Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan yang normal dalam bentuk dan fungsi otak yang sudah tua harus
dibedakan dari perubahan yang disebabkan oleh penyakit yang secara abnormal
mengintensifkan sejumlah proses penuaan. Salah satu manifestasi klinik yang khas
adalah timbulnya demensia. Penyakit semacam ini sering dicirikan sebagai
pelemahan fungsi kognitif atau sebagai demensia. Memang, demensia dapat terjadi
pada umur berapa saja, bergantung pada faktor penyebabnya, namun demikian
demensia sering terjadi pada lansia. Orang awam mengetahui juga adanya gejala
demensia yang dinamakannya pikun.
Namun pikun selalu dihubungkan dengan usia yang sudah lanjut. Orang tua
dapat menjadi pikun dan hal ini dianggap lazim. Dari aspek medik, demensia
merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah yang terdapat pada
penyakit kronis lainnya (stroke, diabetes mellitus, hipertensi, keganasan). Ilmu
kedokteran dan kesehatan mengemban misi untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia. Seseorang yang mengalami demensia pasti akan mengalami penurunan
kualitas hidup. Keberadaannya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat menjadi
beban bagi lingkungannya, tidak dapat mandiri lagi.

B. Rumusan masalah
Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
demensia?

C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan
demensia

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi/Pengertian
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)
yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive).
Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit
biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi
tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia adalah
istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif
global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial secara
normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS), (Mickey Stanley, 2006).
Demensia adalah satu penyakit yang menyebabkan sel-sel otak yang mati
secara abnormal. Daya ingat, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila
mengalami demensia. Penyakit ini dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar
belakang pendidikan maupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan
khusus untuk demensia, namun perawatan untuk menangani gejala boleh dilakukan
B. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60
tahun adalah7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka
kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu
populasi. Kira-kira 5 % usia lanjut65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat
dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia diatas 85 tahun. Pada
negara industri kasus demensia 0.5 – 1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada
usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang. Demensia terbagi menjadi dua
yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan
kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%.
Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan

2
demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 %
demensia akibat penyakit Alzheimer.
C. Etiologi
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat
disembuhkan, sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. &
Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab
utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh
darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen
diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, misalnya :
gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic, penyakit
degenerative. Semua hal ini harus ditelusuri. Gejala atau kelainan yang menyertai
demensia kita teliti. Etiologi dapat ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan
yang menyertai, seperti :hemiparese, gangguan sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas,
tremor (Lumbantobing, 2006).
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya
(Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan
membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
D. Klasifikasi
1) Menurut Kerusakan Struktur Otak
a. Tipe Alzheimer
Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak
mengalami kematian sehingga membuat signal dari otak tidak
dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C.
2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,
kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses

3
berpikir. Sekitar 50-60% penderita demensia disebabkan karena
penyakit Alzheimer.
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan
progresif
2) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia,
apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif,
3) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
4) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
5) Kehilangan inisiatif.
Penyakit Alzheimer dibagi atas 3 stadium berdasarkan
beratnya deteorisasi intelektual :
1) Stadium I (amnesia)
a) Berlangsung 2-4 tahun
b) Amnesia menonjol
c) Perubahan emosi ringan
d) Memori jangka panjang baik
e) Keluarga biasanya tidak terganggu
2) Stadium II (Bingung)
a) Berlangsung 2 – 10 tahun
b) Episode psikotik
c) Agresif
d) Salah mengenali keluarga
3) Stadium III (Akhir)
a) Setelah 6 - 12 tahun
b) Memori dan intelektual lebih terganggu
c) Membisu dan gangguan berjalan
d) Inkontinensia urin

4
b. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi
darah di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke
dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan
karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah
otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai demensia vaskular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1) Peningkatan reflek tendon dalam
2) Kelainan gaya berjalan
3) Kelemahan anggota gerak
2) Menurut Umur:
a. Demensia senilis ( usia >65tahun)
b. Demensia prasenilis (usia <65tahun)
3) Menurut perjalanan penyakit :
a. Reversibel (mengalami perbaikan)
b. Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan
meningkatnya cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan
adanya :
1) Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
2) Inkontinensia urin.
3) Demensia.
4) Menurut sifat klinis:
a. Demensia proprius
b. Pseudo-demensia
E. Patofisiologi

Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus


demensia. Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun
tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori lain yang pernah
popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari

5
aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon
atau imun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali
mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak
mayat yang menderita penyakit Alzheimer: plak amiloid dan kekusutan
neurofibril terdapat juga penurunan neurotransmitter tertentu, terutama
asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer terutama adalah
korteks serebri dan hipotalamus, keduanya merupakan bagian penting dalam
fungsi kognitif dan memori. Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak.
Plak amiloid berasal dari protei yang lebih besar, protein precursor amiloid
(amyloid precursor protein (APP)). Keluarga-keluarga dengan awitan dini
penyakit Alzheimer yang tampak sebagai sesuatu yang diturunkan telah
menjalani penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen
APP-nya. Mutasi gen APP lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat AD
dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan
risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4
pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel
saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran
spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan
neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan
melewati system saraf. Deficit neurotransmiter menyebabkan pemecahan
proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada system saraf adalah
protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat sekalipun
pada penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada menunjukan
bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat selular, dengan atau
menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut. Demensia multi-infark adalah
penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi. Pasien-pasien yang
menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya, berkembang
menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak semua orang yang menderita
infark serebral multiple mengalami demensia. Dalam perbandingannya
dengan penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi

6
infark mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar
deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa
perbaikan diantara peristiwa-peristiwa serebrovaskular. Sebagian besar pasien
dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan penyaki yang lama dan
parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-pasien diamati
selama 15 sampai 18 tahun setelah memasuki program pengobatan levodopa,
dan 80% di antaranya menderita demensia sedang atau parah sebelum
akhirnya meninggal dunia (Mickey Stanley,2006).
Faktor Psikososial
Derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia dapat dipengaruhi oleh
faktor psikososial. Semakin tinggi intelegensia dan pendidikan pasien sebelum
sakit maka semakin tinggi juga kemampuan untuk mengkompensasi deficit
intelektual. Pasien dengan awitan demensia yang cepat (rapid onset)
menggunakan pertahanan diri yang lebih sedikit daripada pasien yang
mengalami awitan yang bertahap. Kecemasan dan depresi dapat memperkuat
dan memperburuk gejala. Pseudodemensia dapat terjadi pada individu yang
mengalami depresi dan mengeluhkan gangguan memori, akan tetapi pada
kenyataannya ia mengalami gangguan depresi. Ketika depresinya berhasil
ditanggulangi, maka defek kognitifnya akan menghilang.
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala secara umum yaitu :
1) Seluruh jajaran fungsi kognitif rusak
2) Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek
3) Pelupa
4) Gangguan kepribadian dan perilaku, mood swings
5) Sering mengulang kata-kataf
6) Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
7) Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
8) Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waham & paranoia
9) Agnosia, apraxia, afasia

7
10) ADL (Activities of Daily Living) susah
11) Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
12) Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian
13) Sulit mandi, makan, berpakaian, toileting
14) Pasien bisa berjalan jauh dari rumah dan tak bisa pulang
15) Mudah terjatuh, keseimbangan buruk
16) Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
17) Kurang konsentrasi
18) Kurang kebersihan diri
19) Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
20) Mudah terangsangu
21) Tremor
22) Kurang koordinasi geraka

8
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


KOGNITIF ( DEMENSIA)

A. Pengkajian
1) Pengumpulan data
a. Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi :
1. Identitas klien dan penanggung
2. Alasan dirawat
3. Riwayat penyakit
4. Aspek fisik, pskososial, status mental, kebutuhan persiapan
pulang, mekanisme koping, masalah hpsikososial dan
lingkungan.
a) Aktifitas /istirahat
 Merasa lelah : kelemahan dapat meningkatkan
bahaya gejala, khususnya pada malam hari
terbalik mengira siang/malam, terjaga sepanjang
malam/keluyuran tanpa tujuan, gangguan irama
tidur.
 Letargi : penurunan ketertarikan pada aktivitas
sehari-hari, hobi, ketidakmampuan untuk
mengulang apa yang di baca/mengikuti cerita
acara televise, kemungkinan dipaksa untuk
pensiun hambatan ktrampilan motorik,
ketidakmampuan melekukan gerakan yang lazim
dan bertujuan.
 Sering duduk dan mengamati orang lain.
 Aktivitas utama mungkin mengumpulkan benda-
benda mati, pengulangan gerakan (mis .melipat-

9
membuka-melipat kembali kain),
menyembunyikan benda, atau keluyuran.
b) Sirkulasi
 Kemungkinan riwayat penyakit vaskuler sistemik/
serebral, hipertensi, episode embolik (factor
predisposisi).
c) Integritas Ego
 Prilaku sering tidak konsisten; prilaku verbal/non
verbal mungkin tidak sesuai. Curiga atau
ketakutan pada orang atau situasi yang
dikhayalkan, Salah mempersepsikan lingkungan,
mengidentifikasi objek atau orang,
mengumpulkan benda-bendayang salah di simpan
di percaya sebagai di curi, Kehilangan bertubi-
tubi, perubahan pada citra tubuh dan harga diri.
Labilitas emosional (mudah menangis, tertawa
dengan tidak tepat), perubahan suasana hati yang
bervariasi (apatis, letargi, sukar istirahat, rentang
perhatian yang pendek, iritabilitas, tiba-tiba marah
meledak-ledak, (lemah, diare, pusing, sakit kepala
tiba-tiba). Dapat menyembunyikan keterbatasan
(membuat alasan jika tidak mampu,
menyelesaikan tugas, mengisap ibu jari sambil
memengang buku tanpa membacanya), Merasa
tidak berdaya; kuat, depresi, delusi, paranoid.
d) Eliminasi
 Urgensi (dapat mengindikasi hilangnya tonus
otot).
 Inkontinensia urine atau veses.
 Cenderung konstipasi atau inpaksi, dengan diare.

10
e) Makan atau Minum
 Episode hipoglikemik (factor predisposisi).
 Kurang minat pada atau melupakan waktu makan;
bergantung pada orang lain untuk memasak
makanan dan menyiapkan makanan di meja,
selera;menyangkal sedang lapar atau menolak
makan (dapat mencoba menyembunyikan
kehilangan ktrampilan).
 Kehilangan kemampuan untuk mengunyah
(aspirasi samar).
 Penurunan berat badan, masa otot, menjadi kurus
(vase lanjut)
f) Hygiene
 Mungkin bergantung pada orang lain untuk
memenuhi kebutuhan kebersihan dasar.
 Terlihat tidak di cukur, rambut tidak di sisir; bau
badan tidak sedap, kebiasaan pribadi yang rendah.
 Berpakaian tidak sesuai dengan situasi atau
kondisi cuaca.
 Salah menginterpretasikan atau mengabaikan
isyarat internal, lupa langkah dalam memenuhi
kebutuhan toileting, atau tidak ammpu mencari
kamar mandi.
g) Neurosensori
 Menyembunyikan ketidakmampuan (dapat
membuat alasan saat tidak menyelesaikan tugas,
menghisap ibu jari saat memegang buku tanpa
membacanya)

11
 Anggota keluarga dapat melaporkan adanya
penurunan bertahap dalam kemampuan kognitif,
kerusakan penilaian/keputusan yang tidak tepat,
hambatan ingatan baru tetapi ingatan baik,
perubahan prilaku/perubahan sifat kepribadian
individu atau menjadi berat
 Kehilangan kemampuan persepsi (lokasi
tubuh/bagian tubuh dalam ruang)
h) Interaksi Sosial
 Kemungkinan pembicaraan terkotak-kotak,
afasia, dan disfasia.
 Dapat mengabaikan aturan kontak sosial atau
prilaku tidak tepat.
 Faktor psikososial resiko sebelumnya (secara
individu dan pribadi mempengaruhi adanya
perubahan pola prilaku).
 Peran keluarga mungkin berubah atau kebalikan
karena individu jadi lebih tergantung.
 Pengajaran atau Pembelajaran Riwayat keluarga
dengan DTA (4 kali lebih besar dibandingkan
populas iumum); angka insiden demensia
degeneratife primer lebih sering pada wanita
(yang hidup lebih lama) dibandingkan pada pria.
demensia vascular timbul lebih sering pada pria
dibandingkan pada wanita. Dapat menunjukkan
gambaran kesehatan total kecuali untuk ingatan
atau perubahan prilaku. Menggunakan atau
menyalahgunakan obat, obat yang di jual bebas,
alcohol.

12
2) Daftar masalah keperawatan
1. Gangguan proses pikir
2. Resiko jatuh
3. Ketergantungan dalam ADL
4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
5. Resiko kekurangan volume cairan
6. Kemunduran daya ingat
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif
3) Pohon masalah

Resiko
jatuh Ketergantung
an dalam
ADL

Gangguan Resiko
Resiko ketidakseimb
proses pikir
jatuh angan nutrisi
: kurang dari
kebutuhan
tubuh

Penatalaksan Resiko
Kemunduran kekurangan
aan regimen
daya ingat cairan
terapeutik
tidak efektif

13
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan proses pikir
2. Resiko jatuh
3. Ketergantungan dalam ADL
4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
5. Resiko kekurangan volume cairan
6. Kemunduran daya ingat
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif

C. Rencana Keperawatan
Diagnose keperawatan : gangguan proses piker
TUM TUK INTERVENSI
Setelah dilakukan Pasien mampu 1. Beri kesempatan bagi pasien
intervensi 4x 15 mengenal/berorientasi untuk mengenal barang milik
menit selama 6 jam terhadap waktu, pribadinya misalnya tempat
dalam 12 pekan orang dan tempat tidur, lemari, pakaian dll
berturut turut 2. Beri kesempatan kepada pasien
gangguang proses untuk mengenal waktu dengan
pikir teratasi atau di menggunakan jam besar,
adaptasi melalui tuk kalender yang mempunyai
lembar perhari dengan tulisan
besar.
3. Beri kesempatan kepada pasien
untuk menyebutkan namanya
dan anggota keluarga terdekat
4. Beri kesempatan kepada klien
untuk mengenal dimana dia
berada
5. Berikan pujian jika pasien

14
menjawab dengan benar
Pasien mampu 1. Observasi kemampuan pasien
melakukan aktiftas untuk melakukan aktifitas sehari-
sehari-hari secara harib.
optimal. 2. Beri kesempatan kepada pasien
untuk memilih aktifitas yang
dapat dilakukannya.
3. Bantu pasien untuk melakukan
kegiatan yang telah dipilihnya
4. Beri pujian jika pasien dapat
melakukan kegiatannya
5. Tanyakan perasaan pasien jika
mampu melakukan kegiatannya
6. Bersama pasien membuat
jadwalkegiatan sehari-hari.

Keluarga mampu 1. Keluarga mampu


mengorientasikan mengorientasikan pasien
pasien terhada waktu, terhadap waktu, orang dan
orang dan tempat tempatb.
2. Diskusikan dengan keluarga
cara-cara mengorientasikan
waktu, orang dan tempat pada
pasien.
3. Anjurkan keluarga untuk
menyediakan jam besar,
kalender dengan tulisan
besar
4. Diskusikan dengan keluarga

15
kemampuan yang pernah
dimiliki pasien
5. Anjurkan kepada keluarga untuk
memberikan pujian terhadap
kemampuan yang masih
dimiliki oleh pasien
6. Anjurkan keluarga untuk
memantau kegiatan sehari-hari
pasien sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat
7. Anjurkan keluarga memberikan
pujian jika pasien melakukan
kegiatan sesuai dengan
jadwal kegiatan yang sudah
dibuat
Menyediakan saran 1. Menyediakan saran yang
yang dibutuhkan dibutuhkan pasien untuk
pasien untuk melakukan orientasi
melakukan orientasi 2. Anjurkan keluarga untuk
ralitas membantu pasien melakukan
kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki
Membantu pasien 1. Membantu pasien dalam
dalam melakukan melakukan aktiftas sehari-hari
aktiftas sehari-hari. 2. Anjurkan keluarga untuk
memantu pasien melakukan
kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki
3. Bantu keluarga memilih

16
kemampuan yang dilakukan
pasien saat ini

D. Impelemtasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi
E. Evaluasi
1. Pasien mampu mengenal/ berorientasi terhadap waktu orang dan tempat.
2. Pasien mampu melakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.
3. Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan
tempatd.
4. Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi
realitase.
5. Pasien mampu dalam melakukan aktiftas sehari-hari

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang


secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Demensia
yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar
penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya
menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak. Demensia biasanya dimulai secara
perlahan dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini pada mulanya tidak
disadari. Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan
kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda. Penderita memiliki kesulitan
dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran
Abstrak (misalnya dalam pemakaian angka). Sering terjadi perubahan kepribadian.
Demensia karena penyakit Alzheimer biasanya dimulai secara samar. Gejala
awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi; tetapi bisa juga
bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan
kepribadian lainnya

B. Saran

Sebagaimana yang kita diketahui gangguan jiwa termasuk demensia ini dapat
menyebabkan hal yang tidak diinginkan, maka dari itu mulai sekarang belajarlah
memilah milah pikiran, perkataan maupun perbuatan kita supaya terhindar dari
terjerumus dan mengalami gangguan jiwa

18
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC


Doenges Marilynn E.2006.Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3
Jakarta : EGC
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda. 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta: EGC
Nugroho, Wahjudi. 1999. Keperawatan Gerontik.Edisi 2. jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Stanley, Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC
.Prof.DR.Mahar Mardjono, Prof DR. Priguna Sidharta. 2009. Neurologi Klinis Dasar
Jakarta Dian Rakyat cetakan 14

19

Anda mungkin juga menyukai