PENGERTIAN
Merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan 2 individu secara pribadi
yg saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan
timbal balik antara kedua individu tersebut
seksualitas meliputi bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana
mereka mengkomunuksikan perasaan tersebut terhadap orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya seperti, sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui perilaku yang lebih
halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata.
Raharjo (1999) menjelaskan bahwa seksualitas merupakan suatu konsep, kontruksi sosial
terhadap nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan seks.
kesehatan seksual menurut WHO (1975) sebagai pengintegrasian aspek somatik,
emosional, intelektual, dengan cara yang positif, memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi, dan cinta.
Tinjauan seksual dari beberapa aspek
Aspek biologis
Pandangan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, kemampuan organ seks dan adanya
hormonal serta sistem syaraf yg berfungsi atau berhubungan dgn kebutuhan seksual
Aspek psikologis
Pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri sendiri terhadap
kesadaran identitasnya serta memandang gambaran seksual
Aspek sosial budaya
Merupakan pandangan budaya atau keyakinan yg berlaku di masyarakat terhadap kebutuhan
seksual serta perilakunya di masyarakat
PERKEMBANGAN SEKSUALITAS
MASA PRANATAL DAN BAYI
Komponen fisik/biologis : sudah berkembang,
Mampu merespon rangsang, misal : ereksi, pelumas vagina (saat mandi merasakan adanya
perasaan senang)
Komponen psikososial :
Bayi : fokus kebutuhan rasa aman, nyaman, kesenangan, nutrisi
Berkembang rasa percaya
Respon terhadap interaksi figur orang tua
Mulai belajar jenis kelamin
Perkembangan psikoseksual (Sigmund Freud) :
Tahap oral
Umur 0-1 tahun
Kepuasan dicapai dgn menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara
Misal : menetek, menghisap jari
Masalah : menyapih dan makan
Tahap anal
Terjadi umur 1-3 thn
Kepuasan terjadi saat pengeluaran feses
kadang-kadang mencoba memasukan kembali atau menahan feses, sering menjadikan feses
sebagai mainan.
Dapat dilatih kebersihan
MASA KANAK-KANAK
Biologis :
Perempuan : atropi vagina, jaringan payudara, cairan vagina menurun, intensitas orgasme
menurun
Laki-laki : menurunnya produksi sperma, intensitas orgasme menurun, terlambat mencapai
ereksi, pembesaran kelenjar prostat
Psikososial :
Masalah yg mempengaruhi perkembangan seksualitas:
penyesuaian terhadap perubahan body image
penyesuaian terhadap perubahan dlm keluarga, status perkawinan, pensiun, perubahan
fungsi tubuh, menurunnya mobilitas
Bila pada masa dewasa tua dan lansia seseorang tidak mampu berespon positif terhadap
perubahan maka orang tersebut dapat merasakan penurunan harga diri (HDR) dan kemudian
menyebabkan isolasi sosial
PERILAKU PERAN JENIS KELAMIN
Mulai sejak lahir dan berlangsung sepanjang hidup
Dipengaruhi oleh struktur fisik, perasaan internal tentang laki-laki/perempuan, nilai
keluarga, nilai budaya
Peran laki-laki dewasa (perilaku yg menyertai):
pencari nafkah, ayah, olahragawan, mencintai lawan jenis, bercelana panjang, fisik kuat,
ekspresi perasaan terkontrol
Perempuan diharapkan : ekspresi emosi lembut
ORIENTASI SEKSUAL
Orientasi seksual merupakan preferensi yang jelas, persisten, dan erotik seseorang untuk
jenis kelaminnya atau orang lain. Dengan kata lain orientasi seksual adalah keteratarikan
emosional, romantik, seksual, atau rasa sayang yang bertahan lama terhadap orang lain
Orientasi seksual memiliki rentang dari Homoseksual murni sampai dengan Heteroseksual
murni termasuk didalamnya Biseksual
Homoseksual : mengalami ketertarikan emosional, romantik, seksual, atau rasa sayang
pada sejenis
biseksual : merasa nyaman melakukan hubungan seksual dengan kedua jenis kelamin
VARIASI DALAM EKSPRESI SEKSUAL
Transeksual adalah orang yang identitas seksual atau jender nya berlawanan dengan sex
biologisnya
Seseorang merasa terperangkap dengan tubuhnya yang tidak sesuai dengan perasaan
seksualnya (disforia jender.)
Transvetit biasanya adalah pria heteroseksual secara periodik berpakaian seperti wanita
untuk pemuasan pikologis dan seksual. Sikap ini bersifat sangat pribadi bahkan bagi orang
yang terdekat sekalipun.
KARAKTERISTIK KESEHATAN SEKSUAL
Mengekspresikan perubahan tubuh secara positif
Mempunyai pengertian tentang seksualitas
Keserasian pengertian antara biologic sex, gender identity dan gender behaviour
Perilaku sesuai dengan konsep diri
Menyadari perasaan dan seksualnya
Berespon secara fisik dan mental bagi diri dan partner
Merasa mampu untuk tetap bahagia dan menghasilkan keturunan
PENYIMPANGAN SEKSUAL
Transeksualisme :
Bentuk penyimpangan seks ditandai perasaan tdk suka dgn alat kelaminnya, ada keinginan
berganti kelamin
Pedofilia :
Kepuasan seks dgn objek anak-anak di bawah usia pubertas (ditandai dgn fantasi)
Dapat disebabkan skizophrenia, sadisme organik, gangguan kepribadian organik
Eksibisionisme :
Kepuasan seksual dicapai dgn mempertontonkan alat kelamin di muka umum. Dilakukan
mendadak di depan orang yg tidak dikenal namun tidak ada upaya untuk melakukan
hubungan seks
Fetisisme
Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan benda seks seperti sepatu tinggi, pakaian dalam,
stoking.
Disfungsi ini dapat terjadi karena eksperimen seksual yg normal dan bedah pergantian
kelamin
Transvestisme
Kepuasan seksual dicapai dgn memakai pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yg
berlawanan, misalnya pria senang menggunakan pakaian dalam wanita
Voyerisme/skopofolia
Kepuasan seksual dicapai dgn melihat alat kelamin org lain atau aktivitas seks yag dilakukan
orang lain
Masokisme
Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau disakiti terlebih dahulu secara fisik maupun
psikologis
Sadisme
Kebalikan masokisme, kepuasan seks didapat dgn menyakiti objeknya baik fisik maupun
psikologis. Dpt disebabkan karena perkosaan dan pendidikan yg salah
Homoseksual atau lesbianisme
Penyimpangan seksual ditandai dengan ketertarikan secara fisik maupun emosi kepada
sesama jenis. Kepuasan seks didapat dengan berhubungan dgn orang dgn jenis kelamin sama
Zoofilia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek binatang
Sodomi
Kepuasan seks dicapai dgn hubungan melalui anus
Nekrofilia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek mayat
Koprofilia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek feses
Urolagnia
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan objek urine yg diminum
Oral seks/kunilingus
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan mulut pada alat kelamin wanita
Felaksio
Kepuasan seks dicapai dgn menggunakan mulut pd kelamin laki-laki
Froterisme/friksionisme
Kepuasan seks dicapai dgn menggosokkan penis pd pantat wanita atau badan yg berpakaian
di tempat yg penuh sesak manusia
Goronto
Buyungchem's Blog
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
kosan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan seks terhadap perilaku seksual remaja.
b. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap perilaku seksual remaja.
c. Untuk mengetahui pengaruh alat kontrasepsi terhadap perilaku seksual remaja.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi FKM UIT Makassar pada umumnya
dan khususnya bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi.
2. Manfaat Instansi
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi-instansi terkait,
khususnya tempat penelitian, sehingga dapat memberikan pemecahan masalah kepada pihakpihak yang tersangkut dalam masalah ini.
3. Manfaat untuk Diri Sendiri
Penelitian ini dapat dijadikan proses pembelajaran dalam menangani masalah kedepannya,
khususnya masalah yang berhubungan dengan perilaku seksual dan masalah yang dihadapi
selama penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Remaja
WHO mendefinisikan remaja sebagai fase ketika seorang anak mengalami hal-hal sebagai
berikut:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, dan membagi kurun
usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia
pemuda (youth).
Sarwono (2005) membagi tiga tahap perkembangan remaja, yaitu:
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman
yang menyukainya. Ada kecenderungan narcistic, yaitu mencintai diri sendiri dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia
berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau
tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis, dan
sebagainya.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian
e. Pendidikan seks perlu memberikan porsi untuk meningkatkan self-esteem dan rasa percaya
diri remaja, terutama bila diberikan kepada remaja awal.
f. Pendidikan seks perlu difokuskan pada pemberian kesempatan kepada remaja untuk
meningkatkan keterampilan berkomunikasi remaja dan juga pengambilan keputusan tentang
perilaku seks.
2. Tinjauan tentang lingkungan keluarga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan keluarga: ibu bapak dengan anakanaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Keluarga merupakan
sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk
mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan
kasih sayang diantara anggotanya.
Abu Zahra dalam Mufidah (2008), menyatakan bahwa institusi keluarga mencakup suami,
istri, anak-anak dan keturunan mereka, kakek, nenek, saudara-saudara kandung dan anakanak mereka, dan mencakup pula saudara kakek, nenek, paman dan bibi serta anak mereka
(sepupu).
Keluarga merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak lahir sampai datang ia
meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan primer,
hubungan antarmanusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum
seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan
keluarganya. Oleh karena itu, sebelum mengenal norma-norma dan nilai-nilai dari
masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku
dalam keluarganya. Norma atau nilai itu dijadikan bagian dari kepribadiannya. Maka, kita
dapat menyaksikan tindak-tanduk orang suku tertentu yang berbeda dari suku lainnya dan di
dalam suku tertentu itupun pola perilaku orang yang berasal dari kelas sosial atas berbeda
dari yang kelas sosial bawah. Demikian pula agama dan pendidikan bisa mempengaruhi
kelakuan seseorang. Semua itu pada hakikatnya ditimbulkan oleh norma dan nilai yang
berlaku dalam keluarga, yang diturunkan melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua
terhadap anak-anak mereka secara turun menurun. Tidak mengherankan jika nilai-nilai yang
dianut oleh orang tua akhirnya juga dianut oleh remaja. Tidak mengherankan kalau ada
pendapat bahwa segala sifat negatif yang ada pada anak sebenanya ada pula pada orang
tuanya. Hal itu bukan semata-mata karena faktor bawaan atau keturunan, melainkan karena
proses pendidikan, proses sosialisasiatau kalau mengutip Sigmund Freud: proses identifikasi
(Sarwono, 2005).
3. Tinjauan tentang alat kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, dan konsepsi
yaitu pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Pada umumnya kontrasepsi mempunyai fungsi, yaitu:
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi
b. Melumpuhkan sperma
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma
Metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi:
a. Metode Sederhana
1) Tanpa alat/obat:
a) Senggama terputus
b) Pantang berkala
2) Dengan alat/obat:
a) Kondom
b) Diafragma atau kap
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan
pendekatan Cross Sectional Study, untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku seksual remaja, dengan mengukur variabel independen (pendidikan seks, lingkungan
keluarga, dan alat kontrasepsi) dan variabel dependen (perilaku seksual) pada periode yang
sama.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penghuni kos-kosan RT /RW , Kelurahan
Buakana, Kecamatan Rappocini.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah penghuni kos-kosan RT /RW , Kelurahan Buakana,
Kecamatan Rappocini, dimana penarikan sampel dilakukan dengan metode Exhaustic Sample
(Total Sampel).
C. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun sebelumnya
berdasarkan tujuan penelitian, kemudian diberikan dan diisi sendiri oleh responden.
2. Data Sekunder
Data diperoleh dari Ketua RT/RW setempat dan juga diperoleh dari pemilik kos-kosan.
D. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Data yang akan terkumpul akan diolah dengan komputer menggunakan Program SPSS.
2. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, disertai dengan penjelasan-penjelasan
untuk mengetahui hasil penelitian secara jelas dan mendetail.
E. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Dilakukan secara deskriptif terhadap tiap variabel dengan menghitung frekuensi dalam
bentuk persentase.
2. Analisis Bivariat
Dilakukan terhadap tiap variabel untuk melihat hubungan variabel dependen dengan variabel
independen dengan menggunakan uji Chi Square.
Like this:
Suka
Be the first to like this.
Tinggalkan Balasan
Halaman
o
Vitamin D
epidemologi Malaria
BALANTIDIASIS
Format Jamsostek
Laporan PB I
Vitamin
AIDS
Pecahayaa 3cut
pengawetan makanan
Medical entomology
nyamuk DBD
K E R A N G K A A C U A N K E R J A (K A K)
BALANTIDIASIS
demam berdarah
Flu Burung
PENYAKIT LEGIONELLOSIS
RABIES
Tbc
Ahdaf Tarbiyah
Tabiin
KESEHATAN (ARTIKEL)
Kimia Pangan
Kategori
o
Uncategorized
Arsip
o
November 2011
Cari
Blogroll
buyung facebook
WordPress.com
WordPress.org
Pengumpan RSS
o
Semua tulisan
Seluruh komentar
Meta
o
Daftar
Masuk
Ikuti
BAB I
PENDAHULUAN
psikologis bertambah
perkembangan
pertumbuhan
dan
perkembangan
berlangsung
secara
interpendensi saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa
dibedakan untuk memperjelas penggunaannya (Sunarto, 1999).
Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan
jika seorang individu mengalami pertumbuhan yang baik maka perkembangan
akan baik pula. Pernyataan ini berbanding lurus dengan H.M. Arifin tentang
perkembangan, bahwa perkembangan diprasyarati oleh adanya pertumbuhan,
oleh karena itu pertumbuhan sangatlah mendukung perkembangan seseorang
(Diah Puji, 2009).
Fase perkembangan individu tidak terlepas dari proses pertumbuhan
individu itu sendiri. Perkembangan pribadi individu meliputi beberapa tahap atau
dan
merupakan
masa
transisi
yang
dapat
diarahkan
kepada
Dampaknya
remaja
akan
mengembangkan
perilaku
menyimpang
atau
keturunan
serta
lingkungan
adalah
faktor-faktor
yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Dengan memperhatikan latar belakang dan rumusan masalah, maka
tujuan
masalah
adalah
BAB II
PEMBAHASAN MAKALAH
A.
pengertian
secara
umum
diatas,
sebagai
penulis
suatu
merangkaikan
proses
pengertian
perubahan
menuju
remaja
sulit
didefinisikan
secara
mutlak,
maka
penulis
fisik
yang
terjadi
merupakan
gejala
primer
dalam
dapat
berperan
aktif
untuk
membimbing,
mengarahkan
dan
a.
Aspek fisik
b. Aspek psikologis
-
menentang terhadap
- Mencari identitas atau jati diri, senang tampil beda, suka mode, mulai merokok,
suka
kebut-kebutan,membual,berpetualang.
-Meningkatnya
fungsi
kognisi,
-Ketertarikan
besar
rasa
terhadap
ingin
tahu,
idealisme
tinggi
lawan
jenis
B.
Berikut ini adalah bagian ciri-ciri seks sekunder pada pria dan wanita.
Wanita
1.Tumbuhnya rambut pubik /
Pria
1.Tumbuhnya rambut
pubik/kapok halus
kapok halus disekitar
ketiak
kemaluan dan ketiak.
2. Bertambah besarnya buah
dada
3. Bertambah besarnya pinggul
jakun
A.
B.
C.
Dari hasil berbagai penelitian yang sering kali menimbulkan reaksi hebat
pada Menerche atau haid pertama putri serta pengeluaran sperma atau mmpi
basah pertama kalinya bagi remaja putra.Bentuk-bentuk reaksi yang di
timbulkan atas peristiwa tersebut adalah :
C.
Tidak
dapat
di
pungkiri
sering
kali
di
temukan
seseorang
yang
tidak
a.
Transvestim
jenisnya.
b. Homoseksualitas
terdapat
istilah yang di kenal dengan Homofili
Homofili adalah hubungan tarik menarik antara 2 individu yang sama
jenisnya,mencakup berbagai segi,termasuk seks,di mana terlihat beberapa tahap
meliputu perbuatan yang bersifat cinta dan berdasarkan dorongan kejiwaan dan
kebutuhan di tujukan pada individu-individu yang sama jenis kelaminnya.
Secara khusus orang tua dan orang-orang dewasa lainnya perlu memahami
fase-fase perkembangan seks anak yang harus di lalui dan di alaminya,
a.
Fase Oral
Dimana pada tahun-tahun pertama,anak merasakan daerah yang paling peka
adalah pada bagian mulut
b.
Fase Anal
Pada tahun-tahun kedua dan ketiga,daerah / bagian anus merupakan bagian
yang paling peka
c.
Fase Falik
Dimana alat kelamin menjadi bagian yang peka
d.
Fase Genital
Telah tercapainya kebangkitan dan atau peningkatan dorongan seks
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Anak adalah manusia yang dapat tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan
perkembangannya tentu berbeda dengan Tumbuhan dan Hewan, karena
manusia
mempunyai
pikiran,
Ia
membutuhkan
peranan
pengawas
dan
B.
SARAN
C.
Anak harus tahu nama original dari organ atau alat tubuh mereka.
Anak harus bangga atas keberadaannya sebagai anak lelaki atau sebagai
anak perempuan.
Apa yang orang tua yakini, rasakan dan apa yang anak anda lihat pada
diri orang tuanya saat orang tuanya bicara dan bersikap, akan sangat
mempengaruhi kehidupan seksual anak anda kelak.
Yang paling dibutuhkan anak adalah perasaan dicintai dan mencintai oleh
orang tua dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Tambunan, Janwar
Perkembangan peserta didik Medan; Universitas HKBP Nommensen,
2008
2.
3.
4.
Yarrow Place Rape and Sexual Assault Service. (Counselling and medical
service for adolescents and adults affected by rape, sexual assault or sexual
abuse, both recent and in the past)