Anda di halaman 1dari 27

KONSEP SEKSUALITAS DLM PSIKOSOSIAL DAN

BUDAYA
Isu seksualitas

■ Seringkali orang menganggap bahwa pembicaraan tentang seksualitas adalah hal yang
tabu
■ Tidak pantas/sesuai jika dibicarakan dalam khalayak/komunitas umum
■ Bersifat personal/pribadi
■ Orang mengaitkan seksualitas hanya dengan masalah hubungan antar lawan jenis/
berkonotasi negative
■ Aspek seksualitas memengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek biologi, psikologi, sosiologi,
kultural dan spiritual
■ Pengaruh ceramah keagamaan, peran gender secara kultural, keyakinan tentang
orientasi seksual, pengaruh sosial dan lingkungan masa lalu dan saat ini memengaruhi
sistem nilai klien maupun perawat
■ Seksual adalah ekspresi perasaan dua orang individu secara
pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi
sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara kedua
individu tersebut
■ Seksualitas --- bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan
bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang
lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun
perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan
perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
■ seks --- menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada
laki-laki dan perempuan --- hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual
genital)
■ Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek
somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan
seksual, dengan cara yang positif yang memperkaya dan
meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO).
Definisi ini mencakup dimensi biologis, psikologis dan
sosiokultural
■ 1. Konsep seksual diri,
2. Body image,
3. Identitas jender, dan
4. Orientasi seksualc
Konsep seksual diri --- nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana
seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual diri yang negative
menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang lain
Body image --- pusat kesadaran terhadap diri sendiri --- secara konstan dapat berubah ---
Bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan tubuhnya
berhubungan dengan seksualitasnya --- Kehamilan, proses penuaan, trauma, penyakit,
dan terapi tertentu
Contoh : Wanita --- bentuk tubuh dan ukuran payudara
Pria --- ukuran penis
■ Identitas gender merupakan perasaan seseorang tentang jenis kelaminnya (feminin
atau maskulin).
■ Perilaku peran gender adalah bagaimana seseorang berperan sesuai gendernya ---
nilai-nilai yang dianut individu dan lingkungannya.
■ Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang mempunyai
kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan jenis atau sejenis.
Ketertarikan emosional, romantik, seksual atau rasa sayang yang bertahan lama
terhadap orang lain --- Heteroseksual, Homoseksual (Gay, Lesbian), Biseksual.
Identitas gender --- suatu pandangan mengenai jenis kelamin
seseorang, sebagai laki-laki atau perempuan ---mencakup
komponen biologi, juga norma sosial dan budaya
Transgender : istilah bagi seseorang yang identitas gender
atau ekspresi jendernya berbeda dengan anatomi jenis
kelaminnya
Transgender
a. Cross-dresses / Transvetit : orang yang rutin menggunakan pakaian dari
jenis kelamin yang berbeda --- bentuk ekspresi gender (psikologis dan
seksual) --- tidak perlu dihubungkan dengan orientasi seksual. Banyak
cross-dresser adalah heteroseksual
b. Interseks : orang yang memiliki organ seksual ganda (ambiguous) pada
saat lahir --- hermaprodit
c. Transeksual preoperatif adalah seseorang yang mengalami konflik
antara gender dengan anatominya
Karakteristik Kesehatan Seksual
1. Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan kekerasan,
eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.
2. Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri terhadap penampilan
pribadi
3. Kongruen antara seks biologis, identitas jender, dan perilaku peran gender
4. Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi) mengenai kehidupan seksual
yang dijalani dalam konteks personal dan etik sosial
5. Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi, sentuhan,
emosional dan cinta
6. Kemampuan menerina pelayanan kesehatan seksual untuk mencegah dan
mengatasi semua masalah, dan gangguan seksual
7. Menerima tanggung jawab yang berkaitan dengan peran jendernya
8. Menghargai sistem yang berlaku
9. Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain
Bayi (0 – 12 bulan )
1. Penentuan gender laki-laki atau perempuan
2. Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap
3. Genital eksternal sensitif terhadap sentuhan
4. Bayi laki-laki mengalami ereksi penis; bayi perempuan
mangalami lubrikasi vagina
5. Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan
6. Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, memeluk, membuai) ---
senang & nyaman berinteraksi dengan manusia
Toodler (1-3 tahun)

1. Identitas jender berkembang secara kontinyu (terus


menerus)
2. Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri
3. Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin
sama ,misal berinteraksi dengan boneka, pakaian yang
dipakai
Usia Prasekolah

1. Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat


2. Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman bermain
3. Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
4. Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku
5. Menyukai orang tua yang berbeda jenis
6. Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa
ada
Usia Sekolah

1. Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua yang


berjenis kelamin sama (misalnya anak perempuan dengan
ibu)
2. Senang berteman dengan sesama jenis
3. Kesadaran diri meningkat
4. Mempelajari konsep dan peran jender
5. Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis
6. Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku
seksual, menstruasi, reproduksi, seksualitas
Remaja

1. Karakteristik seks mulai berkembang


2. Mulai terjadi menarke
3. Mengembangkan hubungan yang menyenangkan
4. Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi
5. Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks / heteroseks)
6. Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua
Dewasa Awal

1. Terjadi aktivitas seksual


2. Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat
3. Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan, pekerjaan
rumah tangga
4. Mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan
Dewasa Pertengahan

1. Penurunan produksi hormon


2. Wanita mengalami menopause (umumnya usia 40-55th)
3. Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
4. Mulai memperkokoh stándar moral dan etik
Dewasa Akhir

1. Aktivitas seksual lebih berkurang


2. Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami atrofi
3. Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan
memerlukan waktu lebih lama untuk dapat ereksi dan
ejakulasi
Faktor yg mempengaruhi seksualitas
1. Budaya
berpakaian, tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai norma.
Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya

2. Nilai-nilai religi (keagamaan)


Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait
seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah

3. Status kesehatan
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik.
Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk,
terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan
yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan
perasaannya secara seksual.
Dimensi Sosiokultural Sesualitas
Peran budaya dan norma terhadap perilaku yang dapat diterima dalam
budaya akan memengaruhiseksualitas. Individu menentukan pengetian
yang berbeda-beda terhadap seksualitas berdasarkan budaya, gender,
pendidikan, status sosioekonomi, dan agama.
Setiap budaya dan kelompok sosial memiliki kumpulan peran dan norma
tersendiri yang memberikan petunjuk pada sikap seksual, kesehatan
seksual, dan keinginan untuk membahas bagian pribadi dari kehidupan.
Contoh:
1. Bagaimana individu mendapatkan pasangan
2. Bagaiama mereka berhubungan
3. Seberapa sering melakukan hubungan seks
4. Apa yang dilakukan saat hubungan seks
5. Penggunaan kontrasepsi buatan
6. Dampak kehamilan dan menstruasi
Penyimpangan seksual
1. Pedofilia
2. Eksibisionisme (mempertontonkan alat kelamin)
3. Fetisisme (menggunakan benda seks)
4. Tranvestisme (memakai pakaian lawan jenis)
5. Transekualisme (keinginan berganti alat kelamin)
6. Voyerisme/skopofilia (melihat alat kelamin orang lain/aktivitas seksual dari orang lain)
7. Masokisme (Disakiti dan kekerasan terlebih dahulu secara fisik psikologis)
8. Sadisme (Menyakiti objek nya)
9. Homoseksual dan lesbian
10. Zoofilia (objek binatang)
11. Sodomi
12. Nekrofilia (objek mayat)
13. Koprofilia (objek feces)
14. Urolagnia (objek urin yang diminum)
15. Kunilingus/oral seks (wanita)
16. Felaksio (kelamin pria)
17. Gerontofolia (objek lansia)
18. Frottage (meraba orang yang disenangi tanpa diketahui lawan jenis)
19. Froterisme/friksionisme (menggosokkan penis pada pantat wanita/badan di tempat
penuh sesak)
20. Pornografi
Faktor yg mempengaruhi masalah
seksual
1. Tidak ada panutan atau role model
2. Gangguan struktur dan fungsi tubuh, seperti ada trauma, obat,
kehamilan, atau abnormalitas anatomi genetalia
3. Kurang pengetahuan atau informasi yang salah mengenai masalah
seksual
4. Penganiayaan secara fisik
5. Adanya penyimpangan psikoseksual
6. Konflik terhadap nilai
7. Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian
Tugas dan Peran Perawat
1. Tenaga Kesehatan mengkaji kemungkinan terjadinya perubahan peran gender
pada klien ataupun anggota keluarga sebagai dampak dari hospitalisasi atau
perubahan status kesehatan
2. Perhatian utama perawat terhadap klien adalah apakah perilaku, sikap,
perasaan tentang seksual spesifik itu normal
3. Perawat memberikan privasi kepada klien. Misal pada pasangannya (suami/istri)
4. Promosi tentang edukasi seks dan pemeriksaan nilai dan keyakinan seksual
dengan jujur
5. Pemberian informasi mengenai efek penyakit pada seksualitas secara jujur dan
akurat
Proses Keperawatan
PENGKAJIAN
1. Mengkaji tahap perkembangan klien dalam hal seksualitas
2. Melakuka pengkajian fisik pada area urogenitalia
3. Menentukan masalah seksual klien
4. Mengkaji adanya perilaku berisiko tinggi, menggunakan praktik seks yang aman,
dan kontrasepsi
5. Mengkaji kondisi medis dan obat-obatan yang dapat memengaruhi fungsi seksuall
Pengkajian Seksualitas PLISSIT
1. Permission (izin untuk mendiskusikan masalah seksualitas)
2. Limited (keterbatasan informasi terkait dengan masalah kesehatan seksual yang
telah dialami)
3. Spesific Suggestions (saran khusus, hanya ketika perawat memahami dengan
jelas masalahnya)
4. Intensive Therapy (terapi intensif, merujuk kepada profesional yang mempunyai
keahlian khusus jika diperlukan
Diagnosis Keperawatan

1. Kecemasan
2. Koping individu tidak efektif
3. Gangguan proses keluarga
4. Kurang pengetahuan
5. Disfungsi seksual
6. Pola seksualitas tidak efektif
7. Isolasi sosial
8. Risiko kekerasan
9. Ketakutan
10.Isolasi sosial
11.Harga diri rendah
Intervensi Keperawatan

1. Promosi Kesehatan
2. Perawatan Akut
3. Perawatan Pemulihan dan Lanjutan

Anda mungkin juga menyukai