PSIKOLOGI HUKUM
(Putusan Nomor 97/Pid.Sus/2023/PN Pbg)
DISUSUN OLEH:
B011201108
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
A. KRONOLOGI
Pada hari Senin tanggal 05 Juni 2023 sekitar pukul 11.00 wib, bertempat di rumah
terdakwa di Kabupaten Purbalingga, terdakwa menyuruh Anak Korban yang sedang
sakit untuk membeli obat di warung dekat rumah terdakwa dengan memberi uang
sebesar Rp. 7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah). Kemudian Anak Korban yang pada
saat itu diam saja tidak menuruti perintah terdakwa, membuat terdakwa marah,
sehingga terdakwa mengambil gelas berisikan air putih yang kemudian ditumpahkan
di atas kepala Anak Korban sampai rambut dan kepala Anak Korban basah. Setelah
itu terdakwa berkata kepada Anak Korban “AWAS YA KALAU PULANG LAMA” dan
dengan terpaksa Anak Korban pergi keluar rumah untuk membeli obat. Namun
dikarenakan Anak Korban merasa pusing, lemas, dan tidak sanggup berjalan Anak
Korban berhenti di depan rumah Saksi Sugiarti. Kemudian Saksi Sugiarti yang
melihat anak korban kemudian saksi Sugiarti mengantarkan Anak Korban ke rumah
terdakwa akan tetapi pintu rumah terdakwa terkunci. Oleh karena itu, Saksi Sugiarti
mengantarkan Anak Korban ke rumah Saksi I (ibu kandung dari Anak Korban).
Kemudian Anak Korban masuk ke dalam rumah kontrakan Saksi I dan langsung
tidur di kursi kayu ruang tamu. Pada pukul 14.00 WIB Saksi I membangunkan Anak
Korban untuk makan, akan tetapi belum sempat makan, terdakwa mendatangi Anak
Korban di rumah Saksi I Kemudian saat Terdakwa menemukan Anak Korban yang
berada di rumah Saksi I, kemudian terdakwa masuk ke dalam rumah dan berkata
“ANAK KURANG AJAR ANAK KURANG AJAR, AYUH PULANG” lalu memukul dahi
sebelah kiri Anak Korban dengan menggunakan tangan kanan sebanyak 3 (tiga) kali
dengan posisi terdakwa berada di depan Anak Korban. Bahwa Saksi I yang melihat
hal tersebut kemudian berkata “UDAH-UDAH JAHAT BANGET SI JADI BAPAK”
setelah itu terdakwa memeluk dari belakang Anak Korban dan membawa Anak
Korban ke depan kontrakan Saksi I yang saat itu Anak Korban memberontak di
bawa oleh terdakwa. kemudian saat di depan kontrakan Saksi I, terdakwa menarik
kedua tangan Anak Korban. Setelah itu terdakwa menampar pipi sebelah kanan dan
kiri Anak Korban menggunakan tangan kanan sebanyak 3 (tiga) kali kemudian
terdakwa menjambak rambut Anak Korban dari depan dengan keras sebanyak 1
(kali) menggunakan tangan kanan, kemudian terdakwa juga menendang paha
sebelah kanan dan kiri Anak Korban menggunakan ujung kaki/sandal sebanyak 2
(dua) kali dengan menggunakan kaki kanan terdakwa. Kemudian Saksi I berteriak
sambil berkata “UDAH-UDAH” sembari menarik baju belakang terdakwa namun
terdakwa tetap menendang Anak Korban. Setelah itu, terdakwa juga menjambak
rambut Anak Korban dari arah belakang sebanyak 1 (satu) kali dengan
menggunakan tangan kanan, dan terdakwa menendang lagi paha sebelah kanan
Anak Korban menggunakan ujung kaki/sandal sebanyak 1 (satu) kali dengan
menggunakan kaki kanan terdakwa. Selain itu, terdakwa juga menjejak perut Anak
Korban dengan menggunakan alas kaki sebanyak 1 (satu) kali menggunakan kaki
kanan. saksi I menolong Anak Korban dengan cara menghalang-halangi dan
menarik baju terdakwa agar tidak menendang ataupun menginjak anak korban lagi,
namun saksi I tidak kuat dikarenakan badan terdakwa lebih besar. Oleh karena itu
saksi I berteriak meminta tolong, sehingga Terdakwa hentikan oleh warga sekitar
dan Anak korban yang dalam keadaan pingsan dibawa masuk ke dalam rumah,
kemudian Terdakwa dibawa ke kantor polisi.
1
Aprilia Nugraheni. (2023). Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Dinamika Psikologis
Anak Usia Dini. JAMPARING Jurnal Akuntansi Manajemen Pariwisata Dan Pembelajaran Konseling,
1(1).
kekerasan. Seorang pelaku yang awalnya bersifat normal atau tidak memiliki
perilaku dan sikap agresif bisa saja mampu melakukan tindak kekerasan jika
dihadapkan dengan situasi dibawah tekanan (stress), misalnya kesulitan
ekonomi yang berkepanjangan atau perselingkuhan atau ditinggalkan
pasangan atau kejadian-kejadian lainnya. Sedangkan faktor internal adalah
faktor yang bersumber pada kepribadian dari dalam diri pelaku itu sendiri
yang menyebabkan ia mudah sekali terprovokasi melakukan tindak
kekerasan, meskipun masalah yang dihadapinya tersebut relatif kecil.2
2
Siregar, C. M., Siregar, F. S., Nasution, K., Pasaribu, H., & Muliawan, R. (2021). Dampak Trauma
Kekerasan dalam Rumah Tangga Terhadap Perkembangan Psikis Anak. Al-Mursyid: Jurnal Ikatan
Alumni Bimbingan Dan Konseling Islam (IKABKI), 3(1).
3
Alimi, R., & Nurwati, N. (2021). FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA TERHADAP PEREMPUAN. Jurnal Pengabdian Dan Penelitian Kepada Masyarakat
(JPPM), 2(1).
Secara psikologis, anak bukan orang dewasa dalam ukuran mini
melainkan anak merupakan subjek yang masih rawan dalam tahap
perkembangan kapasitas (evolving capacities), yang sangat erat kaitannya
dengan kausalitas antara pemenuhan dan perlindungan atas hak hidup dan
hak kelangsungan hidupnya, hak atas tumbuh dan berkembang anak serta
hak atas perlindungan dari suatu kekerasan dan juga dari diskriminasi.
Sehingga dalam pemahaman yuridis konstitusional, hak-hak anak tersebut
tidak terpisah-pisahkan antara satu dengan yang lainnya, yakni antara hak
hidup dan hak kelangsungan hidupnya, hak atas tumbuh dan berkembang
anak serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.4
4
Parawansa, A., Nawi, S., & Badaru, B. (2022). Interpretasi Psikologi Hukum Terhadap Perlindungan
Anak Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia. Journal of Lex Generalis (JLG), 3(3).
5
Yanti, P. E., & Agustina, L. F. (2022). GAMBARAN PSIKOSOSIAL ANAK KORBAN KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA. Ash-Shudur: Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 2(1).
6
Ibid.
merasa tidak dipahami oleh orang-orang disekitarnya. Apalagi kondisi dalam
rumah tangga tidak dapat diselesaikan secara kekeluargaan bahkan
penyelesaiannya melibatkan aparat kepolisian, hal ini akan sangat
mempengaruhi kondisi psikologi seorang anak terutama dalam lingkungan
pergaulan.7
7
Resmini, W., Sundara, K., & Resmayani, N. P. A. (2019). KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PSIKOLOGI ANAK. SELAPARANG: Jurnal Pengabdian
Masyarakat Berkemajuan, 3(1).
8
Setiawan, N. H., Devi, S. S., Damayanti, L., Pramudya, F., & Antony, H. (2023). PEMAHAMAN DAN
FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA: TINJAUAN LITERATUR.
Civilia : Jurnal Kajian Hukum Dan Pendidikan Kewarganegaraan, 3(2).
Kekerasan dalam rumah tangga dapat menimbulkan tekanan yang
mengganggu kondisi psikis seseorang. Oleh sebab itu, KDRT tidak hanya
berdampak pada fisik korban, melainkan berdampak juga pada kondisi
psikologis korbannya. Rasa takut yang dalam terhadap anak juga salah satu
dampak dari kekerasan dalam rumah tangga yang mengakibatkan seorang
anak memiliki sikap tertutup terhadap lingkungannya.9 Pada kasus yang
diuraikan di atas, yang menjadi korban KDRT merupakan sang anak itu
sendiri. Anak tersebut masih berusia di bawah 13 tahun tapi harus hidup di
bawah keluarga yang telah terpecah belah, kemudian harus merasakan
kekerasan fisik dan psikis dari ayahnya sendiri.
9
Ibid.
10
Ibid.
1. Saksi Anak Korban, merupakan orang yang mengalami peristiwa
KDRT itu secara langsung. Artinya, Anak Korban merupakan Saksi
Korban.
2. Saksi 1, merupakan Ibu dari anak korban, Saksi 1 merupakan orang
yang melihat secara langsung peristiwa kekerasan tersebut.
3. Saksi 2, merupakan nenek dari anak korban, saksi 2 juga merupakan
orang yang melihat dan mendengar secara langsung perbuatan
kekerasan terdakwa terhadap anak korban.
Hal tersebut bisa saja terjadi, sebab kejadian yang menimbulkan stres
membuat peningkatan memori saksi, karena peristiwa yang traumatik
menyebabkan saksi/korban memfokuskan perhatian pada kejadian.
Bagaimanapun terjadi perbedaan individual pada saksi, misalnya perbedaan
kemampuan menghadapi masalah (coping style) tiap saksi akan memberikan
perbedaan kebenaran kesaksian. Kondisi emosi subjek juga berpengaruh
dalam penyimpanan memori (encoding) juga berdampak pada retrieval. Kita
sering mengalami bahwa dalam kondisi cemas menghadapi ujian maka
banyak materi yang terlupakan.
Terlepas dari adanya ketidaksesuaian tersebut, memang terdakwa
mengakui keterangan para saksi yang dihadirkan di muka persidangan.
Terdakwa dalam permohonannya secara lisan di muka persidangan yang
pada pokoknya memohon keringanan hukuman mengatakan bahwa ia
merasa bersalah, menyesal, dan tidak akan lagi mengulangi perbuatannya.
Meskipun demikian, Jaksa Penuntut Umum menolak permohonan tersebut
dan tetap pada tuntutannya. Bagaimanapun juga, kasus kekerasan dalam
rumah tangga memang tidak bisa dibenarkan, setiap keluarga biasanya
memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikan masalahnya. Jika masalah
diselesaikan dengan cara yang benar maka masalah akan segera selesai dan
jika masalah tersebut diselesaikan dengan cara yang salah masalah hanya
akan semakin bertambah.
11
Satriani, I., Adhayanto, O., & Sucipta, P. R. (2020). TINJAUAN PSIKOLOGI HUKUM TERHADAP
PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KEKERASAN PSIKIS YANG DILAKUKAN SUAMI
KEPADA ISTRI(Studi Kasus Putusan Nomor 36/Pid.Sus/2015/PN Tpg). Student Online Journal (SOJ)
UMRAH - Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 1(2).
Hakim juga mempertimbangkan hubungan ayah dan anak menjadi
keadaan yang meringankan terdakwa. Artinya, hakim menilai bahwa
bagaimanapun juga hal tersebut tidak menghapuskan atau memutuskan
hubungan keluarga antara terdakwa dan korban. Dalam hal kehakiman, kaum
realis memberikan beberapa kajian yang bernuansa psikologi hukum yaitu;
pengaruh pandangan moral seseorang terhadap hukum dan perilaku hakim,
the point of view of the bad man (sudut pandang orang jahat), dan teori-teori
prediksi terhadap apa yang akan diputuskan oleh pengadilan. Sebagai hakim
yang memberikan keputusan, standar-standar moral serta prinsip moral yang
dianut oleh hakim mempengaruhi keputusan dan kebijakan mereka dalam
proses persidangan.12
12
Launiyah, L., & Rochim, F. (2022). Psikologi Hukum dalam Penyelesaian Perkara Secara E-Litigasi
dan Non E-Litigasi Perspektif Hakim Pengadilan Agama. Islamic Law Jurnal Siyasah, 7(2).
13
Satriani, I., Adhayanto, O., & Sucipta, P. R. Op. Cit
bertanggungjawab atas putusan yang dijatuhkannya, tidak berhenti pada saat
menjatuhkan putusan tersebut.
14
Tegar Kurnia Priamudi. 2021. Kekuatan Pembuktian CCTV dalam Sistem Peradilan Pidana (Studi
Putusan Nomor: 465/Pid.B/2019/PN Smg). Skripsi. Universitas Islam Sultan Agung.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Launiyah, L., & Rochim, F. (2022). Psikologi Hukum dalam Penyelesaian Perkara
Parawansa, A., Nawi, S., & Badaru, B. (2022). Interpretasi Psikologi Hukum
Satriani, I., Adhayanto, O., & Sucipta, P. R. (2020). TINJAUAN PSIKOLOGI HUKUM
Siregar, C. M., Siregar, F. S., Nasution, K., Pasaribu, H., & Muliawan, R. (2021).
Psikis Anak. Al-Mursyid: Jurnal Ikatan Alumni Bimbingan Dan Konseling Islam
(IKABKI), 3(1).
Yanti, P. E., & Agustina, L. F. (2022). GAMBARAN PSIKOSOSIAL ANAK KORBAN
Setiawan, N. H., Devi, S. S., Damayanti, L., Pramudya, F., & Antony, H. (2023).