KORBAN PEMERKOSAAN
3. Ritualistic abuse
kekerasan yang di lakukan oleh orang dewasa
4. Institutional abuse
kekerasan seksual dalam lingkup institusi tertentu
• Perkosaan
Perkosaan adalah jenis kekerasan yang paling mendapat
sorotan. Diperkirakan 22% perempuan dan 2% laki-laki pernah
menjadi korban perkosaan.
• Kekerasan seksual terhadap anak-anak
Suatu tinjauan baru-baru ini terhadap 17 studi dari seluruh
dunia menunjukkan bahwa di manapun, sekitar 11%
sampai dengan 32% perempuan dilaporkan mendapat
perlakuan atau mengalami kekerasan
• Kekerasan seksual terhadap pasangan
kekerasan seksual yang dilakukan seseorang terhadap
pasangan seksualnya.
lanjutan
• Kekerasan fisik
Menampar,memukul,menendang,mendorong, mencambuk,dll.
• Kekerasan emosional/verbal
Mengkritik,membuat pasangan merasa bersalah, membuat
permainan pikiran, memaki,menghina,dll.
• Ketergantungan finansial
Mencegah pasangan untuk mendapat pekerjaan,membuat
pasangan dipecat, membuat pasangan meminta uang, dll
PATOFISIOLOGI
• PENGKAJIAN
Aktivitas atau istirahat
Integritas ego
Eliminasi
Makan dan minum
Higiene
Neurosensori
Nyeri atau ketidaknyamanan
Keamanan
Seksualitas
Interaksi sosial
DIAGNOSA KEPERAWATAN
•
Nn. S 15 tahun, klien datang diantar oleh keluarganya pada tanggal 17 September
2018, dengan keluhan tidak mau bergaul dengan orang lain, tidak banyak bercakap-
cakap, banyak melamun, mengurung diri dan sering menyendiri. Menurut keluarga,
klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya sejak 1 tahun yang lalu dan di
rawat di RSJ Ratumbuysang Manado yang pertama pada tanggal 12 Juni 2017
dikarenakan klien apatis, diam di kamar (mengurung diri), menolak berhubungan
dengan orang lain karena mngalami keekrasan sexual lagi dari tetangganya. Dari
pengkajian, didapatkan: klien tidak minum obat secara teratur sehingga pengobatan
kurang berhasil. Keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti
yang dialami oleh klien. Klien mengatakan punya pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan karena klien mengalami kekerasan sexual oleh pamannya sendiri
dulu. Klien juga merasa malu karena sampai sekarang dia merasa dirinya sudah
kotor akibat kejadian waktu itu. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD : 120/
80 mmHg, N: 86X/mnt, S:37,4°C, P:20X/mnt, TB:160cm, BB:50kg. Hasil pengkajian
juga didapatkan klien tidak mengeluh terhadap keadaan fisiknya dan pada tubuh
klien tidak menunjukkan adanya kelainan ataupun gangguan fisik lainnya.
B.PENGKAJIAN
• Makan
• bab/bak
• Mandi
• Berpakaian/berhias
• Istirahat dan tidur
• Penggunaan obat
• Pemelihara kesehatan
• Aktivitas di halaman rumah
• Aktifitas di luar rumah
9.Mekanisme Koping
• Maladaptif: Klien mengatakan jika ia mempunyai masalah, klien senang
memendamnya dan tidak mau menceritakannya kepada orang lain.
10.Masalah Psikososial dan Lingkungan
• Klien mengatakan tidak mengenal semua teman dan jarang berinteraksi dengan
lingkungan.
11.Pengetahuan
• Keluarga klien mengerti bahwa klien mengalami gangguan jiwa, oleh sebab itu
keluarga membawanya ke RSJ.
12.Aspek Medik
• Terapi medis:
a.Clarpramazine(cpz)
b.Haloperidol (HPD)
c. Trihexypenidil (THP)
ANALISA DATA
• Perawat : “Selamat pagi, Ibu. Saya Perawat dari Unsrat Manado yang akan
merawat anda. Perkenalkan nama saya Perawat Ilham Haqiqi, senang dipanggil
Perawat Ilham. Nama anda siapa? Senang di panggil apa?”
• Pasien : “Nama saya Ibu Wintari, senang dipanggil Ibu Wiwin”
•
• Pasien : “Saya takut Pak. Dari tadi ada orang yang terus membisik-
bisikan saya. Dia menyuruh saya bunuh diri. Saya takut Pak”
• Perawat : “Tenang bu, tenang. Dimana orangnya bu, dimana?”
Pasien : “Di sana Pak, di ruang tamu saja!”
•
Perawat : “Diruang tamu? Baiklah bu, ayo kita ke ruang tamu!”
•
Pasien : “Ayo Pak, cepat.”
•
• Kamu, Mati! Begitulah yang saya dengar Pak!” Perawat : “Kapan Ibu
Wiwin sering mendengar suara itu?” Pasien : “Suara itu sering datang
ketika saya lagi sendiri Pak”
• Perawat : “Biasanya berapa kali sehari Ibu Wiwin mendengar suara-suara itu?”
•
• Pasien : “Biasanya, sering Pak. Lebih dari lima kali”
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan tajam penglihatan
ataupun menurunnya luas lapangan pandang, yang dapat mengakibatkan kebutaan
(Quigley dan Broman, 2006).
Cacat Netra dalah Seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang dikarenakan oleh
hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran, kecelakaan
maupun penyakit (Marjuki, 2009)
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian tunanetra ialah tidak dapat
melihat, buta. Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang
dimaksud dengan tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Karena adanya hambatan
dalam penglihatan serta tidak berfungsinya penglihatan(Heward & Orlansky, 1988 cit
Akbar 2011).
•
Etiologi
• Faktor internal yaitu faktor keturunan atau genetik dan faktor yang erat
hubungannya selama bayi masih dalam kandungan seperti: kurang gizi,
terkena infeksi, keracunan, aborsi yang gagal, ataupun adanya penyakit
kronis.
• Faktor eksternal adalah faktor ketika lahir atau maupun faktor setelah lahir.
Misalnya: kecelakaan, terkena penyakit syphilis yang mengenai matanya
saat dilahirkan, kelahiran yang lama sehingga kehabisan cairan, kelahiran
yang dibantu alat yang mengenai syaraf.
Dampak kondisi tuna netra
• Secara kognitif:
• Pengenalan/pengertian terhadap dunia luar tidak diperoleh secara
lengkap dan utuh, shg perkembangan kognitif cenderung terhambat
dibandingkan orang normal pada umumnya.
• Hal ini berarti bahwa perkembangan kognitif tidak saja erat kaitannya
dengan kecerdasan atau kemampuan inteligensi, tetapi juga
kemampuan indera penglihatan.
• Secara Motorik:
• Fungsi sistem neuromuskularnya tidak bermasalah tetapi fungsi psikis
tidak mendukung shg menjadi hambatan dalam perkembangan motorik.
• Secara fisik, tuna netra biasanya: berjalan dengan posisi tegak, kaku,
lamban, dan penuh kehati-hatian dimana tangan mereka selalu berada di
depan dan sedikit tersendat pada saat berjalan
Lanjut
• Segi perkembangan emosi, anak tunanetra sedikit mengalami hambatan
dibandingkan dengan anak yang normal.
• Segi perkembangan sosial, tunanetra memiliki lebih banyak hambatan.
• Hal tersebut muncul sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari
ketunanetraannya.
• Jadi, perkembangan sosial dari penderita tunanetra sangat tergantung pada
bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan
keluarga terhadap penderita tunanetra itu sendiri
•
Kebutuhan Khusus tuna netra
• Fisiologis: Membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis, pengobatan
dan evaluasi medis secara umum. Sebagai kegiatan diperlukan latihan gerak
dan ekspresi tubuh.
• Personal: Akibat ketunanetraan sebagai pengalaman personal, maka timbul
beberapa kebutuhan yang bersifat personal pula. Kebutuhan tersebut antara
lain adalah latihan Orientasi dan Mobilitas, minat untuk berinteraksi dengan
lingkungan, keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti menolong
diri sendiri, serta kebutuhan akan pendidikan dan bimbingan khusus.
• Sosial: Dengan adanya pandangan ketunanetraan sebagai fenomena sosial,
maka kebutuhan dari segi social adalah adanya hubungan yang baik antar
personal (personal relationship), interaksi yang baik antar anggota keluarga,
interaksi dan hubungan dengan teman-temannya, dan membutuhkan pula
untuk ikut berpartisipasi dengan berbagai kegiatan dalam lingkungannya.
Kebutuhan Pengembangan
motorik tuna netra
• Keterbatasan dalam lingkup keaneka ragaman pengalaman.
• Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
• Keterbatasan dalam mobilitas
• Pengalaman yang diperoleh tuna netra sangat dibutuhkan untuk melakukan
interaksi dengan lingkungan.
• Interaksi dapat berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara tunanetra
dengan lingkungannya.
• Hubungan timbal balik akan aktif bila tunanetra memiliki sumber informasi
didalam mentalnya yang berbentuk konsep-konsep.
• Konsep sesuatu akan dikuasai anak menjadi suatu data yang benar sesuai
dengan realitas bila strategi pengajaran dengan baik.
Cara membantu anak tuna
netra
• Karena anak-anak yang buta tidak dapat menangkap informasi melalui
penglihatan mereka, guru harus menggunakan indra pendengar, peraba, pengecap,
dan pembau saat menyampaikan pelajaran.
• Guru sebaiknya mengingat bahwa humor dan intonasi suara merupakan hal yang
penting ketika mengajar anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan ini.
• Penjelasan verbal yang diberikan guru harus jelas dan tidak berbelit-belit. Guru
harus spesifik dalam memberikan perintah atau meminta tanggapan. Hindarilah
penjelasan atau pertanyaan yang tidak jelas
• Guru harus menggunakan musik yang dapat memberikan rasa aman, merangsang
pikiran, dan membantu murid yang buta untuk membangun konsep pebelajaran
• Krayon, kertas, pensil, tanah liat, dan cat air semuanya dapat membantu anak
yang memiliki kelemahan pada penglihatan untuk mengekspresikan emosi
mereka.
• Bermain peran membantu anak mengingat peristiwa, ide-ide, dan situasi.
Kegiatan ini juga dapat membantu mereka mengingat kejadian-kejadian di rumah
mereka dan situasi lainnya.
Pengkajian keperawatan
• Riwayat kesehatan
• Keadaan umum
• Riwayat sosial
• Kemampuan kemandirian
• Pada pemeriksaan berfocus pada mata
Diagnogsa keperawatan
• Gangguan (persepsi sensori) penglihatan total berhubungan cacat sejak lahir.
• Defisit kemandirian berhubungan dengan keterbatasan aktifitas fisik
ASKEP PERILAKU :