Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perubahan Kondisi fisik remaja berubah secara cepat dan drastis

antara usia 11 dan 16 tahun. Diperlukan waktu beberapa saat untuk dapat

beradaptasi dengan keadaan tersebut. Pada tahap ini remaja tidak merasa

seperti orang dewasa, atau belum siap tampil seperti orang dewasa. Akibat

perkembangan ini bervariasi luas. Timbul kecemasan karena perubahan

yang dialami tidak seperti yang diharapkan, atau tidak seperti teman-

temannya. Semua perubahan ini disebabkan oleh hormon yang dihasilkan

oleh kelenjar hipophise (khusus pada laki-laki adalah akibat hormon yang

dihasilkan oleh testis dan perempuan hormon yang dihasilkan oleh ovarium)

yang akan mempengaruhi tidak hanya pertumbuhan, tapi juga suasana alam

perasaan (mood) Perubahan ini mungkin tidak terduga sebelumnya dan

membuat kecewa, namun hal ini normal terjadi pada usia remaja. Pada usia

yang lebih tua, perubahan akan berkurang dan tidak lagi drastis. dalam

perubahan itu juga akan mempengaruhi perubahan emosional, sosial dan

intelektual terhadap remaja. Semua perubahan ini akan menimbulkan

masalah bagi mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap

perubahan ini.

Remaja merupakan aset sumber daya manusia sebagai generasi

penerus bangsa dimasa yang akan datang Perubahan hormon, yang juga

mempengaruhi perubahan fisik, biologis dan psikologis remaja juga

mempengaruhi perubahan dorongan seksual pada diri remaja, ditambah lagi

1
dengan adanya pengaruh serta godaan dari luar dirinya serta mudahnya arus

informasi yang bernuansa negatif bermuatan pornografi sehingga melakukan

perilaku seksual yang tak terkendali.

Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) menemukan bahwa 51 persen siswi di Jabodetabek pernah

melakukan hubungan seks pranikah, di Surabaya, remaja perempuan lajang

yang kegadisannya sudah hilang mencapai 54 persen, di Medan 52 persen,

Bandung 47 persen, dan Yogyakarta 37 persen

(okezone.com, 2010). Temuan Komisi Nasional Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa dari hasil riset yang dilakukan di 12

kota besar di Indonesia terhadap 2800 pelajar putra dan putri, 76 persen

responden perempuan mengaku pernah pacaran dan mengaku 6,3 persen

pernah making love (ML), sementara responden laki-laki 72 persen mengaku

pernah pacaran dan Komnas Perlindungan Anak mencatat 62,7 persen

remaja SMP dari 4.500 remaja di 12 kota besar menyatakan bahwa dirinya

sudah tidak perawan lagi, sebanyak 97 persen remaja SMP dan SMA pernah

menonton film porno, serta 21,1 persen remaja di Indonesia pernah

melakukan aborsi. Gambaran remaja yang masih duduk di bangku sekolah

dan menyatakan setuju terhadap hubungan seks karena alasan akan

menikah adalah: laki-laki mencapai 72,5% dan perempuan sebanyak 27,9%.

Mereka yang setuju karena alasan saling mencintai: laki-laki mencapai 72,5%

dan perempuan 27,5%. Sedangkan yang setuju karena suka sama suka

adalah: laki-laki sebanyak 71,5% dan perempuan 28,5%. (Syvonete

Research, 2004). Sementara menurut Fact Sheet yang dikeluarkan oleh

PKBI Pusat, BKKBN dan UNFPA, sebanyak 15% remaja Indonesia pernah

2
melakukan hubungan seksual (2005) dan studi yang dilakukan oleh PSS

PKBI DIY pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 12,1%. Dikutip dari harian

Republika yang memuat hasil survei Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia (PKBI) yang dilakukan pada 2003 di lima kota, di antaranya

Surabaya, Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta menyatakan bahwa sebanyak

85 persen remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah berhubungan seks

dengan pacar mereka. Ironisnya, hubungan seks itu dilakukan di rumah

sendiri, rumah tempat mereka berlindung.

Pentingnya menjaga remaja untuk berperilaku seksual secara sehat

karena dalam perkembangannya, remaja belum begitu memahami tentang

dampak perilaku seksual yang beresiko, apalagi rasa keingintahuan remaja

mengenai seksual terhitung tinggi. Penyalahgunaan teknologi yang terjadi

pada saat-saat ini, misalnya maraknya peredaran film / video porno, majalah

porno dapat memberikan pengaruh negatif pada perkembangan remaja

apalagi bila tidak didukung dengan ketersediaan informasi yang benar

mengenai perilaku seksual yang sehat dan aman baik melalui berbagai

media yang ada maupun perhatian orang-orang terdekatnya.

B. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran perilaku seksual remaja

di masa remaja awal. Bagaimana Perilaku seharusnya dan bagaimana

penyimpangan dan jalan keluarnya

C. MANFAAAT

Manfaat yang sekiranya diperoleh dari makalah ini , yaitu.

3
1. Secara Teoretis, dapat menjadi bahan analisis untuk mengembangkan

teori-teori yang sudah ada. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan psikologi dalam penanganan masalah-masalah perilaku

seksual remaja.

2. Secara Praktis, penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat bagi

kita semua dalam membantu individu dalam mengembangkan konsep

dirinya yang positif, memilih teman sebaya dan ikut dalam konformitas,

sehingga dapat terhindar dari kenakalan remaja dan menggapai

kehidupan yang lebih berarti.

4
BAB II
PERMASALAHAN

A. JENIS PERILAKU SEKSUAL REMAJA


Masa remaja menjadi masa transisi dimana individu merupakan makhluk
aseksual menjadi seksual. Kematangan hormonal serta menguatnya
karakteristik seksual primer dan sekunder diikuti pula perkembangan
emosionalnya. Selama masa peralihan ini diikuti perkembangan secara
biologis dari masa anak-anak menuju dewasa dini. Pada masa
transisi seperti ini menjadi rawan terhadap meningkatnya aktifitas seksual
aktif maupun pasif. Pada masa ini impuls-impuls dorongan seksual (sexdrive)
mengalami peningkatan dan pada saat tersebut rasa ketertarikan remaja
untuk merasakan kenikmatan seksual meningkat (Mahati, 2001;
Gusmiarni,2000; Aminudin, dkk: 1997).
Perilaku seksual sendiri dipahami sebagai bentuk perilaku yang muncul
karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan
organ seksual melalui berbagai perilaku. Namun pemahaman pengertian
mengenai perilaku seksual yang selama ini yang berkembang di
masyarakat hanya berkutat seputar penetrasi dan ejakulasi (Wahyudi,
2000). Dalam kondisi tertentu remaja cenderung memiliki dorongan seks
yang kuat. Namun kompensasi dari dorongan rasa ini terhadap lawan
jenis, remaja kurang memiliki kontrol diri yang baik dan terlebih
disalurkan melalui kanalisasi yang tidak tepat. Perilaku semacam
inirawan terhadap timbulnya masalah-masalah baru bagi remaja. Banyak
ditemukan remaja melakukakan penyaluran dorongan yangtidak sesuai
dengan apa yang menjadi norma masyarakat setempat
ataupun diwujudkan melalui ekspresi seksual yang kurang sehat. Dorongan
ini rawan terhadap munculnya pelecehan seksual. Perilaku seks yang kurang
sehat itu jarang disadari remaja dan selanjutnya menimbulkan kerugian
terhadap remaja itu sendiri.

5
B. AKIBAT PERILAKU SEKSUAL YANG TIDAK SEHAT

Kerugian dari perilaku seksual tidak sehat ini menurut Tizar Rahmawan

(2010) sebagai berikut: (1) Remaja yang memiliki perilaku seks yang tidak

sehat beresiko besar untuk gagal dalam pendidikan sekolah. (2) Remaja

yang memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko mendapatkan sorotan

tajam, cemoohan, bahkan sanksi lebih keras dari masyarakat. Jika hal ini

sampai terjadi, citra buruk akan melekat pada remaja yang bersangkutan dan

tentu manjadi hambatan dalam penyesuaian sosialnya. (3) Remaja yang

memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko untuk mengalami

kehamilan. Kehamilan yang tidak diharapkan tentu merugikan kedua belah

pihak baik pihak laki-laki dan terutama pihak perempuan. (4) Remaja yang

memiliki perilaku seks yang tidak sehat beresiko tinggi terinfeksi penyakit

menular seksual.

6
BAB III
LANDASAN TEORI

A. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Papalia dan Olds (2001) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa

transisi perkembangan antara masa kanak-kanak danmasa dewasa yang

pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada

usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.remaja adalah

masa transisi antara masa kanak kanak dan dewasa yang dimulai dari

umur 12 tahun hingga 22 tahun.

Usia Remaja merupakan usia remaja dimana adanya peralihan dari masa

kanak-kanak ke remaja yang mengalami perkembangan dalam semua

aspek untuk memasuki masa dewasa yang selaras baik fisik, psikis dan

social, dimasa ini biasanya banyak sekali terbentur dengan konflik baik

konflik internal maupun konflik eksternal untuk itu sebaikanya kita

memahami karakteristik Remaja. Karekteristik ditinjau dari Fisiologik dan

psikososialnya,menurut Rumini,dkk (1991:36)

a. Karekteristik ditinjau dari Fisiologis

Pada masa remaja awal pertumbuhan tubuh baik tinggi maupun berat

badan yang Nampak mengalami percepatan pada anak wanita

berlangsung sekitar usia 11-13 tahun sedangkan anak pria usia 12-

15 tahun yang akan terus berlangsung sampai usia 16-18

tahun.Demikian pula pada pertumbuhan primer yang berhubungan

dengan organ reproduksi serta pertumbuhan tanda kelamin sekunder

atau tanda yang tak langsung menunjukan ciri khas pria dan wanita

7
seperi pertumbuhan rambut pada bagian tubuh tertentu (adanya

kumis dan janggut pada pria), perubahan suara, ejakulasi pertama,

demikian juga pada wanita tumbuhnya payudara, datangnya haid

yang pertama dan waktu demi waktu perubahan makin mengarah

pada kesempurnaan menuju kedewasaan

b. Karakteristik ditinjau dari Psikososial

Perkembangan psikososial remaja juga mulai mengalami perubahan

dari masa sebelumnya, ciri khas yang tercermin dalam tingkah

lakunya antara lain :

1). Keadaan perasaan dan Emosi

Keadaan perasaan dan emosinya sangat peka sehingga tidak

stabil, remaja awal dilanda pergolakan sehingga selalu

mengalami perubahan dalam perbuatannya. Dalam mengerjakan

sesuatu, misalnya belajar, mula-mula bergairah dan tiba-tiba

menjadi malas. Sikap terhadap sesuatu mula-mula penuh

perhatian tiba-tiba berubah demikian pula masalah cita dan cinta

yang belum stabil

2). Keadaan mental

Kemampuan mental khususnya kemampuan berpikirnya mulai

sempurna/ kritis dan dapat melakukan abstraksi. Ia mulai menolak

hal-hal yang kurang dimengerti, maka sering terjadi pertentangan

dengan orangtua, guru atu orang dewasa lainnya.

3). Keadaan kemauan

Kemauan atau keingintahuan berbagai hal dengan jalan mencoba

apa yang dilakukan orang lain atau orang dewasa.

8
4). Keadaan moral

Dorongan Seks sudah cendrung memperoleh pemuasan

sehingga mulai berani menunjukan sikap mencari perhatian .

Sehingga sering sianggap tidak sopan .

Pendapat lain tentang ciri-ciri pertumbuhan remaja disampaikan

oleh Muh. Surya. (1981 :46) sebagai berikut :

1). Pertumbuhan Fisik dan motorik maju pesat

2). Kehidupan sosialnya diperkaya dengan kempuan bekerjasama

dan bersaing dengan kelompok sebaya

3). Semakin menyadari diri, memiliki keinginan dan perasaan

tertentu juga makin bertumbuhnya minat tertentu.

4). Kemapuan berpikirnya sudah bukan tingkat persepsional lagi.

5). Dalam bergaul dan bekerjasama tidak membedakan jenis yang

membedakan adalah perhatian dan pengalaman yang sama.

6). Sanggup memahami hubungan sebab akibat

7). Semakin berkurangnya ketergantungan pada orangtua dan

kurang memerlukan perlindungan orang dewasa

Walaupun secara jasmaniah kadang kadang mereka berkembang

lebih awal namun perkembangan kejiwaan mereka sesungguhnya

lama setelah itu. Karakteristik diaatas memberi pengaruh timbal

balik dalam pergaulan dimasyarakat.Dalam masa transisi inilah

maka remaja sangat rawan dalam terkena konflik dalam hubungan

dengan lingkungan sekitarnya

9
2. Tugas Perkembangan Remaja

Remaja memiliki tugas perekembangan yang harus dicapai untuk

menjadi manusia seutuhnya, tugas-tugas perkembangannya yaitu :

a. Keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa.

b. Kemampuan untuk dapat bekerjasama dengan teman sebaya baik

disekolah maupun luar sekolah

c. Pemahaman dan Penerimaan diri

d. Kemampuan untuk dapat melepaskan diri dari ketergantungan

emosional kepada orangtua dan orang dewasa lainnya

e. Kemampuan untuk mengembangkan jiwa wirausaha

f. Kemampuan untuk mengarahkan potensinya sesuai cita cita

pekerjaannya

g. Pemahaman tentang hidup berkeluarga

h. Kemampuan untuk dapat mengembangkan keterampilan intelektual

yang diperlukan untuk hidup sebagai warganegara yang baik

i. Kemampuan untuk dapat bertingkahlaku social sesuai dengan

kodratnya sebagai lelalaki atau perempuan

j. Kemampuan untuk memiliki rasa tanggungjawab terhadap diri dan

lingkungannya

k. Kemampuan untuk memahami nilai-nilaidan etika hidup yang baik

yang ada dimasyarakat. (Achmad Juntika, 2010 : 42)

Menurut Hurlock (1997), tugas perkembangan remaja yaitu :

a. Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik

pria maupun wanita

b.Mencapai peran sosial

10
c.Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuh secara efektif

d.Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

e.Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang

dewasa lainnya

f. Mempersiapkan karir ekonominya

g.Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h.Memperoleh system nilai dan perangkat etnis.

3. Ciri-ciri Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan

periode sebelum dan sesudahnya. Pada remaja wilayah-wilayah dalam

lapangan psikologinya masih terus berkembang dan pagar-pagarnya

masih belum kuat. Oleh karena itu dorongan - dorongan bergerak secara

terus menerus. Hal ini terlihat dalam bentuk tingkah laku remaja yang

gelisah dan meletup-letup. Lewin (dalam Sarwono, 2008) memandang

diri seseorang sebagai bagian dan termasuk di dalam lapangan psikologi,

bercampur dengan hal-hal yang berada diluar dirinya. Dengan kata lain

diri dan dunia luar adalah suatu keutuhan, suatu gestalt.

4. PERKEMBANGAN REMAJA

Beberapa orang melalui masa remaja dan memasuki masa dewasa

dengan relatif mulus, sedangkan orang lain lebih bergejolak. Untuk itu

orang tua perlu memahami kondisi dan kebutuhan anak remajanya yang

berubah dengan cepat. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, bahkan

hubungan anak dengan orang tua yang baik sekalipun kadang-kadang

menegangkan pada saat remaja. Pada masa bayi dan kanak, pola

perkembangan merupakan petunjuk yang berguna bagi orang tua Setiap

11
tahap yang sudah dicapai memberikan peneguhan bahwa perkembangan

telah berjalan normal jarang sekali perubahan pada remaja dipandang

dengan cara yang positif. Orang tua sering mengeluh tidak mengerti

perubahan yang dialami anak remajanya dan malah menganggapnya

sebagai pembangkanag dan egosentris. Sebenarnya masalah ini mudah

diatasi, bila melihatnya sebagai bagian dari perkembangan yang normal.

Walaupun orang tua tidak dapat menerima atau mentolerir keadaan ini,

namun orang tua tidak perlu cemas karena masa remaja akan berlalu

dengan sendirinya.

5. PERKEMBANGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA

Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan

serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-

laki maupun pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku

seksual remaja secara keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja,

perkembangan organ seksual mempunyai pengaruhkuat dalam minat remaja

terhadap lawan jenis. Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap

lawan jenis sangat dipengaruhi oleh factor perubahan-perubahan fisik selama

periode pubertas (Santrock, 2003).

Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi

remaja laki-laki, demikian pula remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekar

yang menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004). Pada

masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis.

Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan dorongan dan

keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja

12
biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis

dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja

melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan

kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan

hubungan seksual (Pangkahila dalam Soetjiningsih, 2004).

Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada

remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif

secara seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini

dikarenakan adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan

dan remaja laki-laki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap

”benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai ataupun saling

terikat. Mereka sering merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka

dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta.

Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada

remaja laki-laki, mengatakan bahwa alasan utama mereka aktif secara

seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2003).

B. PERILAKU SEKSUAL

1. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta

interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan. Perilaku merupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi,

lama, dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak

sadar (Green, 2000). Menurut Skinner (2001) seorang ahli psikologi,

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi

13
biologis adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara,

menangis, bekerja dan sebagainya.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus Skinner membedakan

perilaku menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (Covert Behavior), Respon seseorang terhadap

stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan

atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang

lain.

b. Perilaku terbuka (Overt Behavior), Repon seseorng terhadap stimulus

dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus

tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan

mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Skinner dalam

Notoatmodjo (2001) mengemukakan bahwa perilaku adalah

merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

tanggapan atau respon, respon dibedakan menjadi dua respon:

1) Respondent response atau reflexive respon, ialah respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang relatif tetap.

Responden respon (Respondent behaviour) mencakup juga emosi

respon dan emotional behaviour.

2) Operant respons atau instrumental respon adalah respon yang timbul

dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini

disebut reinforsing stimuli atau reinforcer. Proses pembentukan atau

14
perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari

dalam maupun dari luar individu. Aspekaspek dalam diri individu yang

sangat berperan/berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah

persepsi, motivasi dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang

merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman

serta pengalaman masa lalu. Motivasi adalah dorongan bertindak

untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan dalam motivasi

diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono, 2003).

2. Pengertian Perilaku Seksual

Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki,

yang sering disebut jenis kelamin (Ing: sex). Sedangkan seksualitas

menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis,

sosial, psikologis, dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan

dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga

kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan

dorongan seksual. Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya

dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual,

identitas peran atau jenis, serta bagaimana dinamika aspek-aspek

psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu

sendiri. Dari dimensi sosial, seksualitas dilihat pada bagaimana

seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana

pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas

yang akhirnya membentuk perilaku seksual. Dimensi kultural

menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di

masyarakat

15
3. Dorongan Seksual

Dorongan seksual adalah keinginan untuk mendapatkan kepuasan

secara seksual yang diperoleh dengan perilaku seksual. Hal yang wajar

pada remaja muncul dorongan seksual karena ketika memasuki usia

pubertas, dorongan seksual akan muncul dalam diri seseorang. Saat

puber, organ-organ reproduksi sudah mulai berfungsi, hormon-hormon

seksualnya juga mulai berfungsi. Hormon-hormon inilah yang

menyebabkan munculnya dorongan seksual, yaitu hormon esterogen dan

progesteron pada perempuan, serta hormon testosteron pada laki-laki.

Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika dorongan seksual muncul tidak

diimbangi dengan pemahaman terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

perilaku seksual.

Tidak ada perbedaan antara dorongan seksual yang dimiliki laki-laki dan

perempuan. Tidak ada yang lebih tinggi. Walaupun di masyarakat muncul

kepercayaan bahwa dorongan seksual pada laki-laki lebih besar

dibandingkan perempuan, hal tersebut sebetulnya disebabkan oleh

budaya yang mengijinkan laki-laki untuk lebih ekspresif (termasuk dalam

hal seksualitas), sementara perempuan dilarang untuk menunjukkan

ketertarikan seksualnya di depan banyak orang.

4. Perilaku Seksual

Perilaku seksual seringkali dimaknai salah oleh banyak orang dengan

hubungan seksual, perilaku seksual ditanggapi sebagai sesuatu hal yang

melulu “negatif”. Padahal tidak demikian halnya. Perilaku seksual

merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan

untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.

16
Perilaku seksual tersebut sangat luas sifatnya, mulai dari berdandan,

mejeng, merayu, menggoda hingga aktifitas dan hubungan seksual.

Hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan

dengan lawan jenis atau sesama jenis. Contohnya: pegangan tangan,

cium kering, cium basah, petting, intercourse dan lain-lain.( Sarlito :2013)

Perilaku seksual merupakan hasil interaksi antara kepribadian dengan

lingkungan di sekitarnya. Berikut beberapa faktor internal dan eksternal

yang mempengaruhi perilaku seksual:

a. Perspektif Biologis, perubahan biologis yang terjadi pada masa

pubertas dan pengaktifan hormon dapat menimbulkan perilaku

seksual.

b. Pengaruh Orang Tua, kurangnya komunikasi secara terbuka antara

orang tua dengan remaja dalam masalah seputar seksual dapat

memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual

c. Pengaruh Teman Sebaya, pada masa remaja, pengaruh teman

sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku

seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya

d. Perspektif Akademik, remaja dengan prestasi rendah dan tahap

aspirasi yang rendah cenderung lebih sering memunculkan aktivitas

seksual dibandingkan remaja dengan prestasi yang baik di

sekolahnya

e. Perspektif Sosial Kognitif, kemampuan sosial kognitif diasosiasikan

dengan pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman

perilaku seksual di kalangan remaja. Remaja yang mampu mengambil

17
keputusan secara tepat berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya dapat

lebih menampilkan perilaku seksual yang lebih sehat.

C. Dampak Perilaku Seksual

Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada

remaja, diantaranya sebagai berikut :

1. Dampak psikologis

2. Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja

diantaranya

3. perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan

berdosa.

4. Dampak Fisiologis

5. Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya

dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.

6. Dampak social, dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual

yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah

pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi

ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak

keadaan tersebut (Sarwono, 2003).

7. Dampak fisik,dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003)

adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja,

dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang

tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual

dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta

meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENYEBAB PERILAKU SEKSUAL REMAJA

Secara umum perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh perubahan hormon

seksual yang terjadi. Namun selain faktor biologis, banyak hal, baik internal

maupun eksternal, yang dianggap mendorong remaja melakukan hubungan

seks sebelum menikah di bawah usia 20 tahun. Faktor internal dan faktor

eksternal misalnya:

1. Dorongan seksual yang menggebu-gebu dan sulit dikendalikan.

2. Dorongan seksual afeksi (menyatakan/menerima ungkapan kasih sayang

melalui aktivitas seksual)

3. Dorongan agresif (keinginan untuk menyakiti diri/orang lain)

4. Terpaksa (diperkosa, dipaksa pacar)

5. Dorongan untuk mendapatkan fasilitas/material melalui aktivitas tersebut

6. Dorongan atau keinginan untuk diakui dalam kelompok

7. Dorongan atau keinginan untuk mencoba atau membuktikan fungsi atau

kemampuan dari organ seksualnya

8. Kurangnya pemahaman remaja mengenai resiko melakukan hubungan

seks sebelum menikah di bawah usia 20 tahun

9. Manusia memiliki kecenderungan untuk mengadopsi sikap dan perilaku

lingkungan sekitarnya, termasuk remaja yang sedang dalam proses

pencarian jati diri.

10. Kurangnya peran orang tua, baik dalam pemberian informasi mengenai

kesehatan reproduksi, komunikasi, dan proses negosiasi antara orang tua

dan anak.

19
11. Tekanan dari teman sebaya atau dari pacar

12. Pengaruh media seperti tayangan televisi, film porno, stensil, dan

sebagainya yang mempengaruhi aspek fisik dan psikologis

13. Tidak adanya ruang bagi remaja untuk mendapatkan akses informasi yang

benar mengenai kesehatan reproduksi dan seksual

Dalam Sarlito (2012) Dikemukakan penyebab perilaku seksual yang tidak

sehat :

1. Meningkatnya Libido Seksualitas

2. Penundaan Usia Perkawinan

3. Tabu/ Larangan

4. Kurangnya Informasi Tentang Seks

5. Pergaulan Bebas

B. SOLUSI PERMASALAHAN

Lingkungan dimana anak dibesarkan, dibimbing, dan dididik tidak lain

berawal dari lingkungan dimana ia tinggal. Lingkungan yang paling dekat dan

sangat berpengaruh kepada anak adalah keluarga sebagai yang pertama

dan paling utama dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak,

Orangtua khususnya memiliki peranan yang terpenting dalam

perkembangan anak sebelum mengenal lingkungan lain yang lerbih luas

setelah melewati masa kanak kanak. Anak anak umur 5 sampai 16 tahun

menghabiskan waktunya 15 % dari kehidupannya di sekolah dan 85 %

dengan keluarga, orangtua dan lingkungannya. Proses Sosialisasi

didasarkan pada hubungan primer dengan orangtua, kemudian berlanjut

20
dengan teman sebaya dalam situasi bermain disekolah (David Matsumoto :

2008).

Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang fokus

utamanya adalah pada konteks sosial di mana anak tinggal dan orang-orang

yang memengaruhi perkembangan anak.

1). mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak

waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga,

teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu

berinteraksi langsung dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang

lain. Manurut Bronfenbrenner, anak bukan penerima pengalaman secara

pasif di dalam setting ini, tetapi anak adalah orang yang berinteraksi

secara timbal balik dengan orang lain dan membantu mengkonstruksi

setting tersebut.

2). mesosistem adalah kaitan antar-mikrosistem. Contoh adalah

hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di

sekolah, dan antara keluarga dan teman sebaya. Misalnya, salah satu

mesosistem penting adalah hubungan antara sekolah dan keluarga.

Dalam sebuah studi terhadap seribu anak kelas delapan (atau setingkat

kelas 3 SMP ke awal SMA (Epstein, 1983). murid yang diberi

kesempatan lebih banyak untuk berkomunikasi dan mengambil

keputusan, entah itu di rumah atau di kelas, menunjukkan inisiatif dan

nilai akademik yang lebih baik.

3). Eksosistem (exosystem) terjadi ketika pengalaman di setting lain

(dimana murid tidak berperan aktif) memengaruhi pengalaman murid dan

guru dalam konteks mereka sendiri. Misalnya, ambil contoh dewan

21
sekolah dan dewan pengawas taman di dalam suatu komunitas. Mereka

memegangi peran kuat dalam menentukan kualitas sekolah, taman,

fasilitas rekreasi, dan perpustakaan. Keputusan mereka bisa membantu

atau menghambat perkembangan anak.

4). Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas

yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam

perkembangan anak. Kultur adalah konteks terluas di man amurid dan

guru tinggal, termasuk nilai dan adat istiadat masyarakat. Misalnya,

beberapa kultur (seperti si negara Islam semacam Mesir atau Iran),

menekankan pada peran gender tradisonal. Kultur lain (seperti di AS)

menerima peran gender yang lebih bervariasi. Di kebanyakan negar

Islam, sistem pendidikannya mempromosikan dominasi pria. Di Amerika,

sekolah-sekolah semakin mendukung nilai kesetaraan antara pria dan

wanita.Salah satu aspek dari status sosiekonomi murid adalah faktor

perkembangan dalam kemiskinan. Kemiskinan dapat memengaruhi

perkembangan anak dan merusak kemampuan mereka untuk belajar,

meskipun beberapa anak di lingkungan yang miskin sangat ulet.

5).Kronosistem adalah kondisi sosiihistoris dari perkembangan anak.

Misalnya, murid-murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang

tergolong pertama (Louv, 1990). anak-anak sekarang adalah generasi

pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang

tumbuh di lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk

media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual, dan

generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tak

22
terpusat, yang tidak lagi jelas batas antara kota, pedesaan atau subkota.(

John W. Santrock,2004)

Berdasarkan teori tersebut, terlihat bahwa lingkup yang paling kecil yang

mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang adalah dari lingkungan

keluarga, dalam hal ini orangtua merupakan pendidik yang pertama dan

utama bagi anak yang menentukan sejak bayi sampai kelak masa

depannya. Setelah itu lingkungan yang lebih luas seperti lingkungan

sekolah, teman bermain dan masyarakat akan mempengaruhi

perkembangan sikap dan perilaku sang anak selanjutnya.

Remaja mempunyai pribadi yang sangat mudah terpengaruh oleh

lingkungan di luar dirinya akibat dari rasa keingintahuan yang sangat

tinggi. Tanpa adanya bimbingan maka remaja ini dapat melakukan

perilaku menyimpang seperti seks bebas. Oleh karena itu, diperlukan

pendidikan/penerangan yang benar mengenai kebutuhan pengetahuan

tersebut pada remaja. Sehingga, mereka tidak mengambil langkah salah

dan merugikan dirinya dikemudian hari. Mereka memerlukan penyuluhan

dan bimbingan yang terarah melalui sekolah, media massa (koran,

majalah, TV, pendidikan, ulama, dan orang tua).

Perhatian orang tua diharapkan dapat dilakukan seefektif mungkin dalam

membina putra-putrinya. Situasi yang berkembang di masyarakat,

tentang dampak pergaulan bebas dikalangan remaja sekarang ini

menghadapkan masyarakat, terutama para pendidik kepada sebuah

dilema yang kontroversial. Beberapa saran yang bisa disampaikan yaitu:

23
1. Bagi orang tua hendaknya meningkatkan kewaspadaan dan

bimbingannya kepada putra-putrinya, dengan melakukan komunikasi

seefektif mungkin.

2. Perlu adanya suasan keterbukaan antara,orang tua dan anak atau

guru dan murid.

3. Bersikapklah kritis terhadap anak.

4. Pembinaan dari para alim ulama dan tokoh-tokoh masyarakat lebih

ditingkatkan.

5. Menambah kegiatan yang positif di luar jam sekolah, misalnya

kegiatan olahraga, kesenian, koperasi, wiraswasta.

6. Perlu dikembangkan model pembinaan remaja yang meliputi seks,

PMS, KB dan kegiatan lain yang berhubungan dengan reproduksi

sehat, informasi yang terarah baik secara formal maupun informal.

7. Perlu adanya wadah untuk menampung permasalahan reproduksi

remaja yang sesuai dengan kebutuhan remaja.

8. Kepedulian lingkungan dalam menanamkan moral dan karakter yang

baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Aliyah Urotul, 2006. Dinamika Psikologis Remaja yang Mengalami Kehamilan Tidak
Dikehendaki (KTD). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Amirudin, dkk. 1997. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan.


Laporan penelitian. Puslit Sosial Budaya Universitas Diponegoro

David Matsumoto (2008), Pengantar Psikologi Lintas Budaya, Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Depkes RI. 2006. Lebih 1,2 Juta Remaja Indonesia Sudah Lakukan Seks Pranikah.
http://karodalnet.blogspot.com/2008/08/lebih-12-juta-remajaindonesia-
sudah.html. Diakses 7 Januari 2009.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Gunarsa Y.S.D. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia.

Hurlock, E. B. 2004. Adolescent Development, Fourth Edition. Tokyo: Mc Graw-Hill.

Irawati dan Prihyugiarto, I. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Terhadap


Perilaku Seksual Pria Nikah Pada Remaja Di Indonesia: BKKBN.

Monks F.J., Knoers A.M.P., Haditono S.R., 2002. Psikologi Perkembangan


Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Edisi Keempat Belas. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Rumini S. dan Sundari S. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT


Rineka Cipta

Sarlito W Sarwono, 2013 Psikologi Remaja,Jakarta : Raja Grafindo Persada

Santrock, J.W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup: Jakarta:
penerbit Erlangga.

Santrock, J.W. 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit


Erlangga. Alih bahasa oleh : Shinto B. A. dan S. Saragih.

Santrock 2004, Psikologi Pendidikan , Prenada Media Group, Jakarta

Soetjiningsih dkk. 2004. Buku Ajar: Tumbuh Kembang Remaja dan


Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.

25
26

Anda mungkin juga menyukai