Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

KORBAN PEMERKOSAAN

DISUSUN OLEH KOELOMPOK 1 :


1. SINTIA WAHYUNI (1914201085)
2. LARA SUSILA PUTRI (1914201069)
3. RELIUS BANGGO T (1914201081)
4. JENNY VIONIKA SARI (1914201066)
5.RISKA YANTI MANAO (1914201083)
6.WILDA HAYATI ( 1914201049 )
7. NUR MERDU HAPIZA (1914201078)
8.ELISABETH P.SABAJOU (1710105085)
9. ALFATIATIR RAHMI (1914201053)
10. DELNI FEBRIANI (1914201049)
11.SUSILAWATI (1914201088)
12.. FRISSIA SUCI HADISTI (1914201063)
13. MUTIA INSANI (1914201075)
PENGERTIAN

• Pedofilia ( penyuka anak dibawah umur)


Seorang Pedofilia adalah orang yang melakukan aktivitas
seksual dengan korban anak usia 13 tahun ke bawah.
Penyakit ini ada dalam kategori Sadomasokisme : adalah suatu
kecenderungan terhadap aktivitas seksual yang meliputi
pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan
• 3 kategori dalam kekerasan/penganiayaan menurut Resna dan
Darmawan :
* pemerkosaan
* incest
* ekploitasi
ETIOLOGI/ PREDISPOSISI

• Faktor-fakor yang menyebabkan terjadinya tindakan kekerasan


seksual yang dialami oleh subyek adalah sebagai berikut:
1. Faktor kelalaian orang tua
2. Faktor rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku
3. Faktor ekomoni
lanjutan
• Menurut Townsend (1998) factor yang predisposisi (yang
berperan dalam pola penganiayaan anak (seksuak abuse)
antara lain:
1. Teori biologis :
* Pengaruh neurofisiologis
* Pengaruh biokimia
* Pengaruh genetika
* Kelainan otak
2. Teori psikologis :
* Teori psikoanalitik
* Teori pembelajaran
3. Teori sosiokultural (pengaruh sosial)
• Menurut Freewebs (2006) kekerasan seksual (sexual abuse) pada anak sering muncul
dalam berbagai kondisi dan lingkup sosial :
1. Kekerasan seksual dalam keluarga (Intrafamilial abuse)
kekerasan seksual yang dilakukan dalam keluarga inti atau majemuk,

2. Kekerasan seksual di luar keluarga (Extrafamilial abuse)


Mencakup kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa yang kenal dengan anak
tersebut.

3. Ritualistic abuse
kekerasan yang di lakukan oleh orang dewasa

4. Institutional abuse
kekerasan seksual dalam lingkup institusi tertentu

5. Kekerasan seksual oleh orang yang tidak dikenal


kekerasan Penyerangan pada anak-anak di tempat-tempat umum
KLASIFIKASI

• Perkosaan
Perkosaan adalah jenis kekerasan yang paling mendapat
sorotan. Diperkirakan 22% perempuan dan 2% laki-laki pernah
menjadi korban perkosaan.
• Kekerasan seksual terhadap anak-anak
Suatu tinjauan baru-baru ini terhadap 17 studi dari seluruh
dunia menunjukkan bahwa di manapun, sekitar 11%
sampai dengan 32% perempuan dilaporkan mendapat
perlakuan atau mengalami kekerasan
• Kekerasan seksual terhadap pasangan
kekerasan seksual yang dilakukan seseorang terhadap
pasangan seksualnya.
lanjutan

• Kekerasan fisik
Menampar,memukul,menendang,mendorong, mencambuk,dll.
• Kekerasan emosional/verbal
Mengkritik,membuat pasangan merasa bersalah, membuat
permainan pikiran, memaki,menghina,dll.
• Ketergantungan finansial
Mencegah pasangan untuk mendapat pekerjaan,membuat
pasangan dipecat, membuat pasangan meminta uang, dll
PATOFISIOLOGI

• Tahap awal : pelaku membuat korban merasa nyaman


• Tahap kedua : interaksi seksual
• Tahap ketiga : tahapan dimana korban mau menceritakan
pengalamannya kepada orang lain.
lanjutan

• Menurut Maria (2008) dampak kekerasan seksual pada


anak adalah sebagai berikut :
 Stress: akut, traumatic – PTSD (post traumatik stress
disorder)
Agresif, menjadi pelaku kekerasan, tidak percaya diri
Rasa takut, cemas
Perilaku seksual yang tidak wajar untuk anak seusianya
PATHWAYS KEPERAWATAN
• Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual Sebuah Studi
Fenomenologi
MANIFESTASI KLINIK

• Gangguan Perilaku : ditandai dengan malas untuk


melakukan aktifitas sehari-hari.
• Gangguan Kognisi : ditandai dengan sulit untuk
berkonsentrasi, tidak fokus ketika sedang belajar, sering
melamun dan termenung sendiri.
• Gangguan Emosional : ditandai dengan adanya gangguan
mood dan suasana hati serta menyalahkan diri sendiri
PENATALAKSANAAN

• Menurut Suda (2006) ada beberapa model program counseling


yang dapat diberikan kepada anak yang mengalami sexual
abuse, yaitu :
The dynamics of sexual abuse
Protective behaviors counseling
Survivor/self-esteem counseling
Cognitif terapy
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• PENGKAJIAN
Aktivitas atau istirahat
Integritas ego
Eliminasi
Makan dan minum
Higiene
Neurosensori
Nyeri atau ketidaknyamanan
Keamanan
Seksualitas
Interaksi sosial
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Sindrom trauma perkosaan


• Ketidakberdayaan berhubungan dengan harga diri rendah
• Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
• Ansietas (sedang sampai berat)
• Gangguan harga diri rendah
• Gangguan pola tidur
• Koping defensif
• Koping keluarga tidak efektif
• Defisit pengetahuan
DISCHARGE PLANNING

• Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan


pada anak dengan penganiayaan seksual (sexual abuse) antara
lain :
Anak tidak mengalami ansietas panik lagi
Anak mendemonstrasikan derajat percaya kepada perawat
primer
Anak menerima perhatian dengan segera terhadap cedera
fisiknya
Anak memulai perilaku yang konsisten terhadap respons
berduka
Anak mendapatkan perhatian segera untuk cedera fisiknya jika
ada
KASUS ISOLASI SOSIAL AKIBAT KORBAN
PEMERKOSAAN (SEXUAL ABUSE)
• A.KASUS


Nn. S 15 tahun, klien datang diantar oleh keluarganya pada tanggal 17 September
2018, dengan keluhan tidak mau bergaul dengan orang lain, tidak banyak bercakap-
cakap, banyak melamun, mengurung diri dan sering menyendiri. Menurut keluarga,
klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya sejak 1 tahun yang lalu dan di
rawat di RSJ Ratumbuysang Manado yang pertama pada tanggal 12 Juni 2017
dikarenakan klien apatis, diam di kamar (mengurung diri), menolak berhubungan
dengan orang lain karena mngalami keekrasan sexual lagi dari tetangganya. Dari
pengkajian, didapatkan: klien tidak minum obat secara teratur sehingga pengobatan
kurang berhasil. Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti
yang dialami oleh klien. Klien mengatakan punya pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan karena klien mengalami kekerasan sexual oleh pamannya sendiri
dulu. Klien juga merasa malu karena sampai sekarang dia merasa dirinya sudah
kotor akibat kejadian waktu itu. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/
80 mmHg, N: 86X/mnt, S:37,4°C, P:20X/mnt, TB:160cm, BB:50kg. Hasil pengkajian
juga didapatkan klien tidak mengeluh terhadap keadaan fisiknya dan pada tubuh
klien tidak menunjukkan adanya kelainan ataupun gangguan fisik lainnya.
B.PENGKAJIAN

• 1.        Identitas Klien :


• Nama : Nn. S
• Umur : 19 tahun
• Agama : Islam
• Alamat : Tuminting Link 4
• Pekerjaan : -
• Tanggal masuk RS : 17 September 2018
• Tanggal pengkajian : 19 September 2018
• No. RM : 67.95
• 2.        Alasan masuk :
• Klien datang diantar oleh keluarganya pada tanggal 17 September 2018, dengan keluhan:
•       Tidak mau bergaul dengan orang lain
•       Tidak banyak bercakap- cakap
•       Banyak melamun
•       Mengurung diri
•       Sering menyendiri
Lanjutan

• 3.        Faktor Predisposisi


• a.    Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya sejak 1 tahun yang lalu dan di rawat di RSJ
Ratumbuysang Manado yang pertama pada tanggal 12 juni 2017 dikarenakan klien apatis, diam di
kamar (mengurung diri), menolak berhubungan dengan orang lain.
• b.    Klien tidak minum obat secara teratur sehingga pengobatan kurang berhasil.
• c.    Klien pernah mengalami, seksual
• d.   Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami oleh klien.
• e.    Klien mengatakan punya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
• Klien mengatakan pernah mengalami tindakan kekerasan sexual oleh pamannya
• f.     Klien mengatakan malu karena sampai sekarang klien merasa dirinya kotor karena kejadian itu
• 4.        Faktor Presipitasi
• Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
• a.    Masa anak-anak
• Klien tidak pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan.
• b.    Masa remaja
• Klien mengatakan punya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan sesuai pernyataan klien
“saya dulu pernah di perkosa oleh paman saya”.
• c.    Masa Sekarang
• Klien mengatakan “ malu karena sampai sekarang merasa dirinya kotor karena telah di perkosa”.
•5.        Pemeriksaan Fisik
•a.    Tanda- tanda vital
•TD : 120/ 80 mmHg
•N : 86 X/ mnt
•S : 37,4° C
•P : 20 X/ mnt
•b.    Ukur
•TB : 160 cm
•BB : 50 kg
•c.    Keluhan fisik
•Dari hasil pengkajian didapatkan klien mengeluh terhadap keadaan fisiknya nyeri pada bagian genetalia.
•6.        Psikososial
•a.    Genogram
•Klien belum menikah dan klien tinggal bersama ayah, ibu dan kedua adiknya,serta kakaknya. pengambilan keputusan dilakukan secara
musyawarah, yang dipimpin oleh ayahnya. Pola asuh klien keras, penuh dengan kedisiplinan, klien merasa dirinya kotor dan hina akibat
kejadian buruk tersebut.
•b.    Konsep diri
•      Citra tubuh
•Klien mengatakan: menyukai seluruh bagian tubuhnya.
•Tidak ada kecacatan anggota tubuh dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
•Dengan pernyataan klien: “ saya menyukai seluruh bagian tubuh saya”.
•      Identitas diri
•Di rumah klien berperan sebagai seorang anak dan seorang kakak,
•menuntut klien merasa puas sebagai seorang Wanita , karena di keluarga klien di ajarkan untuk bertanggung jawab dan disiplin, serta
di diperlakukan sebagai seorang anak perempuan.
•Dengan pernyataan klien: “saya di perlakukan sebagai seorang kakak perempuan yg bertanggung jawab”.
•      Peran
•Klien berperan sebagai anak dan kakak, yang harus berbakti dan menuntun adik- adik.
•Dengan pernyataan klien: “ di rumah saya di tuntut untuk bisa menuntun adik- adik saya.”
Lanjutan....
•       Harga diri
• Klien mengatakan malu apabila bergaul dengan teman dan orang- orang sekitar, karena mereka merasa apa yang terjadi padanya
adalah sebuah aib.
• Dengan pernyataan klien: “saya malu bermain dengan teman- teman.”
• c.    Hubungan sosial
•       Orang terdekat
• Klien mengatakan tidak memiliki orang yang berarti dalam hidup, bila punya masalah,hanya memendam masalah sendiri.
• Dengan pernyataan klien: “ kalau saya ada masalah saya tidak punya tempat untuk bercerita, saya hanya memendamnya sendiri.”
•       Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat
• Klien mengatakan dahulu pernah ikut-ikut mengaji Bersama teman-teman tapi semenjak kejadian itu saya merasa malu dan hina
dan lebih banyak menhabiskan waktu sendirian, selama di RSJ lebih banyak menyendiri, tiduran dan jarang mengikuti kegiatan
kelompok.”
• Dengan pernyataan klien: “ saya di rumah hanya diam di kamar, tidak pernah ikut kegiatan apapun.”
•       Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
• Klien mengatakan di rumah klien termasuk orang yang pendiam, malas bicara dengan orang lain, tidak ada teman dekat dengan
klien dan klien tidak nyaman di lingkungan banyak orang dan ramai.
• Dengan pernyataan klien: “ saya tidak mempunyai teman dekat, saya juga tidak menyukai tempat yang ramai dan banyak orang.”
• d.   Spiritual
•       Nilai dan keyakinan
• Klien beragama islam dan yakin adanya Allah, klien pasrah dengan keadaannya mungkin sudah ditakdirkan oleh Allah.
• Dengan pernyataan klien: “ saya yakin kalau saya bisa senbuh atas kehendak Allah.”
•       Kegiatan ibadah
• Klien mengatakan selama berada di RSJ tidak pernah menjalankan ibadah shalat 5 waktu, klien hanya berdoa dan yakin akan
kesembuhan.
• Dengan pernyataan klien: “ saya tidak pernah sholat, saya hanya berdoa sama Allah supaya saya cepat sembuh.”
Lanjutan........
• 7.        Status Mental
• a.    Penampilan
• Klien tampak tidak rapi, baju tidak rapi, kuku klien tampak panjang, rambut acak- acakan.
• b.    Pembicaraan
• Kontak mata kurang selama komunikasi, berbicara seperlunya, klien tampak tidak mampu memulai pembicaraan,cenderung
menolak untuk diajak berkomunikasi.
• c.    Aktivitas motorik
• Klien terlihat lesu, lebih banyak duduk menyendiri dan tiduran daripada beraktivitas, klien mau beraktivitas apabila
dimotivasi.
• d.   Alam perasaan
• Klien tampak sedih, karena klien merasa sendiri, tidak ada yang peduli dengan dirinya, klien merasa putus asa dan tidak
berharga dalam hidup ini.
• e.    Afek
• Tidak ada perubahan roman muka pada saat diceritakan cerita lucu yang membuat tertawa, klien tampak biasa saja, hanya
bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat (afek tumpul).
• f.     Interaksi selama wawancara
• Klien lebih banyak diam, kontak mata pada saat wawancara kurang, klien lebih sering menunduk, bahkan sampai
memutuskan pembicaraan atau pergi saat diajak bercakap- cakap.
• g.    Persepsi halusinasi
• Klien mengatakan klien suka mendengar bisikan seperti suara temannya menyuruh pergi, biasanya bisikan itu datang pada
saat klien melamun.
• Dengan pernyataan pasien: “ saya suka mendengar bisikan dan bisikannya datang kalau saya sedang melamun.”
• h.    Proses pikir
• Pembicaraan klien secukupnya.
8. Kebutuhan Persiapan Peluang

• Makan
• bab/bak
• Mandi
• Berpakaian/berhias
• Istirahat dan tidur
• Penggunaan obat
• Pemelihara kesehatan
• Aktivitas di halaman rumah
• Aktifitas di luar rumah
9.Mekanisme Koping
• Maladaptif: Klien mengatakan jika ia mempunyai masalah, klien senang
memendamnya dan tidak mau menceritakannya kepada orang lain.
10.Masalah Psikososial dan Lingkungan
• Klien mengatakan tidak mengenal semua teman dan jarang berinteraksi dengan
lingkungan.
11.Pengetahuan
• Keluarga klien mengerti bahwa klien mengalami gangguan jiwa, oleh sebab itu
keluarga membawanya ke RSJ.
12.Aspek Medik
• Terapi medis:
a.Clarpramazine(cpz)
b.Haloperidol (HPD)
c. Trihexypenidil (THP)
ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Data objektif : Isolasi Sosial

-    Tidak mau bergaul dengan orang lain.

-    Tidak banyak bercakap-cakap.

-    Banyak melamun.

-    Mengurung diri.

-    Sering menyendiri.

-    klien tidak minum obat secara teratur sehingga


pengobatan kurang berhasil.

-    Klien tampak sedih.

-    Kontak mata kurang selama komunikasi, berbicara


seperlunya, klien tampak tidak mampu memulai
pembicaraan, cenderung menolak untuk diajak
berkomunikasi.

-    Tidak ada perubahan roman muka pada saat


diceritakan cerita lucu yang membuat tertawa, klien
tampak biasa saja, hanya bereaksi bila ada stimulus
emosi yang kuat (afek tumpul).

-    Klien mengalami depersonalisasi (perasaan klien


yang asing terhadap diri sendiri, orang atau lingkungan),
sehingga klien menolak untuk berhubungan dengan
orang lain dan tampak memisahkan diri dari orang lain.
NASKAH ROLEPLAY KEPERAWATAN JIWA IMPLEMENTASI
ASKEP PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA HALUSINASI:
PENDENGARAN
 
 

Pada suatu hari di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo tepatnya di


Ruang Bougenville terdapat seorang pasien bernama Ni Made Wintari
berumur 21 tahun akan dirawat dengan diagosa gangguan persepsi sensori:
halusinasi (pendengaran). Beberapa menit kemudian, seorang perawat
bernama Perawat Ilham menghampiri pasien tersebut yang tampak gelisah,
sendiri, dan histeris. Perawat Ilham, pun langsung melakukan SP1 Pasien
dimana salah satunya membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan
cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan menghardik halusinasi.
SP1 Pasien:
• 

Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol


halusinasi,mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik
halusinasi.
 
 

• Perawat : “Selamat pagi, Ibu. Saya Perawat dari Unsrat Manado yang akan
merawat anda. Perkenalkan nama saya Perawat Ilham Haqiqi, senang dipanggil
Perawat Ilham. Nama anda siapa? Senang di panggil apa?”
• Pasien : “Nama saya Ibu Wintari, senang dipanggil Ibu Wiwin”
• 

• Perawat : “Baiklah Ibu Wiwin. Bagaimana perasaannya hari ini? Apa


ada keluhannya hari ini?”

• Pasien : “Saya takut Pak. Dari tadi ada orang yang terus membisik-
bisikan saya. Dia menyuruh saya bunuh diri. Saya takut Pak”
• Perawat : “Tenang bu, tenang. Dimana orangnya bu, dimana?”
Pasien : “Di sana Pak, di ruang tamu saja!”
•  
Perawat : “Diruang tamu? Baiklah bu, ayo kita ke ruang tamu!”
•  
Pasien : “Ayo Pak, cepat.”
•  

Perawat : “Kalau boleh tau kita bercakap-cakapnya berapa lama bu?”


Pasien : “Tolong Pak, suara itu datang lagi Pak. Ayo pak tolong
saya!” Perawat : “Baiklah bu bagaimana kalau 30 menit?”
Pasien : “Iya, ya. Ayo cepat!”
•  

Perawat : “Baiklah bu, apakah Ibu Wiwin mendengar suara


tanpa ada wujudnya?”
Pasien : “Iya, Pak! Dari tadi suara itu terus mengganggu saya! Tolong
saya”
• Perwat : “Kalau boleh tau bu, apa yang dikatakan suara itu?”
• 
• Pasien : “Mati Kamu, Mati! Begitu Pak yang saya dengar. Saya jadi takut
• Pak.
 
• Tolong saya!”
• 

• Perawat : “Ibu Wiwin? Apakah suara itu terus-menerus terdengar atau


sewaktu- waktu?”
• Pasien : “Suara itu sering datang mengganggu saya Pak. Saya jadi takut.
Mati
• 

• Kamu, Mati! Begitulah yang saya dengar Pak!” Perawat : “Kapan Ibu
Wiwin sering mendengar suara itu?” Pasien : “Suara itu sering datang
ketika saya lagi sendiri Pak”
• Perawat : “Biasanya berapa kali sehari Ibu Wiwin mendengar suara-suara itu?”
• 
• Pasien : “Biasanya, sering Pak. Lebih dari lima kali”
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan tajam penglihatan
ataupun menurunnya luas lapangan pandang, yang dapat mengakibatkan kebutaan
(Quigley dan Broman, 2006).

Cacat Netra dalah Seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang dikarenakan oleh
hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran, kecelakaan
maupun penyakit (Marjuki, 2009)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian tunanetra ialah tidak dapat
melihat, buta. Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang
dimaksud dengan tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Karena adanya hambatan
dalam penglihatan serta tidak berfungsinya penglihatan(Heward & Orlansky, 1988 cit
Akbar 2011).

Etiologi
• Faktor internal yaitu faktor keturunan atau genetik dan faktor yang erat
hubungannya selama bayi masih dalam kandungan seperti: kurang gizi,
terkena infeksi, keracunan, aborsi yang gagal, ataupun adanya penyakit
kronis.
• Faktor eksternal adalah faktor ketika lahir atau maupun faktor setelah lahir.
Misalnya: kecelakaan, terkena penyakit syphilis yang mengenai matanya
saat dilahirkan, kelahiran yang lama sehingga kehabisan cairan, kelahiran
yang dibantu alat yang mengenai syaraf.
Dampak kondisi tuna netra
• Secara kognitif:
• Pengenalan/pengertian terhadap dunia luar tidak diperoleh secara
lengkap dan utuh, shg perkembangan kognitif cenderung terhambat
dibandingkan orang normal pada umumnya.
• Hal ini berarti bahwa perkembangan kognitif tidak saja erat kaitannya
dengan kecerdasan atau kemampuan inteligensi, tetapi juga
kemampuan indera penglihatan.
• Secara Motorik:
• Fungsi sistem neuromuskularnya tidak bermasalah tetapi fungsi psikis
tidak mendukung shg menjadi hambatan dalam perkembangan motorik.
• Secara fisik, tuna netra biasanya: berjalan dengan posisi tegak, kaku,
lamban, dan penuh kehati-hatian dimana tangan mereka selalu berada di
depan dan sedikit tersendat pada saat berjalan
Lanjut
• Segi perkembangan emosi, anak tunanetra sedikit mengalami hambatan
dibandingkan dengan anak yang normal.
• Segi perkembangan sosial, tunanetra memiliki lebih banyak hambatan.
• Hal tersebut muncul sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari
ketunanetraannya.
• Jadi, perkembangan sosial dari penderita tunanetra sangat tergantung pada
bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan
keluarga terhadap penderita tunanetra itu sendiri

Kebutuhan Khusus tuna netra
• Fisiologis: Membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis, pengobatan
dan evaluasi medis secara umum. Sebagai kegiatan diperlukan latihan gerak
dan ekspresi tubuh.
• Personal: Akibat ketunanetraan sebagai pengalaman personal, maka timbul
beberapa kebutuhan yang bersifat personal pula. Kebutuhan tersebut antara
lain adalah latihan Orientasi dan Mobilitas, minat untuk berinteraksi dengan
lingkungan, keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti menolong
diri sendiri, serta kebutuhan akan pendidikan dan bimbingan khusus.
• Sosial: Dengan adanya pandangan ketunanetraan sebagai fenomena sosial,
maka kebutuhan dari segi social adalah adanya hubungan yang baik antar
personal (personal relationship), interaksi yang baik antar anggota keluarga,
interaksi dan hubungan dengan teman-temannya, dan membutuhkan pula
untuk ikut berpartisipasi dengan berbagai kegiatan dalam lingkungannya.
Kebutuhan Pengembangan
motorik tuna netra
• Keterbatasan dalam lingkup keaneka ragaman pengalaman.
• Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
• Keterbatasan dalam mobilitas
• Pengalaman yang diperoleh tuna netra sangat dibutuhkan untuk melakukan
interaksi dengan lingkungan.
• Interaksi dapat berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara tunanetra
dengan lingkungannya.
• Hubungan timbal balik akan aktif bila tunanetra memiliki sumber informasi
didalam mentalnya yang berbentuk konsep-konsep.
• Konsep sesuatu akan dikuasai anak menjadi suatu data yang benar sesuai
dengan realitas bila strategi pengajaran dengan baik.
Cara membantu anak tuna
netra
• Karena anak-anak yang buta tidak dapat menangkap informasi melalui
penglihatan mereka, guru harus menggunakan indra pendengar, peraba, pengecap,
dan pembau saat menyampaikan pelajaran.
• Guru sebaiknya mengingat bahwa humor dan intonasi suara merupakan hal yang
penting ketika mengajar anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan ini.
• Penjelasan verbal yang diberikan guru harus jelas dan tidak berbelit-belit. Guru
harus spesifik dalam memberikan perintah atau meminta tanggapan. Hindarilah
penjelasan atau pertanyaan yang tidak jelas
• Guru harus menggunakan musik yang dapat memberikan rasa aman, merangsang
pikiran, dan membantu murid yang buta untuk membangun konsep pebelajaran
• Krayon, kertas, pensil, tanah liat, dan cat air semuanya dapat membantu anak
yang memiliki kelemahan pada penglihatan untuk mengekspresikan emosi
mereka.
• Bermain peran membantu anak mengingat peristiwa, ide-ide, dan situasi.
Kegiatan ini juga dapat membantu mereka mengingat kejadian-kejadian di rumah
mereka dan situasi lainnya.
Pengkajian keperawatan
• Riwayat kesehatan
• Keadaan umum
• Riwayat sosial
• Kemampuan kemandirian
• Pada pemeriksaan berfocus pada mata
Diagnogsa keperawatan
• Gangguan (persepsi sensori) penglihatan total berhubungan cacat sejak lahir.
• Defisit kemandirian berhubungan dengan keterbatasan aktifitas fisik
ASKEP PERILAKU :

-APAKAH KLIEN RESPONS SECARA VERBAL ?


-APAKAH DAPAT MENGIKUTI PETUNJUK ?
-APAKAH YANG TELAH DILAKUKAN?
ASPEK KOGNITIF/PSIKOLOGIS

DAPATKAH KLIEN MENCERITAKAN KEJADIANNYA ?? APA


KOPING KLIEN ??BAGAIMANA PERASAAN KLIEN??
ASPEK SOSIAL BUDAYA

-SIAPA SISTEM PENDUKUNG ?? -APAKAH KLIEN BUTUH


TEMPAT TINGGAL ??
-SIAPA YANG SUDAH DIHUBUNGI KLIEN ??
PENCEGAHAN PEMERKOSAAN

-Pola asuh anak


-keluarga sejahtera
-krisis keluarga
-pola asuh remaja
-disiplin anak
-manajemen stress
-pendidikan prilaku/moral/budi -informasi media
-hukum
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai