Anda di halaman 1dari 65

Konsep Seksualitas

Yuni Astuti, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat

PENDAHALUAN
 Isu-isu seksualitas: pembicaraan seksualitas dianggap sebagai hal tabu, bersifat pribadi dan
tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum
 Banyak klien dewasa yang tidak mengetahui pengetahuan tentang seksualitas
 Kesejahteraan sangat berkaitan dengan seksualitas
 Pelayanan kesehatan dengan pendekatan holistic semua aspek saling berkaitan
 Masa kehamilan Sebagian besar perempuan mengalami penurunan Hasrat seksual
 Coitus adalah kebutuhan setiap insan, akan tetapi seks dalam fitrahnya diarahkan pada sisi
positif sehingga dapat mewujudkan perkembangan yang searah dengan konsepsi yang
islamic karena bentuk penyimpangan seks seseorang baik dalam bentuk homoseksual atau
lesbian atau lebih dikenal dengan istilah LGBT dapat berakibat pada kelainan dalam proses
perkembangan kepribadian seseorang. Selain itu, perilaku ini sudah menyimpang dari ajaran
agama (Kusnadi, 2020)

SEX Jenis kelamin mengacu pada karakteristik biologis yang mendefinisikan manusia
sebagai perempuan atau laki-laki. Meskipun kumpulan karakteristik biologis ini tidak
eksklusif satu sama lain, karena ada individu yang memiliki keduanya, mereka cenderung
membedakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan
Sexuality → “… aspek utama manusia sepanjang hidup meliputi seks, identitas dan peran gender,
orientasi seksual, erotisme, kesenangan, keintiman, dan reproduksi. Seksualitas dialami dan
diekspresikan dalam pikiran, fantasi, keinginan, keyakinan, sikap, nilai, perilaku, praktik, peran, dan
hubungan. Sementara seksualitas dapat mencakup semua dimensi ini, tidak semuanya selalu dialami
atau diekspresikan. Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi,
politik, budaya, hukum, sejarah, agama, dan spiritual.” (WHO, 2006)

Kesehatan Seksual adalah "keadaan sejahtera fisik, emosional, mental dan sosial dalam kaitannya
dengan seksualitas; bukan hanya bebas dari penyakit, disfungsi atau kelemahan. Kesehatan seksual
memerlukan pendekatan yang positif dan hormat terhadap seksualitas dan hubungan seksual, serta
kemungkinan mendapatkan pengalaman seksual yang menyenangkan dan aman, bebas dari
paksaan, diskriminasi dan kekerasan Agar kesehatan seksual tercapai dan terpelihara, hak-hak
seksual semua orang harus dihormati, dilindungi dan terpenuhi

Seksualitas

 Bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka


 Bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan kepada orang lain
 Ciuman, sentuhan, pelukan & seggama seksual, isyarat gerak tubuh, berpakaian, &
perbendaharaan kata

Konsep Seksualitas

- Sosikultural • Dipengaruhi oleh norma & peraturan cultural yang menentukan perilaku.
- Agama & Etnik • Pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas
membentuk dasar untuk pembuat keputusan seksual berdasarkan agama, ex Islam
hubungan intim setelah menikah
- Psikologis • Gambaran diri, penilaian diri mengenai fungsi seksual termasuk rasa percaya diri
dalam menjalankan fungsi seksual, masalah atau gangguan yg dpt mempengaruhi:
kecemasan, depresi, Riwayat penyalahgunaan seksual. Seksualitas mengandung perilaku
yang dipelajari melalui orang lain

Identitas Seksual

- Identitas Jender • Merupakan perasaan seseorang tenteng jenis kelamin (feminism atau
maskulin). Pola interaksi yang berbeda antara orang tua dengan bayi perempuan maupun
laki-laki dapat mengembangkan rasa identitas jendernya
- Identitas Biologis • Perbedaan biologis laki2 dan & perempuan dimulai sejak masa konsepsi
Kromosom yang menjadikan perbedaan seksial, hormone seks membantu membedakan
karakteristik antara pria dan wanita
- Peran jender • Bagaimana seseorang berperilaku sesuai dengan jendernya, nilai-nilai yang
dianut individu dan lingkungan. Peren jender ditentukan: lingkungan orang tua, teman
sebaya, media, faktor kultural dan hormone seks
- Orientasi Seksual • Perasaan erotic seseorang yang ditujukan pada lawan jenis. Orientasi
seksual akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Pengalaman pembelajaran diri & proses
kognitif menentukan orientasi seksual. Heteroseksual, homoseksual guy, lesbian dan
biseksual

Variasi Ekspresi Seksual

- Transeksual Orang yang identitas seksual atau jendernya berlawanan dengan seks
biologisnya
- Transvestite Laki-laki heteroseksual yang secara periodic berpakaian Wanita untuk
pemuasan psikologis dan seksual yang sifatnya rahasia dan dilakukan dalam lingkup pribadi

Faktor yang mempengaruhi Seksualitas

- Budaya perilaku sesuai dengan norma dan budaya pada daerah masing -masing
- Nilai -nilai keagamaan batasan atau aturan boleh dan tidak boleh dikaitkan dengan
keyakinan agama yang dianut
- Status kesehatan penurunan Hasrat seksual dipengaruhi oleh kondisi kesehatan, perubahan
citra tubuh, atau efek samping sakit yang dialami
- Perkembangan usia perkembangan usia berpengaruh terhadap psikososial, emosional dan
biologis

Sexual Desire (Hasrat Sexual)

- ➢Libido mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas seksual dengan mengaktifkan


system dalam otak sebagai sensasi yang spesifik untuk menerima pengalaman seksualnya
- ➢Respon yang dipelajari melalui perasaan menyenangkan atau ketidakpuasan dalam
berhubungan seksual
- ➢Hasrat seksual dipengaruhi oleh status kesehatan, pengalaman masa lalu, dan faktor
lingkungan budaya
-
Sexual attitude

Nilai dan keyakinan tentang seksualitas. Terwujud dalam perilaku seksual individu seseorang, sikap
ini didasarkan pada pandangan keluarga dan budaya tentang seksualitas, pendidikan seks (baik
formal maupun informal), dan pengalaman seksual sebelumnya.

Sikap seksual → Sikap seksual adalah keyakinan dengan beban emosional yang berat yang
menyebabkan subjek merespon baik atau tidak baik terhadap rangsangan seksual

Perilaku Seksual

- Coital Activity • Siklus Respon sexual (Exitement, plateau, orgasme, resolution)


- Non-Coital Activity • memandang, berbicara mesra, berpegangan tangan, fantasi, ciuman,
stimulasi erotis, masturbasi, serta keinginan dan kesenangan dalam suatu hubungan dengan
pasangan

Excitement

 Wanita : Lubrikansi vagina, ekspasi 2/3 bagian dalam liang vagina Peningkatan sensitivitas
dan pembesaran klitoris serta labia, Ereksi putting dan peingkatan ukuran vagina
 Laki – laki : Ereksi penis, Penebalan dan elevasi skrotum, Elevasi dan pembesaran moderat
pada testis, Ereksi putting

Plateau (Penguatan respon fase excitement)

 Wanita : Retraksi klitoriss, Pembentukan platform orgasmus: 1/3 bagian luar, vagina dan
labia minora membesar, Elevasi serviks dan uterus, Peningkatan dalam tegang otot dan
pernafasan, Peningkatan frekuensi jantung dan TD,
 Laki – laki : Peningkatan ukuran glans penis, Elevasi dan peningkatan 50% ukuran testis,
Emisi mukooid kelenjar cowper, Peningkatan dalam ketegangan otot, Peningkatan frekuensi
jantung, TD, dan pernafasan

Orgasme

 Wanita : Kontraksi pralform orgasmus, uterus, rectal, dan spincter uretra, Peningkatan
frekuensi jantung, TD dan pernafasan
 Laki - laki : Penutupan spincter uranius internal, Sensasi ejakulasi yang tidak tertahan,
Kontraksi ductus deferense vesikel seminalis prostat, dan ductur, ejakulatoris, Relaksasi
spincter blader externa; Kontraksi otot uretra & spincter rectal, Peningkatan frekuensi TD,
jantung, pernafasan Ejakulasi

Resolution

 Wanita: Relaksasi dinding vagina, Pernafasan, frekuensi jantung, TD Kembali normal,


Berkeringat Sering kemampuan untuk Kembali orgasme karena Wanita tidak mengalami
periode refraktori
 Laki - laki : Kehilangan ereksi penis, Periode refraktori (kehilangan respon seksual), ketika
dilanjutkan stimulasi menjadi tidak nyaman, Reaksi berkeringat Pernafasan, frekuensi
jantung, TD Kembali normal
PERKEMBANGAN SEKSUAL

Bayi (0 – 12 bulan) ➢Penentuan jender laki-laki atau perempuan ➢Pembedaan diri sendiri dengan
orang lain secara bertahap ➢Genital eksternal sensitif terhadap sentuhan ➢Bayi laki-laki mengalami
ereksi penis; bayi perempuan mangalami lubrikasi vagina ➢Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal
spontan ➢Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, memeluk, membuai) --- senang & nyaman
berinteraksi dengan manusia

Todler (1 – 3 tahun) : Mampu mengidentifikasi gender diri sendiri, * Mulai menirukan tindakan
orang tua yang berjenis kelamin sama ,misal berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai,
*Identitas gender berkembang secara terus menerus

Pra Sekolah (4 – 5 tahun) *Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat *Mengeksplorasi anggota
tubuh sendiri dan teman bermain *Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar *Belajar
mengendalikan perasaan dan tingkah laku *Menyukai orang tua yang berbeda jenis
*Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa ada

Usia Sekolah (6 – 12 tahun) : *Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua yang berjenis
kelamin sama (misalnya anak perempuan dengan ibu),* Senang berteman dengan sesama jenis,
*Kesadaran diri meningkat *Mempelajari konsep dan peran jender *Mulai menyukai hal yang
bersifat pribadi, modis *Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku seksual,
menstruasi, reproduksi, seksualitas

Usia Remaja (12 – 18 tahun) : *Karakteristik seks mulai berkembang, *Mulai terjadi menarke,
*Mengembangkan hubungan yang menyenangkan, *Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya
masturbasi, *Mengidentifikasi orientasi seksual, *Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani
orang tua

Dewasa awal (18 – 40 tahun) : *Terjadi aktivitas seksual, *Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut
telah kuat, *Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan, pekerjaan rumah tangga, *Mengalami
ancaman terhadap body image akibat penuaan

Dewasa tengah (40 – 65 tahun) : *Penurunan produksi hormone, *Wanita mengalami menopause
(umumnya usia 40-55 tahun), *Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap, *Mulai
memperkokoh stándar moral dan etik

Dewasa Akhir (> 65 tahun) : *Aktivitas seksual lebih berkurang, *Sekresi vagina berkurang, payudara
mengalami atrofi, *Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan memerlukan waktu lebih lama
untuk dapat ereksi dan ejakulasi

Masalah yang b/d Seksualitas

• Gangguan hasrat seksual (sexual desire disorder), yang meliputi gangguan hasrat seksual
hipoaktif, gangguan ketidakinginan terhadap seks (sexual aversion disorder) gangguan
rangsangan seksual (sexual arousal disorder), dapat disebabkan kurangnya minat, respon,
dan kepuasan dari hubungan seksual
• Gangguan dyspareunia dan Vaginismus (suatu spasme involunter, tetapi kuat pada otot
introintus dan vagina yang membuat penetrasi penis nyeri atau tidak mungkin)
• Penganiayaan Sexual
• Aborsi
• Penyakit menular sexual
Seksualitas selama kehamilan

 ❖Penurunan Hasrat sexual pada perempuan selama kehamilan pada trimester pertama dan
ketiga, namun ada ibu hamil yang mengalami peningkatan Hasrat 37$
 ❖Suami menghindari coital activity selama kehamilan karena takut mengganggu kesehatan
istri dan janin
 ❖Sebagian besar pasien merasa malu saat berdiskusi terkait seksualitas
 ❖Perilaku seksual selama kehamilan tidak hanya diekspresikan dengan coital activity
 ❖Masih minim pelayanan kesehatan yang terkait suksualitas bagi ibu hamil

Sexualitas dalam Islam

Seks sebagai bagian dari fitrah manusia yang dipenuhi melalui PERNIKAHAN Islam memandang,
dimensi seks dalam konteks motivasi kenikmatan hidup dan keberlangsungan keturunan tidaklah
diabaikan, bahkan mendapat penegasan dalam Al-Quran surat Ali-Imron ayat 14:

Artinya: “dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga)”(QS AliImron : 14)

“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya (Sukun), dan dijadikanNya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum : 21)

Ada sejumlah tujuan yang hendak dicapai dari pernikahan ini:

 sebagai cara manusia menyalurkan hasrat libidonya untuk memperoleh


kenikmatan/kepuasan seksual. Mendapatkan ketenangan hati dan batin
 merupakan ikhtiar manusia untuk melestarikan kehidupan manusia di bumi.
 menjadi wahana manusia menemukan tempat ketenangan dan keindah-annya. Melalui
perkawinan, kegelisahan dan kesusahan hati manusia mendapatkan saluran-ny
Sustainable Development Goals

Sri Sumaryani

Sustainable Development Goals (SDGs)

 ▪ Rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia


 ▪ Mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah pembangunan berkelanjutan
 ▪ Bertujuan: 1. Mengakhiri kemiskinan, 2. mengurangi kesenjangan 3. melindungi lingkungan
 ▪ SDGs berisi 17 tujuan dan 169 target
 ▪ Diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030

Tujuan global untuk pembangunan berkelanjutan:

Menghapus kemiskinan, mengakhiri kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan, Pendidikan
bermutu, kesejahteraan gender,

Program yang diusung untuk mewujudkan SDGs dalam bidang Kesehatan (3 Pilar Paradigma sehat:

1. Health paradigm (Paradigma yang sehat) Pendekatan: konsep promotif dan preventif
2. Health services (Layanan kesehatan) Diarahkan pada peningkatan akses dan kualitas
pelayanan
3. National health insurance (Jaminan Kesehatan Nasional) Menjamin penduduk dan warga
negara asing yang tinggal di Indonesia dalam pelayanan kesehatannya

SDGs 3

3.1 Reduce Maternal Mortality ▪ hingga kurang dari 70 per 100.000 KH, penyebabnya gangguan
hipertensi perdarahan obstetric, komlikasi non obstetrik,

3.2 Mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah ▪ Menurunkan AKN
setidaknya hingga 12 per 100 KH ▪ Dan Angka Kematian Balita 25 per 1000

3.7 Menjamin akses universal terhadap layanan Kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk KB.
Informasi dan Pendidikan, dan integrasi Kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan program
nasional

To Reduce the MMR and NMR in Indonesia

Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) program (Ahmed, 2019) Focus:

 peningkatan kualitas layanan


 memperkuat system rujukan
 memperkuat akuntabilitas

Upaya lain yang dilakukan: ▪ Ketersediaan layanan kesehatan yang berkualitas ▪ Peningkatan
penggunaan layanan dan pemanfaatan JKN oleh masyarakat ▪ Peningkatan kualitas pelayanan
pemberdayaan masyarakat, ▪ Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas)

Upaya lain untuk menurunkan AKN dan AKB di Indonesia:


1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) : ▪ Persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan ▪ Tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru
lahir, kunjungan neonatal idealnya dilakukan 3 kali: 1. umur 6-48 jam, 2. umur 3-7 hari, 3.
dan umur 8-28 hari
2. Manajemen Terpadu Balita Muda: 1. Konseling perawatan bayi baru lahir 2. ASI Eksklusif 3.
Pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B (Jika belum diberikan)
3. Imunisasi Setiap bayi usia 0-11 bulan wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap: 1 dosis
Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB 4 dosis polio tetes (OPV) 1 dosis polio suntik
(IPV) 1 dosis campak rubella

Tujuan 5

Kualitas gender

• Komitmen 2 • Kebijakan 3 • Kelembagaan 4 • Sumber Daya Manusia • Sumber Dana/Anggaran 5 •


Data Terpilah 6 • Alat analisis Gender 7 • Peran Serta Masyarakat
Trend dan issu keperawatan maternitas pada masa kehamilan, persalinan, postpartum

Sri Riyana, S.Kep.Ns., M.Kep.

trend dan isu keperawatan maternitas → sesuatu yang dibicarakan banyak orang (sedang populer di
kalangan masyarakat) yang berfokus pada kehamilan, persalinan dan postpartum

TREND ISU maternitas tentang perawatan

- Alat Kontrasepsi Implan Terbaru


- Water Birth
- Robot akan digunakan untuk mengobati orang sakit
- USG (Ultrasonografi) 3D dan 4D
- Pil KB Terbaru
- Kelas ibu hamil

TREND ISU maternitas berbasis komunitas

• Kehamilan resiko tinggi meningkat (usia → primi tua, jarak kehamilan, KEK, Anemia dll) •
Penggunaan alkohol selama kehamilan dikaitkan dengan keguguran retardasi mental BBLR dan
sindrom alkohol janin. • Penyakit menular seksual selama hamil insiden AIDS yang semakin
meningkat mengakibatkan bayi terjangkit HIV • Primi muda → Remaja yang hamil dan melakukan
persalinan dan merawat bayi • Ketidaktahuan ibu hamil tentang diet yang tepat • Kebingungan ibu
nifas jika ASI tidak keluar

TREND ISU maternitas berbasis pemerintah

 Angka kematian bayi masih tinggi , tinggi tahun 2021• Angka Kematian Ibu (AKI) masih
tinggi penyebabnya perdarahan, hipertensi, infeksi partus lama abortus paling tinggi lain
lain tahun 2021 covid perdarahan lain lain • Angka kelahiran masih tinggi • Rendahnya
cakupan ASI esklusif, IMD, KMC
 Angka kematian ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan angka kematian ibu karena kehamilan,
persalinan dan masa nifas pada tiap 100.000 kelahiran hidup

MGDs 2000-2015

target dalam tujuan pembangunan millenium MDGs (Millenium Development Goals) 2015 yakni
menurunkan angka kematian maternal sebesar ¾ dari angka kematian maternal pada tahun 1999, •
Target penurunan AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup.

MGDs 2015- 2030

Mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs/) 2015–2030 secara resmi
menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015. • Target penurunan AKI di
Indonesia pada tahun 2030 adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup

Kebudayaan • Perilaku yang di pelajari sebagai anggota masyarakat. • Cara hidup manusia yang di
rancang sebagai pedoman hidup. • Warisan sosial yang di pelajari dan di miliki oleh kelompok
manusia
• Kebudayaan dapat di bagi menjadi 3 bagian utama yaitu: • Adat istiadat → kelompok kebiasaan •
Sistem kepercayaan → seperangkat ide atau gagasan yang menetapkan standar prilaku yang baik
dan buruk, serta memberikan makna dan maksud hidup • Benda hasil karya manusia → objek yang
di hasilkan dan di pakai masyarakat, termasuk alat-alat yang di pakai untuk memproduksi benda-
benda lain (kembangkan sendiri atau meniru)

RAGAM BUDAYA INDONESIA, Pantangan Ibu Hamil dan Nifas

• Daerah jawa → ibu nifas tidak boleh makan yang amis- amis (misalnya: Ikan, telur, daging).
• Daerah sunda → ibu hamil 8-9 bulan harus mengurangi makannya agar bayi kecil dan mudah
dilahirkan. pantang makan dengan piring besar karena bayinya akan besar.
• Di daerah Langkat, Sumatera Utara → ibu nifas bedrest total selama seminggu karena
dianggap masih lemah dan belum mampu beraktivitas
• Kebiasaan Masyarakat Timur Tengah Selatan (TTS) → perempuan melahirkan di dalam rumah
bulat yang penuh debu dari tungku dan asap akan menyebabkan bayi dan ibunya mudah
terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).
• ASI pertama/kolostrum tersebut merupakan ASI yang kotor atau mengandung banyak
kuman, sehingga ASI tersebut dibuang
• Menganjurkan ibu menyusui untuk makan jagung goreng (di Jawa disebut “marning”) untuk
melancarkan air susu.
• Tidak boleh keluar rumah sembarangan, terutama sore hari
• Hanya memakan sayuran (dianggap baik), sedangkan ikan, daging,dan buah-buahan dianggap
tidak baik untuk bayi
• Tidak boleh melilitkan anduk/ kain di leher ibu hamil, agar bayitidak terlilit tali pusat
• Tidak boleh minum air terlalu banyak karena bila melahirkannantinya akan terlalu banyak air
atau anak kembar
• Dianjurkan minum air kelapa muda agar kulit bayi putih bersih
• Pantang makan gula merah/ tebu serta nanas karena dapat membuat perut ibu hamil sakit
• Dianjurkan untuk minum minyak kelapa seiring dengan semakin besarnya usia kehamilan,
terutama usia 9 bulan
• Dilarang menucapkan beberapa kata-kata pantangan

ASUHAN KEPERAWATAN • Memperhatikan tren dan isu terkini serta budaya pasien • Pengkajian
menyeluruh termasukagama, nilai dan keyakinan • Perencanaan family center care melibatkan
keluarga besar • Implementasi dan evaluasi bersifat terbuka dan proaktif serta humanis dan fleksibel

Manfaat Pengkajian budaya 1. meningkatkan efektifitas pelayanan Kesehatan → mengatasi dengan


tepat sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi dan ataupun standar yang telah ditetapkan. 2.
meningkatkan efisiensi pelayanan Kesehatan → mencegah pelayanan kesehatan yang di bawah
standar dan ataupun berlebihan 3. meningkatkan penerimaan masyarakat → kesesuaian pelayanan
kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan. 4. Melindungi penyelenggara
pelayanan kesehatan → timbulnya gugatan hukuman. • Asuhan keperawatan → pelayanan
profesional kepada wanita usia subur, bayi beserta keluarganya → dapat beradaptasi secara holistic
→ peran perawat perlu ditingkatkan dalam menerapkan proses keperawatan dengan menggali latar
belakang budaya klien dan keluarga → agar sikap, nilai dan perilaku sehat yang dimilikinya tetap
dipertahankan.
save motherhood • Upaya save motherhood merupakan upaya menyelamatkan wanita agar
kehamilan dan persalinan sehat dan aman serta melahirkan bayi yang sehat (kosmiran, 2012) •
mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
berkemban

ISSUE KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN DALAM KONTEKS SOSIAL BUDAYA

Dwi sri handayani

Lingkung Garapan Kesehatan Reproduksi Perempuan (WHO)

Prioritas dari pelayanan kesehatan reproduksi ❑ kesehatan ibu dan anak (KIA), ❑ Keluarga
Berencana (KB), ❑ kesehatan reproduksi Remaja(KRR) dan ❑ penanggulangan Pengakit Menular
Seksual (PKMS)

Perkembangan Kesehatan Reproduksi

Berkaitan dengan Perkembangan Kespro : Sosial ekonomi, teknologi, social budaya, lingkungan dsb

 Rendah; AKI (angka kematian ibu)


 Sedang : Sexual pra-nikah Early-age marriage Adolescent Pregnancy Abortion Contraception
Kespro masa covid-19 Sexual abuse
 Tinggi; Kespro pada penyandang disabilitas Early-age marriage Sexually transmitted
infections (STIs Berkaitan dengan Perkembangan Kespro : Sosial ekonomi, teknologi, social
budaya, lingkungan dsb

Issue-Issue Kesehatan Reproduksi Perempuan konteks social budaya

A. Kekerasan pada Perempuan


B. Family planning
C. Kesehatan & hak kesehatan reproduksi
D. Abortion
E. Kesehatan reproduksi pada penyandang disabilitas

Hak-hak Kesehatan Reproduksi Perempuan (united nations, 2022) ❑ Kesehatan seksual dan
reproduksi perempuan terkait dengan berbagai hak asasi manusia, termasuk hak untuk hidup, hak
untuk bebas dari penyiksaan, hak atas kesehatan, hak privasi, hak atas pendidikan, dan larangan
diskriminasi. ❑ Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (CESCR) dan Komite Penghapusan
Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW): bahwa hak kesehatan perempuan mencakup kesehatan
seksual dan reproduksi mereka. Artinya, negara memiliki kewajiban untuk menghormati, melindungi
dan memenuhi hak-hak yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan. ❑
Hak atas Kesehatan berpendapat bahwa perempuan berhak atas pelayanan kesehatan reproduksi,
serta barang dan fasilitas yang tersedia dalam jumlah yang memadai; dapat diakses secara fisik dan
ekonomis; dapat diakses tanpa diskriminasi; dan berkualitas baik
Contoh pelanggaran Terlepas dari kewajiban Perempuan ❑ pelanggaran kesehatan dan hak seksual
dan reproduksi perempuan sering terjadi. ✓ penolakan akses ke layanan yang hanya dibutuhkan
perempuan ✓ layanan berkualitas buruk ✓ sterilisasi paksa ✓ aborsi paksa, tanpa persetujuan
sebelumnya dari perempuan ✓ mutilasi alat kelamin perempuan (FGM) ✓ pernikahan dini

Pemenuhan Hak Kespro Hak dilihat dari Perspektif gender: •hak memilih kapan & berapa anak
yang ingin dipunyai •Hak mendapat cara pengendalian kelahiran yang sehat & aman •Hak mendapat
pengetahuan yang utuh &lengkap ttng kespro •Hakmenguasai seksualitas mereka tanpa diperalat
•Hak mendapat proteksi dari praktik-praktik kekerasan •Hak untuk mendapat proteksi dari STD &
HIV/AIDS Hak Kesehatan reproduksi: 1. Mendapat pelayanan & perlindungan kesehatan 2. Hak atas
informasi ,keterjangkauan , 3. Pilihan 4. Keamanan dan kenyamanan 5. Kesinambungan pelayanan
kesehatan

Contoh issue kespro terkait budaya

“Sunatan perempuan:cerminan sosial seksualitas : Yogyakarta & madura (Putranti,2005 ):

Kespro pada Etnis Minangkabau (Nelwatri,2014) •Kedudukan perempuan di Minangkabau


“tinggi””ideologi Matrilinial”
Manajemen Kasus Sistem Reproduksi Wanita

Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep., Ns., MN

Manajemen kasus

Suatu proses kolaboratif mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi
dan advokasi untuk opsi pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan keluarganya yang
komprehensif

Dilakukan melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberi hasil (outcome)
yang bermutu dengan biaya efektif.

Dasar-dasarnya: Kontinuitas (komprehensif dalam eriode waktu yang ditetapkan), Akuntabilitas


(petugas bertanggung jawab pada pelayanan yang diberikan), Aksesibilitas (kemudahan akses bagi
klien), Efisiensi (tepat & ekonomis)

Jenis Penyakit Reproduksi

Ginekologi

1. Bartolinitis

Patofisiologis karena ductus tersumbat, retensi sekresi, pelebaran ductus, kista bartholini,
infeksi bakteri, abses Bartholin

Penatalaksanaan

Medikamentosa = seringkali asimtomis, sehingga pemberian antibiotic tdk diperlukan…. Bila


ada infeksi sekunder diberikan antibiotic spektrum luas

2. Vaginitis
Vaginitis Manajemen penatalaksanaan dengan penggunaan antibiotic menyesuaikan agen
penyebab atau melalui hasil pemeriksaan
- Trachomonas vaginitis Metronidazole atau Tinidazole 2 gm secara oral atau
Metronodazole 500 mg. Kontraindikasi pada trimester 1 (kehamilan)
- Candida Albicans Miconazole atau Clotrimazole 100 mg setiap hari atau Nystatin
100,000 unit melalui vagina
- Gardnerella vaginalis Metronidazole 500 mg, dan pasangan penderita juga perlu
diberi perawatan/pengobatan
- Sifilis & Gonorrhoea Sifilis primary dan sekunder  Benzanthine penicillin G 2.4
million unit (IM) Gonorrhea Ceftriaxone 250 mg IM, Azithromycin 1 g atau
Doxycycline 100 mg untuk 7 hari

Penatalaksanaan Vaginitis
a. Virus
- Condylomata pembedahan kecil (Cryosurgery atau Diathermy)
- Cryosurgery adalah suatu teknik yang menggunakan suhu dingin untuk
memusnahkan jaringan yang abnormal
- Diathermy (electrical induced heat) berfungsi dengan mengaplikasikan
penggunaan gelombang elektromagnetik pada bagian jaringan abnormal secara
terus menerus memusnahkan neoplasma atau jaringan abnormal
b. Terapi estrogen
Jika vaginitis disebabkan oleh kekurangan estrogen dalam tubuh selama masa
menopause atau faktor penyebab lain, krim estrogen adalah alternatif yang boleh
digunakan. Estrogen juga didapati dalam bentuk tablet
c. Mengurangi rasa tidak nyaman selama perawatan vaginitis
- Letakkan handuk dingin pada bagian vagina untuk membantu meringankan rasa
ketidaknyamanan. Cara ini mengurangi rasa sakit dari inflamasi atau pruritis Krim
kortison boleh digunakan untuk membantu mengurangi inflamasi.
- Krim ini tidak akan menyembuhkan penyakit, tetapi akan membantu meringankan
tanda gejala yang ditimbulkan

3. Servisitis
- Pemeriksaan dengan speculum == Melihat dengan mata keadaan serviks. Jika ada
perubahan dari segi warna dan tekstur bentuk permukaan, ada kemungjinan serviks
mengalami infeksi
- Uji Culture & sensitivity == Penilaian mikroskopik terhadap discharge vagina yang
dihasilkan, menentukan jenis organisme penyebab untuk menentukan
penatalaksanaan
- Pap smear == Sedikit sel pada serviks diambil untuk tujuan pemeriksaan
- FBC-leukositosis == Pemeriksaan peningkatan sel darah putih. Jika ada peningkatan,
kemungkinan ada infeksi
- Biopsy == Dilakukan di bagian yang menunjukkan iritasi apabila tidak ada tanda
gejala infeksi yang ditunjukkan.

Penatalaksanaan

- Antibiotik digunakan, terutama Ceftriaxone 250 mg (IM) single dose dan diikuti
dengan Doxycycline 100mg
- Jika tidak spesifik, servisitis boleh dirawat dengan rendaman dalam AgNO3 10% dan
diirigasi
- Servisitis yang tidak kunjung sembuh akan dilakukan operasi dengan melakukan
konisasi 4. Erosi jaringan dapat sembuh dengan obat seperti AgNO3 10% atau
Albothyl Cylindrical epithelium yang menyebabkan nekrosis  nekrosis digantikan
dengan squamous epithelium yang banyak
- Servisitis yang kronik lebih baik dilakukan penatalaksanaan dengan cryotherapy

4. Endometritis
Pemeriksaan penunjang
- Biopsi
Endometritis akut  adanya infiltrasi neutrophil pada kelenjar endometrium
Endometritis kronis  ditandai dengan adanya sel limfosit dan sel plasma di dalam
stroma endometrium
- Pemeriksaan radiologi (CT scan abdomen & pelvis) Dilakukan pada pasien yang tidak
menunjukkan respon terhadap terapi antibiotic selama 48-72 jam.
- Pada USG abdomen  endometritis akut ditemukan penebalan, heterogeny
endometrium, pengumpulan cairan dan udara pada uterus. Temuan lain dapat
berupa retensi jaringan plasenta dan gambaran hematoma intrauterine. Pada
endometritis kronis gambaran endometrium yang tipis yang menunjukkan focus
kalsifikasi atau fibrosis, serta lapisan endometrium yang ireguler.
- Histerosalpingografi (HSG) mendeteksi adhesi atau perlekatan intrauterine,
ireguleritas kavum endometrium akibat fibrosis, jaringan parut dan kalsifikasi
- Pemeriksaan darah lengkap leukositosis, ada tidaknya anemia
- Pewarnaan gram Nilai prediksi negative dari pewarnaan Gram untuk endometritis
mencapai 95% jika tidak ditemukan sel nanah pada hasil pewarnaan Gram

PENATALAKSANAAN

1. Segera transfusi jika ada perdarahan


2. Memberikan antibiotika kombinasi sampai ibu bebas demam, .selama 48 jam
- . Ampisilin 2 gram IV setiap 6 jam Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
- . Ditambah metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
- . Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, dikaji ulang, diagnosis
- catatan: antibiotika oral tidak diperlukan setelah terapi suntikan
3. Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta sisa
kotiledon. Gunakan forceps ovum atau kuret besar bila perlu.

5. Salpingitis
(Penatalaksanaan)

1. Berobat jalan bila keadaan umum baik, dengan terapi :


a. Berikan antibiotic
- Cefotaksim 2 gr IM
- Amoksisillin 3 gr per oral
- Ampisillin 3.5 gr per oral
- Prokain ampisillin G dalam aqua 4.8 juta unit IM pada 2 tempat masing-masing
disertai dengan pemberian prebenesid gr diikuti dengan
- Doksisiklin 100 mg per os 2 kali sehari selama 10 sampai 14 hari Tetrasiklin 500 mg
per os 4 kali sehari (Daksisiklin dan tetrasiklin tidak digunakan untuk ibu hamil).

b. Tirah baring Selain terapi antimikroba, di anjurkan tirah baring dan obat- obat
analgesic.
c. Konseling: PID dapat menyebabkan infertilitas karena tuba yang rusak, pasien harus
mengatasi hal tersebut
d. Pendidikan kesehatan yang diberikan: - Pengetahuan tentang penyebab dan
penyebaran infeksi serta efeknya - Kegiatan seksual dikurangi atau menggunakan
pengaman - Cara mengetasi infeksi yang berulang
e. Pengobatan dilanjutkan sampai pasien pulang dan sembuh total
Keganasan

1. Kanker serviks

Pencegahan kanker servixs

PRIMARY

- Anak perempuan 9-14 tahun = vaksinasi HPV


- Peringatan menggunakan tembakau
- Pendidikan seks
- Promosi kondom
- Sunat laki laki

Sekunder

- Untuk usia reproduksi


- Skinning dengan tes kinerja tinggi
- Diikuti pengobatan segera mungkin, dari lesi prakanker

Tersier

- Pembedahan
- Radioterapi
- Kemoterapi
- Perawatab paliatif

Pemeriksaan

1. Tes HPV (Human Papilloma Virus) untuk mengetahui apabila di tubuh terdapat jenis HPV yang
berisiko tinggi berkembang menjadi kanker serviks. Saat melakukan tes HPV, dokter akan
mengambil sampel sel dari serviks lalu dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut.
2. Pap smear

 Dokter akan mengambil sampel jaringan dari serviks menggunakan sikat khusus lalu
mengirimkannya ke laboratorium untuk diperiksa.

 Hasil pap smear akan menunjukkan ada atau tidaknya sel abnormal di leher rahim, termasuk
sel kanker dan sel yang berisiko berkembang menjadi kanker serviks

3. Pemeriksaan IVA
 merupakan kepanjangan dari Inspeksi Visual menggunakan Asam Asetat. Pemeriksaan ini
dapat mendeteksi sel prakanker yang ada di leher rahim. Dokter akan mengoleskan asam asetat
ke area serviks lalu melihat apabila ada perubahan di area tersebut. Jika sel-sel di serviks
normal, tidak akan terjadi perubahan setelah dioleskan asam asetat. Sementara, apabila
ditemukan ada sel kanker atau prakanker, jaringan akan berubah menjadi putih.
 Pemeriksaan IVA adalah salah satu jenis pemeriksaan kanker serviks yang paling sederhana
dan murah untuk dlakukan
4. Biopsi
Ada beberapa jenis biopsi serviks yang bisa dilakukan, yaitu:
 Biopsi punch Untuk melakukan biopsi punch dokter akan menggunakan alat yang cara
kerjanya mirip seperti pembolong kertas untuk mengambil sampel jaringan dari leher rahim
untuk kemudian dikirim ke laboratorium.
 Biopsi cone Pada biopsi cone, dokter akan melakukan pengambilan sampel jaringan
menggunakan laser atau pisau bedah. Sampel jaringan yang diambil berbentuk, seperti cone
atau segitiga.
 Endocervical Curretage (ECC) Biopsi dengan teknik ECC dilakukan menggunakan alat kuret
untuk mengeruk sedikit permukaan di saluran endoservikal. Area ini tidak bisa dilihat dari luar
serviks

Pemeriksaan stadium kanker serviks


1. Pemeriksaan panggul  mendeteksi tahapan stadium kanker serviks ini dilakukan
dengan cara memberikan anestesi terlebih dahulu kepada pasien. Saat Anda sudah
berada di bawah pengaruh anestesi lokal, perut, vagina, dubur, hingga kandung kemih
akan diperiksa atas keberadaan sel kanker.
2. Tes darah  Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah sel kanker sudah mencapai
pada organ hati, ginjal, dan sumsum tulang belakang.
3. CT scan dan MRI scan  lebih mudah mengidentifikasi apakah sel kanker sudah
menyebar luas di dalam tubuh pasien. 4. X-ray tujuan dilakukan X-ray untuk memeriksa
apakah sel kanker serviks sudah menyebar

Penatalaksanaan Kanker serviks

Pembedahan

Histerektomi

Digunakan untuk mengobati kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati kanker stadium
prakanker (stadium 0). Operasi ini, akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, Vagina
bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada
di daerah panggul. Operasi ini paling sering dilakukan melaluI pemotongan bagian depan perut,
bukan dilakukan melalui vagina

Trachlektomi

Prosedur ini memungkinkan wanita muda dengan kanker stadium awal dapat di obati dan masih
dapat mempunyai anak. Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas vagina, Operasi
ini bisa dilakukan melalui vagina atau perut

Radioterapi

Radiasi eksternaldiberikan bersama dengan kemoterapi dosis rendah. Radiasi internal  zat
radioaktif dimasukkan kedalam 14 silinder didalam vagina. Kadang-kadang, bahan-bahan radioaktif
ini ditempatkan kedalam jarum tipis yang dimasukkan langsung kadalam tumor

Kemoterapi

Penggunaan obat-obatan sintostatika dalam terapi kanker  Cure & Care Kemoterapi adalah suatu
bentuk terapi kanker yang mengalami kemajuan cepat dan aplikasi baru, bahan- bahan kemoterapi
adalah obat sitotostik yang bekerja dalam berbagai cara pada sel-sel spesifik selama berbagai fase
kehidupan sel. Sebagai obat yang digunakan hanya untuk menghancurkan jenis sel kanker tertentu.
Pada penderita kanker yang berada sudah dalam stadium lanjut dan sudah tidak dapat disebuhkan
lagi, kemoterapi  mengurangi penderitaan yang dialami pasien tersebut serta untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien  Paliatif care

Cara Pemberian Kemoterapi

a. Pemberian per oral Beberapa jenis obat kemoterapi adalah Chlorambucil dan etoposide
(VP-16)
b. Pemberian secara intravena cara yang paling umum. Pemberian obat kemoterapi ini dapat
diberikan melalui infus (drip) atau dapat secara perlahanlahan memalui bolus
c. Pemberian secara intra muskulus (injeksi)  mudah dilakukan. Contoh dari obat kemoterapi
melalui suntikan IM adalah bleomicin dan methotrexate
d. Pemberian secara intra arteri jarang dilakukan karena sarana yang dibutuhkan sangat
banyak seperti alat radiologi diagnostik, alat filter dan memerlukan ketrampilan khusus
e. Pemberian secara intraperitoneal memerlukan alat khusus yaitu kateter intraperitoneal
serta kelengkapan kamar operasi

5 cara penggunaan pengobatan kemoterapi

- Terapi adjuvant  membunuh sel kanker yang telah bermetastase. Diberikan setelah
melakukan operasi, dapat diberikan mandiri atau bersamaan dengan pengobatan radiasi
- Terapi Neo-adjuvant mengecilkan massa kanker/tumor, dikombinasikan dengan radioterapi
- Kemoterapi induksi  terapi pertama kali dari beberapa rangkaian kemoterapi yang akan
dilakukan berikutnya
- Kemoterapi primer mengontrol gejala saja untuk sel kanker yang sudah kemungkinan kecil
untuk diobati
- Kemoterapi kombinasi  menggunakan 2 jenis atau lebih dari obat-obatan kemoterapi

Tahapan pemberian kemoterapi

1. Seri 1 : Tgl kemo ke-1, diulang 1 minggu / 3 minggu yang akan datang,
2. Seri 2 : Tgl kemo ke-2, diulang 1 minggu / 3 minggu yang akan datang,
3. Seri 3 : Tgl kemo ke-3, diulang 1 minggu / 3 minggu yang akan datang,
4. Seri 4 : Tgl kemo ke-4, diulang 1 minggu / 3 minggu yang akan datang,
5. Seri 5 : Tgl kemo ke-5, diulang 1 minggu / 3 minggu yang akan datang,
6. Seri 6 : Selesai.

Frekuensi pemberian Obat kemoterapi tergantung pada berbagai faktor yaitu jenis kanker, stadium,
jenis obat dan dosis obat kemoterapi yang diberikan Pada kanker serviks, pemberian obat
kemoterapi umumnya diberikan setiap satu minggu sekali untuk dosis rendah atau diberikan setiap
tiga minggu sekali untuk dosis tinggi

Jenis farmakologi cystostatica dibagi menjadi 4 jenis

1. Antagonis asam folat / antimetabolit (methotrexal) dan antibotik (bleomycin, actinomycin,


doxorubicin) Obat golongan ini menghambat metabolism asam nukleat dengan cara
mempengaruhi dan menghmbat sintesis DNA,RNA dan protein

2. Senyawa pengalkilasi ( cyclophospamide ) Obat golongan ini bersifat non spesifik pada fase
siklus sel dengan mempengaruhi duplikasi asam nukleat sehingga mencegah mitosis
3. Senyawa platinum (cisplatin, carboplatin, oxaplatin)Obat golongan ini merupakan senyawa
alkilator yang memiliki gugus alkilator yang aktif yang berikatan silang dengan rantai ganda DNA
untuk membentuk ikatan kovalen yang dapat merusak sel kanker dan mematikan sel kanker

4. Anti kanker produk tanaman (vincristin, vinblastin, etopuside, paclitaxel) Obat ini memiliki efek
sitotoksik dalam mengikat protein mikrotubuler selama metastase sehingga kehilangan kemapuan
dalam memperbanyak diri

Kanker Ovarium

Pemeriksaan untuk mendiagnosis kanker Ovarium

a) Pemeriksaan vagina: rahim, rektum, dan rongga panggul melalui vagina untuk mendeteksi
adanya massa atau hiperplasia (proliferasi sel tidak normal) di dalam ovarium.
b) Ultrasound: untuk mendeteksi lokasi di mana tumor berada –
c) Tes darah: wanita penderita kanker ovarium/lesi ovarium jinak mungkin memiliki kadar
CA125 yang lebih tinggi.
d) Pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT scan) dan pencitraan resonansi magnetik
(pemindaian MRI) bisa membantu mendeteksi lokasi tumor
e) Laparoskopi (prosedur untuk memeriksa bagian dalam perut secara visual) dan diagnosis:
sayatan kecil dilakukan di dekat pusar setelah pasien menerima anestesi umum/bius total,
sampel tumor diambil untuk keperluan diagnosis patologis.
f) Laparotomi eksplorasi (sayatan di abdomen): operasi untuk memeriksa, mendiagnosis, dan
merawat pasien bila diperlukan.
g) Biopsi: untuk mengklasifikasikan jenis sel

Penatalaksanaan Kanker Ovarium

Bedah Mengangkat area termasuk ovarium di kedua sisi perut, tuba falopi, rahim, omentum besar
(membran besar yang menggantung dari perut), kelenjar getah bening di dekatnya, dan jaringan
yang mengalami tanda-tanda penyebaran.

Untuk penderita kanker stadium dini (tumor yang terbatas pada satu ovarium), dokter mungkin
mempertimbangkan untuk hanya mengangkat ovarium dan tuba falopi yang terdampak, dan
mempertahankan ovarium yang lain setelah operasi penilaian stadium, sehingga sekresi hormon bisa
dipertahankan dan pasien masih bisa mengalami kehamilan bila diinginkan.

Kemoterapi

- Dilakukan setelah prosedur pembedahan. Obat anti kanker biasanya disuntikkan ke dalam
tubuh melalui pembuluh darah. Pengobatan secara menyeluruh mencakup 6 kali suntikan,
diberikan setiap 3 atau 4 minggu sekali.
- Obat anti kanker biasanya disuntikkan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah.
Pengobatan secara menyeluruh mencakup 6 kali suntikan, diberikan setiap 3 atau 4 minggu
sekali

Berdasarkan rekomendasi dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), kemoterapi


primer yang disarankan adalah: • Stadium IA, IB atau IC dari kanker ovarium epitel : 3-6 siklus
taxan/carboplatin kemoterapi ajuvan intravena • Stadium II-IV: Kemoterapi intraperitoneal atau
6-8 siklus taxan/carboplatin intravena
Pengawasan setelah terapi Rekomendasi pengawasan setelah terapi dari the Society of
Gynecologic Oncologist pada tahun 2011 di antaranya: • Pemeriksaan fisik termasuk
pemeriksaan pelvis dan kelenjar getah bening setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama, setiap 4-6
bulan pada tahun ketiga, dan setiap 6 bulan pada tahun keempat dan seterusnya • Pemeriksaan
CA 125 bersifat opsional • Lakukan CT scan hanya bila dicurigai ada kekambuha

Kanker Endometrium

- Pemeriksaan USG Transvaginal menunjukkan ketebalan endometrium


- Biopsi endometrium  tabung halus dimasukkan ke dalam rongga endometrium ( tanpa
anestesi ) untuk menyedot beberapa sampel jaringan endometrium untuk pemeriksaan
hispatologi
- Histeroskopi  teleskop halus dimasukkan melalui serviks dan rongga uterus untuk
memvisualisasikan rongga endometrium. Dilatasi dan Kuretas

Penatalaksanaan Kanker Endometrium

- Pembedahan

Pembedahan akan melibatkan pengangkatan rahim / uterus ( histerektomi ) dan ovarium serta
tuba falopi ( salpingo-oofrektomi ). Pembedahan ini dapat dilakukan dengan cara laparoskopi.

- Radiasi

Pada wanita yang secara medis tidak layak untuk menjalani operasi / pembedahan, mungkin
radiasi dapat direkomendasikan.

- Terapi hormone

Dilakukan erutama pada wanita yang telah berada pada kanker stadium lanjut. Obat dapat
berupa progesteron sintetis untuk meningkatkan jumlah progesteron yang terdapat di dalam
tubuh, atau obat untuk mengurangi jumlah estrogen di dalam tubuh.

- Kemoterapi
• Cisplatin 50-100 mg/m2 diberikan secara intravena dalam 30 menit, setiap 3 minggu •
Carboplatin AUC 5-7 diberikan secara intravena dalam 30 menit, setiap 3 minggu

KOMPLIKASI POST PARTUM: PERDARAHAN & INFEKSI


Riski Oktafia, Ns., M.Kep., Sp.Kep.mat

Perdarahan Obstetri ✓ Perdarahan obstetri massive merupakan penyebab 25% kematian ✓ 80%
perdarahan obstetri terjadi postpartum
Komplikasi pascapersalinan:

Perdarahan ❑ Semua persalinan pasti terjadi perdarahan setelah plasenta lahir disebabkan
a.centralis yang terlepas dari plasenta ❑ Adanya kontraksi uterus miometrium akan menghentikan
dari a.centralis ❑ Makin cepat dan kuat kontraksi uterus, makin sedikit perdaraha
Pengkajian PPH

- Kaji jumlah perdarahan


- Kaji tanda vital
- Kaji tandatanda syok
- Kaji kondisi rahim

Atonia uteri

• Atonia uteri →kontraksi uterus menurun penyebab utama perdarahan postpartum primer.
• Kontraksi uterus mengerutkan pembuluh darah pada plasenta dan sehingga membantu dalam
mengurangi jumlah perdarahan yang keluar.

• Pengkajian:

o Fundus uteri lembek.


o Pembalut penuh darah dalam waktu 15 menit.
o Perdarahan lambat dan stabil tiba–tiba besar, ada gumpalan darah.
o Conjungtiva pucat dan kulit dingin.
o Kecemasan dan kebingungan.
o Takikardi dan hipotensi.

Intervensi atonia uteri

• Manajemen medis:

o Pengobatan obat–obat merangsang kontaksi uterus.


o Infus untuk mengurangi risiko syok hipovalemi.
o Pengganti darah /transfusi darah untuk mengurangi risiko syok hemoragik.
o Operasi histerktomi dapat diindasikan, ketika semua pengobatan gagal.

• Tindakan keperawatan:

o Melihat dokumen riwayat prenatal dan intranatal resiko atonia uteri.


o Kaji rahim, pastikan kandung kemih kosong, bila sulit pasang kateter.
o Kaji jumlah dan karakteristik lochia, bila ada gumpalan darah mengganggu kontraksi

Uterine massage/compression

Laserasi
• Laserasi merupakan penyebab kedua terbanyak PPH primer, dapat terjadi saat persalinan .
• Bagian yang sering mengalami laserasi adalah leher rahim, vagina, labia dan perineum.
• Laserasi dapat disebabkan persalinan dengan tindakan yang menggunakan forcep atau
vakum ekstrasi.
• Pengkajian: 1) Rahim berada diatas garis tengah. 2) Perdarahan dengan gumpalan. 3)
Takikardia. 4) Hipotensi.

Intervensi Laserasi

• Manajemen medis

o Pemeriksaan serviks, vagina, perineum dan labia.


o Menjahit laserasi.
o Pengobatan untuk mengurangi nyeri.

• Tindakan keperawatan

o Lihat cacatan menyebab laserasi.


o Observasi tanda–tanda vital.
o Observasi jumlah perdarahan.
o Laporkan kepada dokter apabila perdarahan meningkat.
o Menyiapkan obat–obat untuk mengatasi nyeri sesuai aturan. Memberikan dukungan
emosional kepada ibu dan keluarganya

Hematoma

• Hematoma terjadi ketika darah berkumpul di dalam jaringan ikat pada vagina atau daerah
perineum, karena ada pembuluh darah yang pecah dan terus mengeluarkan darah.

• Faktor penyebab hematoma adalah persalinan dengan episiotomi, forcep dan persalinan lama.

Pengkajian Hematoma

• Pengkajian :

1) Nyeri hebat didaerah vagina dan perineum.


2) Takikardia dan hipotensi.
3) Hematoma terletak di dalam vagina tidak terlihat dari luar.
4) Hematoma didaerah perineum tampak pembengkakan, perubahan warna dan
lembut.
5) Hematoma dengan akumulasi darah 200 hingga 500 ml cukup besar.

Penatalaksanaan Hematoma

• Manajemen medis: 1) Hematoma kecil diobservasi dan tanpa dilakukan pembedahan. 2)


Hematoma besar dilakukan pembedahan dan darah dikeluarkan. 3) Pengobatan untuk mengurangi
rasa sakit.

• Tindakan keperawatan: 1) Observasi resiko hematoma. 2) Kompres es pada perineum dalam 24


jam pertama untuk mengurangi resiko hematoma. 3) Menilai derajat nyeri dengan skala nyeri (1–
10). 4) Observasi tanda–tanda vital. 5) Mempersiapkan obat–obat analgesia untuk mengurangi rasa
nyeri. 6) Laporkan kepada dokter bila ada kejanggalan
Sisa jaringan plasenta

• Sisa jaringan plasenta adalah penyebab paling umum terjadinya perdarahan sekunder →
terjadi ketika sebagian kecil sisa plasenta seperti kotiledon yang tetap melekat padab rahim
selama persalinan kala III.
• Sisa plasenta bila tidak dikeluarkan akan menganggu involusi uterus dan dapat menyebabkan
endometritis.
• Pengkajian 1) Perdarahan hebat tiba–tiba terjadi setelah minggu pertama postpartum 2)
Subinvolusi uterus, kulit pucat, takikardi dan hipotensi. 3) Peningkatan suhu tubuh dan nyeri
rahim jika sudah terjadi endometritis

Penatalaksanaan

• Manajemen Medis: 1) Kuretase untuk mengeluarkan sisa plasenta. 2) Pemberian obat untuk
mencagah infeksi.
• Tindakan Keperawatan 1) Lihat catatan faktor resiko. 2) Observasi bila ibu kecenderungan
berisiko. 3) Lihat hasil laboratorium (yang mengindikasi dari kehilangan darah). 4) Pendidikan
kesehatan untuk mobilisasi agar sisa placenta dapat keluar. 5) Anjurkan ibu melaporkan bila
ada peningkatan lochia, perdarahan merah terang, suhu tinggi atau kontraksi rahim lembek.

Trombin/ Pembekuan Darah

• Trombosis adalah bekuan darah dalam pembuluh darah.


• Selama kehamilan dan 6 minggu pertama setelah melahirkan, ibu berisiko mengalami
pembekuan darah → adanya perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan → Selama
kehamilan, terjadi peningkatan faktor pembekuan I, II, VII, IX, X dan XII beserta peningkatan
fibrinogen.
• Komponen–komponen pembekuan darah tetap tinggi selama periode postpartum.
• Trombosis selama kehamilan dan atau setelah melahirkan, biasanya terjadi dalam vena di
kaki dan disebut sebagai trombosis veinous dalam

Pengkajian

• Pengkajian 1) Tanda Homans positif. 2) Kelembutan dan panas di daerah yang terkena. 3) Kaki sakit
bila berjalan. 4) Pembengkakan pada kaki yang terkena

Penatalaksanaan

Manajemen Medis 1) Doppler ultrasonografi untuk mendiagnosa. 2) Kompresi stoking untuk


mengurangi statis vena dan trombosis veinous dalam. 3) Terapi IV heparin mencegah pembekuan. 4)
Terapi antibiotik jika trombosis terkait dengan infeksi. 5) Istirahat dengan kaki yang terkena
ditinggikan.

Tindakan Keperawatan 1) Fokus terhadap penurunan risiko pembentukan trombosis dan risiko
emboli. 2) Lihat dokumentasi prenatal dan faktor resiko. 3) Monitor ibu–ibu yang mempunyai risiko
trombosis. 4) Anjurkan menggunakan stoking untuk kompresi. 5) Membantu ambulasi, ambulasi dini
meningkatkan sirkulasi dan mengurangi risiko vena statis. 6) Menyiapkan obat–obat analgesia untuk
rasa sakit dan antikoagulan. 7) Evaluasi tanda–tanda kemungkinan thrombosis

• Tindakan keperawatan setelah PPH


1) Kaji fundus dan lokia setiap jam selama empat jam pertama setelah
perdarahan.
2) Ajarkan bagaimana mengevaluasi fundus dan bagimana melakukan pijatan
pada fundus serta tanda–tanda PPH.
3) Anjurkan minum banyak atau melalui IV untuk mengurangi risiko
hipovolemia.
4) Anjurkan untuk tidak menahan BAK, agar kandung kemih kosong untuk
mengurangi risiko perdarahan.
5) Membantu ambulasi karena ada peningkatan hipotensi ortostatik yang
berhubungan dengan kehilangan darah.
6) Jelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi risiko kelelahan
berhubungan dengan kehilangan darah.
7) Memberikan kesempatan pada klien untuk bercerita pengalaman PPH,
untuk mengurangi stres.
8) Memberikan informasi makanan yang mengandung zat besi untuk
mengurangi risiko anemia.

Postpartum complications ✓ Hemorrhage ✓ Infections ✓ Depression

 Infeksi nifas (infeksi pada saluran reproduksi)


 Endometritis (radang pd dinding Rahim)
 Infeksi nonreproduksi: Infeksi luka Infeksi payudara → mastitis

Tanda mayor Infeksi PPP

 WBC normalnya 20-30.000/mm³ sehingga nilainya tidak besar untuk mendeteksi infeksi
pada masa nifas.
 Peningkatan suhu di atas 38°c selama dua periode 24 jam berturut-turut, tidak termasuk 24
jam pertama setelah lahir
 Panas dingin; kehilangan nafsu makan, dan malaise umum

Endometritis (radang pd dinding Rahim)

- Penyebab paling umum dari infeksi rahim adalah bakteri yang berpindah dari vagina ke
rahim.
- Pengiriman plasenta meninggalkan terbuka, mentah situs desidua.
- Setelah persalinan, serviks terbuka dan berisiko mengalami infeksi menaik.

Tanda & gejala:

- Kelembutan dan pembesaran Rahim


- Bau busuk atau lokia purulen
- Malaise, Kelelahan; Takikardia
- Suhu tinggi pada hari ke-3 atau ke-4 pascapartum

Perawatan/pengobatan keperawatan

 Antibiotik; Antipiretik; Analgesik SEBUAH


 Posisi fowler untuk meningkatkan drainase lokia
 Dorong peningkatan asupan cairan dan nutrisi

PENCEGAHAN
- cuci tangan dan menjaga kebersihan lingkungan. Untuk mencegah kontaminasi silang, cuci
tangan sebelum setiap prosedur. Jika seorang anggota staf menderita batuk, pilek, atau
kulit infeksi, ikuti protokol rumah sakit yang ditetapkan.
- Pengunjung, termasuk saudara kandung, yang sakit pasti dianjurkan untuk tinggal di rumah.
- Tempat tidur dan/atau bantalan tempat tidur harus diganti kapan kotor.
- Ibu diminta untuk tidak berjalan tanpa alas kaki. Ketika ibu berjalan tanpa alas kaki, dia
mengambil bakteri dari lantai dan mencemari seprai saat dia naik ke tempat tidur.
- Anjurkan perawatan yang tepat pada area perineum, menggunakan menyeka ke belakang,
dan mengganti peri pad setelah menggunakan kamar mandi

Demam Postpartum (luka/infeksi perineum)

- Infeksi luka
- tingkat infeksi sayatan caesar 3 sampai 15%, menurun: sampai 2% dengan antibiotik
profilaksis
- Infeksi biasanya polimikrobial
- S&S: REEDA Infeksi perineum

Pengobatan luka/ infeksi perineum

- Debridemen
- Penghapusan jahitan Drainase
- Antibiotik
- Tempat mandi atau kompres hangat

Mastitis → Infeksi pada payudara

→Tanda & gejala:

- Massa keras lokal yang nyeri atau lunak dan memerah daerah biasanya satu payudara
- Pembesaran kelenjar di aksila
- Demam, menggigil, malaise mungkin terjadi pada hari ke-7 pascapartum atau sesudahnya

Asuhan Keperawatan → mastitis Antibiotik

- Anjurkan ibu untuk terus menyusui Instruksikan untuk benar-benar mengosongkan setiap
payudara setelah menyusui
- Kenakan bra yang menopang dengan baik.
- Oleskan kompres es untuk menghilangkan rasa sakit atau kompres hangat untuk
mengurangi edema pada payudara yang terkena

Komplikasi Psikologis Postpartum Wahyu Retno Gumelar, S.Kep., Ns., MNS


Setelah bayi lahir, seluruh anggota keluarga mulai membina hubungan dengan bayi dan perlu
menyesuaikan gaya hidup, interaksi serta hubungan dalam keluarga. Penyesuaian yang dilakukan
tiap anggota keluarga mempengaruhi kesejahteraan keluarga secara menyeluruh

Adaptasi Maternal yang terjadi pada Masa Post Partum:

- Periode Taking In terjadi 1-2 hari post partum.

Pada fase ini ibu mengalami transisi dari perannya menjadi orang tua atau ibu baru. Setelah
persalinan ibu menjadi bingung akan perannya. Sebagai orang tua pada masa ini ibu sangat
bergantung pada bantuan orang lain agar bisa beristirahat dan lebih dekat dengan bayinya.

- Periode Taking Hold Terjadi pada hari ke 2-4 post partum.

Pada periode ini ibu berada dalam kondisi yang membutuhkan perhatian penuh dan disisi lain
ibu ingin melakukan perawatan bayinya sendiri. Ibu berusaha menguasai ketrampilan merawat
bayi, selain itu mengambil kembali kontrol tubuhnya : BAB, BAK, dan kekuatan tubuh
bertambah.

- Periode Letting Go Terjadi setelah heri ke 4 post partum

Depresi post partum sering terjadi pada masa ini. Ibu menerima peran barunya sebagai ibu
secara penuh, Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayinya Menyesuaikan
dengan kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hub. Sosial

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADAPTASI PSIKOSOSIAL ● Dukungan suami, orang tua, teman
dan orang dekat ● Usia ● Kehamilan yang direncanakan/ tidakdirencanakan ● Status sosio-
ekonomi ● Masalah seksualitas ● Pengalaman orang tua sebelumnya ● Riwayat melahirkan
anggota keluarga atau teman dekat. ● Pengalaman yang lalu terkait dengan pemberi pelayanan
kesehatan ● Sosial dan budaya

Kesiapan psikososial individu yang bersangkutan.● Kapasitas untuk menjalin dan


mempertahankan hubungan yang intim ● Kemampuan untuk memberi dan memperhatikan
kebutuhan orang lain ● Kemampuan untuk belajar dan menyesuaikan pola kehidupan sehari-
hari ● Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain ● Identifikasi seksual
yang jelas

Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung 30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun
1988.
● Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido.
● Tingkat keparahan depresi post partum bervariasi. Keadaan ekstrim yang paling ringan
yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa
awal post partum, yang disebut dengan “baby blues/maternity blues”
Gangguan Post partum yang paling berat disebut “psikosis/psikosa post partum atau
melankonia”. Diantara dua keadaan ekstrim tersebut terdapat keadaan yang mempunyai
tingkat keparahan sedang yaitu “Depresi post partum/neurosa post partum” (Regina, 2011).
Bila ibu gagal beradaptasi terhadap perubahan yang dialaminya maka kemungkinan dapat
terjadi masalah gangguan kesehatan jiwa yaitu :

1. Depresi postpartum
 Adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama
30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
 Pitt (1988) →Depresi yang bervariasi dari hari ke hari dg menunjukkan : ● Kelelahan
● Mudah marah ● Gangguan nafsu makan ● Kehilangan libid
 Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3
bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara sosial dan emosional
merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya. ●
 Kesimpulannya → Gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi
pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terusmenerus
sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun

Penyebab: Gangguan Hormonal : Hormon Steroid, Hormon Prolaktin, Hormon Progesteron

GEJALA : Trias Depresi : Berkurangnya Energi, Hilangnya minat (anhedonia), Penurunan efek

GEJALA : Menurut Lng dan duff 2001

- Kelelahan dan perubahan mood


- Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
- Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
- Tidak mencintai bayinya
- Tidak mau berhubungan dengan orang lain

Gambaran klinik, penceg dan penatalaksanaan

 Monks dkk (1988) DPP→Problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan
dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan2.
 Faktor resiko: ○ Keadaan hormonal ○ Dukungan sosial ○ Emotional relationship ○ Komunikasi
dan kedekatan ○ Struktur keluarga ○ Antropologi ○ Perkawinan ○ Demografi ○ Stressor
psikososial dan lingkungan

PENCEGAHAN

Keluarga memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat
sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk: ○ Beristirahat dengan baik ○ Berolahraga yang ringan ○
Berbagi cerita dengan orang lain ○ Bersikap fleksible ○ Bergabung dengan orang-oarang baru ○
Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

2. Post partum blues

● Post partum blues adalah suatu keadaan disforia ringan pasca salin yang disebut sebagai “milk
fever” karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan proses laktasi. ● Post Partum Blues
(PPB) →maternity blues atau baby blues ● Suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama setelah persalinan

Tanda-tanda Post Partum Blues

 Reaksi depresi/sedih/disforia
 Menangis
 Mudah tersinggung (iritabilitas)
 cemas labilitas perasaan
 cenderung menyalahkan diri sendiri
 Gangguan tidur dan
 Gangguan nafsu makan T

Sebab Terjadinya Post partum Blues

1.Faktor hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin, dan estriol yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan,
ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak
yang bekerja menginaktifasi baik noradrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati
dan kejadian depresi

 Faktor demografik yaitu umur dan paritas


 Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
 Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti : tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga, dan
teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman
memberi dukungan moril.

Pencegahan

 Beristirahat ketika bayi tidur


 Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
 Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
 Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
 Bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru

Penanganan post partum blues

 Dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi.
 Kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang
menakutkan.
 Pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan
yang praktis.
 Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau
menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan,
disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi
 Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang
psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
 Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk
kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan
yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila
memang diperlukan.
 Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat
diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang
proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam
masa-masa tersebut serta penangananny
 Pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum
blues .
 Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara
intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat
tertentu.
 Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,
emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatny

3. Post partum psikosa

● Psikosa postpartum merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi
dan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality) yang terjasi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. ●
Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional
(fungsional) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional,
mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan Tindakan sesuai kenyataan, sehingga
kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.

Psikosa Post Partum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah
melahirkan. Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu:

PSIKOSA FUNGSIONAL “Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada
aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga
disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang

PSIKOSA ORGANIK Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas
sebabsebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang

FAKTOR RESIKO

 Riwayat Psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia


 Riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar atau skizofrenia
 Berulang pada 20-50% kasus
 GB merupakan gangguan jiwa bersifat episodik dan ditadai oleh gejala gejala manik,
hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta berlangsung seumur hidup
 Skizofrenia: gejala” psikotik yang khas dan oleh kemudian fungsi sosial, fungsi kerja, dan
perawtaan diri

Etiologi 1. Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik) 2. Faktor
obstetrik dan ginekologik (kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi) 3. Faktor psikososial ( adanya
stresor psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami depresi, penyakit mental, problem
emosional dll) 4. Faktor keturunano 5. Karakter personal seperti harga diri yang rendah. 6.
Perubahan hormonal yang cepat. 7. Masalah medis dalam kehamilan (pre-eklampsia, DM). 8. Marital
disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan
kurangnya dukungan. 9. Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan10. Merasa terisolasi.
11. Kelemahan, gangguan tidur (imsomnia), ketakutan terhadap suatu masalah, ketakutan akan
melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.

Epidemologi
 Gejala psikosis post partum muncul pada hari sampai 4-6 minggu post partum
 Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran.

anamnesis

 Sebagian besar muncul dengan depresi, tetapi 1/3 dapat muncul dengan mania (suasana
hati yang elasi.iritabel, disinhibisi.
 bertindak semaunya, perhatiannya mudah teralihkan, aktivitas berlebihan, pemboros, suka
menyerang, tidak banya bicara, loncat gagasan/flight of idea, kurang tidur), halusinasi,
waham, kebingungan, kurangnya tilikan.
 Onsetnya mendadak, 2-4 minggu setelah pelahiran.

Patofisiologis Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita. Pada usia produktif
gangguan kesehatan wanita sering berhubungan dengan perannya sebagai istri, ibu dan pekerja,
kondisi kesehatan fisik terutama kondisi bagian tubuh yang menjadi simbol kewanitaan,
penganiayaan fisik dan mental. Proses berduka, kemurungan dan psikosa pasca melahirkan, serta
bunuh diri yang merupaka reaksi negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.

Tanda dan Gejala

Gejala Awal 1. Perasaan sedih, kecewa dan putus asa 2. Sulit tidur atau imsomnia 3. Sering
menangis 4. Gelisah, cemas dan iritabel yang berlebihan 5. Merasa Letih dan lelah 6. Semangat
menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan 7. Mudah tersinggung / labil 8. Sakit kepala 9.
Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba 10. Memperlihatkan penurunan minat
pada bayinya 11. Menolak makan dan minum

Gejala lanjutan 1. . Curiga berlebihan 2. Kebingungan 3. Sulit konsentrasi 4. Bicara meracau atau
inkoheren 5. Irasional 6. Pikiran obsesif (pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang) 7. Agresif 8.
Impulsif (bertindak diluar kesadaran)

PENANGANAN 1 Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini adalah
kombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi seperti antidepresan, jika tidak
memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah sakit. 2 Libatkan anggota
keluarga dalam penanganan terutama suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang
terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu

GEJALA : Menurut Lng dan duff 2001

- Tidur dan makan yang cukup Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang
terbaik dengan makan dan tidur yang cukup.
- Pelajari diri sendirio Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa
pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka
akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
- Dukungan dari keluarga dan orangorang terdekat• Dukungan dari orang terdekat dari
mulai kehamilan, persalinan
- Beritahukan perasaan ibu Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan
mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai
masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
- Olahraga :Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan peregangan
selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih
rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan

Komplikasi

- Berpikir untuk menyakiti


- Bunuh Diri
- Pengasuhan Tidak sesuai
- Penelantaran anak
- Pembunuhan Bayi

KOMPLIKASI PERSALINAN YUNI ASTUTI, M.KEP., NS., SP.KEP.MAT


Komplikasi Persalinan dipengaruhi:

- Plasenta , membran, cairan amnion


- Tali pusat dan fetus
- Proses persalinan: Engagement , kontraksi uterus, Struktur tulang pelvik
- Psikologis ibu

DYSTOCIA

Pengertian Persalinan lama, sulit atau abnormal yang disebabkan oleh berbagai kondisi yang
berhubungan dengan faktor penting persalinan (Power, Passage, Passenger, psikologis)

Jenis

- Persalinan disfungsional krn kontraksi uterus tidak efektif/mengedan ibu (power)


- Gangguan struktur pelviks (passage)
- Masalah pd janin (passengers): presentasi, jumlah, bayi besar, shoulder dystocia
- Posisi ibu selama persalinan
- Respon psikologis ibu terhadap persalinan.

PREMATUR LABOUR

- Kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu (20 – 37 minggu)


- Terjadi perubahan serviks progresif
- Kejadian 12,8% dari kelahiran hidup
- Kontraksi setiap 5 – 10 menit, durasi 30 detik dan teratur slama 1 jam
- Dilatasi servik lebih dari 2,5cm dan 75% effaced
FAKTOR RESIKO PRETERM

 Bacterial vaginosis
 Janin kembar
 Perdaraham trimester dua Berat
 badan sebelum kehamilan rendah
 Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
 Fetal abnormality
 Inkompeten cervix

Tanda dan gejala persalinan premature

Aktivitas uterus → kontraksi uterus lebih sering tiap 10 menit dan nyeri

Rasa tisak nyaman →kram abdomen bagian bawah, kram seperti menstruasi yang nyeri, nyeri atau
tekanan suprapubik, tekanan atau rasa penuh pada panggul, sering bekemih, low back pain,

Sekret vagina →lebih kental (mukoid) atau lebih encer (berair), berdarah, coklat atau tidak
berwarna, peningkatan jumlah bau. Pecahnya selaput ketuban

Management Preterm Labor

❖ Fokus menghentikan kontraksi uterus sebelum dilatasi 3cm

❖Mencegah kelahiran prematur:

 Identifikasi dan mengatasi infeksi


 Batasi aktifitas → lateral position
 Hydration → meningkatkan vascular volume & mencegah dehidrasi → gland
pituitari merangsang antideuretic dan oksitosin
 Kolaborasi pemberian obat Tocolytic (Kontraindikasi pada ibu dengan
perdarahan & tidak efektif pada dilatasi servik > 5cm)
POSTERM LABOR

 Persalinan Usia kehamilan > 42 minggu


 Maternal risk: bayi besar, resiko disfungsi persalinan, laserasi jalan lahir, persalinan dengan
forcep, SC,
 Fetal risk: CPD, hipoxia
 Placenta insufficiency → meningkatkan hipoxia pada janin
 Penatalaksanaan dengan Induksi dan monitor kesejahteraan janin (cairan ketuban &
mekonium)

Premature Rupture of Membranes (PROMs)

- Usia kehamilan < 37 minggu → Preterm Premature Rupture Membrane (PROMs)


- Infeksi dari ibu atau bayi → rupture membrane → microorganism vagina dpt naik ke
amniotic sac

Rupture Membrane (KPD)

- Fokus tindakan/perawatan: ≥ 34 Mg → induksi dengan oksitosin bila tidak ada


kontraindikasi
- 24 – 33 Mg → Bila terdapat abrupsio plasenta, amnionitis, dan kematian janin lakukan
persalinan segera. Deksametason 6mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau betametason 12
mg IM tiap 24 jam selama 48 jam. Setelah terapi bayi bisa dilahirkan di usia 32 –
33mg.Serviks matang: induksi persalinan
- ≤24 Mg →pertimbangan kondisi ibu → terminasi kehamilan

Management PROM == Bedrest, Hydration, Antibiotik → infeks

TINDAKAN DALAM PERSALINAN

- Labor Induction
- Forceps delivery and Vacuum extraction
- Delivery with Breech presentation
- Cesarean Delivery
Induksi Persalinan (labor induction)

Induksi persalinan adalah inisiasi persalinan buatan sebelum onset spontannya untuk melahirkan
unit feto-plasenta.

Tujuan untuk mencapai persalinan pervaginam yang sukses sealami mungkin

INDUCTION OF LABOR & AUGMENTASI

Induction of labour = Membantu uterus untuk berkontraksi secara spontan

Augmentation of labour = Membantu meningkatkan kontraksi uterus untuk meningkatkan


kemajuan persalinan. amniotomi dan pemberian oksitosin

Kontraksi uterus: oxytocin hormone (pituitary posterior) berfungsi untuk merangsang kontraksi
uterus dapat diberikan untuk induction and augmentation

KEIBUAN

- Infeksi/Korioamnionitis PROM
- pada atau mendekati aterm
- Hipertensi kehamilan ≥38 minggu
- Hipertensi kronis
- Kehamilan lewat waktu (>41+0 minggu) atau lewat waktu (>42+0 minggu).
- Preeclampsia ≥ 37

JANIN

- poster
- Diduga kompromi janin
- Pembatasan pertumbuhan intrauterine
- minggu Kematian janin intrauterin
- Kematian intrauterin pada kehamilan sebelumnya

KONTRAINDIKASI

- Genital herpes pada ibu


- CPD (cephalopelvic disproportion)
- Umbilical cord prolapse
- Plasenta previa
- Post SC dengan sayatan vertical
- Gawat janin
- abnormal fetal lie or presentation
- invasive cervical carcinoma
- previous uterine rupture
Lanjutan augmentasi

- Pemberian oksitosin: 2,5 – 5 unit dalam 500ml cairan Nacl 0,9% atau Dekstrose mulai
dengan 8 tpm, dan tiap 30 menit ditambah 4tpm →kontraksi adekuat “MONITOR DJJ DAN
KONTRAKSI” jika hiperstimuli (kontraksi > 60 detik atau lebih dari 4 kali dalam 10 menit
HENTIKAN INFUS
- Kontraindikasi: CPD (chephalopelvic disproportion), Plasenta previa (sebagian, total),
Tumor, kista ovarium, Tidak siap secara psikologis, Distress fetal
- Kateter foley: kateter foley no 24 → pastikan ujung kateter telah melewati ostium uteri
internum kemudian kembangkan kateter dengan 10 ml aquadest sampai 12 jam .
KONTRAINDIKASI: riwayat perdarahan, ketuban pecah atau infeksi vagina
- MISOPROLTOL/citotex → membantu pelunakan cerviks

Assisted Vaginal Delivery - Forcep

Syarat Persalinan dengan Forcep: ❖Presentasi belakang kepala atau muka dengan dagu di depan,
atau kepala menyusul pada sungsang ❖Pembukaan lengkap ❖Penurunan kepala 0/5 (Hodge IV)
❖Kontraksi baik dan ibu tidak gelisah ❖Ketuban sudah pecah ❖Dilakukan di rumah sakit rujukan
Syarat Persalinan Vacuum: Presentasi belakang kepala (verteks), Janin aterm (>37 minggu),
Pembukaan lengkap, Kepala di H III-IV atau 1/5-2/5

Metode persalinan pervaginam dengan presentasi bokong Suara Masuk

- Persalinan sungsang spontan = Janin dikeluarkan seluruhnya secara spontan tanpa traksi
atau manipulasi apa pun selain dukungan bayi baru lahir
- Ekstraksi sungsang sebagian = Janin dilahirkan secara spontan sejauh umbilikus tetapi sisa
tubuh dikeluarkan atau dilahirkan dengan traksi operator dan bantuan manuver dengan
atau tanpa upaya ekspulsi ibu.
- Ekstraksi sungsang total = Seluruh tubuh janin dikeluarkan oleh dokter kandungan

Mekonium Ketuban Bernoda Cairan

- Menandakan bahwa janin telah mengeluarkan mekonium (tinja pertama) sebelum lahir
- Tiga kemungkinan alasan: fungsi fisiologis normal yang terjadi dengan maturitas, peristaltik
yang diinduksi hipoksia dan relaksasi sfingter, stimulasi vagal yang diinduksi oleh kompresi
umbilikal pada janin dewasa
- Risiko utama yang terkait dengan cairan ketuban bernoda mekonium adalah perkembangan
sindrom aspirasi mekonium (MAS) pada bayi baru lahir.
- Sindrom aspirasi mekonium kemungkinan besar terjadi akibat proses intrauterin yang
berlangsung lama ,

Manajemen Perawatan

ROBEKAN JALAN LAHIR

1. Lakukan eksplorasi jalan lahir ÿ identifikasi sumber perdarahan


2. Irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antisepTIK
3. Hentikan sumber perdarahan

Pecahnya serviks Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio,, Jahitan
dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan kearah luar sehingga semua robekan dapat
dijahit, Bila perdarahan masih berlanjut 1 g asam traneksamat
Pecah perineum

Perbaikan perineum

Resusitasi maternal

- Pemindahan rahim kiri secara manual (LUD) untuk meminimalkan kompresi Aortocaval ,
untuk mengoptimalkan aliran balik vena, dan untuk menghasilkan volume sekuncup yang
memadai selama resusitasi kardiopulmoner
- Compresi 30:2 seperti pada orang dewasa
- Position supinasi

perimortem caesar Perimortem caesar didefinisikan sebagai kelahiran janin setelah serangan
jantung ibu. Tinjauan kasus yang dipublikasikan hingga 2010 telah menunjukkan bahwa operasi
caesar perimortem memberikan manfaat kelangsungan hidup ibu yang jelas 31,7% Manfaat: Yang
pertama adalah memfasilitasi resusitasi, menghilangkan kompresi aortokaval dengan mengosongkan
rahim secara signifikan meningkatkan upaya resusitasi. Kedua, melahirkan bayi lebih awal, dicapai
dengan penurunan risiko kerusakan neurologis permanen akibat anoksia.

GAWAT JANIN

ÿ Dapat terjadi bila janin tidak mendapatkan cukup oksigen ÿ Hipoksia

DAPAT TERJADI BILA

- Persalinan berlangsung lama


- Induksi persalinan dengan oksitosin ÿ hipertonik
- Perdarahan atau infeksi
- Insufisiensi plasenta: posterm atau preeklampsia

Diagnosis Gawat Janin

- DJJ < 100 x/menit di Luar Kontraksi


- Mekonium kental pada awal persalinan
- DJJ > 180x/menit dan ibu tidak mengalami takikardi
- DJJ irregular

Distosia bahu adalah keadaan darurat kebidanan yang tidak biasa yang meningkatkan risiko
morbiditas dan mortalitas janin dan ibu selama upaya untuk mencapai kelahiran pervaginam.
Distosia bahu adalah suatu kondisi di mana kepala lahir, tetapi bahu anterior tidak dapat lewat di
bawah lengkungan kemaluan

Tanda-tanda yang menunjukkan adanya distosia bahu antara lain melambatnya kemajuan kala dua
persalinan dan pembentukan caput succedaneum yang bertambah besar. Perawat harus mengamati
retraksi kepala janin terhadap perineum segera setelah kemunculannya (turtle sign), tanda awal
distosia bahu. Rotasi eksternal tidak terjadi Distosia

Perawatan manajemen Banyak manuver seperti tekanan suprapubik dan perubahan posisi ibu telah
disarankan dan dicoba untuk membebaskan bahu anterior , walaupun tidak ada manuver tertentu
yang terbukti paling efektif. Metode spesifik yang digunakan kurang penting daripada yang
disiapkan pada setiap persalinan pervaginam untuk mengatasi distosia bahu menggunakan urutan
intervensi yang terencana jika diperlukan

Faktor Resiko

- Riwayat solusio pada kehamilan sebelumnya


- Hipertensi gestasional atau kronik O
- verdistensi uterus (hamil kembar, polihydramnion))
- Trauma perut

Gambaran Plasenta

Perdarahan perabdominam yang disertai nyeri uterus tegang ÿ Syok yang tidak sesuai dengan
jumlah darah yang keluar ÿ gawat janin atau janin sudah meninggal dalam kandungan

uterus - tegang, mudah terangsang ÿ Gunakan USG untuk menyingkirkan plasenta previa dan
melihat hematoma retroplasenter Klinik Solusio

Tali Pusat Prolaps Prolaps tali pusat mungkin tersembunyi (hidden, rather than visible) kapan saja
selama persalinan terlepas dari apakah selaput ketuban pecah atau tidak. Prolaps tali pusat terjadi
ketika tali pusat terletak di bawah bagian presentasi janin. Prolaps yang jelas (terlihat) paling sering
terlihat langsung setelah ketuban pecah, ketika gravitasi menyapu tali pusat di depan bagian
presentasi.

Perawatan manajemen

ÿ Pengenalan segera tali pusat yang prolaps penting karena hipoksia janin akibat kompresi tali pusat
yang berkepanjangan (yaitu, tersumbatnya aliran darah ke dan dari janin selama lebih dari 5 menit)
biasanya mengakibatkan kerusakan SSP atau kematian janin.

ÿTekanan pada tali pusat dapat dikurangi dengan cara pemeriksa memasukkan tangan bersarung
steril ke dalam vagina dan memegang bagian terbawah dari tali pusat

Management care_Lanjutan
Fokus Tindakan keperawatan

- Jika tali pusat berdenyut: janin masih hidup


- Beri O2 4-6 ltr/menit
- Jika dalam kala I: dorong tali pusat ke dalam dan lakukan persiapan SC
- Jika dalam kala II: persalinan dengan vakum /forsep untuk presentasi kepala, persalinan SC
untuk presentasi lintang dan siapkan resusitasi neonatus
- Jika tali pusat tidak berdenyut ; janin telah meninggal ÿ Konseling untuk ibu dan keluarga -
Beri O2 4-6 ltr/menit

RUPTUR UTERI

Tanda tanfa

- Perdarahan pervaginam darah segar, Nyeri pada semua lapang perut, Terdapat bandl,
Gawat Janin, Bagian terendah janin mudah didorong keatas, Bagian janin mudah diraba
melalui palpasi abdomen
- Ruptur uteri paling sering terjadi dengan sayatan klasik sebelumnya. Faktor lain yang
meningkatkan risiko ruptur uteri termasuk beberapa kelahiran sesar sebelumnya, tidak ada
kelahiran pervaginam sebelumnya, persalinan yang diinduksi atau ditambah , kehamilan
multifetal, makrosomia janin, infeksi kelahiran pasca sesar, dan jarak antar kehamilan yang
pendek.

Perawatan Manajemen

ASKEP KOMPLIKASI PERSALINAN

Masalah Keperawatan yang mungkin muncul

- Resiko cedera janin


- Resiko cedera ibu
- Ketidak efektifam koping’kelelahan
- Cemas
- Nyeri melahirkan
- Antisipasi keadaan berduka
- Hipolemia
Kehamilan Remaja dan Masa Orang Tua Remaja Wahyu Retno Gumelar, S.Kep., Ns., MNS

DATA GLOBAL

Lebih kurang 10 juta kehamilan yang tidak diinginkan terjadi setiap tahun diantara remaja berusia
15-19 tahun di negara berkembang Komplikasi selama kehamilan dan perslainan adalah penyebab
utama kematian remaja perempuan secara global Sekitar 5,6 juta aborsi yang terjadi setiap tahun
pada remaja perempuan berusia 15-19 tahun, 3,9 juta termasuk aborsi tidak aman yang
berkontribusi terhadap kematian ibu

DI INDONESIA

- Kehamilan tidak diinginkan ➔ Kelompok umur 15-19 2 kali lebih tinggi (16%) dibanding
kelompok umur 20-24 (8%)
- Kehamilan pada remaja umumnya kehamilan yang tidak diinginkan ➔ meningkatkan
terjadinya aborsi (tidak aman)
- Kehamilan remaja ➔ komplikasi kehamilan dan persalinan : Eklampsi, puerperal
endometritis
- Terjadi pada remaja yang tidak tamat SLTA 20%, tamat SLTA 7%

KEHAMILAN REMAJA

- kehamilan yang terjadi pada remaja putri berusia kurang dari 20 tahun.
- Kehamilan di usia muda memiliki resiko yang tinggi, tidak hanya merusak masa depan
remaja yang bersangkutan, tetapi juga sangat berbahaya untuk kesehatannya.
- perempuan yang belum dewasa, memiliki organ reproduksi yang belum kuat untuk proses
kehamilan dan melahirkan, sehingga gadis dibawah umur memiliki resiko 4 kali lipat
mengalami luka serius dan meninggal akibat melahirkan

MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

- Penggunaan Narkoba, Alkohol dan merokok


- Seks bebas pada remaja (hubungan seksual sebelum menikah)
- Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja
- Aborsi tidak aman
- Pernikahan usia dini
- Penyakit menular seksual (HIV/AIDS, Syphilis, Gonorrhea)
- Bullying / Kekerasan dan pelecehan seksual pada remaja

KEHAMILAN USIA DINI MUDA/REMAJA

- Kehamilan yang terjadi pada remaja putri berusia kurang 20 tahun kehamilan tersebut
dapat disebabkan karna pemerkosaan dll
- ▪ kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbukan masalah, karena kondisi fisik
belum 100% siap.
- ▪ Kehamilan dan persalinan di usia tersebut meningkatkan angka kematian ibu dan janin 4-6
kali lipat dibanding wanita yang hamil dan bersalin di usia 20-30 tahun (Rohan dan Sandu,
2015).
- ▪ Pada kehamilan remaja ( usia < 20 tahun) ovarium belum berfungsi dengan mantap dan
teratur.
- ▪ Endometrium belum sempurna sehingga banyak faktor resiko yang mungkin terjadi,
seperti perdarahan saat kehamilan karena plasenta previa (plasenta letak rendah).
- ▪ Endometrium yang kurang baik dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi lain
yang lebih nyaman yaitu tempat yang rendah dekat ostium uteri internum.

Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi kehamilan di
bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko akan menyebabkan terjadinya
kematian 2-4 x lebih tinggi dari reproduksi sehat .

Kejadian dan Penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja

• Frekuensi pacaran lebih dari 1 kali meningkatkan kontak seksual pada remaja yang berakibat
pada prilaku seksual pranikah (hubungan seksual diluar pernikahan) ➔ kehamilan yang tidak
diinginkan
• Umumnya remaja melakukan seks pranikah karena suka sama suka (82%) Menurut SDKI
2017, hubungan seksual pertama kali pada remaja umumnya pada umur 17 tahun (19%) pada
pria maupun wanita
• Hubungan seks pranikah dikalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar masalah
seksualitas, seperti berhubungan seksual dengan pacar merupakan bukti cinta
• Pengaruh teman sebaya ➔ mengikuti prilaku teman yang sudah biasa melakukan hubungan
seksual
• Pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas masih rendah, serta
rasa keingintahuan yang kuat
• Faktor keluarga ➔ perceraian orangtua, tidak mendapat perhatian dari orangtua, orangtua
melakukan kekerasan terhadap anak, orangtua memberi kebebasan
• Pengaruh media pornografi ➔ sering mengakses film porno Bersama teman-teman dan
pasangan

Dampak kehamilan tidak diinginkan

• Dampak fisik : Persalinan dengan tindakan operasi Rentan terjadinya perdarahan, keguguran,
hamil anggur dan hamil prematur karena usia yang terlalu muda Meningkatkan resiko kematian jika
melahirkan dibawah usia 18 tahun Begitupun dengan kematian bayi, meningkatkan resiko bayi lahir
premature dan stunting(kerdil)

• Dampak psikis/psikologis : Jika remaja laki-laki tidak bertanggung jawab ➔ orangtua tunggal
sehingga mengalami depresi

Jika pasangan remaja menikah ➔ konflik antara pasangan karena belum dewasa dan belum siap
memikul tanggung jawab sebagai orangtua, memberikan pola asuh yang salah karena terbatas
pengetahuan Penganiayaan terhadap bayi Dampak sosial : dikucilkan dari masyarakat, remaja
berhenti atau putus sekolah atas kemauan sendiri atau diberhentikan dari sekolah, pernikahan dini
untuk menutupi aib Dampak ekonomi : merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan
bayi/anak membutuhkan biaya besa

Risiko sosial : Menjadi ketergantungan terhadap pasangan karena sudah tidak perawan, mengalami
kehamilan tidak diinginkan dan aborsi Putussekolah dan masa depan terganggu Risiko ekonomi :
Biaya aborsi cukup tinggi apalagi jika terjadi komplikasi

FAKTOR -FAKTOR YANG MENYEBABKAN MENJADI ORANG TUA PADA MASA REMAJA

1. Sebab dari Anak ▪ Faktor Pendidikan ▪ Faktor telah melakukan hubungan biologis ▪ Hamil
sebelum menikah
2. Sebab dari luar Anak ▪ Faktor Pemahaman Agama ▪ Faktor Ekonomi ▪ Faktor Adat dan
Budaya

DAMPAK YANGMUNCUL MENJADI ORANG TUA PADA MASA REMAJA

- Rusaknya Organ Reproduksi


- Keguguran
- Cacat Fisik
- Kanker Serviks
- Mudah Terkena Infeksi
- Kurangnya Perawatan Kehamilan
- Depresi
- Tekanan Psikologis
- Prematur Bayi memiliki Berat Badan Lahir Rendah
- Terkena PMS
- Anemia
- Keracunan Kehamilan
- Hipertensi

PERAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI NAHAYA PASIEN YANG MENJADI ORANG TUA PADA MASA
REMAJA

a. Conselor

Membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik antar keluarga.Sehingga pasien mempunyai
panadangan yang lebih baik dari sebelumnya dan dapat menerima peran sebagai orang tua diusia
remaja

b. Client Advocate

Membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan kesehatan b. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien

c. Educator

Perawat memberikan eduksi tentang dampak menjadi orang tua diusia remaja,sehingga klien dapat
mempunyai wawasan tentang bahanya menjadi orang tua diusia remaja misalnya tentang belum
matangnya sistem reproduksi.
d. Care Giver

memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien mengenai hal-hal yang dibutuhkan pasien dan
juga memberikan dorongan semangat untuk menjalani peran sebagai orang tua diusia remaja
Issue kespro perempuan dalam konteks sosial budaya dan pandangan Islam Nur Azizah Indriastuti,
S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kesehatan Reproduksi

• Pasal 71 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa
kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, semata-
mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi

• Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Peraturan ini juga
bertujuan untuk menjamin kesehatan ibu dalam usia dalam reproduksi mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas dan mengurangi angka kematian ibu.

• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, Pemerintah juga menjamin kesehatan ibu,
mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, menjamin tercapainya
kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi, dan mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog

Ruang lingkup kesehatan reproduksi menurut ICPD (International Conference on Population and
Development) di Cairo 1994

1) kesehatan ibu dan bayi baru lahir


2) keluarga berencana
3) pencegahan dan penanganan infertilitas
4) Pencegahan dan penanganan komplikasi keguguran
5) Pencegahan dan penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), Infeksi Menular
Seksual (IMS), dan HIV AIDS
6) kesehatan seksual
7) kekerasan seksual
8) deteksi dini untuk kanker payudara dan kanker serviks
9) kesehatan reproduksi remaja
10) kesehatan reproduksi lanjut usia dan pencegahan praktik yang membahayakan
seperti Female Genital Mutilation (FGM)

8 Tujuan MDGs (Millenium Development Goals) •

 Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.


 Mencapai pendidikan dasar untuk semua.
 Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan (kemampuan perempuan
untuk menentukan apakah menginginkan anak atau kapan akan memiliki anak adalah aspek
yang sangat menentukan dalam pemberdayaan perempuan. Perempuan yang mampu
merencanakan waktu dan jumlah anak yang akan dimiliki cenderung memiliki kesempatan
untuk mendapatkan pekerjaan, melanjutkan pendidikan, dan partisipasi sosial di rumah
 Menurunkan angka kematian anak (perawatan prenatal dan kemampuan mencegah resiko
tinggi untuk melahirkan yaitu mereka yang memiliki ciri 4 terlalu; muda, sering, banyak dan
tua untuk melahirkan) akan membantu mencegah kematian bayi dan anak.
 Meningkatkan kesehatan ibu (pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan
dengan resiko tinggi serta perawatan kehamilan, kelahiran dan perawatan pasca melahirkan
akan menyelamatkan beberapa nyawa ibu dan kematian maternal. •
 Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
 Memastikan kelestarian lingkungan hidup. Membangun kemitraan global untuk
pembangunan

Isu Kesehatan reproduksi perempuan

• Angka Kematian Ibu (AKI)


• Angka Persalinan di usia remaja
• Penyakit Menular Seksual (PMS)
• Kekerasan terhadap perempuan
• Keluarga Berencana (KB)

Angka Kematian Ibu (AKI)

• Menurut data WHO, AKI paling sering ditemukan karena kemiskinan dan keterbatasan
(minimnya) akses kesehatan
• Indonesia masih menjadi negara dengan AKI tinggi kedua di Asia Tenggara dimana menurut
data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)mencapai 305 kematian per100.000 kelahiran
hidup (dalam sehari ada empat ibu di Indonesia yang meninggal akibat melahirkan
• Tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan kesehatan, sistem rujukan kesehatan, implementasi Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), dan kebijakan pemerintah daerah terkait kesehatan.
• Selain faktor tersebut, terdapat pula faktor budaya di mana ketimpangan gender masih
menjadi permasalahan metode saat perempuan ingin bersalin.
• Beberapa daerah di Indonesia bahkan masih memegang prinsip bahwa perempuan tidak
berhak menentukan sendiri proses persalinannya. Mereka harus menunggu pemegang
kebijakan (suami). Hal ini memprihatinkan, sebab perempuan (isteri) yang merasakan
sakitnya fase menuju kelahiran seolah kehilangan hak mereka untuk memilih cara persalinan
yang efektif dan aman untuk dirinya sendiri

AKI dalam konteks Sosial budaya

• Bukti dari masih melekatnya ketimpangan gender akibat faktor budaya, menyebabkan
perempuan kerap kali memeroleh ketidakadilan.
• Tak jarang ditemukan kasus ibu hamil dalam keadaan darurat sehingga tidak tertolong
nyawanya. Hal ini terjadi lantaran keluarga terdekat melarang untuk dirujuk ke fasilitas medis
yang memadai. Belum lagi, masih banyak terjadi perempuan yang harus menunggu
keputusan suami (ketika persalinan mengharuskan mereka menjalani operasi) meski keadaan
sudah terlampau darurat

Persepsi keliru dari sudut pandang agama tentang AKI

 Satu contoh konkrit tentang minimnya usaha menekan kematian ibu yaitu karena adanya
salah satu teks hadits berbunyi bahwa “jika seorang perempuan meninggal ketika
mabthunah (sakit perut) dan kemudian dimaknai meninggal setelah berjuang melahirkan
seorang bayi, maka kematian itu tercatat sebagai syahid di hadapan Allah”. Kekeliruan dalam
‘memaknai syahid’ dalam hadits di atas, tak jarang membuat seseorang menganggap ‘biasa’
ibu yang meninggal setelah melahirkan (atau dalam masa nifas)
 Persepsi keliru mengenai tingginya angka kematian ibu pasca melahirkan, karena
masyarakat terlanjur memercayai bahwa kesyahid-an itu adalah tingkat yang paling luhur
dan sudah semestinya dialami oleh ibu yang berjuang melahirkan, tanpa berpikir panjang
mengenai kemaslahatan ibu juga bayinya. Padahal, bayi yang kehilangan ibunya pasca
dilahirkan, ia akan hidup sangat menderita karena tidak mendapat asupan gizi utama (ASI)
dan kasih sayang ibunya\

Angka Persalinan di Usia Remaja

 Mengindikasikan masih banyaknya pernikahan belum cukup usia.


 Anak yang dinikahi dalam usia di bawah 18 tahun rentan mengalami kekerasan, akses
pendidikan yang rendah, komplikasi kehamilan hingga penyakit menular seksual (PMS)
 Hal ini banyak menimpa kaum perempuan khususnya mereka yang tinggal di pedesaan.
 Banyak sebab dan faktor yang mendasari adanya fenomena perkawinan anak. Selain relasi
kuasa (posisi anak dianggap lemah dan takut menentang kehendak orangtua), faktor budaya
turut melatarbelakangi adanya kasus pernikahan anak. Sehingga, dampak yang ditimbulkan
bukan hanya berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi perempuan itu sendiri namun
juga belum matangnya pola pengasuhan anak sebab anak
 • Beberapa penyebabnya antara lain usia mereka yang masih muda namun organ-organ
seksual sudah siap bereproduksi, masa remaja adalah masa yang dengan mudahnya
memunculkan rangsangan dan dorongan seksual karena efek buruk media massa juga media
sosial. Remaja belum memperoleh banyak pengalaman mengenai hubungan seksual. Rasa
ingin tahu yang sangat tinggi dan hasrat ingin mencoba. Belum banyak memahami anatomi
tubuh dan fungsi organ-organ seksual
 • Remaja beresiko tinggi terhadap kehamilan yang tak diinginkan, perkawinan dini, aborsi
serta penyakit menular seksual

Penyakit Menular Seksual (PMS)

• Penyakit menular seksual (PMS) juga lebih rentan mengenai Wanita


• Mereka sering tidak mempunyai kontrol terhadap kebiasaan seksual yang tidak bisa menolak
hubungan seksual yang tidak aman

Perempuan dalam konteks Sosial budaya

 Perempuan lebih banyak menderita kemiskinan, berpendidikan rendah, tidak mampu


menjangkau pelayanan kesehatan, dan tidak memiliki kendali untuk memeroleh akses
kesehatan mendasar hingga lemah dalam pengambilan keputusan
 Kesehatan perempuan juga tidak bisa dipisahkan dari kedudukan sosial mereka. Contoh,
perempuan minum susu lebih sedikit dari suami dan anak laki-laki dan mereka makan
setelah melayani para laki-laki. Ini biasanya menyebabkan perempuan hanya menerima gizi
yang terbatas, dan juga memberi contoh bagaimana penghargaan masyarakat terhadap
perempuan
 • Posisi perempuan yang kerap termarjinalisasikan; diletakkan di pinggir. Muncul anggapan
yang kuat dalam masyarakat bahwa kaum perempuan adalah konco wingking (teman di
belakang) bagi suami serta anggapan ‚swarga nunut neraka katut‛ (ke surga ikut, ke neraka
terbawa). Kata nunut dan katut dalam bahasa Jawa berkonotasi pasif dan tidak memiliki
inisiatif, sehingga nasibnya sangat tergantung kepada suami
 • Perempuan kedudukannya lemah sehingga perempuan kerap mengalami kekerasan
(violence) oleh kaum lelaki.
 • Anggapan perempuan sebagai makhluk lemah erat kaitannya dengan kontroversi
penciptaan Adam dan Hawa bahwa perempuan dianggap ‘hanya’ tercipta kedua setelah
Adam, itupun dari sedikit tulang rusuknya. Padahal, Al-Qur’an sendiri tidak pernah
menyebutkan bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam as. AlQur’an dalam surah
anNisâ/4:1 hanya menyebutkan bahwa proses penciptaan keduanya min nafs wâhidah (dari
jenis yang sama) bukan dari tulang rusuk sehingga Hawa hanya patut dipandang sebagai
makhluk kedua yang lemah dan tak berdayaan

Kekerasan terhadap perempuan

o Di Indonesia masih banyak bentuk kekerasan berbasis gender yang bermacam-macam,


seperti politik, keyakinan agama, rasisme, dan ideologi gender.
o Salah satu sumber kekerasan yang diyakini sebagai penyebab kekerasan dari laki-laki
terhadap perempuan adalah ideologi gender
o Anggapan ini melihat bahwa dampak ketidakadilan gender akan mempengaruhi
kesetaraan laki-laki dan perempuan, padahal jika perempuan menjadi mitra setara maka
kaum laki-laki dibebaskan dari penindasan dan pengeksploitasian dari stereotip gender
o Masih ditemukan pendamping (suami) tega berbuat aniaya Ketika isteri sedang menjalani
masa kehamilan
o Pendamping (suami) yang semestinya melindungi isteri yang sedang menjalani masa
kehamilan justeru berbuat sebaliknya; menganiaya, menyakiti dan menyerang hingga
hilanglah rasa tanggung jawab dan berujung penyesalan
o Masih banyak kasus-kasus yang tidak terekspos secara mendalam; termasuk kekerasan
psikis yang dialami perempuan baik yang sedang mengalami kehamilan dan pasca
persalinan.
o Perempuan sering menjadi korban kekerasan (viktimisasi) karena dirinya dianggap lemah

Keluarga Berencana (KB) •

o Lebih dari 16% wanita usia subur (WUS) berkisar 15-29 tahun tidak menggunakan
kontrasepsi karena suami tidak setuju;
o Fenomena aborsi masih tergolong tinggi akibat kehamilan yang tidak diinginkan yakni
sebanyak 2.3 juta setiap tahun (1 juta aborsi spontan, 600 ribu aborsi karena kegagalan
kontrasepsi dan 700 ribu aborsi karna tidak menggunakan kontrasepsi);
o Laki-laki yang memakai kondom sewaktu berhubungan seks dengan PSK berkisar antara 6.5-
14.5%;
o Masih adanya budaya yang membedakan nilai anak laki-laki dan perempuan;
o Budaya diskriminatif dalam pemberian makanan bergizi cenderung untuk laki-laki;
o Kekerasan Terhadap Perempuan yang masih cenderung tinggi;
o Masih banyak remaja yang belum memahami kesehatan reproduksi secara benar
(perempuan 70% dan laki-laki 30%);

Pandangan Islam tentang KB

• Penggunaan alat kontrasepsi sebenarnya sama dengan ‘azl (mengeluarkan sperma di luar
vagina) dan hukumnya mubah (boleh) bukan haram.
• Keharaman terjadi jika pembunuhan jiwa yang dilarang Allah itu dilakukan dengan cara yang
tidak baik atau dalam istilah lain aborsi.
• Aborsi/menggugurkan kandungan merupakan perbuatan dosa. Terlebih ketika sudah
membentuk segumpal darah dan daging, dosanya sangat keji. Apabila sudah ditiupkan ruh
dan sudah berbentuk makhluk, maka dosanya lebih keji lagi

Pandangan Islam terhadap perempuan

• Allah meletakkan amanah reproduksi dengan posisi yang sungguh mulia


• Perempuan sebagai pengemban amanah tersebut, dianugerahi rahim (tempat
bersemayamnya janin selama di kandungan) dengan segala keajaibannya yang tentu tidak
dimiliki kaum lelaki, dimana didalam rahim tersebut merupakan awal kehidupan seluruh
manusia.
• Seorang perempuan biasanya mengalami lima pengalaman biologis yang merupakan
peristiwa besar dalam hidupnya; menstruasi, kehamilan, melahirkan, nifas dan menyusui
• Surah Qs. al-‘Ankabût/29: 8, Qs. Luqmân/31: 14, Qs. alAhqâf/ 46: 15 dengan sangat tersurat
memberikan pesan cinta dari Allah untuk seluruh hamba-Nya—terlebih kaum Adam untuk
mau berempati, peduli dan mengasihi perempuan yang dengan segala kepayahannya
mengandung juga melahirkan keturunan; agar bersyukur kepada Allah dan orangtua

Kesehatan Reproduksi dalam Islam

• Memilih pasangan yang sekufu’ (setara) baik dari segi agama, pendidikan, sosial dan jika bisa,
secara finansial.
 Hak untuk menikmati hubungan seks dalam arti tidak merasa tertekan menjalani hubugan
seksual bersama pasangan. •
 Memiliki keturunan dengan jumlah yang disesuaikan dengan kemampuan diri bukan
kehendak orangtua, keluarga apalagi masyarakat.
 Menentukan (kapan ingin menjalani) kehamilan dengan sadar, bahagia dan tanpa paksaan.
 Merawat anak (dalam term Islam disebut hadhanah) yang dalam hal ini juga termasuk
tanggung jawab seorang suami (bapak).
 Hak memutuskan untuk cuti dari masa reproduksi.
 Hak untuk menceraikan pasangan (ketika memang ada alasan syar’i yang membolehkan

Kesehatan Reproduksi dalam Islam

 Al-Qur’an menganjurkan para pemuda dan pemudi untuk menjalin pergaulan yang sehat
(salah satunya menjaga pandangan), tidak bercampur baur antara lelaki dan perempuan jika
tidak ada alasan yang dibenarkan.
 Mereka juga turut diajak untuk peduli menjaga organ reproduksi, agar tidak jatuh ke dalam
perbuatan yang diharamkan Allah (zina).
 Terhadap perempuan yang sedang mengandung, Al-Qur’an pun menyuarakan empati yang
sedemikian dalam kepada mereka agar beban reproduksi yang mereka alami turut
melahirkan kepedulian di antara sesama.
 Demikian juga perhatian Al-Qur’an terhadap hubungan seksual dan prosesi kelahiran yang
harus dihadapi dengan penuh kesiapan lahir dan batin; agar mampu menjalaninya dengan
rasa syukur, minim trauma dan tanpa kekerasan

Program Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)


 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan program Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Terpadu (PKRT), yang merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang mengintegrasikan
semua pelayanan kesehatan dalam lingkup kesehatan reproduksi yang meliputi kesehatan
ibu dan anak, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan
penanggulangan infeksi menular seksual termasuk penanggulangan HIV dan AIDS, serta
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya. •
 Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 97 Tahun 2014 yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pada tiap tahapan siklus
kehidupan yang dimulai dari tahap konsepsi, bayi dan anak, remaja, usia subur dan usia
lanjut.
 Pelayanan ini dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang
ditujukan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi melalui
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitati
infeksi Menular Seksual Nur Azizah Indriastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Perempuan lebih rentan terkena IMS • Perempuan menampung air mani/ sperma jika berhubungan
seks • Lapisan dinding vagina sangat halus dan mudah terluka meskipun dalam hubungan seks biasa
• Perempuan serin gtidak berani meminta pasangannya memakai kondom • Perempuan sering tidak
tahu pasangannya sering berganti-ganti pasanga

Penyebab IMS • Bakteri • Virus • Protozoa

Jenis IMS yang disebabkan karena Bakteri • Gonore • Sifilis • Chlamydia • Bacterial Vaginosis

Jenis IMS yang disebabkan karena Virus

Klamidia

Tipe : bacterial (Chlamydia trachomatis)

Cara penularan: hubungan seks per vaginal dan anal

Gejala : 75% kasus pada perempuan, 25% kasus pada pria tidak menunjukkan gejala.

- Keputihan abnormal,
- Rasa nyeri saat BAK (laki-laki & perempuan)
- Nyeri pada perut bawah, nyeri saat berhubungan seksual (perempuan)
- Nyeri atau pembengkakan pada testis (laki-laki)

Pengobatan: Antibiotik

Jika tidak diobati:

- 30% perempuan akan mengalami PRP (Penyakit Radang Panggul), kehamilan ektopik,
kemandulan, nyeri panggul kronis
- Laki-laki → epididymitis (peradangan pada testis), kemandulan, berisiko HI

Gonore

• Tipe: Bakterial (Neisseria gonnorhoeae) • Cara penularan: Hubungan seks per vaginal, oral dan
anal • Gejala:

Laki-laki: - Gejala timbul dalam waktu 1 minggu setelah terinfeksi (stadium dini sering tidak
bergejala) - Rasa sakit saat kencing/ ereksi - Keluar nanah pada saluran kencing terutama pagi hari

Perempuan: - Nyeri di perut bawah, kadang keputihan berbau - Alat kelamin sakit/ gatal - Rasa sakit/
panas saat kencing - Perdarahan setelah berhubungan seksual

Pengobatan

• Antibiotik : penicilin & derivatnya, Sulfa, Ciptofloxacin -> lewat oral atau suntikan
• Pengobatan pada masing-masing pasangan untu mencegah Ping Pong Phenomen
Pencegahan
• Tidak berhubungan seks dengan penderita
• Segera berobat setelah berhubungan seks dengan penderita penyakit ini

Herpes Genital

• Tipe : Virus (virus Varicella zoster dan herpes simplex virus )


• Cara penularan : kontak seksual antar kulit baik vaginal, anal maupun oral
• Gejala :
- Pada perempuan terdapat luka lecet disekitar kelamin, dinding liang kemaluan dan anus.
- Pada laki-laki terdapat luka lecet dibatang maupun kepala penis atau anus.
• Masa inkubasi: 1-26 hari atau 6-7 hari
• Pengobatan: obat antivirus (asyclovir)
• Akibat: peningkatan risiko terinfeksi HIV, kelahiran prematur pada wanita hamil
• Pencegahan: tidak melakukan hubungan seks anal, vaginal maupun oral dengan orang yang
terinfeksi dan pemakaian kondom

Gejala Klinis Terdiri dari tiga stadium:

- INFEKSI PRIMER Ditandai dengan gejala demam, nyeri, nyeri atau sakit bila berhubungan
seksual. Muncul gelembung-gelembung berisi cairan (lesi) disekitar kelamin.
- FASE LATEN • Pada fase ini tidak ditemukan gejala klinis,tetapi virus Herpes simpleks ini
dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis (kumpulan syaraf pada
tulang punggung)
- INFEKSI REKURENS Virus herpes simpleks yang tidak aktif

Sifilis

o Tipe: bacterial (Treponema pallidum)


o Cara penularan: hubungan seks vaginal, anal atau oral (Kontak dengan bagian yang terinfeksi)
o Gejala:
• TAHAP 1(sifilis primer): Terjadi 9-90 hari setelah terinfeksi, timbul luka yang tidak nyeri
dipenis
• TAHAP 2 (sifilis sekunder): terjadi beberapa bulan setelah tahap pertama, bercak merah tidak
gatal ditangan dan kaki, pembesaran kelenjar limfa, kutil disekitar alat kelamin dan anus.
• TAHAP 3(sifilis laten): tidak ada keluhan namun infeksi menyerang organ tubuh lain.
Diketahui hanya lewat pemeriksaan darah
• TAHAP 4 (sifilis tersier): timbul 5-50 tahun setelah sifilis sekunder. Kerusakan menetap pada
otak, pembuluh darah, jantung, serabut saraf dan sumsum tulang belakang.
• TAHAP 5 (sifilis congenital): ibu hamil terkena sifilis dan melahirkan anak menyebabkan
kelainan bentuk muka, kelainan tulang, kebutaan, ketulian,kelainan bentuk gigi, kelainan
kulit, lahir mati

Pengobatan: penisilin, namun kerusakan organ tubuh tidak dapat diperbaiki • Pencegahan: tidak
melakukan hubungan seks, hindari kontak luka dengan penderita sifilis
Trikomoniasis

• Tipe: disebabkan oleh protozoa Trichomonas Vaginalis


• Prevalensi: terjadi paling banyak pada perempuan muda dan aktif seksual, diperkirakan 5 juta
kasus terjadi pada perempuan dan laki-laki.
• Cara penularan: kontak seksual, pemakaian baju penderita
• Gejala: • Pada Perempuan terjadi keputihan, berbusa dan berwarna kehijauan, rasa sakit saat
buang air kecil dan saat berhubungan seksual, nyeri vagina, gatal atau tidak ada gejala sama
sekali. • Laki-laki: terjadi radang saluran kencing, luka pada penis, namun pada umumnya
tanpa gejala. • Pengobatan: dapat disembuhkan dengan kombinasi obat
• Konsekuensi: pada ibu hamil menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran bayi premature
• Pencegahan: tidak melakukan hubungan seksual, penggunaan kondom dapat mengurangi
resiko tertular.

Kondiloma Akuminata (Kutil Kelamin)

• Sering disebut juga dengan penyakit Jengger Ayam

• Disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV)

• Cara Penularan: Hubungan seksual vaginal, anal atau oral

Gejala: 1. Bintil-bintil kecil berkelompok menjadi besar (Pada laki-laki terdapat di ujung penis dan
dibawah kulit depan jika tidak disirkumsisi, pada wanita terdapat di vagina, Labia mayor dan klitoris)
2. Keluar cairan berwarna putih, cair dan gatal 3. Rasa nyeri dan panas pada saat bersenggama

Faktor resiko yang memperparah penyakit:

• Aktif secara seksual di usia muda • Hubungan seks tanpa kondom atau memiliki banyak pasangan
seksual • Riwayat berhubungan seks dengan orang yang riwayat kesehatan seksualnya tidak
diketahui. • Pernah menderita infeksi menular seksual • Sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya
karena HIV/AIDS

Penatalaksanaan Obat-obatan: • Podofilotoksin, untuk menghentikan pertumbuhan sel kutil •


Imiquimod, untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi HPV • Salep herbal
yang mengandung katekin, yaitu senyawa aktif pada teh hijau yang dapat melawan HPV dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh Operasi: • Eksisi, yaitu metode pembedahan untuk
menghilangkan kutil • Teknik bedah beku atau cryosurgery, yaitu tindakan membekukan kutil
kelamin dengan nitrogen cair • Terapi sinar laser, yaitu prosedur menghilangkan kutil kelamin
dengan sinar laser • Kauterisasi atau electrocautery, yaitu prosedur menghilangkan kutil dengan arus
listrik

Bacterial Vaginosis

• Suatu kondisi dimana bakteri sehat di vagina wanita menghilang dan digantikan oleh
organisme yang berbeda • Berkaitan dengan adanya keputihan yang tidak normal pada
wanita usia reproduksi
• Merupakan infeksi vagina yang paling sering pada wanita yang aktif melakukan hubungan
seksual
• Penyebab: bakteri G.vaginalis, mycoplasma vaginalis
• Faktor resiko: 1. Melakukan hubungan seksual lebih dari satu pasangan 2. Wanita yang
berhubungan seksual dengan wanita 3. Memakai sabun pembersih vagina 4. Merokok 5.
Penggunaan AKDR (IUD)
 Gejala: 1. Bau amis yang kuat (fishy odor) yang terutama terlihat setelah berhubungan 2.
Sekret vagina berwarna putih 3. pH vagina basa (4,7-5,5), pH normal vagina (3,8-4,1)
 Komplikasi: 1. Pada wanita: penyakit radang panggul, mempermudah mendapat penyakit
IMS lain, yaitu gonore, klamidia, trikomoniasis, herpes genital dan HIV 2. Pada janin dan bayi
baru lahir: gangguan kehamilan, bayi lahir prematur dan keguguran
 Penatalaksanaan: 1. Pengobatan: antibiotik (metronidazole) dan krim vagina 2. Pencegahan:
hindari faktor resiko

HIV : Human Immunodeficiency Virus.

Merupakan virus penyebab AIDS. Terdapat dalam cairan tubuh pengidapnya seperti darah, air mani,
atau cairan vagina. Pengidap HIV akan tampak sehat sampai HIV menjadi AIDS dalam waktu 5-10
tahun. HIV menyerang system imun manusia yaitu menyerang limfosit T Helper yang memiliki
reseptor CD4 di permukaannya

AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome

AIDS merupakan suatu sindrom yang menurunkan kekebalan tubuh yang disebabkan HIV, sehingga
tubuh tidak dapat memerangi penyakit. Penderita HIV dinyatakan sebagai penderita AIDS Ketika tes
darah menunjukkan jumlah CD4 200 mm3

HIV&AIDS

Cara penularan: • hubungan seks vaginal, oral dan anal. • Darah/produk darah yang terinfeksi •
Penggunaan jarum suntik bergantian • Penularan dari ibu ke bayi saat mengandung, melahirkan
maupun menyusui

Gejala: • Tidak ada gejala pada saat terinfeksi pertama kali • Gejala awal seperti flu, demam,
kehilangan nafsu makan, BB menurun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening (menghilang
setelah seminggu sampai satu bulan) • Virus akan dormant selama beberapa tahun • Virus
melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga menimbulkan infeksi oportunistik

Stadium Perkembangan HIV menjadi AIDS berdasarkan Stadium:

• Stadium pertama: HIV • Stadium dua: Asimptomatik (tanpa gejala). • Stadium ketiga • Stadium
keempat: AIDS

Stadium 1 • Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis ketika
antibodi terhadap virus tersebut berubah menjadi positif. • Rentang waktu saat HIV masuk kedalam
tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window period. • Lama window
period antara 1 sampai 3 bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai 6 bulan

Stadium 2 • Asimtomatik berarti di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunujkkan
gejala-gejala. • Keadaan ini dapat berlangsung kira-kira 5-10 tahun. • Cairan tubuh pasien HIV/AIDS
yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV ke orang lain
Stadium 3 • Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent Generalized
Lymphadenopathy), • Tidak hanya muncul pada satu tempat saja • Berlangsung lebih satu bulan.

Stadium 4

Gejala klinis pada stadium AIDS dibagi:

1. Gejala utama/mayor: Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare kronis lebih dari satu
bulan berulang ataupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan
dan TBC
2. Gejala minor: Batuk kronis selama lebih dari satu bulan, infeksi pada mulut dan tenggorokan
disebabkan jamur Candida Albicans, pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap
diseluruh tubuh dan munculnya Herpes Zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh
tubuh

HIV/AIDS • Tidak menular melalui: • Bersentuhan, pelukan, ciuman • Sharing alat makan dan
minum • Gigitan nyamuk • Keringat, air mata, air kencing, ludah • Berenang bersama • Memakai WC
umum

Pengobatan: • Belum ada pengobatan untuk menyembuhkan • Anti retroviral terapi (ARV) untuk
memblok perkembangan virus, meningkatkan jumlah sel CD4 dan mengurangi jumlah virus dalam
darah • Pengobatan infeksi oportunistik (infeksi yang mengambil kesempatan dari lemahnya daya
tahan tubuh)

Pencegahan • Tidak melakukan hubungan seksual berisiko. • Tidak berganti-ganti pasangan atau
setia kepada satu pasangan yang tidak terkena infeksi HIV. • Menggunakan kondom secara konsisten
saat berhubungan seksual yang berisiko. • Hindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan
secara bergantian. Terutama bagi pengguna narkoba suntik.

• Metode yang direkomendasikan oleh Kemenkes RI untuk mencegah penularan HIV yang dikenal
dengan perilaku ABCDE: 1. Abstinence: tidak melakukan hubungan seks bebas 2. Be faithful:
melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti pasangan dan saling setia pada pasangan 3.
Condom: untuk melakukan hubungan seks yang mengandung resiko dianjurkan melakukan seks
aman termasuk menggunakan kondom. 4. Drugs: jauhi narkoba 5. Equipment: hindari pemakaian
alat medis yang tidak steril.

Peran Perawat dalam pencegahan dan penanggulangan PMS • Perawat sebagai role model
memberikan contoh sikap yang baik pada masyarakat • Memberikan konseling pada masyarakat
terutama remaja dan pasangan suami istri tentang kesehatan reproduksi • Memberikan konseling
pada masyarakat tentang penyebab dan akibat PMS • Bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan
tokoh agama dalam pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat • Mewaspadai gejala-gejala dan
deteksi dini adanya PMS

Diagnosa Keperawatan • Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan banyaknya sekret yang
keluar pada vagina dan adanya rasa gatal. • Resiko infeksi • Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai penyebab dan prognosis penyakit.
ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN NORMAL

PENGKAJIAN ◦ Identitas pasien ◦ Riwayat Prenatal: Riwayat perdarahan, hipertensi gestasional,


diabetes gestasional, infeksi (bakteri, virus, atau PMS) ◦ Riwayat persalinan sebelumnya: jenis
persalinan dan kondisi bayi ◦ Usia kehamilan, TFU, TTV, DJJ ◦ Past Health History ◦ Family Medical
History

Anamnesis ◦ Keluhan utama ◦ Kaji tanda- tanda persalinan, kontraksi, ketidaknyamanan dan lokasi,
bloody show ◦ Status selaput ketuban ◦ Rencana persalinan ◦ Psikososial: riwayat kekerasan seksual ,
stress terhadap persalinan, knowledge,

Pemeriksaan Fisik ◦ Status umum: head to toe, jantung, respirasi, edema ◦ Tanda vital: TD, Nadi,
suhu, respirasi ◦ Leopold: posisi janin ◦ DJJ: doppler atau leanex ◦ Kontraksi uterus: teratur (lebih
sering dan lebih lama): frekuensi, intensitas, durasi, tonus saat istirahat kontraksi lemah (sedikiti
menegang mudah ditekan) kontraksi sedang (tegang sulit ditekan dngan jari tangan) kontraksi kuat
(fundus kaku seperti papan dan hampir tdk mungkin ditekan dngan jari)

Cont…Pemeriksaan Fisik

Vaginal Touche (VT/pemeriksaan dalam) Cervical Dilation and Effacement, Fetal Descent and
Presenting Part, Rupture of membrane (test nitrazine blue +)

Fetal Asessment

 ◦ Analysis of Amniotic Fluid


 ◦ Fetal Heart Reate (DJJ) 120 – 160 Accelerations (peningkatan DJJ >15 bpm berlangsung
slama 15 detik → gerakan atau stimulasi janin, atau kontraksi) Deselerasi (dini, lambat,
variabel)
 ◦ Intermittent FHR Monitoring Kala 1 30menit Kala 2 15 menit
Partograf ◦ Partograf merupakan alat bantu yang digunakan untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan untuk mendeteksi penyimpangan dari keadaan normal seperti persalinan lama dan
persalinan macet secara dini sehingga penyulit – penyulit persalinan dapat dicegah.

Pengamatan yang dicatat ◦ Informasi ibu: nama, usia, GPA, no RM, tgl dan waktu mulai dirawat,
mulai His, dan pecah ketuban

◦ Kemajuan persalinan: Pembukaan servik Penurunan Kepala Kontraksi/His

• Kondisi Janin: DJJ, Selaput air ketuban, Molase kepala janin

• Kondisi ibu

Pembuka an serviks ◦ VT dilakukan setiap 4 jam ◦ Pencatatan dimulai dari fase aktif pembukaan 4cm
◦ Berikan tanda “X” dan dimulai dari garis waspada

Penurunan bagian terbawah janin

 ◦ Penurunan bagian terbawah janin dengan metode lima jari (perlimaan) adalah:
 ◦ 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisi pubis
 ◦ 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul
 ◦ 3/5 jika sebagian (3/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul
 ◦ 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin yang masih berada diatas simfisi pubis
dan (3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat
digerakkan)
 ◦ 1/5 jika hanya 1 dari 5 masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas
simfisis dan 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga panggul
 ◦ 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh
bagian terbawah janin sudah masuk kedalam rongga panggu

Kontraksi Uterus ◦ Satu kotak menggambarkan 1 his ◦ Cara mengarsir: Lamanya his kurang dari 20
detik →kotak diisi dengan titik – titik Lamanya his 20 – 40 detik → kotak diisi dengan garis
miring/arsiran Lamanya his lebih dari 40 detik → kotak dihitamkan

Selaput Ketuban U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah) J : selaput ketuban sudah pecah dan
air ketuban jernih M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium D :
selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah K : selaput ketuban sudah pecah tapi
air ketuban tidak mengalir lagi (kering

Molase kepala janin 0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi 1
: tulang – tulang kepala janin saling bersentuhan 2 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang
tindih tetapi masih dapat dipisahkan 3 : tulang – tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan

Kondisi ibu Nadi → 30 menit Tekanan darah → 4 jam Suhu ibu → 4 jam Urin → 2 jam/setiap
berkemih Obat – obatan dan cairan intravena Pemberian oksitosin

Masalah Keperawata n di Kala I

Nyeri Melahirkan, Kesiapan Persalinan, Resiko infeksi, Resiko Perdarahan, Keletihan, Kecemasan,
Resiko kekurangan volume cairan, Resiko cedera Janin, Resiko cedera ibu
Masalah keperawat an yang mungkin muncul: Askep Kala II & III

Nyeri persalinan, Keletihan. Cemas, Kesiapan Persalinan, Resiko cedera Ibu, Resikom cedera Janin

Penalaian selama 4 tahap

- Ttv
- Status fundus uteri dan darah perineum
- Tingkat kenyamanan
- Jumlah lokia dan perdarahan vagina
- Setatus kandung kemih
Masalah Keperawatan mungkin muncul di kala 4

- ◦ Resiko kekurangan volume cairan


- ◦ Resiko perdarahan
- ◦ Ketidaknyamanan pasca partum

Anda mungkin juga menyukai