Anda di halaman 1dari 15

KEKERASAN

Menurut Wignyosoebroto (1997) pengertian kekerasan


adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau
sejumlah orang yang berposisi kuat (atau yang tengah
merasa kuat) terhadap seseorang atau sejumlah orang
yang berposisi lebih lemah (atau yang tengah dipandang
berada dalam keadaan lebih lemah), berdasarkan
kekuatan fisiknya yang superior, dengan kesenjangan
untuk dapat ditimbulkannya rasa derita di pihak yang
tengah menjadi objek kekerasan itu. Namun, tak jarang
pula tindak kekerasan ini terjadi sebagi bagian dari
tindakan manusia untuk tak lain daripada melampiaskan
rasa amarah yang sudah tak tertahan lagi olehnya.
KEKERASAN PADA PEREMPUAN

Komnas Perempuan (2001) menyatakan bahwa kekerasan


terhadap perempuan adalah segala tindakan kekerasan yang
dilakukan terhadap perempuan yang berakibat atau
kecenderungan untuk mengakibatkan kerugian dan
penderitaan fisik, seksual, maupun psikologis terhadap
perempuan, baik perempuan dewasa atau anak perempuan
dan remaja. Termasuk didalamnya ancaman, pemaksaan
maupun secara sengaja meng-kungkung kebebasan
perempuan. Tindakan kekerasan fisik, seksual, dan
psikologis dapat terjadi dalam lingkungan keluarga atau
masyarakat.
Bentuk-bentuk kekerasan pada perempuan

a) Kekerasan fisik
Tindak kekerasan fisik adalah tindakan yang bertujuan melukai,
menyiksa atau menganiaya orang lain. Tindakan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki)
atau dengan alat-alat lainnya seperti : memukul, menampar, mencekik
dan sebagainya.
b) Kekerasan psikologis
Kekerasan psikologi adalah tindakan yang bertujuan mengganggu atau
menekan emosi korban. Secara kejiwaan, korban menjadi tidak berani
mengungkapkan pendapat, menjadi penurut, menjadi selalu bergantung
pada suami atau orang lain dalam segala hal (termasuk keuangan).
Akibatnya korban menjadi sasaran dan selalu dalam keadaan tertekan
atau bahkan takut.seperti : berteriak, menyumpah,
mengancam,melecehkan dan sebagainya.
c) Kekerasan seksual, seperti : melakukan tindakan yang
mengarah keajakan/desakan seksual seperti menyentuh,
mencium, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan
korban dan lain sebagainya.
d) Kekerasan finansial, seperti : mengambil barang korban,
menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan
finansial dan sebagainya.
e) Kekerasan spiritual, seperci : merendahkan keyakinan dan
kepercayaan korban, memaksa korban mempraktekan ritual dan
keyakinan tertentu
Faktor - Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap
Perempuan

Aina Rumiati Azis mengemukakan faktor-faktor


penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan
yaitu :
a) Budaya patriarki yang mendudukan laki-laki
sebagai mahluk superior dan perempuan sebagai
mahluk interior.
b) Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama
sehingga menganggap laki-laki boleh menguasai
perempuan.
c) Peniruan anak laki-laki yang hidup bersama ayah
yang suka memukul,biasanya akan meniru perilaku
ayahnya.
Dalam kaitan itu Fathul Djannah mengemukakan beberapa faktornya yaitu :

a) Kemandirian ekonomi istri. Secara umum ketergantungan istri terhadapsuami


dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan, akan tetapi tidak sepenuhnya
demikian karena kemandirian istri juga dapat menyebabkan istri menerima
kekerasan oleh suami.
b) Karena pekerjaan istri. Istri bekerja di luar rumah dapat menyebabkan istri
menjadi korban kekerasan.
c) Perselingkuhan suami. Perselingkuhan suami dengan perempuan lain atau
suami kawin lagi dapat melakukan kekerasan terhadap istri.
d) Campur tangan pihak ketiga. Campur tangan anggota keluarga daripihak
suami, terutama ibu mertua dapat menyebabkan suami melakukan kekerasan
terhadap istri.
e) Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama. Pemahaman ajaranagama
yang salah dapat menyebabkan timbulnya kekerasan terhadap perempuan dalam
rumah tangga.
f) Karena kebiasaan suami, di mana suami melakukan kekerasan terhadap istri
secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan
Dampak kekerasan Terhadap Perempuan

Menurut Suryakusuma (1995) efek psikologis penganiayaan bagi


banyak perempuan lebih parah dibanding efek fisiknya. Rasa takut,
cemas, letih, kelainan stress post traumatic, serta gangguan makan
dan tidur merupakan reaksi panjang dari tindak kekerasan. Namun,
tidak jarang akibat tindak kekerasan terhadap istri juga meng-
akibatkan kesehatan reproduksi terganggu secara biologis yang pada
akhirnya meng-akibatkan terganggunya secara sosiologis. Istri yang
teraniaya sering mengisolasi diri dan menarik diri karena berusaha
menyembunyikan bukti penganiayaan mereka.
Masalah sosial budaya yang sangat erat kaitannya dengan kesehatan
reproduksi adalah kekerasan terhadap perempuan (KtP).
Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap
Perempuan

Pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap


perempuan, masyarakat menyadari bahwa kekerasan terhadap
perempuan sebagai masalah yang perlu diatasi. Diantaranya
dengan :
•Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seks di tempat
kerja.Membeli perempuan tentang penjagaan keselamatan diri.
Melaporkan tindak kekerasan pada pihak berwenang.
•Peran petugas kesehatan dalam mencegah kekerasan terhadap
perempuan di antaranya melakukan penyuluhan untuk pencegahan
dan menanganan kekerasan terhadap perempuan.
•Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menangani
kasus kekerasan terhadap perempuan. Bermitra dan berpartisipasi
dalam pengembangan jaringan kerja untuk menanggulangi masalah
KtP dengan instansi terkait, lembaga social masyarakat.
Perempuan berhak memperoleh perlindungan hak asasi manusia.
Kekerasan terhadap perempuan dapat berupa pelanggaran hak-hak
berikut:

•Hak atas kehidupan


•Hak atas persamaan
•Hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi
•Hak atas perlindungan yang sama di muka umum
•Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan fisik maupun
mental
•Hak atas pekerjaan yang layak dan kondisi kerja yang baik
•Hak untuk pendidikan lanjut
•Hak untuk tidak mengalami penganiayaan atau bentuk kekejaman
lain, perlakuan atau penyiksaan secara tidak manusiawi yang
sewenang-wenang.
CONTOH KASUS
 NAMA : IMELDA MASOS
(AYUK
MEMENG)
 USIA :36 tahun
 Pendidikan : SMA
 Agama : Islam
 Alamat : jl. Ridwan Rais no
22 tanjung raya bandar
lampung
Narasi Korban
 Sang suami memaksakan kehendaknya pada korban untuk berpindah agama. Namun
sang istri menolak. Karena perbedaan keyakinan , suami korban memutuskan untuk
bercerai dari korban. Dengan cara bagaimanapun sang suami harus mendapatkan hak
asuh sang anak dan harta gono-gini. Namun, korban menolak permintaan sang suami
tersebut. Dan tidak ingin bercerai dari suaminya. Karena alasan itu, memancing
amarah sang suami. Lalu sang suami bertindak kekerasan terhadap korban. Sang
suami memukuli sang korban hingga korban mengalami luka dan trauma yang cukup
serius. Setelah kejadian itu akhirnya pernikahan mereka berakhir di pengadilan. Dari
kejadian itu, sang korban menjadi seorang yang pendiam bahkan takut jika
berkomunikasi dengan orang lain. Tidak lama dari perceraian tersebut, korban di
kenali oleh teman nya dengan seorang laki2 dengan niat untuk menghilangkan
trauma yang di alami korban. Namun ternyata, laki-laki tersebut justru melakukan
kekerasan seksual terhadap korban. Korban di paksa untuk melakukan hubungan
seksual dengannya. Karena keluarga korban tidak menerima, akhirnya sang pelaku di
tuntut oleh keluarga korban. Dan pelaku saat ini sudah mendapatkan balasan dari
perbuatannya tersebut. Dari semua kejadian yang korban alami, akhirnya saat ini
korban mengalami depresi yang cukup berat.
SELESAI
Tugas
 Cari contoh kasus kekerasan
anak/perempuan yang ditemui dilingkungan
tempat tinggal atau lingkungan kerja.
 Peran kita sebagai bidan?
 Dampak atau manfaat yang diperoleh baik

bagi diri sendiri maupun korban atas peran


yang telah kita lakukan?

Anda mungkin juga menyukai