Anda di halaman 1dari 30

KEBUTUHAN SEKSUALITAS

PENGERTIAN
Merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan 2 individu secara pribadi
yg saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan
timbal balik antara kedua individu tersebut
seksualitas meliputi bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana
mereka mengkomunuksikan perasaan tersebut terhadap orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya seperti, sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui perilaku yang lebih
halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata.
Raharjo (1999) menjelaskan bahwa seksualitas merupakan suatu konsep, kontruksi sosial
terhadap nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan seks.
kesehatan seksual menurut WHO (1975) sebagai pengintegrasian aspek somatik,
emosional, intelektual, dengan cara yang positif, memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi, dan cinta.
Tinjauan seksual dari beberapa aspek
Aspek biologis
Pandangan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, kemampuan organ seks dan adanya
hormonal serta sistem syaraf yg berfungsi atau berhubungan dgn kebutuhan seksual
Aspek psikologis
Pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap
kesadaran identitasnya serta memandang gambaran seksual
Aspek sosial budaya
Merupakan pandangan budaya atau keyakinan yg berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan
seksual serta perilakunya di masyarakat
PERKEMBANGAN SEKSUALITAS
MASA PRANATAL DAN BAYI
Komponen fisik/biologis : sudah berkembang,
Mampu merespon rangsang, misal : ereksi, pelumas vagina (saat mandi merasakan adanya
perasaan senang)
Komponen psikososial :
Bayi : fokus kebutuhan rasa aman, nyaman, kesenangan, nutrisi
Berkembang rasa percaya
Respon terhadap interaksi figur orang tua
Mulai belajar jenis kelamin
Perkembangan psikoseksual (Sigmund Freud) :
Tahap oral
Umur 0-1 tahun
Kepuasan dicapai dgn menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara
Misal : menetek, menghisap jari
Masalah : menyapih dan makan
Tahap anal
Terjadi umur 1-3 thn
Kepuasan terjadi saat pengeluaran feses
kadang-kadang mencoba memasukan kembali atau menahan feses, sering menjadikan feses
sebagai mainan.
Dapat dilatih kebersihan
MASA KANAK-KANAK

Dibagi dalam masa todler, prasekolah dan sekolah


Biologis: struktur anatomi dan fisiologi terus berkembang
Psikososial : mulai mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki atau perempuan
Belajar perasaan diri melalui interaksi dengan figur orang tua
Perkembangan psikoseksual :
Tahap oedipal/phalik
terjadi usia 3-5 thn
Kepuasan anak terletak pada rangsang otoerotis : meraba, nikmat pada beberapa daerah
Mengidentifikasi jenis kelamin
berperan sesuai jenis kelamin
Menyukai lain jenis (laki-laki dekat dgn ibu, perempuan dekat dgn ayah)
Pada anak laki-laki dekat dengan ibu, bangga terhadap penisnya.
Pada anak perempuan dekat dengan ayah karena ayah suka mengagumi kecantikannya dan
senang bermain dengannya.
Tahap laten
Terjadi pada umur 5-12 thn
Suka berinteraksi dgn kelompok/sebaya
Dorongan libido mereda
Banyak bertanya masalah seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca atau
berfantasi
Mulai memasuki masa pubertas
MASA PUBERTAS
Biologis: terjadi kematangan fisik (pubertas) dan kematangan psikososial (remaja)
Perubahan fisik :
Laki-laki : TB, BB, perkembangan otot, bulu, ukuran penis
Perempuan : TB, BB, bentuk tubuh, ukuran payudara, menstruasi
Psikososial : perubahan body image, perhatian besar pada perubahan fungsi tubuh, belajar
perilaku pada kondisi sosial baru, konflik emosi (mudah tersinggung, malu, ingin dimengerti)
Perkembangan Psikoseksual
Tahap genital :
Terjadi > 12 thn
Berespon thd sensasi menyenangkan / permainan erotis (fantasi, masturbasi)
MASA DEWASA MUDA DAN PERTENGAHAN UMUR
Biologis :
o umur 18-30 thn
kematangan anatomi dan fisiologi, BB, TB dan kondisi tubuh.
Perkembangan ciri seks sekunder mencapai puncak
o Pertengahan umur : terjadi perubahan hormon
Wanita: penurunan estrogen, pengecilan payudara, cairan vagina berkurang
Pria : menurunnya reaksi ereksi, penurunan ukuran penis, penurunan produksi semen
Psikososial :
Intim dnegan lawan jenis, menikah, melahirkan, punya anak menyebabkan terjadinya
perubahan peran
Interaksi seksual : kominikasi terbuka tentang seks dengan partner, pengetahuan yg baik
tentang diri dan kemampuannya serta tentang partnernya
MASA DEWASA TUA

Biologis :
Perempuan : atropi vagina, jaringan payudara, cairan vagina menurun, intensitas orgasme
menurun
Laki-laki : menurunnya produksi sperma, intensitas orgasme menurun, terlambat mencapai
ereksi, pembesaran kelenjar prostat
Psikososial :
Masalah yg mempengaruhi perkembangan seksualitas:
penyesuaian terhadap perubahan body image
penyesuaian terhadap perubahan dlm keluarga, status perkawinan, pensiun, perubahan
fungsi tubuh, menurunnya mobilitas
Bila pada masa dewasa tua dan lansia seseorang tidak mampu berespon positif terhadap
perubahan maka orang tersebut dapat merasakan penurunan harga diri (HDR) dan kemudian
menyebabkan isolasi sosial
PERILAKU PERAN JENIS KELAMIN
Mulai sejak lahir dan berlangsung sepanjang hidup
Dipengaruhi oleh struktur fisik, perasaan internal tentang laki-laki/perempuan, nilai
keluarga, nilai budaya
Peran laki-laki dewasa (perilaku yg menyertai):
pencari nafkah, ayah, olahragawan, mencintai lawan jenis, bercelana panjang, fisik kuat,
ekspresi perasaan terkontrol
Perempuan diharapkan : ekspresi emosi lembut
ORIENTASI SEKSUAL
Orientasi seksual merupakan preferensi yang jelas, persisten, dan erotik seseorang untuk
jenis kelaminnya atau orang lain. Dengan kata lain orientasi seksual adalah keteratarikan
emosional, romantik, seksual, atau rasa sayang yang bertahan lama terhadap orang lain
Orientasi seksual memiliki rentang dari Homoseksual murni sampai dengan Heteroseksual
murni termasuk didalamnya Biseksual
Homoseksual : mengalami ketertarikan emosional, romantik, seksual, atau rasa sayang
pada sejenis
biseksual : merasa nyaman melakukan hubungan seksual dengan kedua jenis kelamin
VARIASI DALAM EKSPRESI SEKSUAL
Transeksual adalah orang yang identitas seksual atau jender nya berlawanan dengan sex
biologisnya
Seseorang merasa terperangkap dengan tubuhnya yang tidak sesuai dengan perasaan
seksualnya (disforia jender.)
Transvetit biasanya adalah pria heteroseksual secara periodik berpakaian seperti wanita
untuk pemuasan pikologis dan seksual. Sikap ini bersifat sangat pribadi bahkan bagi orang
yang terdekat sekalipun.
KARAKTERISTIK KESEHATAN SEKSUAL
Mengekspresikan perubahan tubuh secara positif
Mempunyai pengertian tentang seksualitas
Keserasian pengertian antara biologic sex, gender identity dan gender behaviour
Perilaku sesuai dengan konsep diri
Menyadari perasaan dan seksualnya
Berespon secara fisik dan mental bagi diri dan partner
Merasa mampu untuk tetap bahagia dan menghasilkan keturunan
PENYIMPANGAN SEKSUAL

Transeksualisme :
Bentuk penyimpangan seks ditandai perasaan tdk suka dgn alat kelaminnya, ada keinginan
berganti kelamin
Pedofilia :
Kepuasan seks dgn objek anak-anak di bawah usia pubertas (ditandai dgn fantasi)
Dapat disebabkan skizophrenia, sadisme organik, gangguan kepribadian organik
Eksibisionisme :
Kepuasan seksual dicapai dgn mempertontonkan alat kelamin di muka umum. Dilakukan
mendadak di depan orang yg tidak dikenal namun tidak ada upaya untuk melakukan
hubungan seks
Fetisisme
Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan benda seks seperti sepatu tinggi, pakaian dalam,
stoking.
Disfungsi ini dapat terjadi karena eksperimen seksual yg normal dan bedah pergantian
kelamin
Transvestisme
Kepuasan seksual dicapai dgn memakai pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yg
berlawanan, misalnya pria senang menggunakan pakaian dalam wanita
Voyerisme/skopofolia
Kepuasan seksual dicapai dgn melihat alat kelamin org lain atau aktivitas seks yag dilakukan
orang lain
Masokisme
Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau disakiti terlebih dahulu secara fisik maupun
psikologis
Sadisme
Kebalikan masokisme, kepuasan seks didapat dgn menyakiti objeknya baik fisik maupun
psikologis. Dpt disebabkan karena perkosaan dan pendidikan yg salah
Homoseksual atau lesbianisme
Penyimpangan seksual ditandai dengan ketertarikan secara fisik maupun emosi kepada
sesama jenis. Kepuasan seks didapat dengan berhubungan dgn orang dgn jenis kelamin sama
Zoofilia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek binatang
Sodomi
Kepuasan seks dicapai dgn hubungan melalui anus
Nekrofilia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek mayat
Koprofilia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek feses
Urolagnia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek urine yg diminum
Oral seks/kunilingus
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan mulut pada alat kelamin wanita
Felaksio
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan mulut pd kelamin laki-laki
Froterisme/friksionisme
Kepuasan seks dicapai dgn menggosokkan penis pd pantat wanita atau badan yg berpakaian
di tempat yg penuh sesak manusia
Goronto

Kepuasan seks dicapai melalui dgn lansia


Frottage
Kepuasan seks dicapai dgn cara meraba org yg disenangi tanpa diketahui lawan jenis
Pornografi
Gambar/tulisan yg dibuat scr khusus utk memberi rangsangan seksual
BENTUK ABNORMALITAS SEKSUAL AKIBAT DORONGAN SEKSUAL ABNORMAL
Prostitusi
Pola dorongan seks tidak wajar
Tidak terintegrasi dlm kepribadian
Relasi bersifat impersonal tanpa ada afeksi
Emosi berlangsung cepat
Tidak ada orgasme pada wanita
Dpt terjadi pada laki-laki maupun wanita
Pada laki-laki disebabkan karena keinginan mencari variasi dlm seks, iseng dan ingin
menyalurkan kebutuhan seks
Pada wanita dpt disebabkan karena faktor ekonomi, disorganisasi kehidupan keluarga,
nafsu seks abnormal
Perzinahan
Relasi seks laki-laki dan wanita yg bukan pasangan suami-istri
Pada wanita terjadi bila relasi afeksional atau emosional yg sangat kuat
Pada pria biasanya karena rasa iseng atau dorongan untuk memuaskan nafsu sesaat
Frigiditas
Ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme selama senggama
Ditandai berkurang atau tidak adanya ketertarikan pd hubungan seks atau tdk mampu
menghayati orgasme dlm koitus
Disebabkan karena kelainan dlm rahim atua vagina, hub yg tdk baik dgn suami, cemas,
bersalah, atau takut
Impotensi
Ketidakmampuan pria utk melakukan relasi seks atau senggama atau ketidakmampuan utk
mencapai dan mempertahankan ereksi
Banyak disebabkan karena faktor psikologis, kecemasan, ketekutan, pengalaman buruk
masa lalu, persepsi seks yg salah
Ejakulasi prematur
Terjadi pembuangan sperma terlalu dini sebelum ada penetrasi dalam vagina atau
beberapa detik setelah penetrasi
Umumnya disebsbkan karena kurangnya rasa percaya diri serta kegagalan dlm
membangun hub suami istri
Vaginismus
Kejang berupa penegangan atau pengerasan yg sangat menyakitkan pd vagina atau
kontraksi yg sangat kuat shg penis terjepit
Dapat terjadi karena kelainan organ dan psikologis (rasa takut)
Dispareunia
Timbulnya kesulitan dlm melakukan senggama atau rasa sakit saat koitus
Dapat terjadi saat sperma keluar, atau kurang cairan vagina
Anorgasme
Kegagalan mencapai klimaks selama bersenggama
Bersifat psikis

Ditandai dgn pengeluaran sperma, tanpa ada puncak kepuasan


Karena faktor psikis atau organik seperti ketidakmampuan penetrasi utk memberi
rangsang atau vagina longgar
Kesukaran koitus pertama
Terjadi kesulitan dlm melakukan koitus pertama
Dapat karena kurang pengetahuan diantara pasangan, ada ketakutan, rasa cemas dlm
berhubungan seks, dll
SIKLUS RESPON SEKSUAL
TAHAP SUKACITA (excitement)
Tahap awal dlm merespon seks
Wanita : byk lendir vagina, dinding vagina menebal, sensitivitas klitoris meningkat, putting
menegang, ukuran payudara meningkat
Pria : ereksi penis, penebalan dan elevasi skrotum
TAHAP KESTABILAN (Plateu)
Wanita : mengalami retraksi di bawah klitoris, byk lendir vagina dan labia mayora, elevasi
serviks dan uterus, meningkatnya otot pernafasan
Laki-laki : meningkatnya ukuran gland penis, tekanan otot pernafasan
TAHAP ORGASME (PUNCAK)
Wanita :
Vasocongestion (payudara dan vagina menjadi lebih besar, tubuh hangat atau panas,
perubahan warna payudara dan alat kelamin
Myotonia (kontraksi uterus, rektal, spincter uretra dan otot2 lain yg tdk disengaja)
hiperventilasi dan peningkatan nadi
Pria : relaksasi spinchter kandung kencing, hiperventilasi, meningkatnya denyut nadi,
ejakulasi
TAHAP RESOLUSI (PEREDAAN)
Wanita : relaksasi dinding vagina, perubahan warna labia mayora, pernafasan, nadi,
tekanan darah, otot2
Pria : menurunnya pernafasan, denyut nadi, penis melemas
Pada tahap resolusi pria mengalami periode refraktori bila dilanjutkan stimulasi menjadi
tidak enak
Pada wanita tidak mengalami periode refraktori sehingga mampu orgasme kembali
Berikut ini adalah tiga contoh impuls seksual wanita
Contoh 1 orgasme berganda
contoh 2 gairah yang mencapai level stabil tanpa terus mencapai orgasme
contoh 3 memperlihatkan beberapa penurunan singkat dalam tahap perangsang diikuti
sebuah tahap resolusi yang bahkan lebih cepat
FAKTOR YG MEMPENGARUHI MASALAH SEKSUAL
Tidak adanya panutan (role model)
Gangguan struktur dan fungsi tubuh, seperti trauma, obat, kehamilan, abnormalitas
anatomi vagina
Kurang pengetahuan atau informasi yg salah mengenai masalah seksual
Penganiayaan fisik

Adanya penyimpangan psikoseksual


Konflik terhadap nilai
Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian
Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual
Fisik (kelelahan, medikasi, citra tubuh, kehamilan, dll)
Hubungan dengan parter (kedekatan, kemesraan)
Gaya hidup (penggunaan alkohol, pekerjaan, pembagian waktu)
Harga diri (dipengaruhi oleh perkosaan, inses, penganiayaan fisik/emosi,
ketidakadekuatan pendidikan seks, pengaharapan pribadi atau kultural yang tidak realistik.
Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual (menurut Purnawan, 2004)
FAKTOR INTERNAL
Perkembangan seksual (fisik, psikologis)
Pengetahuan mengenaikesehatan reproduksi
motivasi
FAKTOR EKSTERNAL
Keluarga
Pergaulan
Media masa
(RD; http://www.rosiana-nursing.blogspot.com)
Diposkan oleh rosiana-nuka di Rabu, Maret 09, 2011
Label: MATERI KULIAH
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Buyungchem's Blog
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makalah Perilaku seksual Oleh Tri Amalia Saud


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan
dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka
kelak. Di saat remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis,
pahit, sedih, gembira, lucu, bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam mencari jati
diri. Rasa ingin tahu dari remaja kadang-kadang kurang disertai dengan pertimbangan
rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan (Jufri, 2005).
Alan Guttmacher Institute, suatu lembaga penelitian kesehatan nonprofit, melaporkan bahwa
berdasarkan data terakhir (2003), sekitar 60 persen kelahiran anak di kalangan remaja di
dunia adalah kehamilan yang tidak diharapkan. Satu diantara remaja usia 19 tahun tidak
mempunyai akses untuk mendapat kontrasepsi. Lebih dari dua pertiga wanita di negara

berkembang mendapat pendidikan kurang dari sembilan tahun.


Ditemukan juga bahwa remaja putri di negara berkembang yang terpaksa keluar dari sekolah,
sudah melakukan hubungan seks di bawah usia 20 tahun, menikah muda dan tidak pernah
menggunakan kontrasepsi. Oleh sebab itu, menurut para ahli, hanya dengan pendidikanlah
untuk dapat menyelamatkan remaja putri di seluruh dunia.
Masih di negara berkembang, banyak wanita sudah mempunyai anak pertama pada usia di
bawah 18 tahun, sementara wanita-wanita di desa dengan pendidikan tidak menyukai
kontrasepsi, dan hampir semuanya terpaksa melahirkan dan menemui resiko kehamilan yang
cukup gawat. Namun masalah ini sebenarnya bukan urusan negara berkembang saja. Di
Amerika Serikat, tujuh diantara 10 remaja yang melahirkan adalah kelahiran yang tidak
diinginkan (Anonim, 2003).
Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa perilaku seks remaja
sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada 33.943 di 24 negara yang
dikerjakan oleh sebuah LSM Perancis tersebut, menunjukkan 13,2 % remaja berperilaku seks
aktif semenjak usia 15 tahun dan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Sementara 82%
lainnya, menggunakan alat kontrasepsi (Pahaji, 2008).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh 3 orang sosiolog di Bowling Green University
menunjukkan bahwa lebih dari setengah wanita dewasa yang pernah tidur dengan pria yang
baru dikenal ataupun sekedar teman biasa, tidak mengambil langkah-langkah pencegahan.
Dibandingkan dengan sekitar seperempat gadis yang dikategorikan memiliki pasangan tetap
dan menggunakan kontrasepsi. Penelitian tersebut meneliti 1.600 wanita muda yang
melakukan hubungan seks pertama kali sebelum berusia 18 tahun.
Di Indonesia, jumlah remaja yang berusia 10-24 tahun mencapai 65 juta orang atau 30 persen
dari total penduduk. Sekitar 15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah
melakukan hubungan seksual di luar nikah. Setiap tahunnya 15 juta remaja perempuan usia
15-19 tahun melahirkan. Hingga Juni 2006 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus
HIV positif di Indonesia, dengan 78,8 persen dari kasus-kasus baru yang dilaporkan berasal
dari usia 15-29 tahun.
Diperkirakan bahwa terdapat sekitar 270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia,
dimana lebih dari 60 persen adalah berusia 24 tahun atau kurang, dan 30 persen berusia 15
tahun atau kurang. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia, dimana 20
persen diantaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja (Okanegara, 2007).
Suatu angka menakjubkan menyebutkan bahwa 51,5% remaja melakukan hubungan seksual
di tempat kos. Ditambah lagi, Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak dan Remaja
Indonesia (Sahara Indonesia menyebutkan bahwa 44,8% mahasiswa PTN dan PTS serta
remaja di Bandung telah melakukan hubungan seks hampir sebagian besar di wilayah rumah
kos mereka (Eva, 2004).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk
pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Apakah ada pengaruh pendidikan seks terhadap perilaku seksual remaja pada penghuni
kos-kosan?
2. Apakah ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap perilaku seksual remaja pada penghuni
kos-kosan?
3. Apakah ada pengaruh alat kontrasepsi terhadap perilaku seksual remaja pada penghuni
kos-kosan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja pada penghuni kos-

kosan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan seks terhadap perilaku seksual remaja.
b. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap perilaku seksual remaja.
c. Untuk mengetahui pengaruh alat kontrasepsi terhadap perilaku seksual remaja.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi FKM UIT Makassar pada umumnya
dan khususnya bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi.
2. Manfaat Instansi
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi-instansi terkait,
khususnya tempat penelitian, sehingga dapat memberikan pemecahan masalah kepada pihakpihak yang tersangkut dalam masalah ini.
3. Manfaat untuk Diri Sendiri
Penelitian ini dapat dijadikan proses pembelajaran dalam menangani masalah kedepannya,
khususnya masalah yang berhubungan dengan perilaku seksual dan masalah yang dihadapi
selama penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Remaja
WHO mendefinisikan remaja sebagai fase ketika seorang anak mengalami hal-hal sebagai
berikut:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, dan membagi kurun
usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia
pemuda (youth).
Sarwono (2005) membagi tiga tahap perkembangan remaja, yaitu:
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman
yang menyukainya. Ada kecenderungan narcistic, yaitu mencintai diri sendiri dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia
berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau
tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan
sebagainya.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian

lima hal di bawah ini:


1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum
(the public).
Freud dalam Sarwono (2005) menyatakan bahwa seksualitas pada remaja dimulai dengan
perubahan-perubahan tubuh dan faali yang menimbulkan tujuan baru dari dorongan seks,
yaitu reproduksi (keturunan). Tahap ini disebutnya fase genital, yang merupakan
perkembangan terakhir dari tahap-tahap sebelumnya yang belum bertujuan reproduktif.
Fase genital pada masa remaja ini diwujudkan melalui tiga hal, yaitu:
a. Melalui rangsangan dari luar (rabaan, sentuhan) terhadap daerah-daerah erogen (bagian
tubuh yang dapat menimbulkan gairah seksual).
b. Melalui ketegangan dari dalam dan kebutuhan faali untuk menyalurkan sekresi seksual
(sperma).
c. Melalui kegairahan psikologi yang disebabkan oleh hal yang pertama tadi dan
menyebabkan terjadinya dorongan untuk beronani.
B. Tinjauan Umum tentang Perilaku Seksual Remaja
Perilaku seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal
yang berhubungan dengan perihal hubungan intim antara laki-laki dan perempuan.
Menurut Masters, et al. dalam Jufri (2005) sexual behaviour adalah perilaku yang
berhubungan dengan fungsi-fungsi reproduktif atau yang merangsang sensasi dalam reseptorreseptor yang terletak pada atau di sekitar organ-organ reprodukstif dan daerah-daerah
erogen.
Sarwono (2005), mengartikan perilaku seksual sebagai tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis, yang bentuk tingkah
lakunya mulai dari perasaan tertarik, berkencan, bercumbu dan bersenggama dengan objek
seksualnya yang dapat berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri.
Menurut Hurlock dalam Jufri (2005), meningkatnya minat remaja terhadap seks, akan
mendorong remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi tentang seks. Hanya
sedikit remaja yang berharap bahwa seluk-beluk tentang seks dapat dipelajari dari
orangtuanya. Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber informasi tentang seks yang
mungkin dapat diperoleh, misalnya melalui informasi hygiene seks di sekolah atau perguruan
tinggi, membahas dengan teman-teman, membaca buku-buku tentang seks, atau memuaskan
rasa ingin tahu dengan jalan masturbasi, bercumbu atau bersenggama. Perilaku seksual
umumnya dimulai dengan masa masa pacaran. Dalam pola pacaran, berkencan berperan
penting karena remaja jatuh cinta dan berharap merencanakan perkawinan, sehingga remaja
sendiri pun harus memikirkan sungguh-sungguh masalah keserasian pasangan kencan sebagai
teman hidup.
Gunarsa dalam Jufri (2005) mengidentifikasi bentuk-bentuk perilaku seksual, meliputi:
1. Berjalan berduaan dengan pacar sambil bergandengan tangan
2. Memegang bahu atau pundak ketika berjalan dengan pacar
3. Memeluk pinggang pacar pada saat berboncengan di sepeda motor
4. Ciuman di kening
5. Berpelukan erat
6. Ciuman di bibir
7. Ciuman di leher

8. Saling meraba bagian tubuh dalam keadaan berpakaian


9. Ciuman pipi
10. Saling meraba bagian tubuh dalam keadaan tidak berpakaian
11. Menempelkan alat kelamin dalam keadaan tidak berpakaian
12. Bersenggama
Menurut Berzonsky dalam Jufri (2005), alasan remaja berperilaku seksual, yaitu:
1. Eksplorasi atau melakukan eksperimen dengan alat seksualnya
2. Bersenang-senang atau just for fun
3. Agar disenangi orang lain
Menurut Hurlock dalam Jufri (2005), faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan
perilaku seksual adalah:
1. Adanya minat remaja pada seks
2. Sumber-sumber informasi mengenai seks, seperti hygiene sex di sekolah, buku-buku
tentang seks
3. Sikap sosial yang baru terhadap seks
4. Mudahnya memperoleh alat-alat kontrasepsi dan legalisasi pengguguran di banyak negara
5. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua
6. Perubahan sikap remaja terhadap perilaku seksual
Sedangkan menurut Luthfie dalam Jufri (2005), beberapa faktor yang menimbulkan dorongan
untuk melakukan perilaku seksual pada remaja/mahasiswa, yaitu:
1. Budaya tertutup, dimana orang tua menganggap tabu kalau membicarakan soal seks pada
anaknya sehingga mereka mencari sumber lain yang belum tentu benar.
2. Tabloid dan majalah porno yang menyebabkan mereka berkhayal bagaimana melakukan
hubungan intim dengan lawan jenis.
3. Blue film merupakan faktor pemicu yang amat cepat merangsang orang buat melakukan
hubungan seksual. Gambar dan suara yang muncul dari film tersebut membuat remaja yang
melihatnya menjadi terkesima, sehingga terangsang untuk melakukan hal yang serupa.
4. Situs seks, pengaruh yang ditimbulkannya hampir sama dengan blue film (film porno).
Gambar-gambar bernuansa seksual yang ditampilkan melalui cybersex di internet dapat
mengundang timbulnya rangsangan atau dorongan untuk melakukan seks permisif.
5. Telepon/SMS seks, termasuk faktor yang bisa memicu terjadinya perilaku seks bebas,
karena meskipun tidak melihat gambarnya tetapi dari desahan suara yang dimunculkan lewat
kabel telepon itu membuat remaja berimajinasi.
6. Mengunjungi ke night club, di tempat ini banyak wanita-wanita yang pakaiannya
mengundang birahi sehingga menimbulkan rangsangan. Karena itu, remaja termasuk
mahasiswa yang sering ke night club sangat mungkin terpengaruh untuk melakukan perilaku
seks bebas.
7. Problema seks di televisi. Tayangan acara tertentu yang menampilkan adegan hot. Dilihat
dari nilai tradisional, acara problem seks di televisi dianggap tidak begitu cocok, karena
sebagian besar acara yang dipertontonkan kadang terlalu vulgar, bahkan dalam memberi
contoh terkadang juga tidak pas. Terapannya lebih cocok untuk orang dewasa, tetapi
kenyataannya remaja pun sangat menggandrungi tontonan yang bertemakan seks.
8. Konsultasi seksologi di media massa dan media elektronik juga dapat merangsang orang
untuk melakukan hubungan seks, apalagi jika pertanyaan dan jawaban ahli terkesan terlalu
vulgar dan tidak sesuai dengan perkembangan moralitas remaja.
9. Gaya berpacaran remaja atau mahasiswa sekarang sudah sangat maju. Pegangan tangan
dan ciuman saat berada di mall bahkan di tempat-tempat terbuka, sudah dianggap biasa.
Faktor lain yang sering disebut-sebut sebagai penyebab kebebasan seks yang sering
menimbulkan beban mental pada remaja adalah kampanye keluarga berencana (KB). Dengan

diberlakukannya program KB di suatu negara, khususnya dengan beredarnya alat-alat


kontrasepsi akan merangsang remaja untuk melakukan hubungan seks.
Sanderowitz & Paxman dalam Sarwono (2005), menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial
ekonomi seperti rendahnya pendapatan dan taraf pendidikan, besarnya jumlah keluarga dan
rendahnya nilai agama di masyarakat mempengaruhi perilaku seksual remaja.
C. Tinjauan Umum tentang Variabel yang Diteliti
1. Tinjauan tentang pendidikan seksual
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (2005), secara umum pendidikan seksual
adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang
meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual,
hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah
pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku
di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa
melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Jufri (2005), mengartikan pendidikan seksualitas sebagai upaya pemberian informasi tentang
seksualitas dan perkembangan tubuh yang akan membantu individu untuk memahami dan
mempercayai perasaannya sendiri, sehingga ia akan mampu mengendalikan masa depannya.
Karena itu, anggapan yang menilai pendidikan seksualitas identik dengan pornografi adalah
salah. Pendidikan seks bukan berarti mengajari remaja atau anak untuk melakukan hubungan
seks.
Menurut Kartono Mohamad dalam Mutadin (2002) pendidikan seksual yang baik
mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam
Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan
pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang
hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam
masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk
menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin
menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa
mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material
seseorang.
Muhammad Said Mursi dalam Syarifuddin, Pendidikan seks menurut Islam adalah upaya
pengajaran dan penerapan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan pada anak, dalam
usaha menjaga anak dari kebiasaan yang tidak islami serta menutup segala kemungkinan
kearah hubungan seksual terlarang (zina).
WHO menyebutkan, ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari pendidikan seksualitas.
Pertama, mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Kedua, bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual, mereka akan melindungi
dirinya dari penularan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.
Menurut Jufri (2005), beberapa pertimbangan dalam melakukan pendidikan seks remaja,
antara lain:
a. Pendidikan seks perlu menempatkan seksualitas pada perspektif yang semestinya, bukan
sesuatu untuk ditakuti dan disembunyikan, tetapi untuk dikelola dengan tepat.
b. Pendidikan seks perlu mengembalikan gambaran tentang seksual yang tepat, apalagi
dengan banyaknya media yang seringkali membuat imej negatif mengenai peran jenis lakilaki dan wanita secara tidak proporsional.
c. Pendidikan seks tidak hanya memberi tahu atau mendikte moral, tetapi secara jujur,
realistis, dan terbuka membahas berbagai isu dan masalah seksualitas.
d. Pendidikan seks perlu memberikan pengetahuan atau informasi aktual yang dapat
membantu remaja untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, dan karenanya
meruntuhkan semua mitos yang selama ini beredar.

e. Pendidikan seks perlu memberikan porsi untuk meningkatkan self-esteem dan rasa percaya
diri remaja, terutama bila diberikan kepada remaja awal.
f. Pendidikan seks perlu difokuskan pada pemberian kesempatan kepada remaja untuk
meningkatkan keterampilan berkomunikasi remaja dan juga pengambilan keputusan tentang
perilaku seks.
2. Tinjauan tentang lingkungan keluarga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan keluarga: ibu bapak dengan anakanaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Keluarga merupakan
sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk
mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan
kasih sayang diantara anggotanya.
Abu Zahra dalam Mufidah (2008), menyatakan bahwa institusi keluarga mencakup suami,
istri, anak-anak dan keturunan mereka, kakek, nenek, saudara-saudara kandung dan anakanak mereka, dan mencakup pula saudara kakek, nenek, paman dan bibi serta anak mereka
(sepupu).
Keluarga merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak lahir sampai datang ia
meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan primer,
hubungan antarmanusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum
seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan
keluarganya. Oleh karena itu, sebelum mengenal norma-norma dan nilai-nilai dari
masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku
dalam keluarganya. Norma atau nilai itu dijadikan bagian dari kepribadiannya. Maka, kita
dapat menyaksikan tindak-tanduk orang suku tertentu yang berbeda dari suku lainnya dan di
dalam suku tertentu itupun pola perilaku orang yang berasal dari kelas sosial atas berbeda
dari yang kelas sosial bawah. Demikian pula agama dan pendidikan bisa mempengaruhi
kelakuan seseorang. Semua itu pada hakikatnya ditimbulkan oleh norma dan nilai yang
berlaku dalam keluarga, yang diturunkan melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua
terhadap anak-anak mereka secara turun menurun. Tidak mengherankan jika nilai-nilai yang
dianut oleh orang tua akhirnya juga dianut oleh remaja. Tidak mengherankan kalau ada
pendapat bahwa segala sifat negatif yang ada pada anak sebenanya ada pula pada orang
tuanya. Hal itu bukan semata-mata karena faktor bawaan atau keturunan, melainkan karena
proses pendidikan, proses sosialisasiatau kalau mengutip Sigmund Freud: proses identifikasi
(Sarwono, 2005).
3. Tinjauan tentang alat kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, dan konsepsi
yaitu pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Pada umumnya kontrasepsi mempunyai fungsi, yaitu:
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi
b. Melumpuhkan sperma
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma
Metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi:
a. Metode Sederhana
1) Tanpa alat/obat:
a) Senggama terputus
b) Pantang berkala
2) Dengan alat/obat:
a) Kondom
b) Diafragma atau kap

c) Cream, jelli dan cairan berbusa


d) Tablet berbusa (vaginal tablet)
e) Intravag (tisu KB)
b. Metode Efektif
1) Pil KB
2) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/IUD)
3) Suntikan KB
4) Susuk KB (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
c. Metode Mantap
1) Pada wanita: Metode Operasi Wanita/Tubektomi
2) Pada pria: Metode Operasi Pria/Vasektomi.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
1. Pendidikan Seks
Pendidikan seks adalah perlakuan sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat
untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama dan yang sudah diterapkan oleh
masyarakat. Intinya pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama (DR.
Arief Rahman Hakim dan Drs. Fakhrudin-SMU Lab School Jakarta).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berbicara tentang remaja dan pendidikan
seks, terutama yang berhubungan perkembangan seks. Ada kesan pada remaja bahwa seks itu
menyenangkan, puncak rasa kecintaaan, tidak ada kedukaan, tidak menyakitkan bahkan
membahagiakan, sehingga tidak ada yang perlu ditakutkan. Seks hanya berkisar prilaku seks
semata yang disertai birahi, bahkan ada yang beranggapan bahwa gaul atau tidaknya seorang
remaja dilihat dari pengalaman seks mereka, sehingga ada opini seks adalah sesuatu yang
menarik dan perlu dicoba (dikenal dengan istilah sexpectation).
2. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang di dalamnya terjadi suatu interaksi yang akan
membawa pada perubahan-perubahan tertentu sesuai dengan nilai-nilai budaya yang
melingkupinya, dalam interaksi tersebut terdapat orang dewasa (orang tua) dan orang yang
sedang berproses ke arah kedewasaan. Dalam interaksi tersebut terdapat fihak yang dominan
dan cenderung mendominasi dalam membentuk interaksi serta substansi interaksi, seperti
nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki dan menjadi sikap fihak yang
belum dewasa, yaitu anak-anak dalam keluarga tersebut.
Lingkungan yang ada terutama di lingkungan pendidikan yang terjadi dalam keluarga
merupakan fondasi utama bagi perkembangan si remaja yang selanjutnya, interaksi orang tua
dengan Si remaja bisa berbentuk verbal dalam bentuk suatu keharusan untuk menjadi
sikap/perilaku Si remaja, ataupun berbentuk tindakan orang tua yang ditangkap dipersepsi
anak sebagai sesuatu tindakan bermakna dalam konteks kehidupan keluarga, perkataan dan
atau perbuatan/tindakan dan prilaku orang tua merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi
sikap anak dengan intensitas yang berbeda-beda. Nilai-nilai dan sikap orang tua jelas
mengacu pada pemahaman akan nilai-nilai moral dan budaya. Kondisi tersebut bisa
merupakan suatu yang disadari dan terencana dalam benak orang tua maupun sebagai kondisi
yang rutin tanpa kesadaran dan rencana, dan kondisi yang kedua ini justru merupakan kondisi
yang sebagian terjadi dalam keluarga.
3. Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Biasanya

wanita menggunakan kontrasepsi untuk menunda kehamilan pertamanya dahulu atau


menjarangkan kelahiran dengan anak berikutnya.
Direktur Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN Edi M Hasmi mengatakan program KB
yang di arahkan pada remaja lebih ditekankan pada konteks kesehatan reproduksi. Sejak dini,
kesehatan reproduksi perlu diperkenalkan pada anak dan remaja sesuai dengan tingkat usia
mereka.
Program ini bukan sekadar memperkenalkan alat kontrasepsi pada remaja, tetapi lebih kepada
sikap dan tingkah laku, sehingga mereka siap dalam berkeluarga. Remaja memang
diperkenalkan dengan alat-alat kontrasepsi, namun sebagai pengetahuan saja, bukan didorong
untuk menggunakan. Alat kontrasepsi tidak boleh digunakan oleh remaja dan itu sudah ada
UU-nya.
B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka bagan kerangka konsep dapat digambarkan sebagai
berikut:
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pendidikan Seks
Menurut Arif Rahman Hakim, pendidikan seksual adalah perlakuan proses sadar dan
sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses perkelaminan
menurut agama dan yang sudah ditetapkan oleh masyarakat.
Kriteria Objektif
Cukup : Jika responden pernah mendapatkan penjelasan tentang seks minimal dari keluarga
dan sekolah.
Kurang : Jika tidak sesuai kriteria di atas.
2. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang
berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai dan
sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya.
Kriteria Objektif
Cukup : Jika responden responden mempunyai keluarga yang harmonis dan sering
berkomunikasi dengan anggota keluargal lainnya.
Kurang : Jika tidak sesuai kriteria di atas.
3. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan.
Kriteria Objektif
Cukup : Jika responden membolehkan melakukan hubungan seksual dengan adanya alat
kontrasepsi.
Kurang : Jika responden tidak membolehkan hubungan seksual, walaupun dengan adanya alat
kontrasepsi.
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh pendidkan seks terhadap perilaku seksual remaja.
2. Ada pengaruh lingkungan keluarga terhadap perilaku seksual remaja.
3. Ada pengaruh alat kontrasepsi terhadap perilaku seksual remaja.

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan
pendekatan Cross Sectional Study, untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku seksual remaja, dengan mengukur variabel independen (pendidikan seks, lingkungan
keluarga, dan alat kontrasepsi) dan variabel dependen (perilaku seksual) pada periode yang
sama.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penghuni kos-kosan RT /RW , Kelurahan
Buakana, Kecamatan Rappocini.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah penghuni kos-kosan RT /RW , Kelurahan Buakana,
Kecamatan Rappocini, dimana penarikan sampel dilakukan dengan metode Exhaustic Sample
(Total Sampel).
C. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun sebelumnya
berdasarkan tujuan penelitian, kemudian diberikan dan diisi sendiri oleh responden.
2. Data Sekunder
Data diperoleh dari Ketua RT/RW setempat dan juga diperoleh dari pemilik kos-kosan.
D. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Data yang akan terkumpul akan diolah dengan komputer menggunakan Program SPSS.
2. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, disertai dengan penjelasan-penjelasan
untuk mengetahui hasil penelitian secara jelas dan mendetail.
E. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Dilakukan secara deskriptif terhadap tiap variabel dengan menghitung frekuensi dalam
bentuk persentase.
2. Analisis Bivariat
Dilakukan terhadap tiap variabel untuk melihat hubungan variabel dependen dengan variabel
independen dengan menggunakan uji Chi Square.

Like this:
Suka
Be the first to like this.

Tinggalkan Balasan

Halaman
o

Halaman Utama Artikel kimia & kesehatan

ASAL USUL GORONTALO

pembuatan Nata de lontar

Vitamin D

EFEKTIVITAS PENGAJARAN DRAMA DENGAN MENG-GUNAKAN


METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS XI SMU NEGERI
07 MAKASSAR

Makalah Krim Pemutih

Makalah Filsafat Pancasila

makalah Pembuatan Dodol

makalah pengrusakan Lapisan Atmosfir

epidemologi Malaria

BALANTIDIASIS

TB yang dulu dkenal TBC

CONTOH PROPOSAL SEMINAR NASIONAL

ANALISIS KADAR TANIN PADAKULIT BUAH KAKAO (Theobroma Cacao


L)* ABSTRAK Buyung Suwardi Umar**

ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN DALAM PROSES PEMBUATAN ABON


IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis L.). ABSTRAK CORNELIA
MANDA **

ANALISIS KADAR BESI DALAM BAYAM (Amaranthus tricolor) DENGAN


SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM. Abstrak
ENDANG FITRIAWATI**

Contoh Laporan PKL

Format Jamsostek

Laporan PB I

LIMBAH PADAT DAN PENGELOLAANNYA

manajemen Sumber Daya Manusia

Contoh Surat Kuasa

Isolasi Senyawa Terpenoid

Vitamin

AIDS

Pecahayaa 3cut

Makalah Pengaruh getaran terhadap kesehatan

10 Wasiat Rasul Pada Putrinya, Fatimah Az-Zahra

MAKALAH ETIKA PROFESI TENTANG TIPE TIPE INDIVIDU (MANUSIA)

pengawetan makanan

LAPORAN HASIL PRAKTEK PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN


C INI TELAH DISETUJUI

bahan pengemas kertas untuk makanan

Upaya Hygiene Sanitasi Makanan

teknik pengolahan dan pengawetan makanan

Sistem Informasi Manajem Rumah Sakit

Medical entomology

NILAI AMBANG BATAS FAKTOR KIMIA DI UDARA LINGKUNGAN KERJA


BERDASARKAN SE MENAKER No. 01/MEN/1997

MSDS (Material Safety Data Sheet)

nyamuk demam berdarah

nyamuk DBD

K E R A N G K A A C U A N K E R J A (K A K)

BALANTIDIASIS

demam berdarah

Flu Burung

PENYAKIT LEGIONELLOSIS

DIFTERI, PERTUSIS DAN TETANUS

RABIES

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Tbc

cara mencuci tangan dengan baik

MANFAAT CUCI TANGAN

CARA PENULARAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT YANG


PENULARANNYA BERKAITAN DENGAN AIR DAN LINGKUNGAN

materi Logam KADMIUM

contoh LAPORAN PERJALANAN DINAS

HIV/AIDS Oleh Tri amalia saud

Standar Nasional Indonesia SNI 19-0232-2005 Nilai Ambang Batas


(NAB) zat kimia di udara tempat kerja

SHALAT DAN THAHARAH

Makalah stroke Oleh Tri Amalia Saud

Makalah Perilaku seksual Oleh Tri Amalia Saud

Contoh Laporan Panitia

SHALAT DAN THAHARAH

kandungan senyawa metabolit sekunder dari siput bakau


(mangrove), Terebralia sulcata yang berasal dari kelas Gastropoda,
yang lokasi pengambilan sampelnya adalah di sekitar perairan
Pinrang, tepatnya Desa Suppa Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan.
oleh Rastiana Ningsih

KAPASITAS ADSORPSI KHITOSAN TERHADAP RHODAMIN-B E N D A


NGFITRIAWATI

Kapasitas Adsorpsi Pasir Silika Terhadap Zat Warna Rhodamin B oleh


Durra Hapid

KAPASITAS ADSORPSI KARBON AKTIF AMPAS TEBU BZ 121


(Saccharum officinarum) TERHADAP ZAT WARNA RHODAMIN B oleh
KADEK ANGGARAWATI

ANALISIS MUTU DAGING AYAM DENGAN MENGGUNAKAN PENGAWET


KITOSAN Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Guna Meroleh Gelar Sarjana Sains
oleh RAHMAYANI

PENGARUH JENIS AKTIVASI TERHADAP KAPASITAS ADSORPSI ZEOLIT


PADA ION KROMIUM (VI) oleh ST. ZAENAB AMIRUDDIN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI


PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS X6 MAN
PINRANG Oleh ST. ZUHAERAH THALHAH

TURN-TAKING MECHANISM IN TVRI ENGLISH CORNER SHOW Oleh


ROSIDAH ANAS

MAkNA SYAHADAT LAA ILAAHA ILLALLAH oleh Rosidah Anas

Makna Syahadat Muhammadarrasulullah oleh Ust.


Jahada Mangka,Lc

Al Ibadah oleh Ust. Jahada Mangka, Lc

Fadhilah Ilmu dan Penuntut Ilmu oleh Ust. Saiful Yusuf, Lc

Al Wajiz fii Manhaj as Salaf oleh : Ust. Syaiful Yusuf, Lc

Ahdaf Tarbiyah

Hijab Wanita Muslimah oleh : Ust. Syaiful Yusuf, Lc

Tabiin

Surat Pengantar Ke Provinsi

Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI Melalui


Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder)

KESEHATAN (ARTIKEL)

Kimia Pangan

SERTIFIKAT (PAMSIMAS) TAHUN ANGGARAN 2011

Kategori
o

Uncategorized

Arsip
o

November 2011

Cari

Blogroll

buyung facebook

WordPress.com

WordPress.org

Pengumpan RSS
o

Semua tulisan

Seluruh komentar

Meta
o

Daftar

Masuk

Blog pada WordPress.com. | Tema: NotesIL Dirancang oleh Jordan Lewinsky.

Ikuti

Follow Buyungchem's Blog


Get every new post delivered to your Inbox.
Powered by WordPress.com

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan, perkembangan seseorang berlangsung sejak dilahirkan
sampai dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar
bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau

psikologis bertambah

perkembangan

intelektual dan bahasa.


Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia
disebut matang jika fisik dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sampai pada tingkat tertentu (Langeveld).
Konsep

pertumbuhan

dan

perkembangan

berlangsung

secara

interpendensi saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa
dibedakan untuk memperjelas penggunaannya (Sunarto, 1999).
Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan
jika seorang individu mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan
akan baik pula. Pernyataan ini berbanding lurus dengan H.M. Arifin tentang
perkembangan, bahwa perkembangan diprasyarati oleh adanya pertumbuhan,
oleh karena itu pertumbuhan sangatlah mendukung perkembangan seseorang
(Diah Puji, 2009).
Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan
individu itu sendiri. Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau

periodisasi perkembangan, antara lain perkembangan berdasarkan analisis


Biologis, perkembangan berdasarkan Didaktis, perkembangan berdasarkan
psikologis.
Fase perkembangan Biologis merupakan perubahan kualitatif terhadap
struktur dan fungsi-fungsi fisiologis atau pembabakan berdasarkan keadaan atau
proses pertumbuhan tertentu. Fase perkembangan dedaktis dapat dibedakan
menurut dua sudut tujuan, yaitu dari sudut tujuan teknis umum penyelenggara
pendidikan dan dari sudut tujuan teknis khusus perlakuan pendidikan. Fase
perkembangan psikologis merupakan pribadi manusia dimulai sejak masa bayi
hingga masa dewasa.
Aspek aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial,
emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan
sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya
pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas
baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi
dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan
perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas
merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau
prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Untuk efisiensi waktu, maka penulis membatasi penulisan ini pada
perkembangan peserta didik fase remaja aspek psikoseksual. Masa remaja
merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan
individu,

dan

merupakan

masa

transisi

yang

dapat

diarahkan

kepada

perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976;


Kaczman & Riva, 1996). Apabila gagal dalam tugas perkembangannya, dalam
mengembangkan rasa identitasnya. Maka remaja akan kehilangan arah.

Dampaknya

remaja

akan

mengembangkan

perilaku

menyimpang

(telinquent) melakukan kriminalitas atau menutup diri (mengisolasi diri) dari


masyarakat karena tidak menduduki posisi yang harmonis dalam masyarakat.
Hereditas

atau

keturunan

serta

lingkungan

adalah

faktor-faktor

yang

mempengaruhi perkembangan. Lebih spesifik lagi lingkungan yang dimaksud


adalah lingkungan sosial teman sebaya atau teman dalam pergaulan. Faktor

utama yang menentukan daya tarik hubungan interpersonal diantara para


remaja pada umumnya adalah adanya kesamaan dalam minat, nilai-nilai,
pendapat dan sifat-sifat kepribadian.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis ingin mengetahui :


1. Bagaimanakah perkembangan seksual peserta didik fase remaja?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan psikoseksual peserta
didik
fase remaja?

C. Tujuan Penulisan
Dengan memperhatikan latar belakang dan rumusan masalah, maka
tujuan
masalah

adalah

1. Untuk mengetahui perkembangan psikoseksual peserta didik fase remaja.


2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan
psikoseksual
3. Untuk mengetahui hasil perkembangan seksual peserta didik fase remaja.

BAB II
PEMBAHASAN MAKALAH

A.

Deskripsi Umum Perkembangan Psikoseksual Peserta Didik Fase


Remaja

1. Konsep tentang Perkembangan


Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari
perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan
individu dari mulai masa konsepsi sampai mati.
Seseorang yang mempelajari psikologi perkembangan berarti sedang
mempelajari proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Ada dua
hal yang penting dalam perubahan psikologi perkembangan, yaitu pertumbuhan
(growth) dan perkembangan (development) (Dariyo, 2007: 19).
Berdasarkan
perkembangan

pengertian

secara

umum

diatas,
sebagai

penulis
suatu

merangkaikan
proses

pengertian

perubahan

menuju

kesempurnaan. Perkembangan berkaitan dengan perubahan kuantitatif dan


kualitatif yang terjadi pada individu yang tidak dapat diulang, bersifat progresif
teratur dan berlangsung secar bertahap serta terdiri dari beberapa fase (bayi,
balita, anak, remaja, dewasa, tua). Adapun tujuan perkembangan adalah
pencapaian kemampuan, upaya menjadi orang yang baik secara fisik dan
mental.
2. Fase Perkembangan Remaja
Karena

remaja

sulit

didefinisikan

secara

mutlak,

maka

penulis

mendefinisikan pengertian remaja dari sudut pandang batasan remaja menurut


WHO. Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana
individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya (fisik) sampai saat ia mencapai kematangan seksual serta
mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, yang dikutip oleh Sarlito, 1991:
9).
Perubahan

fisik

yang

terjadi

merupakan

gejala

primer

dalam

pertumbuhan remaja. Pertumbuhan badan menjadi lebih tinggi dan panjang,


mulai berfungsinya alat reproduksi (ditandai dengan haid pada anak perempuan
dan mimpi basah pada anak laki-laki) serta tanda-tanda seksual sekunder yang
mulai tumbuh.

Secara umum batasan usia remaja adalah sekitar 13 21 tahun. Masa


remaja menghadapi kondisi pencarian identitas. Remaja berusaha untuk
menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya di masyarakat dan cenderung
merasa tidak puas dengan keberadaan dirinya, sehingga berusaha untuk
menarik perhatian dari lingkungan.
Diantara remaja yang sukses dan berprestasi ada beberapa remaja yang
melewati masa remajanya dengan tidak sukses, dengan kata lain remaja
bermasalah. Remaja bermasalah tidak mampu menyaring berbagai pengaruh
buruk lingkungan di sekitarnya. Disinilah peran orang tua sebagai pendidik
utama perlu mengerti dan memahami proses tumbuh kembang anak remajanya
sehingga

dapat

berperan

aktif

untuk

membimbing,

mengarahkan

dan

mengantarkan mereka ke posisi yang harmonis dalam masyarakat menuju


puncak kebahagiaan.
Aspek aspek perubahan pada fase remaja :

a.

Aspek fisik

Meliputi perubahan hormonal :


- Fungsi reproduksi
- Ciri seksual sekunder
- Perubahan fisik (tidak seimbang)
- Perubahan suara
- Peningkatan energi

b. Aspek psikologis
-

Meningginya dorongan perasaan kaku atau ego, sehingga cenderung

menentang terhadap

otoritas, senang protes, membangkang, mengkritik,

egois dan egosentris.


- Emosi mudah meluap, perasaan diri merasasuper
- Konflik emosional, suasana hati mudah berubah

- Mencari identitas atau jati diri, senang tampil beda, suka mode, mulai merokok,
suka

kebut-kebutan,membual,berpetualang.

-Meningkatnya

fungsi

kognisi,

-Ketertarikan

besar

rasa

terhadap

ingin

tahu,

idealisme

tinggi

lawan

jenis

-Kebutuhan narsistik (cinta pada diri sendiri)

3. Aspek aspek perkembangan remaja.

Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik


fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa,
moral dan agama.

B.

Ciri ciri sekunder

Berikut ini adalah bagian ciri-ciri seks sekunder pada pria dan wanita.

Wanita
1.Tumbuhnya rambut pubik /

Pria
1.Tumbuhnya rambut

pubik/kapok halus
kapok halus disekitar

disekitar kemaluan dan

ketiak
kemaluan dan ketiak.
2. Bertambah besarnya buah

2. Terjadi perubahan suara

dada
3. Bertambah besarnya pinggul
jakun

3. Tumbuh kumis/ tumbuh

Sebagaimana disebutkan pada bagian awal bahwa kematangan seksual


selain dipengaruhi faktor keindividuan ( genitas ) sesorang,juga di pengaruhi
oleh 3 faktor utama yaitu :

A.

B.

Unsur biologis yang meliputi cara hidup seperti pola makan,tidur,dll

Unsur sosiologis yang meliputi keadaan masyarakat lingkungan berkenaan


dengan cara pandang tentang kehidupan seks

C.

Unsur psikologis yang meliputi gangguan-gangguan bathin.

Dari hasil berbagai penelitian yang sering kali menimbulkan reaksi hebat
pada Menerche atau haid pertama putri serta pengeluaran sperma atau mmpi
basah pertama kalinya bagi remaja putra.Bentuk-bentuk reaksi yang di
timbulkan atas peristiwa tersebut adalah :

reaksi positif : reaksi yang memberikan suatu tanda menghargai tercapainya


peristiwa pendewasaan.

Reaksi negatif : reaksi yang di hubungkan dengan keluhan-keluhan dan caci


maki yang menyertai datangnya haid pertama karena di sertai sakit kepala,sakit
perut dan sakit pinggang dan sebagainya

C.

Prilaku Seksual Yang Menyimpang

Tidak

dapat

di

pungkiri

sering

kali

di

temukan

seseorang

yang

tidak

memperlihatkan peranan atau sifatnya sesuai jenis kelaminnya. Mengapa hal


tersebut dapat terjadi ?

a.

Transvestim

jenisnya.
b. Homoseksualitas

: gejala di mana orang senang memakai pakaian lawan


: ketertarikan kepada jenis kelamin yang sama,dalam hal ini

terdapat
istilah yang di kenal dengan Homofili
Homofili adalah hubungan tarik menarik antara 2 individu yang sama
jenisnya,mencakup berbagai segi,termasuk seks,di mana terlihat beberapa tahap
meliputu perbuatan yang bersifat cinta dan berdasarkan dorongan kejiwaan dan
kebutuhan di tujukan pada individu-individu yang sama jenis kelaminnya.
Secara khusus orang tua dan orang-orang dewasa lainnya perlu memahami
fase-fase perkembangan seks anak yang harus di lalui dan di alaminya,
a.

Fase Oral
Dimana pada tahun-tahun pertama,anak merasakan daerah yang paling peka
adalah pada bagian mulut

b.

Fase Anal
Pada tahun-tahun kedua dan ketiga,daerah / bagian anus merupakan bagian
yang paling peka

c.

Fase Falik
Dimana alat kelamin menjadi bagian yang peka

d.

Fase Genital
Telah tercapainya kebangkitan dan atau peningkatan dorongan seks

BAB III
PENUTUP

A.

KESIMPULAN
Anak adalah manusia yang dapat tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan
perkembangannya tentu berbeda dengan Tumbuhan dan Hewan, karena
manusia

mempunyai

pikiran,

Ia

membutuhkan

peranan

pengawas

dan

pengontrol tingkah laku dirinya.


Seorang pendidik profesional harus dapat mengarahkan anak didiknya kepada
tujuan-tujuan yang positif serta mampu mengatur dan mengontrol dirinya sendiri
dalam bertingkah laku.

B.

SARAN

C.

Membicarakan masalah seksual dengan anak tidak membuat anak


menjadi lebih tertarik pada masalah tersebut, namun membuat mereka
lebih mudah untuk datang kepada orang tua setiap saat mereka
menghadapi masalah apapun.
Memperkenalkan organ-organ tubuh termasuk organ genitalia lebih
mudah jika dibiasakan untuk diperkenalkan sejak usia dini

Anak harus mengerti bahwa organ seksual merupakan bagian tubuh


mereka yang sama baiknya dengan organ atau anggota tubuh yang lain.

Anak harus tahu nama original dari organ atau alat tubuh mereka.

Anak harus bangga atas keberadaannya sebagai anak lelaki atau sebagai
anak perempuan.

Berikan anak sebanyak-banyaknya sentuhan, usapan dan pelukan tanda


cinta dan kasih sayang yang tulus dari orang tua.

Apa yang orang tua yakini, rasakan dan apa yang anak anda lihat pada
diri orang tuanya saat orang tuanya bicara dan bersikap, akan sangat
mempengaruhi kehidupan seksual anak anda kelak.

Yang paling dibutuhkan anak adalah perasaan dicintai dan mencintai oleh
orang tua dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Tambunan, Janwar
Perkembangan peserta didik Medan; Universitas HKBP Nommensen,

2008
2.

Shine SA (Sexual Health Information, Networking and Education)

3.

Department of Education and Childrens Services (Sexuality education for


children and adolescents through classroom teaching, family evenings, library,
book sales, professional development for teachers.)

4.

Yarrow Place Rape and Sexual Assault Service. (Counselling and medical
service for adolescents and adults affected by rape, sexual assault or sexual
abuse, both recent and in the past)

Anda mungkin juga menyukai