasan suami atau pacar
5. Dampak perkosaan
Tindak pemerkosaan membawa dampak emosional dan fisik pada korbannya.
Secara emosional korban pemerkosaan bisa mengalami :
 Perasaan mudah marah
 Takut, cemas dan gelisah
 Rasa bersalah
 Malu, reaksi-reaksi lain yang bercampur aduk
 Merasa menyalahkan diri sendiri
 Menangis bila mengingat peristiwa tersebut
 Ingin melupakan peristiwa yang telah terjadi
 Merasa takut hubungan intim
 Mersa diri tidak normal, kotor, berdosa dan tidak berguna
 Stress depresi dan guncangan jiwa
 Ingin bunuh diri
Secara fisik, korban mengalami hal-hal berikut :
 Penurunan nafsu makan
 Merasa lelah , tidak ada gairah, sulit tidur dan sakit kepala
 Selalu ingin muntah
 Perut dan vagina selalu merasa sakit
 Beresiko tertular PMS
 Luka ditubuh akibat perkosaan dengan kekerasan dan lainnya
6. Fase Reaksi Psikolog Terhadap Perkosaan
1. Fase disorganisasi akut
Fase yang di manifestasikan dalam 2 cara :
a. Keadaan terekspresi yaitu syok, tidak percaya, takut, rasa memalukan, marah
dan bentuk emosi yang lainnya.
b. Keadaan terkontrol, dimana perasaan tertutup atau tersembunyi dan korban
tampak tenang
2. Fase menyangkal dan tanpa keinginan untuk bicara tentang kejadian, diikuti tahap
cemas yang meningkat, takut mengingat kembali, gangguan tidur, terlalu waspada dan
reaksi psikosomatik.
3. Fase Reorganisasi
Dimana kejadian ditempatkan pada perspektif, beberapa korban tidak benar-benar
pulih dan mengembangkan gangguan stress kronik.
7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah memberikan dukungan simpatis, untuk menurunkan
trauma, emosional pasien dan mengumpulkan bukti yang ada untuk kemungkinan tindakan
legal.
 Hormati privacy dan sensitifitas pasien, bersikap baik dan memberikan dukungan.
 Yakinkan pasien bahwa cemas adalah sesuatu yang dialami.
 Terima reaksi emosi pasien, misalnya terlalu perasa.
 Jangan tinggalkan pasien sendiri

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengakjian
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama, alamat, umur, pekerjaan, status perkawinan, agama, tanggal masuk,
diagnosa, tanggal didata, dll
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat kesehatan dahulu
3. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Bagaimana kepala dan rambut
 Mata : Bagaimana keadaan palpebra, conjungtiva, sklera, pupil,
 Mulut : Tonsil, keadaan lidah dan gigi geligi
 Leher : Apakah mengalami pembesaran kelenjer tyroid
 Dada : Jenis pernafasan
 Abdomen : Apakah simetris, oedema, lesi, dan bunyi bising usus
 Genitalia : Bagaimana alat genitalianya
 Ekstremitas : Kegiatan dan aktivitas

Pohon masalah
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga


→ masalah utama
diri Rendah


Koping individu tidak efektif

B. DIAGNOSA YANG MUNCUL


1. Gangguan konsep diri :harga diri rendah
2. Isolasi Sosial : Menarik diri

C. PERENCANAAN
Dx 1 : Gangguan konsep diri :Harga Diri Rendah

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


TUM Expresi wajah bersahabat, Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
Klien memiliki konsep menunjukan rasa senang, ada komunikasi terapeutik :
diri yang positif kontak mata, mau berjabat  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
TUK 1 tangan, mau menyebutkan  Perkenalkan diri dengan sopan
Klien dapat membina nama, mau menjawab salam,  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
hubungan saling klien mau duduk berdampingan klien
percaya dengan dengan perawat, mau  Jelaskan tujuan pertemuan
perawat mengutarakan masalah yang  Jujur dan menepati janji
dihadapi  Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada dan perhatikan kebutuhan dasar klien
TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi  Diskusikan kemapmpuan dan aspek positif yang dimiliki klien
Klien dapat kemampuan dan aspek positif dan buat daftarnya jika klien tidak mampu mengidentifikasi
mengidentifikasi yang dimiliki: maka dimulai dari perawat untuk memberi pujian pada aspek
kemampuan dan  Kemampuan yang positif yang dimiliki klien
aspek positif yang dimiliki klien  Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif
dimiliki  Aspek positif keluarga  Utama beri pujian secara realistis
 Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki klien
TUK 3 Klien menilai kemampuan yang  Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
Klien dapat menilai dimiliki untuk dilaksanakan dilaksanakan selama sakit
kemapuan yang  Diskusikan kemapuan yang dapat dilanjutkan
dimiliki untuk pelaksanaannya
dilaksanakan
TUK 4 Klien membuat rencana  Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
Klien dapat kegiatan harian setiap hari sesuai kemapuan seperti kegiatan mandiri,
(menetapkan) kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang
merencanakan membutuhkan bantuan total
kegiatan sesuai  Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
dengan kemampuan  Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
yang dimiliki lakukan
TUK 5 Klien melakukan kegiatan  Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
Klien dapat sesuai kondisi dan telah direncanakan
melakukan kegiatan kemapuannya  Beri pujian atas keberhasilan klien
sesuai kondisi dan  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah
kemampuannya pulang
TUK 6 Klien memanfaatkan  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
Klien dapat pendukung yang ada di merawat klien dengan harga diri rendah
memanfaatkan keluarga  Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat
system pendukung  Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
yang ada

Dx 2 : Isolasi Sosial : Menarik diri


Tujuan Kriteria hasil Tujuan
TUM Klien menunjukan tanda-tanda Bina hubungan saling percaya dengan :
Klien dapat berinteraksi dengan percaya kepada terhadapat  Beri salam saat berinteraksi
orang lain perawat : wajah cerah,  Perkenalkan nama, nama panggilan
TUK 1 tersenyum, mau berkenalan, ada perawat dan tujuan perawat berkenalan
Klien dapat membina hubungan kontak mata, bersedia  Tanyakan dan panggil nama kesukaan
saling percaya menceritakan perasaan, bersedia klien
mengungkapkan masalahnya,  Tunjukan sikap jujur dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
TUK 2 Klien dapat menyebutkan satu Tanyakan pada klien tentang :
Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri :  orang yang tinggal serumah/teman
penyebab menarik diri  Diri sendiri sekamar klien
 Orang lain  orang yang paling dengan klien
 lingkungan dirumah/diRS
 apa yang membuat klien dekat dengan
orang tersebut
Beri kesempatanpada klien untuk
mengungkapkan penyebab menarik diri atau tidak
mau bergaul

Beri pujian terhadap kemampuan klien


mengungkapkan perasaannya

TUK 3 Klien dapat menyebutkan  tanyakan pada klien tentang manfaat


Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan dengan jika berhubungan dengan orang lain,
keuntungan berhubungan orang lain,misalnya : banyak kerugian jika tidak berhubungan dengan
dengan orang lain dan kerugian teman, tidak kesepian, bisa orang lain
tidak berhubungan dengan orang diskusi, saling menolong, dan  beri kesempatan pada klien untuk
lain kerugian tidak berhubungan mengungkapkan perasaan tentang
dengan orang lain misalnya : keuntungan berhubungan dengan orang
sendiri, kesepian, tidak bisa lain
diskusi  diskusikan bersama klien tentang
manfaat berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
 beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaanya
TUK 4 Klien dapat melakukan hubungan  observasi perilaku klien dengan
Klien dapat melaksanakan sosial secara bertahap berhubungan dengan orang lain
hubungan sosial secara bertahap  motivasi dan bantu klien untuk
berkenalan/berkomunikasi
 libatkan klien dalam terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
 motivasi klien untuk mengikuti kegiatan
ruangan
 beri pujian terhadap kemampuan klien
memperluas pergaulannya
 diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien untuk bersosialisasi
TUK 5 Klien dapat mengungkapkan  Beri kesempatan klien untuk
Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah mengungkapkan perasaannya setelah
perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain berhubungan dengan orang lain
berhubungan dengan orang lain  Diskusikan dengan klien tentang
perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
 Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
TUK 6 Keluarga dapat menjelaskan cara  Diskusikan pentingnya peran serta
Klien dapat dukungan keluarga merawat klien menarik diri , keluarga sebagai pendukung untuk
dalam memperluas hubungan mengungkapkan rasa puas dalam mengatasi perilaku menarik diri
dengan orang lain dan merawat klien  Diskusikan potensi keluarga untuk
lingkungan membantu klien mengatasi perilaku
menarik diri
 Jelaskan cara merawat klien menarik
diri yang dapat dilaksanakan oleh
keluarga
 Motivasi keluarga agar membantu klien
bersosialisasi
 Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan
TUK 7 Klien dapat menyebutkan Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
Klien dapat memanfaatkan obat manfaat minum obat, kerugian kerugian tidak minum obat, nama,warna,dosis,
dengan baik tidak minum obat, efek terapi, dan efek samping obat
nama,warna,dosis, efek terapi,
dan efek samping obat

D. IMPLEMENTASI
Tindakan yang langsung yang dilakukan pada klien baik yang sesuai dengan yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Implementasi ini dilakukan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang terdiri dari SOAP (Subjective,
Objective, Analisa dan Planning).

ASUHAN KEPERAWATAN KEKERSAN SESKSUAL

1. PENGERTIAN
Kekerasan seksual ( sexual abuse) dapat didefinisikan sebagai perilaku seksual secara fisik
maupun nonfisik oleh orang yang lebih tua atau memiliki kekuasaan terhadap korban ,
bertujuan untuk memuaskan hasrat seksual pelakunya. Korban mungkin saja belum atau tidak
memahami perlakuan yang dilakukan terhadap dirinya, mereka hanya merasa tidak nyaman ,
sakit, takut, merasa bersalah dan persaan lain yang tidak menyenangkan (FKUI, 2006)

Empat aspek seksualitas adalah sebagai berikut:

1. Sexual identity (Identitas kelamin)


Identitas kelamin ialah kesadaran individu akan kelaki-lakian atau kewanitaan tubuhnya.
Hal ini tergantung pada cirri-ciri seksual biologiknya, yaitu kromosom, genitalia eksterna
dan interna, komposisi hormonal, testes dan ovaria serta cirri-ciri sex sekunder. Dalam
perkembangan yang normal, maka pola ini bersatu padu sehingga seorang individu sejak
umur 2 atau 3 tahun sudah tidak ragu-ragu lagi tentang jenis seksnya.
2. Gender identity (identitas jenis kelamin)

Identitas jenis kelamin atau kesadaran akan jenis kelamin kepribadiannya merupakan hasil
isyarat dan petunjuk yang tak terhitung banyaknya dari pengalaman dengan anggota
keluarga, guru, kawan, teman sekerja, dan dari fenomena kebudayaan. Identitas jenis
kelamin dibentuk oleh ciri-ciri fisik yang diperoleh dari seks biologic yang saling
berhubunghan dengan suatu system rangsangan yang berbelit-belit, termasuk pemberian
hadiah dan hukuman berkenaan dengan hal seks serta sebutan dan petunjuk orangtua
mengenai jenis kelamin. Factor kebudayaan dapat mengakibatkab konflik tentang identitas
jenis kelamin dengan secara ikut-ikutan member cap maskulin atau feminin pada prilaku
nonseksual tertentu. Umpamanya minat seorang anak laki-laki pada keseniaan atau
pakaian dicap feminine oleh orang tuanya dan mungkin ia sendiri juga menganggap
demikian. Seorang gadis yang suka olahraga, bersaing, dan berdiri sendiri menjadi ragu-
ragu bila ia dicap maskulin.

3. Gender role behavior (prilaku peranan jenis kelamin)


Prilaku peranan jenis kelamin ialah semua yang dikatakan dan dilakukan seseorang yang
menyatakan bahwa dirinya itu seorang pria atau wanita. Meskipun factor biologic penting
dalam mencapai peranan yang sesuai dengan jenis kelaminnya, factor utama ialah factor
belajar.
4. Orientasi seksual
Orientasi seksual merupakan gender yang tertarik secara romantic dengan gender lain.

2. RENTANG RESPONS SEKSUAL


Respon adaptif Respon maladaptive. Prilaku seksual yang memuaskan dengan menghargai
pihak lain Gangguan prilaku seksual karena kecemasan yang disebabkan oleh penilaian
pribadi atau masyarakat Disfungsi penampilan seksual Perilaku seksual yang berbahaya, tidak
dilakukan ditempat tertutup atau tidak dilakukan antara orang dewasa.
3. JENIS-JENIS KEKERASAN SEKSUAL

 Perkosaan

Perkosaan adalah jenis kekerasan yang paling mendapat sorotan. Diperkirakan 22%
perempuan dan 2% laki-laki pernah menjadi korban perkosaan. Untuk di Amerika saja,
setiap 2 menit terjadi satu orang diperkosa. Hanya 1 dari 6 perkosaan yang dilaporkan
ke polisi. Sebagian besar perkosaan dilakukan oleh orang yang mengenal korban alias
orang dekat korban.
 Kekerasan seksual terhadap anak-anak.

Suatu tinjauan baru-baru ini terhadap 17 studi dari seluruh dunia menunjukkan bahwa
di manapun, sekitar 11% sampai dengan 32% perempuan dilaporkan mendapat
perlakuan atau mengalami kekerasan seksual pada masa kanak-kanaknya. Umumnya
pelaku kekerasan adalah anggota keluarga, orang-orang yang memiliki hubungan
dekat, atau teman. Mereka yang menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak
biasanya adalah korban kekerasan seksual pada masa kanak-kanak.

 Kekerasan seksual terhadap pasangan.

Kekerasan ini mencakup segala jenis kekerasan seksual yang dilakukan seseorang
terhadap pasangan seksualnya. Sebesar 95% korban kekerasan adalah perempuan..
Sejumlah 1 dari 5 perempuan (19%) melaporkan bahwa biasanya mereka dipaksa
untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangan mereka selama dipukuli.
Termasuk kekerasan seksual adalah kekerasan yang dilakukan seorang laki-laki
terhadap seorang perempuan, semata-mata karena sang korban adalah perempuan.

Istilah untuk ini adalah kekerasan berbasis gender. Berikut adalah kekerasan berbasis gender:

 Kekerasan fisik : Menampar, memukul, menendang, mendorong, mencambuk, dll.


 Kekerasan emosional/ verbal: Mengkritik, membuat pasangan merasa bersalah, membuat
permainan pikiran, memaki, menghina, dll.
 Ketergantungan finansial: Mencegah pasangan untuk mendapat pekerjaan, membuat
pasangan dipecat, membuat pasangan meminta uang, dll
 Isolasi sosial: Mengontrol pasangan dengan siapa boleh bertemu dan di mana bisa bertemu,
membatasi gerak pasangan dalam pergaulan, dll
 Kekerasan seksual: Memaksa seks, berselingkuh, sadomasokisme, dll.
 Pengabaian/penolakan: Mengatakan kekerasan tidak pernah terjadi, menyalahkan pasangan
bila kekerasan terjadi, dll.
 Koersi, ancaman, intimidasi: Membuat pasangan khawatir, memecahkan benda-benda,
mengancam akan meninggalkan, dll

4. FAKTOR PRESIPITASI (Stressor Pencetus)

Identitas seksual tidak dapat dipisahkan dari konsep diri atau citra tubuh seseorang. Oleh
karena itu, apabila terjadi perubahan pada tubuh atau emosi seseorang, respons seksual juga
berubah.

Ancaman yang spesifik meliputi:

a. Penyakit fisik dan cedera


b. Gangguan jiwa
c. Pengobatan
d. HIV, sindrom imunopdefisiensi didapat (AIDS)
e. Proses penuaan

5. FAKTOR PREDISPOSISI
Sampai saat ini, tidak ada satu teori pun yang dapat secara adekuat menjelaskan proses
perkembangan seksual atau factor predisposisi terjadinya respons seksual yang maladaptive
pada individu. Beberapa teori yang telah dikemukakan meliputi hal-hal berikut:
 Factor biologis
Merupakan awal yang menentukan perkembangan gender, yaitu apakah seseorang
secara genetic ditentukan sebagai pria atau wanita. Somatotipe seseorang mencakup
kromosom, hormone, genitalia interna dan eksternal, serta gonad.
 Pandangan psikoanalitis
Freud memandang seksualitas sebagai salah satu kekuatan penting dalam kehidupan
manusia. Ia merupakan ilmuan yang pertama yang meyakini bahwa seksualitas
berkembang sebelum awitan pubertas dan pilihan ekspresi seksualindividu bergabtung
pada keterkaitan factor penurunan, biologi dan social. Ia menyatakan bahwa
perkembangan seksualitas secara spesifik berhubungan dengan perkembangan
hubungan objek selama tahap psikososial perkembangan.
 Pandangan prilaku
Perspektif ini memandang prilaku seksual sebagai suatu respons yang dapat diukur,
baik dengan komponen fisiologis maupun psikologis, terhadap stimulus yang dipelajari
atau kejadian yang mendukung. Penanganan masalah seksual melibatkan proses
mengubah perilaku melalui intervensi langsung tanpa perlu mengidentifikasi penyebab
atau psikodinamika.

6. SUMBER KOPING
Sumber koping dapat meliputi pengetahuan tentang seksualitas, pengalaman seksual yang
positif dimasa lal, adanya individu yang mendukung termasuk pasangan seksual, dan norma
social atau budaya yang mendorong ekspresi seksual yang sehat.
7. MEKANISME KOPING
Berbagai mekanisme koping yang dapat digunakan untuk mengekspresikan respons seksual
individu adalah sebagai berikut:

 Fantasi dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman seksual.


 Penyangkalan dapat digunakan untuk menolak pengakuan terhadap konflik atau
ketidakpuasan seksual
 Rasionalisasi dapat digunakan untuk membenarkan atau menerima impuls, prilaku,
perasaan, atau motif seksual yang dapat diterima.
 Menarik diri dapat dilakukan untuk mengatasi perasaan rentan yang belum
terselesaikan dan perasaan ambivalen terhadap keintiman.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

1. PENGKAJIAN
Menurut pasquali, Arnold, dan De Basio( 1989 ) dan craven & Himle ( 1996 ) , penggunaan diri
secara terapeutik ( theurapeutic use of self ) sangat penting dalam menciptakan lingkungan
tempat kesehatan seksual dipersepsikan sebagai bagian integral dari riwayat menyeluruh klien.
Ketepatan pengumpulan data bergantung pada kemampuan perawat untuk menciptakan
lingkungan yang menunjang suasana wawancara. Berikut ini pedoman wawancara yang baik
dalam mengumpulkan data yang berkaitan aspek psikoseksual.

 Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa
klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual.
 Mempertahankan kontak mata dan duduk dengan klien.
 Memberi waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-
buru.
 Menggunakan pertanyaaan yang terbuka ,umum dan luas untuk mendapatkan
imformasi mengenai pengetahuan ,persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan
seksualitas.
 Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka
untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang
 Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari- hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai
untuk mulai membahas masalah seksual.
 Amati klien selama interaksi ,dapat member informasi tentang masalah apa yang
dibahas, begitu pula masalah apa yang dihindari klien.
 Minta klien mengklarifikasi komunikasi verbal dan non verbal yang belum jelas

Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai klien sebagai makhluk seksual,
memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual. Menurut Ellis Nowlis ( 1994 ), area
yang perlu diperhatikan ketika berinteraksi dengan klien meliputi:

 Apakah klien memiliki hubungan intim yang berarti baginya?


 Apakah orang tersebut penuh perhatian?
 Apakah kondisi yang dialami klien mungkin dapat mempengaruhi seksualitasnya?
 Apakah obat yang digunakan klien dapat mempengaruhi seksualitasnya?
 Apa pola pengguanaan obat dan alcohol pada masa lalu dan sekarang?

Perlu di kaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan
masalah seksual nya antara lain sebagai berikut:

 Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual.


 Denial ( menyangkal ), mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau
ketidakpuasan seksual.
 Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan tentang
motif, perilaku, perasaan, dan dorongan seksual.
 Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalen yang
beum terselasaikan secara tuntas.

POHON MASALAH

Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku
kkekerasan

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri rendah


2. Diagnosa Keperawatan
 Perilaku kekerasan
 Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Intervensi

Dx 1 : Perilaku Kekerasan

Tujuan Kriteria hasil Intervensi


TUM : Klien menunjukan tanda-tanda Bina hubungan saling percaya dengan :
percaya kepada perawat
Klien dapat mengontrol atau  Beri salam setiap berinteraksi
mengendalikan perilaku  Wajah cerah, tersenyum  Perkenalkan nama, nama panggilan
kekerasan  Mau berkenalan perawat dan tujuan perawat
 Ada kontak mata berkenalan
TUK 1  Bersedia menceritakan  Tanyakan dan panggil nama
perasaan kesukaan klien
Klien dapat membina  Tunjukan sikap empati, jujur dan
hubungan saling percaya menepati janji setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
ungkapkan perasaan klien

TUK 2 Klien menceritakan penyebab Bantu klien mengungkapkan perasaan


perilaku kekerasan yang marahnya:
Klien dapat mengidentifikasi dilakukannya : menceritakan  Motivasi klien untuk menceritakan
penyebab perilaku kekerasan penyebab perasaan jengkel/kesall penyebab rasa kesal atau
yang dilakukannya baik dari diri sendiri maupun jengkelnya
lingkungannya  Dengarkan tanpa menyela atau
memberi penilaian setiap ungkapan
perasaan klien
TUK 3 Klien menceritakan keadaan : Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda
Klien dapat mengidentifikasi  Fisik : mata merah, perilaku kekerasan yang dialminya:
jenis perilaku kekerasan yang tangan mengepal,  Motivasi klien menceritakan kondisi
pernah dilakukannya ekspresi tegang fisik saat perilaku kekerasan terjadi
 Emosiaonal : perasaan  Moti&asi klien menceritakan kondisi
marah, jengkel, bicara emosinya saat terjadi perilaku
kasar kekerasan
 Sosial : bermusuhan  Motivasi klien menceritakan kondisi
yang dialami saat terjadi psikologis saat terjadi perilaku
perilaku kekerasan kekerasan
 Motivasi klien menceritakan kondisi
hubungan dengan orang lain saat
terjadi perilaku kekerasan
TUK 4 Klien menjelaskan jenis-jenis Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan
Klien dapat mengidentifikasi ekspresi kemarahan yang selama yang dilakukannya selama ini:
jenis perilaku kekerasan yang ini telah dilakukannya ,  Motivasi klien menceritakan jenis-
pernah dilakukannya Perasaannya saat melakukan jenis tindak kekerasan yang selama
kekerasan, efektifitas cara yang ini pernah dilakukannya.
dipakai dalam menyelesaikan  Motivasi klien menceritakan
masalah perasaan klien setelah tindak
kekerasan tersebut terjadi
 Diskusikan apakah dengan tindak
kekerasan yang dilakukannya
masalah yang dialami teratasi
TUK 5 Klien menjelaskan akibat tindak Diskusikan dengan klien akibat negatif
Klien dapat mengidentifikasi kekerasan yang dilakukannya: Diri (kerugian) cara yang dilakukan pada:
akibat perilaku kekerasan sendiri : luka, dijauhi teman dll.  Diri sendiri
Orang lain/keluarga luka,  Orang lain/keluarga
tersinggung, ketakutan, dll,  Lingkungan
Lingkungan:barang atau benda
rusak dll

TUK 6 Klien menjelaskan cara-cara sehat Diskusikan dengan klien:


Klien dapat mengidentifikasi mengungkapkan marah  Apakah klien mau mempelajari cara
cara konstruktif dalam baru mengungkapkan marah yang
mengungkapkan kemarahan sehat
 Jelaskan berbagai alternatif pilihan
untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui
klien
 Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah : Cara fisik :
nafas dalam, pukul bantal atau
kasur, olah raga. Verbal :
mengungkapkan bahwa dirinya
sedang kesal kepada orang
lain.Sosial : latihan asertif dengan
orang lain. Spritual :
Sembahyang/doa, zikir,
meditasi,dsb. Sesuai keyakinan
agamanya masing-masing
TUK 7 Klien memperagakan cara  Diskusikan Cara mungkin dipilih dan
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan: anjurkan klien memili cara yang
mendemontrasikan cara  Fisik: tarik nafas dalam, mungkin untuk mengungkapkan
mengontrol perilaku memukul bantal/kasur kemarahan.
kekerasan  Verbal: mengungkapkan  Latih klien memperagakan cara
perasaan kesal0'engkel yang dipilih
pada orang lain tanpa  Peragakan cara
menyakiti melaksanakan cara yang
 Spiritual:Zikir/doa, dipilih
meditasi sesuai  Jelaskan manfaat cara
agamanya tersebut
 Anjurkan klien menirukan
peragaan yang sudah
dilakukan.
 Beri penguatan pada klien,
perbaiki cara yang masih
belum sempurna
 Anjurkan klien menggunakan cara
yang sudah dilatih saat
marah/jengkel

TUM 8 Intervensi keluarga :  Diskusikan pentingnya peran serta


Klien mendapat dukungan  Menjelaskan cara keluarga sebagai pendukung klien
keluarga untuk mengontrol merawat klien dengan untuk mengatasi perilaku kekerasan
perilaku kekerasan perilaku kekerasan  Diskusikan potensi keluarga untuk
 Mengungkapkan rasa membantu klien mengatasi perilaku
puas dalam merawat kekerasan
klien  Jelaskan pengertian, penyebab,
akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
 Peragakan cara merawat klien
menangani perilaku kekerasan
 Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang
 Beri pujian kepada keluarga setelah
mencoba cara peragaan
 Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dialihkan
TUM 9 Klien menjelaskan:  Jelaskan manfaat menggunakan
Klien menggunakan obat  Manfaat minum obat obat secara teratur dan kerugian jika
sesuai program yang telah  Kerugian tidak minum tidak menggunakan obat
ditetapkan obat, nama obat bentuk  Jelaskan kepada klien: jenis obat
dan warna obat, dosis (nama, warna dan bentuk obat),
yang diberikan Dosis yang tepat untuk klien, waktu
kepadanya,waktu pemakaian, Cara pemakaian, efek
pemakaian,Cara samping akan dirasakan klien
pemakaian, serta efek  Anjurkan klien:
samping yang dirasakan  Minta dan menggunakan
 Klien menggunakan obat tepat waktu
obat sesuai program  Lapor ke perawat/dokter
Jika mengalami efek yang
tidak biasa
 Beri pujian terhadap
kedisplinan klien
menggunakan obat

Dx 2: Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


TUM Expresi wajah bersahabat, Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
Klien memiliki konsep menunjukan rasa senang, ada komunikasi terapeutik :
diri yang positif kontak mata, mau berjabat  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
TUK 1 tangan, mau menyebutkan  Perkenalkan diri dengan sopan
Klien dapat membina nama, mau menjawab salam,  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
hubungan saling klien mau duduk berdampingan klien
percaya dengan dengan perawat, mau  Jelaskan tujuan pertemuan
perawat mengutarakan masalah yang  Jujur dan menepati janji
dihadapi  Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada dan perhatikan kebutuhan dasar klien
TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi  Diskusikan kemapmpuan dan aspek positif yang dimiliki klien
Klien dapat kemampuan dan aspek positif dan buat daftarnya jika klien tidak mampu mengidentifikasi
mengidentifikasi yang dimiliki: maka dimulai dari perawat untuk memberi pujian pada aspek
kemampuan dan  Kemampuan yang positif yang dimiliki klien
aspek positif yang dimiliki klien  Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif
dimiliki  Aspek positif keluarga  Utama beri pujian secara realistis
 Aspek positif
lingkungan yang
dimiliki klien
TUK 3 Klien menilai kemampuan yang  Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
Klien dapat menilai dimiliki untuk dilaksanakan dilaksanakan selama sakit
kemapuan yang  Diskusikan kemapuan yang dapat dilanjutkan
dimiliki untuk pelaksanaannya
dilaksanakan
TUK 4 Klien membuat rencana  Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
Klien dapat kegiatan harian setiap hari sesuai kemapuan seperti kegiatan mandiri,
(menetapkan) kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang
merencanakan membutuhkan bantuan total
kegiatan sesuai  Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
dengan kemampuan  Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
yang dimiliki lakukan
TUK 5 Klien melakukan kegiatan  Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
Klien dapat sesuai kondisi dan telah direncanakan
melakukan kegiatan kemapuannya  Beri pujian atas keberhasilan klien
sesuai kondisi dan  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah
kemampuannya pulang
TUK 6 Klien memanfaatkan  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
Klien dapat pendukung yang ada di merawat klien dengan harga diri rendah
memanfaatkan keluarga  Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat
system pendukung  Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
yang ada

4. IMPLEMENTASI
Tindakan yang langsung yang dilakukan pada klien baik yang sesuai dengan yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Implementasi ini dilakukan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang terdiri dari SOAP (Subjective,
Objective, Analisa dan Planning).

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemerkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapare yang berarti mencari, mamaksa, merampas atau
membawa pergi. Pemerkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan
oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan
hukum. Kekerasan seksual ( sexual abuse) dapat didefinisikan sebagai perilaku seksual secara fisik
maupun nonfisik oleh orang yang lebih tua atau memiliki kekuasaan terhadap korban , bertujuan untuk
memuaskan hasrat seksual pelakunya.
B. SARAN
Pelecehan seksual dan korban pemerkosaan sangat berbahaya karena akan menimbulkan
efek yang sangat berbahaya karena akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya mulai dari
beban mental yang diderita oleh korban, penyakit yang akan diderita oleh pelaku dan juga oleh
korban,dsb. Maka dari itu kita harus bisa menjaga diri dengan cara mendekatkan diri kepada
yang maha kuasa, pertebal iman kita supaya kita selalu dalam lindungan tuhan yang maha esa

DAFTAR PUSTAKA
Hacker / Moore, 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipocrates

Anda mungkin juga menyukai