Anda di halaman 1dari 32

KONSEP SEKSUALITAS DAN

SPIRITUALITAS

Oleh:
Ns. Claudia, M. Kep.
Seksualitas
“Sex merupakan hal yang dianggap tabu untuk
diperbincangkan”
Con’t

 Lingkup seksualitas sangat luas daripada hanya sekedar


kata seks yang merupakan kegiatan hubungan fisik seksual.
 Seksualitas dimensi biologis: organ reproduksi dan alat
kelamin (menjaga kesehatan dan memfungsikan secara
optimal organ repro)
 Seksualitas dimensi psikologis: menjalankan fungsi sebagai
makhluk seksual, identitas, peran
 Seksualitas dimensi sosial: hubungan antara manusia,
pengaruh lingkungan dalam membetuk pandangan tentang
seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks
 Seksualitas dimensi perilaku: perilaku seksual (dorongan
atau hasrat seksual)
Sikap Terhadap Kesehatan Seksualitas

 Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang


mencapai kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang terkait dengan seksualitas, ekspresi bebas
tapi bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi
dan sosial (mis: menjaga hubungan dengan
teman/pacar)
Komponen Kesehatan Seksual
 Konsep seksual diri
Nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana
seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual diri yang
negatif menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang
lain
 Body image
Bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan
tubuhnya berhubungan dengan seksualitasnya (mis: wanita dengan
bentuk tubuh dan ukuran payudara, pria dengan ukuran penis)
 Identitas seksual
Kromosom seks, hormon seks, kelamin. Identitias gender: pandangan
mengenai jenis kelamin, sebagai pria atau wanita
 Orientasi seksual
Perasaan erotic seseorang yang ditujukan pada jenis kelamin.
Orientasi seksual akan mempengaruhi gaya hidup seseorang
Respon Seksual
Siklus respon seksual normal terdiri dari 4 tahap
(hasil bercinta):
 Kegembiraan
 Plateau
 Orgasme
 Resolusi
Fase Kegembiraan
 Peningkatan ketegangan otot
 Peningkatan denyut jantung
 Perubahan warna kulit
 Aliran darah ke daerah genital
 Pelumasan pada vagina
 Testis membengkak dan skrotum mengencang
Fase Plateau
 Fase kegembiraan meningkat
 Peningkatan pembengkakakn dan perubahan
warna vagina
 Klitoris menjadi sangat sensitif
 Testis naik ke dalam skrotum
 Adanya peningkatan tingkat pernafasan, denyut
jantung, dan tekanan darah
 Meningkatnya ketegangan otot
Fase Orgasme
 Kontraksi otot tak sadar
 Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah dan
tingkat pernafasan
 Pada wanita: kontraksi otot vagina menguat dan
kontraksi rahim berirama
 Pada pria: kontraksi otot panggul berirama dengan
bantuan kekuatan ejakulasi
 Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di
seluruh tubuh
Fase Resolusi
 Tahap terakhir, tubuh secara perlahan kembali ke
tingkat fisiologis normal.
 Ditandai dengan relaksasi, kelelahan.
Perkembangan Seksual
 Bayi (0-12 bulan)
 Todler (1-3 tahun )
 Pra sekolah (4-5 tahun )
 Usia sekolah (6-12 tahun)
 Remaja (12-18 tahun )
 Dewasa awal (18-40 tahun )
 Dewasa tengah (40-65 tahun )
 Dewasa akhir (65 tahun keatas )
Bayi (0 – 12 bulan)
 Bayi laki-laki mengalami ereksi penis
 Bayi perempuan mangalami lubrikasi vagina
 Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, memeluk,
membuai) bayi merasa senang & nyaman
berinteraksi dengan manusia
Toddler (1-3 tahun)
 Mampu mengidentifikasi gender diri sendiri
 Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis
kelamin sama (mis: berinteraksi dengan boneka,
pakaian yang dipakai)
Pra Sekolah (4-5 tahun)
 Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat
 Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman
bermain
 Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar
 Menyukai orang tua yang berbeda jenis
 Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang
bayi bisa ada
Usia Sekolah (6-12 tahun)
 Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang
tua yang berjenis kelamin sama (misalnya anak
perempuan dengan ibu)
 Senang berteman dengan sesama jenis
 Mempelajari konsep dan peran gender
Remaja (12-18 tahun)

 Karakteristik seks mulai


berkembang
 Mulai terjadi menarke
 Mengembangkan hubungan
yang menyenangkan
 Dapat terjadi aktivitas seksual,
misalnya masturbasi
 Mengidentifikasi orientasi
seksual (homoseks/heteroseks)
 Mencari perawatan kesehatan
tanpa ditemani orang tua
Dewasa Awal (18-40 tahun)
 Terjadi aktivitas seksual
 Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat
 Beberapa pasangan berbagi tugas: keuangan,
pekerjaan rumah tangga
 Mengalami ancaman terhadap body image akibat
penuaan
Dewasa Tengah (40-65 tahun)
 Penurunan produksi hormon
 Wanita mengalami menopause (umumnya usia tahun)
 Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap
 Mulai memperkokoh standar moral dan etik
Dewasa Akhir (65 tahun keatas)
 Aktivitas seksual lebih berkurang
 Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami atrofi
 Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan
memerlukan waktu lebih lama untuk dapat ereksi dan
ejakulasi
Penyimpangan Seksual Pada Orang
Dewasa
 Pedofilia
Kepuasan seksual obyek anak-anak
 Eksibisionisme
Mempertontonkan alat kelamin
 Transvestisme
Memakai pakaian lawan jenis
 Transeksualisme
Perasaan tidak senang dengan alat
kelaminnya
 Voyerisme/Skopoffilia
Melihat alat kelamin orang lain/aktivitas
seksual
 Frotteurisme/Friksionisme
Menggosok-gosokan penis pada
pantat/badan wanita
Con’t
 Marokisme
Melalui kekerasan atau disakiti terlebih
dahulu secara fisik atau psikis
 Sadisme
Menyakiti obyeknya, secara fisik atau
psikis
 Homoseksual dan Lesbianisme
Ketertarikan kepada sesama jenis
 Zoofilia
Menggunakan obyek binatang
 Sodomi
Melalui anus
 Nekropilia
Menggunakan obyek mayat
Faktor Yang Mempengaruhi Masalah
Seksual
 Tidak ada role model
 Gangguan struktur dan fungsi tubuh seperti adanya
trauma, kehamilan, abnormalitas anatomi genetalia
 Kurang pengetahuan tentang masalah seksual
 Penganiayaan secara fisik
 Kehilangan pasangan (perpisahan atau kematian)
Spiritualitas
Spiritualitas
 Spiritualitas sering disalahartikan sebagai sesuatu
yang konteksnya sama dengan agama.
 Spiritual bukan sesuatu yang formal, terstruktur dan
teroganisir.
 Spiritual berasal dari kata “spiritus” yg artinya
nafas kehidupan (yg memberikan kita energi).
 Agama berasal dari kata “religio” yg artinya
kepercayaan.
 Agama merepresentasikan jalan spiritual
seseorang.
Differences
Con’t
 Spiritualitas dan agama merupakan suatu konteks yg
berbeda namun selalu beriringan.
 Spiritualitas lebih melihat kedalam batin seseorang
sedangkan agama melihat keluar diri seseorang
menggunakan ritus (tata cara keagamaan) formal dan kitab
suci.
 Agama lebih melihat kepada orientasi eksternal sedangkan
spiritualitas mencakup bagaimana seseorang memandang
kedalam batinnya.
 Spiritualitas sangat berkaitan dengan kreativitas, cinta,
pengampunan, kasih sayang, kepercayaan, penghormatan,
kebijaksanaan, keyakinan, dan rasa akan kesatuan.
Dimensi Spiritualitas
 Dimensi Vertikal
Tuhan → menuntun kehidupan seseorang (tidak dapat
dilihat)

 Dimensi Horizontal
Seseorang → diri sendiri, orang lain dan lingkungan
(dapat dilihat)
Keterkaitan Spiritualitas dengan
Konsep Sehat-Sakit

 Menuntun kebiasaan hidup


Mis: ada agama yg menetapkan makanan diet makanan yg boleh
dan tidak boleh dimakan, metode keluarga berencana
 Sumber dukungan
Mis: saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan agar dpt menerima
keadaan sakit yg dialami
 Sumber kekuatan dan penyembuhan
Mis: individu cenderung dpt menahan stress baik fisik maupun
psikis yg luar biasa karena mempunyai keyakinan yg kuat
 Sumber konflik
Mis: ada orang yg memandang penyakit sebagai suatu bentuk
hukuman karena pernah berdosa
Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
 Perkembangan
Semakin dewasa idealnya semakin matang tingkat spiritualitas
seseorang
 Keluarga
Mis: individu yg dibesarkan dalam keluarga agama Hindu
cenderung 90% Hindu
 Ras/suku
Papua → mayoritas Kristen, Aceh → mayoritas Muslim
 Agama yang dianut
Keyakinan pd agama tertentu dapat menentukan arti pentingnya
kebutuhan spiritual
 Kegiatan keagamaan
Kegiatan agama dapat mengingatkan keberadaan dirinya dengan
Tuhan, dan selalu mndekatkan diri kepada pencipta.
Pasien yang Membutuhkan Dukungan
Spiritual
 Pasien kesepian
Pasien akan membutuhkan bantuan karena mereka
merasakan tidak ada kekuatan dan penyertaan dari
Tuhan.
 Pasien ketakutan dan cemas
Ketakutan/kecemasan dapat menimbulkan perasaan
kacau sehingga membuutuhkan ketenangan pada
dirinya, yaitu bersama Tuhan.
 Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Pola gaya hidup dapat mengacaukan keyakinan
individu bila ke arah yg buruk dan sebaliknya.
Conclusion
 Spiritualitas di kehidupan sehari-hari sangat
penting karena akan membuat kita menjadi
individu yang utuh dan bermakna.

Anda mungkin juga menyukai