Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi
berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
( propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Padavertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa
ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban
Tobing. S.M, 2003)

B. ETIOLOGI VERTIGO SERTA LOKASI LESI


Berikut ini berbagai penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan vertigo

1. Labirin, telinga dalam


2. Vertigo Posisional paraksimal benigna (kupulolitiasis)
3. Penyakit Meniere
4. Labirintitis (Viral, Bakterial)
5. Toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
6. Neuritis Iskemik
7. Infeksi, Inflamasi (misalnya oleh sifilis, herpes zoster)
8. Neuronitis Vestibular
9. Neuroma Akustik

1
2

C. PATOFISISIOLOGI VERTIGO
1. Anatomi
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:

a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
1) Reseptor mekanis divestibulum
2) Resptor cahaya diretina
3) Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat keseimbangan
di otak:
1) Saraf vestibularis
2) Saraf optikus
3) Saraf spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri,
hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis
3

2. Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visualdan propioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih
lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari
otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda
dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan
tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan,
maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-
tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping
itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekvat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari
pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk
dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat
melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering
ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh
gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo
adalahiskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
4

2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna
(VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling
sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih
tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab
vertigo posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau
oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopatiberulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan
pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup.
Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika
menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk
garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh
masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak
kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat
pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita
mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo.
Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa
dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada
setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit
ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak.
Gejala ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering
penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia
berbaring diam.
5

Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu


kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan
menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam
waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total
pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan
gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat
pula vertigo posisional benigna. Pada penderita dengan
serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan
viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak
dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus
perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita suatu
benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer yaitu
mabok kendaraan, penyakitmeniere, vertigo pasca trauma
E. KLASIFIKASI
Vertigo dapat berasal dari kelamin disentral (batang otak, srebelum atau otak)
atau diperifer (telinga dalam, atau saraf vestibular). Pemeriksaan Pada Penderita Vertigo :
6

1. Tes Romberg yang dipertajam


Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang
yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam selama 30
detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter atau
badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung
dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus
kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system
visual, vestibular dan somatosensorik.
F. PENATALAKSANAAN
1. Vertigo posisional Benigna (VPB)
a. Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar
penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan yang
pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia
merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya.
Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang
kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari,
tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
7

b. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika
muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa
pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak
berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala
dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dannigtagmus akan berkurang
jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari
terapi medik yang diberi adalah:
a. Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya
: tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian
penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih
membuat penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
b. Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih
jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan
diet rendah garam dan diberidiuretic. Obat anti histamin dan vasodilatormungkin
pula menberikan efek tambahan yang baik.
c. Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan oleh
obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat bekerja atau
kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan
vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi.
Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan
latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat
dan kemungkinan jatuh dikurangi.
8

5. Sindrom Vertigo Fisiologis


Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada
penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
a. TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih
sempurna dalam kurun waktu 24 jam
b. RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna
terjadi lebih dari 24 jam. Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan
terapi atau penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan
jika kambuh bisa meninggalkan cacat.
G. Latihan fisik vestibular pada penderita vertigo:
Tujuannya:
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigoatau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lamban laun
2. Melatih gerakan bola mata, latihan viksasi pandangan mata
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh Latihan:
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup
2. Olah raga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi,fleksi, eksfensi, gerak miring)
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup
4. Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup
5. Berjalan “tandem”
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertical
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga menfiksasi
pada objek yang diam. Semua gerakan tersebut diatas harus dilakukan hati-hati
9

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN VERTIGO

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Data klien, mencakup ; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM/CM, tanggal
masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.
Data penanggung jawab, mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
suku bangsa, hubungan dengan klien dan alamat
b. Riwayat Kesehatan Klien
Riwayat kesehatan pada klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo
c. Alasan Masuk Perawatan
Kronologis yang menggambarkan prilaku klien dalam mencari pertolongan.
d. Keluhan Utama
Pada umumnya klien dengan gangguan system persarafan akibat vertigo berupa
pusing berputar.
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data
yang menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu :

P: Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang


mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang memperberat
atau memperingan. Pada klien dengan vertigo biasanya
klien mengeluh pusing bila klien banyak bergerak dan
dirasakan berkurang bila klien beristirahat.
Q: Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penvakit yang
dirasakan. Pada klien dengan vertigo biasanya pusing yang
dirasakan seperti berputar.
R: Region : daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan.
pada klien dengan vertigo biasanya lemah dirasakan pada
daerah kepala.
S: Severity :derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut. Pusing yang dirasakan seperti berputar dengan
skala nyeri (0-5)
T: Time : waktu dimana keluhan dirasakan, time juga
menunjukan lamanya atau kekerapan. Keluhan pusing pada
klien dengan vertigo dirasakan hilang timbul.
10

f. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berhubungan dengan system persyarafan
maupun penyakit sistemik lainnya.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit-penyakit keluarga perlu diketahui terutama yang menular dam merupakan
penyakit turunan.
h. Riwayat Psikososial
Apabila mengkaji pasien dengan gangguan system persyarafan perhatikan juga
lingkungan rumah dan pekerjaan yang bersangkutan, ketegangan yan g bersumber dari
rumah, adanya kontak terhadap bahan toksik tertentu dan pemahaman akan kondisi
psikososial klien penting untuk dikaji.
i. Data Biologis dan Fisiologis, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantrangan dan
napsu makan, serta diet yang diberikan. Makanan yang mengandung kolesterol
tinggi, biasanya pada klien dengan vertigo terdapat mual-mual selama fase akut
yang diakibatkan karena peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
2) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai
frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan
pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta
keluhan-keluhan yang dirasakan.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan mengantar
tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Biasanya klien dengan vertigo akan
mengalami gangguan istirahat tidur karena adanya nyeri kepala yang hebat.
4) Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien, klien dengan vertigo akan merasa kesulitan
untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis serta merasa mudah lelah, susah beristirahat karena nyeri kepala.
5) Pola Personal Hygiene
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi,
oral hygiene, gunting kuku, keramas). Klien dengan vertigo akan tergantung pada
orang lain dalam memenuhi personal hygiene karena adanya keterbatasan aktivitas
fisik atau kelemahan.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Dikaji mengenai tingkat kesadaran. Klien dengan vertigo biasanya akan
mengalami kesadaran, kadang tampak lemas.
2) Pemeriksaan Persistem
a) Sistem Persarafan
Pada system pesarafan yang dikaji adalah tingkat kesadaran diorientasi orang,
waktu, dan tempat, perubahan tanda-tanda vital, kemampuan klien mengingat
kejadian sebelum dan sesudah sadar.
Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan adanya gangguan kesadaran
dimana klien sadar dapat terlihat linglung atau tidak dapat mempertahankan
keseimbangan tubuh.
11

b) Sistem kardiovaskuler
Ditemukan perubahan yaitu tekanan darah menurun kecuali apabila terjadi
peningkatan tekanan intracranial, maka tekanan darah meningkat, denyut nadi
bradicardi, dan kemudian takikardi dan iramanya tidak terarah.
c) Sistem Pernafasan
Pada klien dengan vertigo biasanya terjadi pola napas umumnya klien sesak
karena terjadi penyumbatan trakeo brokial karena adanya secret pada
trakeogrankeolus irama nafas tidak teratur nutrisi kedalam maupun frekuensi
cepat dan dangkal.
d) Sistem musculoskeletal
Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan terjadinya gangguan fungsi
motoris yang dapat berakibat terjadinya mobilisasi, pusing atau kerusakan pada
motor neuron mengakibatkan perubahan pada kekuatan otot tonus otot dan
aktifitas reflek .
e) Sistem eliminasi
Pada klien dengan vertigo sistem eliminasi akan terdapat referensi atau
trikontinen dalam BAB dan BAK, terdapat ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, dimana terdapat hiporat remia atau sipokalemia.
f) Data Psikologis
Menurut (Keliat, 2006) konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai. Biasanya klien dengan vertigo menyadari akan keterbatasan aktivitasnya.
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan terhadap
penyakitnya. Klien dengan vertigoberharap akan sembuh seperti sediakala.
c) Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain. Biasanya klien
dengan vertigo mengalami penurunan harga diri.
d) Identitas
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status dan posisinya.
Biasanya klien dengan vertigomerasa terganggu dengan keadaannya karena fungsinya
tidak bisa berjalan dengan baik.
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas. Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dalam melaksanaan
tugas dan peran tersebut karena penyakitnya sekarang.
g) Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga,
tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosio
kultural dan support sistem (Keliat, 2006 :78)
h) Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang
Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta
harapan klien akan kesembuhan penyakitnya (Keliat, 2006 :78).
12

i) Data Penunjang
1) Farmakoterafi
2) Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat
3) Prosedur Diagnostik Medik
4) Pemeriksaan Laboratorium

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Risiko infeksi dengan factor resiko : prosedur invasive
B. Mual b/d stimulasi mekanisme neurofarmakologis
C. Nyeri akut b/d agen injuri biologi
D. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan muntah
no Diagnosa Tujuan Intervensi Intervensi keperawatan
keperawatan
1 Risiko infeksi NOC: Intervensi NIC:
dengan factor risiko Pengetahuan pengendalian 1.Pemberian vaksinasi:
: prosedur invasif infeksi: tingkat pemahaman pemberian imunisasi untuk
mengenai pencegahan dan mencegah penyakit menular
pengendalian infeksi 2.Pengendalian infeksi :
Pengendalian risiko: meminimalkan penularan agen
tindakan untuk infeksius
menghilangkan atau 3. Perlindungan terhadap
mengurangi ancaman infeksi
kesehatan actual, pribadi
serta dapat dimodifikasi
Aktivitas keperawatan:

Tercapai setelah menjalani Pantau tanda/ gejala


perawatan selama 3 hari infeksi : suhu tubuh, denyut
jantung,suhu kulit, lesi kulit,
keletihan, malaise,sekresi,
Criteria hasil: penampilan urine, penampilan
faktor risiko akan luka
hilang dengan dibuktikan Kaji factor yang
oleh keadekuatan status meningkatkan serangan
imun klien infeksi
memantau factor risiko Pantau hasil laboratorium:
lingkungan dan perilaku albumin, protein serum,dll
seseorang Amati penampilan praktik
menghindari pajanan hygine pribadi untuk
terhadap ancaman perlindungan infeksi
kesehatan Jelaskan kepada
Menguah gaya hidup klien/keuarga mengapa
untuk mengurangi risiko sakit/pengobatan
13

meningkatkan risikoterhadap
infeksi
Ajarkan kepada klien
untuk tehnik mencuci tangan
yang benar
Lindungi klien terhadap
kontaminasi silang
2 Mual b/d stimulasi NOC: Intervensi NIC:
mekanisme Tingkat 1.penatalaksanaan cairan :
neurofarmakologi kenyamanan:perasaan lega peningkatan keseimbangan
secara fisik dan psikologis cairan dan pencegahan
Keseimbangan cairan: komplikasi
keseimbangan cairan 2.pemantauan cairan :
dalam ruang intraseular pengumpulan dan analisis data
dan ekstraselular tubuh klien untuk mengatur
Status nutrisi: asupan keseimbangan cairan
makanan dan cairan: 3.pemantauan nutrisi
jumlah makanan dan
cairan yang masuk
kedalam tubuh dalam 24 Aktivitas keperawatan:
jam pantau gejala subyektif
mual pada klien

Tercapai setelah menjalani pantau adanya


perawatan selama 3 hari peningkatan berat badan
pantau tingkat energy,
malaise,keletihan, kelelahan.
Criteria hasil:
Pantau turgor kulit
Berat badan stabil
Ajarkan klien tehnik napas
Tidak tedapat mata dalam untuk menekan reflex
cekung muntah
Hidrasi kulit tidak Ajarkan klien untuk
terganggu makan dengan perlahan tapi
keseimbangan asupan sering
dan haluaran dalam 24 jam Kolaboratif : obat
klien melaporkan tidak antimetik sesuai dengan
mual anjuran
menunjukkan Naikkan bagian kepala
keseimbangan cairan tempat tidur pada posisi lateral
dengan indicator 1-5 untuk mencegah aspirasi
:ekstrem, berat, sedang, Pantau status nutrisi
ringan, tidak bermasalah
14

3. Nyeri akut b/d agen NOC: Intervensi NIC:


injuri biologi Tingkat kenyamanan: 1.pemberian analgesic
perasaan senang secara 2.penatalaksanaan nyeri
fisik dan psikologi
3.sedasi sadar : pemberian
Nyeri: efek merusak: efek sedative, memantau respon
merusak dari nyeri klien dan pemberian dukungan
terhadap emosi kliendan fisiologis yang dibutuhkan
perilaku yang diamati selama prosedur terapautik
Perilaku mengendalikan
nyeri: tindakan seseorang
untuk mengendalikan nyeri Aktivitas keperawatan :

Tingkat nyeri: jumlah nyeri Meminta klien untuk


yang dilaporkan dan di menilai nyeri dengan
tunjukkan menggunakan skala 0-10 ( 0-
tidak ada
nyeri/ketidaknyamanan, 10=
Tercapai setelah menjalani nyeri sangat)
perawatan selama 3 hari: Lakukan pengkajian nyeri
yang komperehensif meliputi
Criteria hasil: lokasi, karakteristik,dll

Menunjukkan tingkat Bantu klien untk


nyeri dengan indicator 1-5 : mengidentifikasi tindakan
eksterm, berat,sedang, pemenuhan kebutuhan rasa
ringan, tidak sama sekali. nyaman yang telah berhasil
dilakukan seperti: distraksi,
Klien mampu relaksasi, kompres hangat atau
menunjukkan tehnik dingingunakan pendekatan
relaksasi secara individual positif dengan tujuan untuk
yang efektif untuk mengoptimiskan respon klien
mencapai Kenyamanan. terhadap analgesic
Klien mampu Bantu klien untuk lebih
meningkatkan konsentrasi berfokus pada aktivitas
Klien dapat tidur daripada
dengan efektif ketidaknyamanan dengan
melakukan pengalihan melalui
televise, tape, radio,dll
Observasi
ketidaknyamanan verbal,
khususnya pada mereka yang
tidak mampu
mengkomunikasikannya
secara efektif.
Instruksikan klien untuk
menginformasikan kepada
15

perawat jika pengurang nyeri


tidak dapat dicapai
Masukkan pada instruksi
saat pemulangan klien
mengenai pengobatan khusus
yang harus dikonsumsi,
frekuensi pemberian, efek
samping, dll
4 Nutrisi kurang dari NOC: Intervensi NIC:
kebutuhan tubuh b/d Status gizi: tingkat zat gizi 1.Pengelolaan gangguan
hilangnya nafsu yang tersedia untuk makan
makan, mual dan memenuhi kebutuhan
muntah 2.Pengelolaan nutrisi
metabolic
3.Bantu menaikkan BB
Status gizi: asupan
makanan dan cairan:
jumlah makanan dan Aktivitas keperawatan:
cairan yang di konsumsi Timbang BB klien pada
tubuh selama waktu 24 jam interval yang sesuai
Status gizi: nilai gizi: Tentukan BB idea klien
keadekuatan zat gizi yang
dikonsumsi tubuh Berikan informasi
menyangkut sumber-sumber
yang tersedia . seperti:
Tercapai setelah menjalani konseling diet,program
perawatan selama 3 hari latihan.
Diskusikan dengan klien
Criteria hasil: tentang kondisi medis yang
mempengaruhi BB
Klien akan
mempertahankan berat Diskusikan tentang risiko
badan ideal yang berkaitan dengan
kelebihan atau kekurangan BB
Klien menyatakan
toleransi terhadap diet ang Bantu klien dalam
dianjurkan mengembangkan rencana
makan yang seimbang dan
Mempertahankan konsisten dengan tingkat
massa tubuh dan berat penggunaan energi
badan dalam batas normal
Melaporkan
keadekuatan tingkat energy
16

DAFTAR PUSTAKA

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang : Perdossi‹

Anda mungkin juga menyukai