Anda di halaman 1dari 38

KO N S E P D A N PR IN S I P

KE B UT U H AN S EK S U A L

A, M .K ep ., Ns ., S p.K ep.A n
NOVI ENIS ROSULIAN
ISU-ISU SEKSUALITAS:

Pembicaraan mengenai seksualitas


seringkali dianggap sebagai hal yang
tabu
 tidak pantas dibicarakan dalam
komunitas umum
 bersifat pribadi
 hanya dikaitkan dg hubungan intim.
TUJUAN PEMBELAJARAN
SETELAH MEMPELAJARI MATERI INI, MAHASISWA MAMPU:

Mendeskripsikan
Mendefinisikan
komponen kesehatan
kesehatan seksual seksual fisiologis

Mendeskripsikan
perkembangan seksual
dan masalah seksual di
semua kelompok usia

Mendiskusikan aspek
Mengidentifikasi bentuk
penting stimulasi seksual,
disfungsi seksual pria hubungan seksual, dan
dan wanita siklus respon seksual
KESEHATAN SEKSUAL

KETERAMPILAN
KARAKTERISTIK
KEWASPADAAN DASAR PERAWAT
DEFINISI KESEHATAN
KLINIS PADA AREA
SEKSUAL
SEKSUALITAS
DEFINISI KESEHATAN SEKSUAL

 Kesehatan seksual adalah integrasi aspek somatic, emosi, intelektual, dan


social seksual manusia, yang secara positif memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO 1975 dalam Kozier, et al. 2011).

 Adapun dimensi yang berkaitan yaitu dimensi biologis, psikologis, dan


sosiokultural seksualitas.
SPIRITUAL NEED
A.D

MENTAL NEED HARGA DIRI

EMOTIONAL NEED CINTA MEMILIKI DAN


DIMILIKI

EMOTIONAL NEED
AMAN DAN PERLINDUNGAN

PHYSICAL NEED
KEBUTUHAN FISIOLOGIS
KARAKTERISTIK KESEHATAN SEKSUAL
 Pengetahuan mengenai seksualitas dan perilaku
seksual
 Kemampuan mengekspresikan seluruh potensi  Kemampuan untuk mengekspresikan
seksual seseorang, tidak termasuk semua bentuk seksualitas melalui komunikasi, sentuhan,
kekerasan, eksploitasi, dan penganiayaan seksual ekspresi emosi, dan cinta
 Kemampuan membuat keputusan otonom  Hak untuk membuat pilihan reproduktif yang
mengenai kehidupan seksual seseorang dalam bebas, namun bertanggung jawab
konteks etika personal dan sosial  Kemampuan untuk mengakses layanan
 Pengalaman kesenangan seksual sebagai kesehatan seksual untuk pencegahan dan
sumber kesejahteraan fisik, psikologis, kognitif penanganan semua kekhawatiran, masalah,
dan spiritual dan gangguan seksual.
KEWASPADAAN KLINIS

 Berdasarkan karakteristik budaya, usia,


gender, dan personal, tidak setiap perawat
akan merasakan kenyamanan mendiskusikan
tentang seks dengan setiap klien

 Namun perawat tetap bertangguang jawab


untuk memastikan bahwa topic tentang
seksualitas harus didiskisan dengan klien
dalam melakukan asuhan keperawatan
KETERAMPILAN DASAR PERAWAT
Perawat membutuhkan 6 keterampilan dasar pada area seksualitas yaitu:
1. Pengetahuan diri dan kenyamanan dengan 4. Pengetahuan mengenai seksualitas dasar,
seksualitas mereka sendiri termasuk bagaimana masalah kesehatan tertentu
dan penangannannya dapat mempengaruhi
seksualitas dan fungsi seksual dan jenis intervensi
yang memfasilitasi ekspresi dan fungsi seksual
2. Penerimaan seksualitas sebagai area 6. Kemampuan untuk mengetahui kebutuhan klien
penting bagi intervensi keperawatan dan dan anggota keluarga untuk diperkenalkan topic
keinginan untuk bekerja dengan klien yang sesksualitas tidak hanya dalam materi tertulis
mengekspresikan seksualitas mereka dalam ataupun audiovisual, tetapi juga dalam diskusi
berbagai cara verbal
3. Pengetahuan mengenai pertumbuhan dan 6. Keterampilan komunikasi terapeutik
perkembangan sesksual sepanjang siklus
kehidupan
KOMPONEN KESEHATAN SEKSUAL
titas Orientasi
Bagaimana seseorang menilai diri sendiri sebagai makhluk seksual, menentukan dengan
siapa seseorang akan melakukan hubungan seksual, dan bagaimana seseorang

nder seksual
mengekspresikan seksualitas

Bagian sentral rasa diri, selalu berubah. Bagaimana perasaan seseorang terhadap tubuhnya
yang berkaitan dengan seksualitas

Citra tubuh seseorang sebagai wanita atau pria. Hasil dari serangkaian kejadian
perkembangan yang dapat sesuai atau tidak sesuai dengan seks biologis yang tampak.
Berkaitan dengan norma social dan budaya. Sekali terbentuk identitas gender sulit untuk
diubah.

Ketertarikan seseorang terhadap orang dengan jenis kelamin sama, jenis kelamin
lain, atau kedua jenis kelamin. Tenaga kesehatan professional harus
menunjukkan sikap yang tidak menghakimi ketika merawat klien dengan orientasi
seksual yang berbeda.
ISTILAH

TRANSEKSUAL PRE Transjender


OP

Transeksual IDENTITAS Cross-dresses


post op JENDER

Interseks
MENGKAJI NILAI SEKSUAL PERSONAL

Saya meyakini kepuasan seksual sebagai……………………….

Pada saat saya memikirkan orang tua saya melakukan hubungan seks, saya………………..

Apabila saya harus merawat klien transgender, saya akan……………………..

Pada saat saya memikirkan lesbian, gay, dan biseksual, saya…………………….

Masturbasi adalah………………………….

Keyakinan saya mengenai seks oral adalah…………………………..


Mendapat penetapan gender sebagai wanita atau pria, membedakan diri sendiri dg org lain sec.bertahap,
genetalia eksternal sensitive dari sentuhan, Sekolah
bayi pria punya ereksi penis, wanita lubrikasi vagina PERKEMBANGAN SEKSUAL
PADA SETIAP KELOMPOK USIA
6-12 th

Identitas gender terus berkembang, mampu mengidentifikasi gender diri sendiri

Menjadi sadar akan diri sendiri, mengeksplorasi bagian tubuhnya dan bagian tubuh teman bermainnya. Belajar
mengoreksi nama-nama bagian tubuh. Belajar mengontrol perasaan dan perilaku. Memfokuskan pada orang tua dengan
jenis kelamin berbeda.

Memiliki identifikasi yang kuat dengan orang tua dg Jk sama. Cenderung memiliki teman dg JK sama. Semakin sadar akan diri sendiri.
Menerapkan kesopan dan privasi. Terua melanjutkan perilaku menstimulasi diri sendiri. Belajar peran dan konsep gendernya. Pada usia
8-9 tahun menjadi perhatian terhadap perilaku seks spesifik dan seringkali mendekati orang tua mengenai seksualitas dan reproduksi.

Karakteristik skes primer dan sekunder berkembang. Terjadi menarkhe,; mengembangkan dg pasangan, seringkali terjadi
masturbasi;mungkin berpartisipasi dalam aktivitas seksual
Dewasa muda
18-40 th
Sering terjadi aktivitas seksual; mengembangkan gaya hidup dan nilai diri sendiri; pasangan berbagi kewajiban
keuangan dan tugas rumah tangga

Mengalami penuunan produksi hormone, menopause pd usai 40 dan 55 th, klimakterium terjadi
bertahap pada pria, kualitas lbh penting, mengembangkan standar moral dan etik independen

Ketertarikan aktivitas seksual berlanjut, aktivitas seksual semakin jarang, skresi vagina
berkurang, payudara atrofi, sperma sedikit dan waktu yang lama untuk ereksi dan
ejakulasi

Lansia
65 th-ke atas
Bayi lahir-18 Manipulasi sendiri terhadap genitalia adalah hal yang normal, pengasuh perlu mengetahui perilaku
bln tersebut sebagai hal yang umum terjadi pada anak-anak

Manipulasi sendiri terhadap genitalia adalah hal yang normal. Sebut nama-nama bagian tubuh anak-anak dari orang
Todler tua tunggal sebaiknya memiliki kontak dengan orang dewasa dari kedua jenis kelamin
1-3 th
Jawab pertanyaan-pertanyaan dari mana bayi berasal? Secara jujur dan sederhana. Reaksi orang tua yang berlebihan
Prasekolah terhadap eksplorasi genitalia dan masturbasi dapat menimbulkan perasaan bahwa”seks” itu hal yang buruk
4-5 th
Berikan orang tua dan anak-anak kesempatan untuk mengekspresikan kekhawatiran mereka dan ajukan pertanyaan terkait seks. Jawab
Sekolah
semua pertanyaan dengan data factual dan mungkin tindak lanjuti dengan buku dan materi lainyang sesuai.Beri advis kepada orang tua
untuk mendiskusikan informasi dasar mengenai hubungan seksual, mentruasi, dan reproduksi dengan anak-anak usia 10 tahun. Berikan
6-12 th
anak-anak materi bacaan dan diskusikan
membutuhkan informasi mengenai perubahan tubuh, kelompok teman sebaya sangat berpengaruh pada masa ini . Berkencan
Remaja
membantu remaja mempersiapkan diri menjalani peran orang dewasa. Orang tua memengaruhi nilai dan perilaku.Remaja
12-18 th
membutuhkan informasi mengenai tindakan kontraseptif dan tindakan pencegahan PMS.
Dewasa seringkali membutuhkan informasi mengenaitindakan untuk mencegah kehamilanyang tidak diinginkan, ex: KB
muda pantang berkala.)informasi mencegah PMS, Komunikasi teratur dibutuhkan untuk memahami kebutuhan
Intervensi 18-40 th seksual pasangan

Keperawatan Dewasa membutuhkan penyesuaian peran baru, konselin untuk mnegevaluasidan mengarahkan
dan Pedoman menengah
40-65 th
energy. Dorong pasangan untuk melihat aspek positif pada kehidupan saat ini

Penyuluhan terus aktif secara seksual., konseling mengani cara mengadaptasi rasa kasih
Lansia sayang., dan kebutuhan seksual mereka dengan adanya keterbatasan fisik
65 th-ke atas
TANDA KLINIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
PENYAKIT PRIA WANITA
Gonore Nyeri saat berkemih; urethritis, syanker pada glans penis tidak nyeri sembuh Asimptomatik rabas vagina, nyeri,
dlm 4-6 mgg, erupsi kulit, demam ringan, inflamasi kelenjar getah bening sering berkemih, Syanker pada serviks
dalam 6 minggu hingga 6 bln setelah syanker sembuh atau are genital lain, sembuh dlm 4-6
mgg, gejala sama dg pria
Kutil genital (kandiloma akuminta) Infeksi oleh human papilloma virus (HPV). Lesi tungga atau kelompok di atas Strain HPV dikaitkan dg kanker serviks.
preutium di meatus eksterna atau glands penis. Pada area kulit yang kering Lesi pada bagian dasar vagina,
lesi keras dan kuning keabuan, pada area kulit lembablesi merah muda, dan perineum, bibir vagina, dinding dalam
lembut seperti bunga kol vagina dan serviks.
Uretritis Klamidia Sering berkemih, rabas uretra cair dan mukoid Rabas vagina, dysuria, sering berkemih

Trikomoniasis Sedikit gatal, lembab pada atas penis, rabas uretra setiap pagi, asimptomatik Gatal dan kemerahan pada vulva dan
kulit di bagian dalam paha, rabas
vagina cair, berbusa dan banyak
Kandidiasis Gatal, iritasi, rabas, plak seperti keju dibawah preputium Vulva kemerahan, dan ekskoriasi, gatal
pada vagina dan vulva, rabas putih,
tebal, seperti keju
AIDS Gejala muncul kapan saja dari bulan sampai tahun setelah kena virus. Penurunan imunitas, keringat malam yang
banyak dan persisten, keletihan ekstrem, bb turan drastic, kelenjar getah bening membesar di leher, aksila, inguinal,
diare persisten, ruam kulit, penglihatan kabur, sakit kepa kronis, batuk kering, lapisan putih keabuan tebal di lidah atau
tenggorokan
Herpes genitalis Luka , nyeri, vesikula membesar, diskretyang lama, rupture vesikula, herpes berulang dan gatal selama 10 hari dan
(herpes simpleks di area genital) tidak nyeri
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUALITAS
TINGKAT
PERKEMBANGAN
MEDIKASI

BUDAYA

PROSES
PENYAKIT

NILAI
KEAGAMAAN

ETIKA PERSONAL
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUAL
TINGKAT PERKEMBANGAN
Berdasarkan tingkatan usia individu Pemikiran etik dan pendekatan etik terhadap seksualitas dapat dipandang
ETIKA PERSONAL terpisah dari agama.


Contoh : masturbasi, hubungan seksual oral dan anal, pria berpakaian wanita atau wanita
berpakaian pria.

Pasangan perlu menggali dan mengkomunikasikan berbagai jenis ekspresi seksual dan
mencegah dominasi pembuatan keputusan seksual oleh pasangan

BUDAYA Seksualitas diatur oleh budaya individu. PROSES PENYAKIT


Pikiran, tubuh dan emosi yang sehat sangat pentinguntuk kesejahteraan
seksual.

Contohnya: cara berpakaian, peraturan perkawinan,harapan perilaku ●
Contoh: penyakit jantung, kanker prostat, histerektomi, diabetes mellitus,
peran dan tanggung jawab sosial, dan praktik seks tertentu . cedera korda spinal, prosedur bedah, penyakit sendi, nyeri kronik, PMS, Gg.
Mental,

Agama Memberikan pedoman dan perilaku seksual da situasi yang diterima,


NILAI KEAGAMAAN perilaku seksual yang dilarang dan kosekuensi melanggar peraturan seksual MEDIKASI Obat resep memiliki efek samping yang mempengaruhi seksual

Contoh : mempertahankan keperawanan sebelum menikah ●
Contoh: antideperesan dapat memperlambat ejakulasi

Contoh konflik dengan nilai masyarakat seperti: homosesual, aborsi,
menjadi ibu tanpa menikah.
PENGARUH MEDIKASI PADA FUNGSI SEKSUAL
PERUBAHAN FISIOLOGIS TERKAIT SIKLUS RESPONS SEKSUAL
CON’T……………………..
BERCINTA
BERCINTA

Masturbasi proses bercinta yang kontinyu Fellatio stimulasi oral penis dengan menjilat
dengan diri sendiri dan mengisap

Cunnilingus seks oral genital pada pria


dengan wanita atau wanita dengan wanita,
Sixty-nine  stimulasi oral genital yang terus
yang mencakup mencium, menjilat, mengisap
menerus oleh dua orang
genital wanita, termasuk mons pubis, vulva,
klitoris, labia, dan vagina
PERUBAHAN FUNGSI SEKSUAL

Disfungsi Pria

Disfungsi Wanita

Pengaruh medikasi pada fungsi


seksual
DISFUNGSI PRIA

Ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk kepuasan
Disfungsi Ereksi / impotensi seksual bagi diri sendiri maupun pasangan. Penyebab faktor fisiologis dan psikologis :m cedera
korda spinal, cedera saraf genital/perineal, prostatektomi. Faktor psikologis????????????????

Ejakulasi Cepat Ketidakmampuan menunda ejakulasi cukup lamauntuk memuaskan


pasangannya. Ejakulasi terjadi saat penetrasi atau segera setelahnya.

Ejakulasi lambat Ketidakmampuan untuk ejakulasi ke vagina atau ejakulasi tertunda.


Pria sulit mencapai orgasme jenis apapun dengan pasangan


DISFUNGSI WANITA

Gangguan gairah seksual hipoaktif


Gangguan orgasmuskesulitan atau
Tidak adanya pemikiran seksual yang
ketidakmampuan untuk mencapai orgasme
menetap/berulang/ketidaktertarikan pada
setelah dilakukan stimulasi dan rangsangan.
aktivitas seksual

Gangguan Nyeri seksual dyspareunia, vaginismus,


dan nyeri genital. Dyspareunia (nyeri selama hubungan
seksual, krn lubrikasi tidak adekuat, luka parut, infeksi
Gangguan rangsangan seksual vagina/ketidakseimbangan hormone
 Wanita tidak mampu mencapai/ Vaginismus spasme otot involunter disepertiga bagian
mempertahankan lubrikasi vagina bawah vaginamembuat insersi penis sangat nyeri atau
penis tidak dapat insersi.
Nyeri genital mengalami nyeri dengan stimulasi
seksual apapunselain hubungan seksual.
Asuhan
Keperawatan
PENGKAJIAN
DIAGNOSA

EVALUASI Asuhan
keperawatan
INTERVENSI

IMPLEMENTASI
PENGKAJIAN

 Informasi mengenai status kesehatan seksual klien harus selalu menjadi


bagian integral pengkajian keperawatan.

Perawat melakukan pengkajian riwayat seksual pada kategori klien


berikut:
 Individu yang mendapat perawatan untuk kehamilan, infertilitas,
kontrasepsi, atau penyakit menular seksual
 Individu yang menderita penyakit atau mendapat terapi yang akan
mempengaruhi fungsi seksual (misal: klien penyandang diabetes,
masalah ginekologis, penyakit jantung)
 Individu yang saat ini mengalami masalah seksual
RIWAYAT KEPERAWATAN
 Riwayat seksual perlu disertakan sebagai bagian riwayat keperawatan umum
 Perawat tidak boleh membuat asumsi mengenai klien karena asumsi menggangu pengkajian riwayat yang
akurat
 Riwayat kesehatan seksual, berisi pertanyaan yang dapat diajukan oleh perawat sebagai bagian pengkajian
riwayat kesehatan.
 Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul kemudian dalam proses pengkajian setelah hubungan perawat klien
terbina
PEMERIKSAAN FISIK
Data riwayat keperawatan mengindikasikan pentingnya pemeriksaan fisik
meliputi:
a. Kecurigaan akan infertilitas, kehamilan atau penyakit menular seksual
b. Laporan rabas, adanya benjolan, atau adanya perubahan warna,
ukuran, dan bentuk organ genital
c. Perubahan fungsi perkemihan
d. Kebutuhan akan uji Papanicolaou
e. Permintaan keluarga berencana

Mengidentifikasi Klien yang beresiko


Klien yang beresiko mengalami gangguan pola seksual termasuk individu
yang mengalami:
 Perubahan struktur atau fungsi tubuh karena trauma, kehamilan,
kelahiran terakhir, abnormalitas anatomic pada genetalia atau
penyakit
WAWANCARA PENGKAJIAN

• Penganiayaan fisik, psikososial, emosi, atau penganiayaan


seksual, kekerasan seksual
• Kondisi yang “membuat jelek” seperti, luka bakar, masalah
kulit, tanda lahir, jaringan parut (mis: mastektomi) dan ostomi
• Terapi medikasi tertentu yang menyebabkan masalah
seksual
• Gangguan kemampuan fisik sementara atau jangka panjang
untuk melakukan aktivitas berhias dan mempertahankan
daya Tarik seksual
• Konflik nilai antara keyakinan personal dan doktrin
keagamaan
• Kehilangan pasangan
• Tidak memiliki pengetahuan atau salah informasi mengenai
fungsi dan ekspresi seksual.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Ketidakefektifan pola seksualitas
 Disfungsi seksualitas
 Resiko Disfungsi seksual

Masalah seksual dapat juga menjadi etiologi diagnosis lain, termasuk:


 Defisiensi pengetahuan (mis, mengenai konsepsi, penyakit menular seksual,
kontrasepsi, atau perubahan seksual normal sepanjang usia) yang berhubungan
salah informasi dan mitos seksual
 Nyeri yang berhubungan dengan pelumasan vagina yang tidak adekuat atau
pengaruh pembedahan genital
 Ansietas yang berhubungan dengan kehilangan gairah atau fungsi seksual
 Ketakutan yang berhubungan dengan riwayat penganiayaan seksual atau
dyspareunia
 Gangguan citra tubuh (mis. Mastektomi) yang berhubungan dengan persepsi
penolakan seksual oleh pasangan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx 1
• Disfungsi Seksual

Dx 2
• Pola seksual tidak efektif

Dx 3
• Risiko disfungsi Seksual
INTERVENSI
Tujuan Umum untuk memenuhi kebutuhan seksual klien antara lain:
• Mempertahankan, memulihkan, atau meningkatkan kesehatan seksual
• Meningkatkan pengetahuan mengenai seksualitas dan kesehatan seksual
• Mencegah terjadinya atau penyebaran penyakit menular seksual
• Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
• Meningkatkan kepuasan dalam tingkat fungsi seksual
• Memperbaiki konsep diri seksual
CON’T…..

 Intervensi keperawatan untuk meningkatkan kesehatan dan fungsi seksual sangat berfokus pada peran
perawat dalam penyuluhan.
 Contoh: klien perlu diajarkan mengenai fungsi seksual normal, pengaruh medikasi pada fungsi seksual,
pencegahan penyakit menular seksual, dan praktik pemeriksaan payudara dan testis sendiri/ membantu
klien mempertahankan konsep diri seksual yang sehat:
 Beri privasi selama perawatan bagian tubuh personal
 Libatkan pasangan klien dalam perawatan fisik
 Beri perhatian pada penampilan dan cara berpakaian klien
 Beri klien privasi untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka sendiriatau bersama pasangan dalam
batasan yang aman secara fisik
IMPLEMENTASI

Intervensi yang dipilih perawat didasarkan pada data yang diperoleh dari klien dan diagnosis keperawatan yang
ditegakkan.

 Memberi pendidikan kesehatan seksual (pendidikan seks atau perilaku seksual yang bertanggung jawab)
1. Penyuluhan perawatan klien tentang pemeriksaan payudara sendiri
2. Penyuluhan pemeriksaan testis sendiri
3. Penyuluhan Pencegahan penyakit menular seksual dan HIV
4. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
5. Konseling untuk perubahan fungsi seksual
6. Penyuluhan tentang metode kontrasepsi
 Menangani perilaku seksual yang tidak senonoh
EVALUASI

Tujuan yang ditetapkan selama fase perencanann dievaluasi berdasarkan hasil yang diharapkan juga ditetapkan
selama fase tersebut. Apabila semua hasil belum tercapai, perawat harus menggali penyebab dengan
pertanyaan sebagai berikut:
 Apakah faktor risiko diidentifikasi dengan benar?
 Apakah klien menunjukkan semua rasa takut dan kekhawatiran yang signifikan mengenai seksualitas?
 Apakah klien lebih nyaman setelah diskusi mengenai masalah seksual?
 Apakah klien memahami penyuluhan yang diberikan perawat?
 Apakah penyuluhan kesehatan sesuai dengan budaya dan nilai agama klien?
 Apakah klien siap menghadapi masalah seksual?
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai