BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi
berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
( propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Padavertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa
ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban
Tobing. S.M, 2003)
1
2
C. PATOFISISIOLOGI VERTIGO
1. Anatomi
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
1) Reseptor mekanis divestibulum
2) Resptor cahaya diretina
3) Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat keseimbangan
di otak:
1) Saraf vestibularis
2) Saraf optikus
3) Saraf spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri,
hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis
3
2. Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visualdan propioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih
lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari
otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda
dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan
tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan,
maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-
tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping
itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekvat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari
pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk
dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat
melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering
ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh
gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo
adalahiskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
4
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna
(VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling
sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih
tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab
vertigo posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau
oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopatiberulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan
pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup.
Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika
menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk
garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh
masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak
kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat
pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita
mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo.
Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa
dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada
setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit
ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak.
Gejala ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering
penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia
berbaring diam.
5
b. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika
muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa
pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak
berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala
dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan
terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila
pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dannigtagmus akan berkurang
jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari
terapi medik yang diberi adalah:
a. Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya
: tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian
penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih
membuat penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
b. Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih
jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan
diet rendah garam dan diberidiuretic. Obat anti histamin dan vasodilatormungkin
pula menberikan efek tambahan yang baik.
c. Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan oleh
obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat bekerja atau
kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan
vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi.
Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan
latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat
dan kemungkinan jatuh dikurangi.
8
BAB II
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Data klien, mencakup ; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM/CM, tanggal
masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.
Data penanggung jawab, mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
suku bangsa, hubungan dengan klien dan alamat
b. Riwayat Kesehatan Klien
Riwayat kesehatan pada klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo
c. Alasan Masuk Perawatan
Kronologis yang menggambarkan prilaku klien dalam mencari pertolongan.
d. Keluhan Utama
Pada umumnya klien dengan gangguan system persarafan akibat vertigo berupa
pusing berputar.
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data
yang menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu :
b) Sistem kardiovaskuler
Ditemukan perubahan yaitu tekanan darah menurun kecuali apabila terjadi
peningkatan tekanan intracranial, maka tekanan darah meningkat, denyut nadi
bradicardi, dan kemudian takikardi dan iramanya tidak terarah.
c) Sistem Pernafasan
Pada klien dengan vertigo biasanya terjadi pola napas umumnya klien sesak
karena terjadi penyumbatan trakeo brokial karena adanya secret pada
trakeogrankeolus irama nafas tidak teratur nutrisi kedalam maupun frekuensi
cepat dan dangkal.
d) Sistem musculoskeletal
Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan terjadinya gangguan fungsi
motoris yang dapat berakibat terjadinya mobilisasi, pusing atau kerusakan pada
motor neuron mengakibatkan perubahan pada kekuatan otot tonus otot dan
aktifitas reflek .
e) Sistem eliminasi
Pada klien dengan vertigo sistem eliminasi akan terdapat referensi atau
trikontinen dalam BAB dan BAK, terdapat ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, dimana terdapat hiporat remia atau sipokalemia.
f) Data Psikologis
Menurut (Keliat, 2006) konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai. Biasanya klien dengan vertigo menyadari akan keterbatasan aktivitasnya.
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan terhadap
penyakitnya. Klien dengan vertigoberharap akan sembuh seperti sediakala.
c) Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain. Biasanya klien
dengan vertigo mengalami penurunan harga diri.
d) Identitas
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status dan posisinya.
Biasanya klien dengan vertigomerasa terganggu dengan keadaannya karena fungsinya
tidak bisa berjalan dengan baik.
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas. Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dalam melaksanaan
tugas dan peran tersebut karena penyakitnya sekarang.
g) Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga,
tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosio
kultural dan support sistem (Keliat, 2006 :78)
h) Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang
Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta
harapan klien akan kesembuhan penyakitnya (Keliat, 2006 :78).
12
i) Data Penunjang
1) Farmakoterafi
2) Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat
3) Prosedur Diagnostik Medik
4) Pemeriksaan Laboratorium
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Risiko infeksi dengan factor resiko : prosedur invasive
B. Mual b/d stimulasi mekanisme neurofarmakologis
C. Nyeri akut b/d agen injuri biologi
D. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan muntah
no Diagnosa Tujuan Intervensi Intervensi keperawatan
keperawatan
1 Risiko infeksi NOC: Intervensi NIC:
dengan factor risiko Pengetahuan pengendalian 1.Pemberian vaksinasi:
: prosedur invasif infeksi: tingkat pemahaman pemberian imunisasi untuk
mengenai pencegahan dan mencegah penyakit menular
pengendalian infeksi 2.Pengendalian infeksi :
Pengendalian risiko: meminimalkan penularan agen
tindakan untuk infeksius
menghilangkan atau 3. Perlindungan terhadap
mengurangi ancaman infeksi
kesehatan actual, pribadi
serta dapat dimodifikasi
Aktivitas keperawatan:
meningkatkan risikoterhadap
infeksi
Ajarkan kepada klien
untuk tehnik mencuci tangan
yang benar
Lindungi klien terhadap
kontaminasi silang
2 Mual b/d stimulasi NOC: Intervensi NIC:
mekanisme Tingkat 1.penatalaksanaan cairan :
neurofarmakologi kenyamanan:perasaan lega peningkatan keseimbangan
secara fisik dan psikologis cairan dan pencegahan
Keseimbangan cairan: komplikasi
keseimbangan cairan 2.pemantauan cairan :
dalam ruang intraseular pengumpulan dan analisis data
dan ekstraselular tubuh klien untuk mengatur
Status nutrisi: asupan keseimbangan cairan
makanan dan cairan: 3.pemantauan nutrisi
jumlah makanan dan
cairan yang masuk
kedalam tubuh dalam 24 Aktivitas keperawatan:
jam pantau gejala subyektif
mual pada klien
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan
Terapi, Malang : Perdossi‹