Anda di halaman 1dari 26

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA

“SEKSUALITAS “

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Isu seksualitas

■ Seringkali orang menganggap bahwa pembicaraan tentang seksualitas adalah hal


yang tabu
■ Tidak pantas/sesuai jika dibicarakan dalam khalayak/komunitas umum
■ Bersifat personal/pribadi
■ Orang mengaitkan seksualitas hanya dengan masalah hubungan antar lawan
jenis/ berkonotasi negative
■ Aspek seksualitas memengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek biologi, psikologi,
sosiologi, kultural dan spiritual
■ Pengaruh ceramah keagamaan, peran gender secara kultural, keyakinan tentang
orientasi seksual, pengaruh sosial dan lingkungan masa lalu dan saat ini
memengaruhi sistem nilai klien maupun perawat
■ Seksual adalah ekspresi perasaan dua orang individu secara
pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan
menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik
antara kedua individu tersebut
■ Seksualitas --- bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan
bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang
lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan,
ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara
berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman,
nilai, fantasi, emosi.
■ seks --- menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada
laki-laki dan perempuan --- hubungan fisik antar individu (aktivitas
seksual genital)
■ Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian
aspek somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari
kehidupan seksual, dengan cara yang positif yang memperkaya
dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO).
Definisi ini mencakup dimensi biologis, psikologis dan
sosiokultural
■ 1. Konsep seksual diri,
2. Body image,
3. Identitas jender, dan
4. Orientasi seksualc
Konsep seksual diri --- nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan
bagaimana seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual diri
yang negative menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang lain
Body image --- pusat kesadaran terhadap diri sendiri --- secara konstan dapat
berubah ---
Bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan tubuhnya
berhubungan dengan seksualitasnya --- Kehamilan, proses penuaan, trauma,
penyakit,
dan terapi tertentu
Contoh : Wanita --- bentuk tubuh dan ukuran
payudara Pria --- ukuran penis
■ Identitas gender merupakan perasaan seseorang tentang jenis kelaminnya
(feminin atau maskulin).
■ Perilaku peran gender adalah bagaimana seseorang berperan sesuai gendernya ---
nilai-nilai yang dianut individu dan lingkungannya.
■ Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang mempunyai
kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan jenis atau
sejenis. Ketertarikan emosional, romantik, seksual atau rasa sayang yang
bertahan lama terhadap orang lain --- Heteroseksual, Homoseksual (Gay,
Lesbian), Biseksual.
Identitas gender --- suatu pandangan mengenai jenis
kelamin seseorang, sebagai laki-laki atau perempuan ---
mencakup komponen biologi, juga norma sosial dan budaya
Transgender : istilah bagi seseorang yang identitas gender
atau ekspresi jendernya berbeda dengan anatomi jenis
kelaminnya
Transgender
a.Cross-dresses / Transvetit : orang yang rutin menggunakan pakaian
dari jenis kelamin yang berbeda --- bentuk ekspresi gender (psikologis dan
seksual) --- tidak perlu dihubungkan dengan orientasi seksual. Banyak
cross-dresser adalah heteroseksual
b.Interseks : orang yang memiliki organ seksual ganda (ambiguous)
pada saat lahir --- hermaprodit
c. Transeksual preoperatif adalah seseorang yang mengalami konflik
antara gender dengan anatominya
Karakteristik Kesehatan Seksual
1.Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan
kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.
2.Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri terhadap
penampilan pribadi
3. Kongruen antara seks biologis, identitas jender, dan perilaku peran gender
4.Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi) mengenai kehidupan
seksual yang dijalani dalam konteks personal dan etik sosial
5. Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi, sentuhan,
emosional dan cinta
6.Kemampuan menerina pelayanan kesehatan seksual untuk mencegah
dan mengatasi semua masalah, dan gangguan seksual
7. Menerima tanggung jawab yang berkaitan dengan peran jendernya
8. Menghargai sistem yang berlaku
9. Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain
Bayi (0 – 12 bulan )
1. Penentuan gender laki-laki atau perempuan
2. Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap
3. Genital eksternal sensitif terhadap sentuhan
4.Bayi laki-laki mengalami ereksi penis; bayi
perempuan mangalami lubrikasi vagina
5. Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan
6.Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, memeluk, membuai)
--- senang & nyaman berinteraksi dengan manusia
Toodler (1-3
tahun)
1.Identitas jender berkembang secara kontinyu
(terus menerus)
2. Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri
3.Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis
kelamin sama ,misal berinteraksi dengan boneka, pakaian
yang dipakai
Usia Prasekolah

1. Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat


2. Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman
bermain
3. Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
4. Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku
5. Menyukai orang tua yang berbeda jenis
6.Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi
bisa ada
Usia Sekolah

1.Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua


yang berjenis kelamin sama (misalnya anak perempuan
dengan ibu)
2. Senang berteman dengan sesama jenis
3. Kesadaran diri meningkat
4. Mempelajari konsep dan peran jender
5. Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis
6.Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang
perilaku seksual, menstruasi, reproduksi, seksualitas
Remaja

1. Karakteristik seks mulai berkembang


2. Mulai terjadi menarke
3. Mengembangkan hubungan yang menyenangkan
4. Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi
5. Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks /
heteroseks)
6. Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua
Dewasa
Awal
1. Terjadi aktivitas seksual
2. Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat
3.Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan,
pekerjaan rumah tangga
4. Mengalami ancaman terhadap body image akibat
penuaan
Dewasa Pertengahan

1. Penurunan produksi hormon


2. Wanita mengalami menopause (umumnya usia 40-55th)
3. Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
4. Mulai memperkokoh stándar moral dan etik
Dewasa
Akhir
1. Aktivitas seksual lebih berkurang
2. Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami
atrofi
3.Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan
memerlukan waktu lebih lama untuk dapat ereksi
dan ejakulasi
Faktor yg mempengaruhi
seksualitas
1. Budaya
berpakaian, tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai
norma. Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi
budaya

2. Nilai-nilai religi (keagamaan)


Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait
seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa
nikah

3. Status kesehatan
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik.
Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang
buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau
pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien
kehilangan perasaannya secara seksual.
Dimensi Sosiokultural
Sesualitas
Peran budaya dan norma terhadap perilaku yang dapat diterima dalam
budaya akan memengaruhiseksualitas. Individu menentukan pengetian
yang berbeda-beda terhadap seksualitas berdasarkan budaya, gender,
pendidikan, status sosioekonomi, dan agama.
Setiap budaya dan kelompok sosial memiliki kumpulan peran dan
norma tersendiri yang memberikan petunjuk pada sikap seksual,
kesehatan seksual, dan keinginan untuk membahas bagian pribadi dari
kehidupan. Contoh:
1. Bagaimana individu mendapatkan pasangan
2. Bagaiama mereka berhubungan
3. Seberapa sering melakukan hubungan seks
4. Apa yang dilakukan saat hubungan seks
5. Penggunaan kontrasepsi buatan
6. Dampak kehamilan dan menstruasi
Penyimpangan seksual
1. Pedofilia
2. Eksibisionisme (mempertontonkan alat kelamin)
3. Fetisisme (menggunakan benda seks)
4. Tranvestisme (memakai pakaian lawan jenis)
5. Transekualisme (keinginan berganti alat kelamin)
6. Voyerisme/skopofilia (melihat alat kelamin orang lain/aktivitas seksual dari orang
lain)
7. Masokisme (Disakiti dan kekerasan terlebih dahulu secara fisik psikologis)
8. Sadisme (Menyakiti objek nya)
9. Homoseksual dan lesbian
10. Zoofilia (objek binatang)
11. Sodomi
12. Nekrofilia (objek mayat)
13. Koprofilia (objek feces)
14. Urolagnia (objek urin yang diminum)
15. Kunilingus/oral seks (wanita)
16. Felaksio (kelamin pria)
17. Gerontofolia (objek lansia)
18. Frottage (meraba orang yang disenangi tanpa diketahui lawan jenis)
19. Froterisme/friksionisme (menggosokkan penis pada pantat wanita/badan di tempat
penuh sesak)
20. Pornografi
Faktor yg mempengaruhi
masalah seksual
1. Tidak ada panutan atau role model
2.Gangguan struktur dan fungsi tubuh, seperti ada trauma,
obat, kehamilan, atau abnormalitas anatomi genetalia
3. Kurang pengetahuan atau informasi yang salah mengenai
masalah
seksual
4. Penganiayaan secara fisik
5. Adanya penyimpangan psikoseksual
6. Konflik terhadap nilai
7. Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian
Tugas dan Peran Perawat
1.Tenaga Kesehatan mengkaji kemungkinan terjadinya perubahan peran
gender pada klien ataupun anggota keluarga sebagai dampak dari hospitalisasi
atau perubahan status kesehatan
2. Perhatian utama perawat terhadap klien adalah apakah perilaku, sikap,
perasaan tentang seksual spesifik itu normal
3. Perawat memberikan privasi kepada klien. Misal pada pasangannya
(suami/istri)
4.Promosi tentang edukasi seks dan pemeriksaan nilai dan keyakinan
seksual dengan jujur
5.Pemberian informasi mengenai efek penyakit pada seksualitas secara jujur
dan akurat
Contoh kasus seksualitas pada anak
Seorang ibu dan An. R usia 5 tahun datang ke poli obgyn, ibunya
mengatakan anaknya merasa nyeri saat BAK dan pernah keluar darah dari
vaginanya. Setelah dikaji dan dilakukan pemeriksaan, area vagina tampak
lecet dan kesulitan saat BAK.
Saat di telusuri kronologis lebih lanjut, An. R sering bermain bersama
teman yang berjenis kelamin laki-laki dan hanya dia sendiri perempuannya
tanpa ada pengawasan dari orang tua. Usia anak laki-laki tersebut ada
yang berusia 6 tahun dan 7 tahun. Ternyata An. R pernah terjadi hal
pelecehan vaginanya oleh temannya tersebut.
Cara Menangani

• Memberikan penjelasan dengan menggunakan gambar tentang nama-nama bagian tubuh dan fungsinya
termasuk vagina dan penis, misalnya urine keluar melalui vagina atau penis, kotoran melalui anus.
• Kenalkan pada anak bahwa baik laki-laki atau perempuan memiliki puting, bokong, hidung, tangan dan
lainnya.
• Menjelaskan tentang privasi bahwa beberapa bagian tubuh bersifat pribadi dan tidak untuk dilihat oleh
orang lain, ajarkan pada anak adab berpakaian baik dirumah ataupun diluar rumah, menghormati privasi
orang lain misalnya jika pintu kamar mandi tertutup ketuklah dahulu jika mau masuk, kenalkan anak
bahwa ia berhak mengatakan siapa saja yang boleh menyentuh tubuhnya, tidak boleh memeluk atau
menyentuh orang lain apabila orang tersebut tidak menginginkannya.
melakukan edukasi kesehatan terhadap para ibu nya melalui
kader kesehatan

Anda mungkin juga menyukai