Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

Istilah Seks secara etimologis, berasal dari bahasa Latin yang berarti 'Sexus',
kemudian diturunkan dalam bahasa Prancis Kuno 'Sexe'. Yang memiliki arti nafsu
atau syahwat. Nafsu atau syahwat disebut juga sebagai pendorong hidup yang
biasanya dikenal dengan kata insting, yang dimiliki oleh setiap mahluk hidup, baik
laki-laki atau perempuan. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari secara harfiah,
kata seks cenderung digunakan untuk menunjukan jenis kelamin atau gender. Tetapi
seringkali pengertian seks hanya mengacu kepada suatu aktivitas biologis yang
berhubungan dengan alat kelamin (genital). Meskipun, sebenarnya seks merupakan
bagian dari kondisi anatomi dan biologis. Dalam kegiatan seksualitas (Menurut
Gunawan dalam Soekatno, 2008) selalu melibatkan kompleksitas emosi, perasaan,
kepribadian, dan sikap seseorang yang berkaitan dengan perilaku serta orientasi
seksualnya. Kegiatan seksual saat ini yang dilakukan oleh individu, seringkali tidak
sesuai dengan prosedur-prosedur yang berlaku. Dimana prosedur tersebut bukanlah
sesuatu tata cara aturan untuk bagaimana melakukannya, melainkan legal tidaknya
dalam melakukan kegiatan tersebut. Maka dari itu, munculah dua jenis kegitan seks,
yaitu, Seks Pranikah, dan Seks Pascanikah.

A. SEKS PRANIKAH
Dapat dikatakan kegiatan sebagai Seksual Pranikah, adalah ketika individu yang
melakukan segala bentuk hubungan atau kontak badan tanpa adanya ikatan resmi
baik hukum maupun secara agama. Dalam kehidupan sehari-hari lebih mengenal
seks pranikah dengan sebutan seks bebas. Seks bebas (menurut Amirudin dkk,
1998) dalam bahasa populernya disebut dengan Extra-Marial Intercourse atau
Kinky-sex yang dimana merupakan bentuk pembebasan insting seks yang
dipandang tidak wajar. Sedangkan menurut Sarwono (2012) menyatakan bahwa
perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang
dilakukannya dengan sentuhan, ciuman (kissing), menempelkan alat kelamin,
memegang payudara atau melalui oral seks pada alat kelamin, dan bersenggama
(necking), yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.

Rahman dan Hirmaningsih (1997) juga mengungkapkan adanya dorongan seksual dan rasa
cinta membuat remaja ingin selalu dekat dan mengadakan kontak fisik dengan pacar.
Kedekatan fisik maupun kontak fisik yang terjadi antara remaja yang sedang pacaran akan
berbeda dengan kedekatan fisik atau kontak fisik antara remaja dengan teman dan keluarga.
Kedekatan fisik inilah yang akhirnya akan mengarah pada perilaku seksual dalam pacaran.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas Menurut Sarlito W. Sarwono (2005),
faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada individu
adalah sebagai berikut:
a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual. Peningkatan hasyrat
seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkahlaku seksual tertentu.
b. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan,
maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin
meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain).
c. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama yang berlaku di mana seseorang
dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Individu yang tidak dapat
menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melakukan hal tersebut.
d. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan
rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang canggih (contoh: VCD, buku
pornografi, foto, majalah, internet, dan lainlain) menjadi tidak terbendung lagi. Individu yang
sedang dalam priode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau
didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui
masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
e. Orang tua, baik karena ketidaktahuan maupun sikapnya yang masih mentabukan
pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak.
Bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
f. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat,
sebagai akibat dari berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita
semakin sejajar dengan pria.

B. SEKS PASCANIKAH
Seks Pasca nikah, adalah ketika individu melkukan segala bentuk hubungan dan kontak
badan diatas hubungan pernikahan yang resmi baik secara agama maupun hukum. Seks
Pascanikah bersifat berbanding terbalik dengan seks pra nikah, yakni bersifat positif. Dimana
kedua individu yang melakukan seks pasca nikah akan terhindar dari hal-hal yang merugikan
dan negatif. Selain dengan hubungan seks pasca nikah hubungan kontak fisik tidak semata-
mata hanya untuk pemenuhan kepuasan saja, melainkan juga dapat menjadi bentuk kasih
sayang, dan meneruskan keturunan.

http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/294
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/psiko/article/view/1553/2736
http://repository.uin-suska.ac.id/5907/3/11-BAB%20II.pdf
https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7502/5836

Anda mungkin juga menyukai