Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN
KASUS
Keluarga Tn. A (40 tahun) terdiri dari istri Ny. B (33 tahun), dua anak perempuan
An. C (15 tahun) dan An. D (4 tahun), dua anak laki-laki An. E (8 tahun) dan An. F
(7 tahun) telah dikunjungi oleh perawat komunitas Y. Dalam family folder di sentra
keperawatan, keluarga ini memiliki masalah stress marital, kesulitan keuangan,
nutrisi keluarga yang kurang, anak yang sering bolos sekolah, dan seringnya
kejadian infeksi pada anak. An. C dan An. E bukanlah anak kandung Ny. B, tetapi
mereka adalah hasi perkawinan Tn. A dengan istri sebelumnya (Ny. H, 35 tahun).
An. C dan An. E akan tinggal bersama Ny. H hanya pada saat liburan sekolah.
Masalah yang dialami keluarga saat ini kemungkinan di sebabkan oleh tidak
dipenuhinya tugas perkembangan keluarga Tn. A dan lumrah terjadi pada jenis
keluarga ini. Keluarga ini memang terhubung oleh ikatan darah dan perkawinan,
tetapi struktur keluarga Tn. A cukup unik dalam hal pola komunikasi, struktur
kekuasaan, struktur peran dan nilai keluarga. Perawta komunitas akan melakukan
pengkajian mendalam untuk fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, dan tidak
lupa untuk membuat genogram keluarga. Dengan pengkajian yang lengkap akan
membantu perawat komunitas dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
yang optimal.
STEP I
1. Ganes

: Stress Marital

Agni

: Stress yang timbul dalam perkawinan

Restania

: Terjadi pada wanita

Lovi

: Stress yang dialami setelah menikah

2. Lovi
Ganes

: Sentra Keperawatan
: Istilah untuk nurse station di lingkup keperawatan
komunitas, untuk mengambil data tentang keluarga yang
dikaji, contoh : puskesmas

3. Restania
Hanifah

: Genogram
: Alat bantu berupa peta skema dari silsilah keluarga pasien,
untuk membantu masalah pada keluarga pasien untuk

membantu masalah kesehatan pasien dalam memberikan


pelayanan

kesehatan

yang

tepat

(bagaimana

pola

komunikasi)
4. Aziz

: Family Folder

Masriyah

: Sejenis rekam medis yang berisi riwayat penyakit pasien

Ganes

: Berisi identitas, riwayat dan perkembangan keluarga klien

Lovi

: Catatan keluarga sebagai acuan perawat melakukan


pengkajian

STEP II
1. Ellys

: Apa saja yang termasuk stress marital ?

2. Ranti

: Apa saja fungsi keluarga ?

3. Masriyah

: Apa saja sub bab pola komunikasi, kekuasaan, peran dan

nilai keluarga ?
4. Hanifah

: Struktur keluarga pada kasus itu bagaimana ?

5. Mira

: Apa yang dimaksud tugas perkembangan keluarga ? dan

jenis keluarga dalam kasus apa ?


6. Restania

: Cara melakukan pengkajian stress marital ?

7. Ranti

: Konsep dasar keluarga ideal ?

8. Lovi

: Stress dan koping keluarga itu seperti apa ?

9. Masriyah

: Kondisi psikologis anak anak tiri dan ibu tiri ?

10. Hanifah

: Cara intervensi setelah dikaji bagian keperawatan keluarga ?

11. Mira

: Asuhan keperawatan keluarga optimal seperti apa ?

12. Agni

: Batasan perawat dalam mencampuri urusan keluarga ?

13. Ellys

: Bagaimana karakteristik keluarga di kasus ?

14. Restania

: Bagaimana koping anak yang memiliki 2 ibu ?

15. Lovi

: Bagaimana koping ibu terhadap anak tiri ? apakah membuat

masalah ?
16. Agni

: Fase tumbuh kembang apa yang terganggu sehingga anak

menjadi bermaslaah ?

17. Lovi

: Apa saja data yang harus dikaji ?

18. Hanifah

: Adakah peran pemerintah dalam menangani kasus ini ?

STEP III
2.

Fungsi Keluarga

Sammy

Fungsi ekonomi

Fungsi kasih sayang

Fungsi reproduksi

Fungsi agama

Fungsi sosialisasi pendidikan

Fungsi lingkungan

Fungsi sosial Budaya

Mira

Fungsi protektif

Fungsi afektional

Fungsi rekreatif

Fungsi pengendali sosial

Masriyah

5.

Fungsi Keperawatan Sosial


Jenis Keluarga

Ellys

Keluarga inti

ayah, ibu dan anak

Keluarga besar

keluarga inti dan kakek, nenek, paman, bibi

Keluarga single family

orang tua tidak lengkap dan anak

Masriyah

Keluarga berantai

Keluarga janda duda

Keluarga komposit

poligami, tinggal serumah

4.

Struktur Keluarga

Restania

Patrineal

garis keturunan ada pada ayah

Matrineal

garis keturunan ada pada ibu

Lovi

Pola komunikasi keluarga


3

Struktur kekuatan keluarga

Struktur peran

Nilai atau norma keluarga

13.

Karakteristik Keluarga

Hanifah

Ikatan pernikahan atau pertalian darah

Hidup dalam satu rumah

Dibawah asuhan kepala keluarga

Interaksi sesama anggota keluarga

Setiap anggota keluarga punya peran masing-masing

17.

Data yang harus dikaji

Ganes

Personal Hygiene

Hygiene Lingkungan

Sosial Ekonomi

Budaya

Restania

Keturunan

Masriyah

16.

Koping keluarga
Fase tumbuh kembang yang terganggu

Sammy

10.

Fase aktualisasi diri si anak merasa tidak berguna (Erik Erikson)


Tahapan Askep keluarga

Lovi

genogram, riwayat, dll

Pengkajian

Tetapkan diagnosa

Lakukan perencanaan keperawatan

Pelaksanaan
4

Agni

18.

Kaji trust terlebih dahulu


Peran Pemerintah

Restania

BPJS

KB

Ranti

Sekolah keluarga untuk keluarga baru

Ganes

8.

Perlindungan anak
Macam-macam stress dan koping

Ganes

Stress

jangka panjang (>6 bulan), jangka pendek (<6 bulan)

Koping

maladptif dan adaptif

3.

Peran keluarga

Restania

Ayah : Mencari nafkah, sebagai kepala keluarga, dll

Ibu

Anak : Psikososial sesuai tingkat perkembangannya

1.

: Mengurus RT, pengasuh, pendidik, dll

Stress Marital

Agni

Stress ekonomi, istri tidak punya anak, pernikahan yang tidak disetujui

Lovi

6.

Terjadi karena belum siap menikah


Pengkajian stress marital

Hanifah

Mekanisme koping

Sosial ekonomi

Ganes

Bina trust, kaji secara interpersonal

Restania

7.

Mengkaji budaya
Konsep dasar keluarga ideal

Irvan

Controlling dan kehangatan tinggi

Agni

Proporsi semimbang Pada anggota keluarga

Perbedaan jarak usia anak tidak berdekatan

Sammy

Menjalankan fungsi keluarga dengan baik

Hanifah

Interaksi antar keluarga hangat

Ganes

Lingkungan hidup yang sesuai dna ideal

Mira

14.

Berperan sesuai fungsi dan perannya


Koping anak

Ranti

Kaji dulu hubungan ibu tiri dan anak tiri dan ibu kandung dan ibu tiri

Agni

Ibu tiri dan ibu kandung saling menghargai dan menyupport keluarga
terutama anak

9.

Kondisi psikologis anak ketika terjadi perceraian

Irvan

Jika masih kecil, belum mengerti, namun ketika sudah besar maka akan
timbul kebingungan

Ellys

Kepercayaan anak kepada ibu baru pasti kurang

Ketika ayah menikah lagi, pasti anak berubah psikologisnya, menjadi merasa
tidak berguna

Lovi

Jika anak dan ibu bisa menerima biasanya tidak akan ada masalah

Agni

Jauhi pemikiran bahwa ibu tiri itu jahat

Dekati anak dan ibu tiri

15.

Koping anak dan ibu tiri

Lovi

Jangan membeda-bedakan anak

Agni

Harusnya ketika ibu menerima pernikahan, pasti bisa menerima kondisi


keluarga

11.

Asuhan keperawatan

Hanifah

Tepat Sasaran

Keluarga dapat normal kembali

Restania

12.

Kaji penyebab infeksi


Peran perawat sejauh apa dalam mencampuri urusan keluarga

Ranti

Pemberdayaan keluarga

Sammy

Pengkajian

Menentukan masalah yang ada

Melakukan intervensi (konseling)

Restania

Bina trust

Ganes

Melakukan perencanaan-perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga

Memfasilitasi keluarga untuk melakukan intervensi masalah

Mensosialisasikan fasilitas-fasilitas yang di sediakan pemerintah

Pencerdasan keluarga

Irvan

Inform concent pada keluarga

STEP V

Pola Komunikasi

Nilai-nilai Keluarga

Kekuasaan

Family Folder

Konsep Keluarga (Pengertian)

Jenis-jenis keluarga

Tugas Perkembangan Keluarga

Struktur dan peran keluarga

Genogram

Stress Koping Keluarga dan Koping Individu

Aspek legal etik perawat dalam melakukan pengkajian

STEP IV
MIND MAP

Faktor-faktor predisposisi
Stressor
Keluarga
Jenis dan karakteristik dan struktur
Fungsi dan peran
Masalah keluarga
Ayah

Ibu Tiri

Anak

Mantan Istri

Infeksi, Bolos, Gg. Tukem, Nutrisi


Ekonomi, Koping, Nutrisi
Pengkajian

Stress dan koping


Family folder (genogram, riwayat)
Hygiene, Sosek dan budaya
Aspek legal etik perawat
Peran pemerintah
Analisa data
Diagnosa
NCP

REPORTING
Pengertian Keluarga
Hanifah

2 orang atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
pernikahan atau pengangkatan adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, di dalam perannya masing-masing yang bertujuan untuk
menciptakan dan mempertahankan budaya serta meningkatkan perkembangan fisik,
sosial dan psikologis anggota
Ellys

Sekelompok kecil masyarakat yang berkumpul didalam satu atap (Depkes RI !998)
Struktur Keluarga
Restania

Pola dan proses komunikasai (ada yang berhasil ada yang tidak) (ada syaratsyarat)

Struktur peran

Struktur kekuatan

Nilai-nilai dalam keluarga (pedoman) (nilai dan norma)


(Friedman)

Sammy :
Tipe struktur kekuatan

Legitimate power/authority

hak untuk mengontrol, seperti orang tua

terhadap anak

Referent power

seseorang yang ditiru

Resource or expert power

berdasrkan pendapat ahli

Reward power

pengaruh kekuatan karena adanya harapan

yang akan diterima

Coercive power

pengaruh

yang

dipaksakan

sesuai

keinginannya

Informational power

pengaruh yang dilalui melalui proses

persuasi

Affective power

pengaruh yang diberikan melalui manipulasi

dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual

10

Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan
keputusan dalam keluarga seperti :

Konsensus

Tawar menawar atau akomodasi

Kompromi atau de facto

Paksaan

Agni

Macam Macam Pola Komunikasi

Pola Komunikasi Persamaan (berperan seseuai dengan perannya masingmasing) ada persamaan peran, setiap keluarga punya hak suara yang sama

Pola Komunikasi Terpisah pengambilan keputusan berdasarkan pendapat


ahli

Pola Kumunikasi tidak seimbang dan terpisah kepala keluarga


mendominasi (kepala keluarga yang berhak mengambil keputusan)

Pola Komunikasi monopoli Dia yang memiliki keuasaan berhak


mengambil keputusan, otoriter, tidak menerima pendapat dari yang lain

Masriyah

Macam-macam Struktur

Patrilineal

berdasarkan garis keturunan ayah

Matrilineal

berdasarkan garis keturunan ibu

Matrilokal

suami tinggal dengan keluarga orang tua istri

Patrilokal

istri tinggal dengan keluarga orang tua suami

Keluarga kawin

tinggal dengan keluarga dari suami atau istrinya

Ranti

Jenis Struktur

Struktur legalisasi

semua keluarga mempunyai hak yang sama untuk

mengemukakan pendapat

Struktur hangat

menerima, penuh toleransi

Struktur terbuka

mendorong kejujuran dan kebenaran

Struktur kaku

tergantung pada peraturan

Struktur bebas

tidak adanya peraturan

Struktur kasar

abuse, menyiksa, kejam

Suasana emosi yang dingin

sukar berteman, apatis, menutup diri


11

Disorganisasi keluarga

ada gangguan, disfungsi individu atau stress

emosional
Jenis Keluarga
Ellys
Tradisional

Keluarga inti ayah, ibu dan anak

Dyad family suami istri tanpa anak hidup bersama

Usila

Childless family

Keluarga besar (extended family)

Blanded family

Single parent family karena perceraian

Kin network family

keluarga yang anak-anaknya sudah memisahkan diru


keluarga tanpa anak akibat terlambat menikah
ada tiga generasi

janda duda lalu menikah


beberapa anggota keluarga (paman, bibi) tinggal

dalam satu rumah


Non traditional

Unmarriage mother

Keluarga tiri

Gay, lesbian, transgender family

Non marital heteroseksual

Masriyah

Keluarga berantai (suami istri sudah menikah berkali-kali)

Keluarga berkomposisi (poligami)

Restania

Poster family (keluarga yang menerima titipan anak)

Homeless family (tidak punya tempat tinggal)

Lovi

Dibagi berdasarkan garis keturunan, jenis pemukiman

Mira
Tradisional

Commuter family (tinggal di kota yang berbeda)

Multigeneral family (dengan kelompok umur yang berbeda)

Non Tradisional

12

Step parents family (tinggal dengan keluarga tiri)

Cohibiting couple (tinggal bersama tapi tidak menikah)

Fungsi Keluarga
Hanifah
1. Fungsi Agama sarana untuk dijarkan kehidupan agama
2. Fungsi sosial budaya menanamkan nilai kultural
3. Fungsi cinta kasih menanamkan rasa cinta kasih
4. Fungsi perlindungan menciptakan keluarga dengan suasana aman
5. Fungsi reproduksi memebntuk generasi
6. Fungsi pendidikan tempat terbaik untuk mengajarkan
7. Fungsi ekonomi ayah sebagai pencari nafkah
8. Fungsi lingkungan untuk menciptakan kehidupan harmoonis
Agni
1. Fungsi afektif fungsi internal, untuk memberi cinta kasih
Komponennya salah satu cinta kasih
2. Fungsi perawatan kesehatan harus melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, mencegah penyebaran infeksi
Restania
1. Asih kasih sayang
2. Asuh pembinaan
3. Asah pendidikan
Lovi
Mengukur fungsi keluarga dikembangkan intrumen Family Apgar
A : Adaptasi
P : Partnership
G : Growth
A : Affection
R : Resolve
Mira (Allender, 1998)
1. Afecction
2. Security and Acceptance
3. Identity and satisfaction

13

4. Affiliation and companionship


5. Sosialitation
6. Control
Genogram
Ganes
Tujuan genogram

Untuk mengidentifikasi keluarga inti, orang-orang atau siapapun yang hidup


dengan keluarga inti, dan ada tidaknya anggota keluarga yang memiliki
masalah kesehatan

Untuk melihat relationship antara orang yang terlibat dalam keluarga

Mengumpulkan informasi terhadap anggota keluarga (umur, dll)

Melihat kesesuaian informasi yang di sampaikan anggota keluarga

Melihat informasi tambahan

Format genogram
Minimal 3 generasi ke atas dan ke bawah, di hitung dari keluarga yang kita kaji.
Tugas Perkembangan Keluarga
Sammy

Pasangan Baru Baru saja membentuk suatu keluarga, baru saja menikah,
masih membutuhkan suatu adaptasi lingkungan, masih saling belajar dengan
pasangan.
Tugas perkembangannya yaitu :

1.

Membina hubungan intim dan memuaskan

2.

Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial

3.

Mendiskusikan rencana memiliki anak

Keluarga child bearing kelahiran anak pertama Dimulai sejak hamil


sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan
atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangannya yaitu :

1.

Persiapan menjadi orang tua

2.

Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan


sexual dan kegiatan

14

3.

Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

Keluarga dengan anak pra sekolah tahap ini dimulai saat anak pertama
berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangannya yaitu :

1.

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,


privasi dan rasa aman

2.

Membantu anak untuk bersosialisasi

3.

Pembagian waktu dan tanggung jawab untuk individu, pasangan dan anak

Keluarga dengan anak sekolah dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai
sekolah ) dan berakhir padasaat anak berumur 12 tahun. Keluarga sudah
mulai sibuk dengan urusan masing-masing.
Tugas perkembangannya yaitu :

1.

Mempertahankan keintiman pasangan

2.

Memenuhi kebutuhan

dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga


3.

Membantu sosialisasi anak dalam mengembangkan minat dan bakatnya

Keluarga dengan anak remaja dimulai saat anak berumur 13 tahun dan
berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian. Untuk memebrikan tanggung jawab
pada anak demi menyongsong masa depannya
Tugas perkembangannya yaitu :

1. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab


2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

Keluarga dengan anak dewasa dimulai pada saat anak pertama


meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan
rumah.
Tugas perkembangannya yaitu :

1. Mempertahankan keintiman pasangan


2. Membantu orang tua memasuki masa tua
3. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
4. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

15

Keluarga usia pertengahan dimulai pada saat anak yang terakhir


meninggalkan rumah dan berakhirsaat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal.
Tugas perkembangannya yaitu :

1.

Mempertahankan kesehatan.

2.

Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anakanak

3.

Meningkatkan keakraban pasangan

Keluarga usia lanjut dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu
pasangan meninggal dan keduanya meninggal. Tugas perkembangan :

1.

Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2.

Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan


pendapatan

3.

Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat

4.

Melakukan life review

Masiyah

Peran perawat dalam tahap perkembangan keluarga


Tahap Keluarga Baru Bagaimana program KB, persiapan memiliki anak
Tahap Keluarga Child Bearing Bagaimana mengurus bayi, beradaptasi dengan
kedatangan keluarga baru, membangun jalinan kasih antara orang tua dan bayi
Tahap Keluarga Anak Sekolah Bagaimana cara mendidik anak dengan baik,
mempersiapkan masa depan anak
Proses Keluarga dan Mekanisme Koping
Aziz
1. Peran Keluarga
2. Komunikasi Keluarga
3. Ritual dan kebiasaan keluarga
4. Pembuat Keputusan
5. Stress dan koping (kepercayaan, struktur, komunikasi)
Agni
1. Pola komunikasi yang tidak seimbang menyebabkan stress dan koping yang
maladaptif

16

Peran Perawat dalam Keperawatan Keluarga


Restania

Pemberian asuhan keperawatan

Sebagai pengamat

Sebagai koordinator

Sebagai fasilitator

Sebagai pendidik kesehatan

Sebagai penyuluh atau konsultan

Ellys

Memodifikasi Keluarga

Hanifah

Memodifikasi Lingkungan

Pengkajian Keluarga
Masriyah
1. Data fokus (status ekonomi)
2. Genogram
3. Pengkajian Lingkungan (kondisi rumah, karakteristik lingkungan)
4. Struktur Keluarga, nilai dan norma, tipe keluarga, pola komunikasi
5. Fungsi Keluarga
6. Stress dan koping keluarga
7. Riwayat keluarga Inti
8. Riwayat keluarga sebelumnya
Berdasarkan kasus

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dari anak pertama keluarga inti


yang sedang dijalani. (Friedman)

Ganes

Memakai Instrumen Pengkajian

SOGO (Parents Involvement N...)


Familly Stressor System S Inventory

Membuat Genogram

Proses Keperawatan

17

1. Membuat janji
2. Pertemuan keluarga
3. Pemilihan instrumen
4. Genogram
5. Pengkajian kognitif
6. Analisa data
7. Menentukan rantai keluarga
8. Menentukan diagnosa dan Nursing Care Plan

18

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing,
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam
Setiadi, 2008).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social diri tiap
anggota keluarga (Duval dan Logan, 1986 dalam Setiadi, 2008).
Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa keluarga adalah
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
2.2.

Tipe Keluarga

Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah
c. Keluarga usila

19

Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakak-nenek,
keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya
: dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati
Non Tradisional
a. The unmarried teenage mother

20

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa menikah
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan
satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental

21

k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
2.3.

Fungsi Keluarga

Keluarga yang sejahtera yaitu keluarga menerapkan fungsi-fungsi yang seharusnya


berjalan didalam kehidupan keluarga.
Fungsi keluarga ini dikenal dengan Delapan fungsi keluarga setiap fungsi dalam
delapan fungsi keluarga tersebut mempunyai makna masing-masing yang
mempunyai peran penting pada kehidupan keluarga, diantaranya yaitu ;
1) Fungsi Agama
Keluarga sebagai wahana pembinaaan kehidupan ber Agama yaitu beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Setiap langkah yang dilakukan oleh setiap
anggota keluarga hendaknya selalu berpijak pada tuntunan agama yang
dianutnya.
Dalam menerapkan fungsi Agama, yang tidak boleh diabaikan salah satunya
adalah tolerasai ber-agama, mengingat bahwa kita hidup di negara yang
terdiri dari berbagai suku bangsa dan mempunyai kepercayaan dan agama
yang sangat beragam
2) Fungsi Sosial Budaya
Keluarga menjadi wahana pembinaan dan persemaian nilai-nilai luhur
budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan mereka.
sehingga nilai luhur yang selama ini sudah menjadi panutan

dalam

kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan dipelihara.


3) Fungsi Cinta kasih
Keluarga harus menjadi tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih
sayang dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dalam kehidupan keluarga cinta kasih dan kasih sayang antara
anggota keluarga akan dapat menumbuhkan rasa bertanggung jawab yang
besarterhadap keharmonisan keluarga tersebut, sehingga setiap anggota
keluarga akan selalu menjaga komitmen yang telah dibuat bersama, demikian
juga dalam kehidupan bermasyarakat, dengan fungsi ini akan menumbuhkan
keharmonisan dalam bertetangga dan bermasyarakat.

22

4) Fungsi Perlindungan
Keluarga menjadi wahana terciptanya suasana aman, nyaman, damai dan
adil bagi seluruh anggota keluarganya. Sehingga setiap anggota keluarga
akan selalu merasa bahwa tempat yang paling baik dan pantas adalah didalam
lingkungan keluarganya sendiri.
5) Fungsi Reproduksi
Keluarga

tempat diterapkannya

cara hidup sehat, khususnya dalam

kehidupan reproduksi. Diharapkan setiap anggota keluarga harus memahami


cara hidup sehat dan mengerti tentang kesehatan reproduksinya.. Oleh sebab
itu pemahaman dan pengetahuan tentang alat kontrasepsi, alat kontrasepsi
rasional, pengetahuan lain tentang Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi
remaja, tentang Triad KRR dan juga tentang ketahanan keluarga melalui
bina-bina yang tentu wajib harus dimiliki.
6) Fungsi Pendidikan
Keluarga menjadi wahana terbaik dalam proses sosialisasi dan pendidikan
bagi anak-anaknya. Pendidikan dalam keluarga ini

sebetulnya adalah

pendidikan inti yang menjadi fondasi untuk perkembangan anak. Sedangkan


pendidikan yang diperoleh dari sekolah maupun dari lingkungan sebetulnya
hanya merupakan sebagian dari pendidikan yang diperlukan.
7) Fungsi Ekonomi
Bahwa keluarga adalah tempat membina kualitas kehidupan ekonomi, dan
kesejahteraan keluarga. Setiap anggota keluarga punya kewajiban yang sama
untuk melakukan kegiatan yang akan menambah kesejahteraan keluarga. Hal
ini mempunyai makna bahwa seluruh anggota keluarga dapat bersikap
ekonomis, relistis dan mau berjuang untuk peningkatan kesejahteraan
keluarga.
8) Fungsi Lingkungan
Keluarga menjadi wahana untuk menciptakan warganya yg mampu hidup
harmonis dengan lingkungan masyarakat sekitar dan alam, dalam bentuk
keharmonisan antar anggota keluarga, keharmonisan dengan tetangga serta
keharmonisan terhadap alam sekitarnya.
Friedman (1998) mengidentifikasikan lima fungsi keluarga, sebagai berikut :
1)

Fungsi afektif (the Affective Function)

23

Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial
anggota keluarga.
2)

Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna
untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tinkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.

3)

Fungsi reproduksi (the reproduction function)


Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.

4)

Fungsi ekonomi (the economic function)


Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5)

Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care


function)
Fungsi perawatan adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat
dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga,
yaitu :
1. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
3. Keluarga mampu melakukan perawatan tarhadap anggota keluarga
yang sakit
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat

24

Sedangkan menurut Allender (1998), fungsi keluarga diidentifikasi sebagai berikut :


1. Affection
a. Menciptakan suasana persaudaraan atau menjaga perasaan
b. Mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual.
2. Security and acceptance
a. Mempertahankan kebutuhan fisik
b. Menerima individu sebagai anggota keluarga
3. Identity and satisfaction
a. Mempertahankan motivasi
b. Mengembangkan peran dan self image
c. Mengidentifikasi tingkat social dan kepuasan aktifitas
4. Affiliation and companionship
a. Mengembangkan pola komunikasi
b. Mempertahankan hubungan yang harmonis
5. Socialization
a. Mengenal kultur (nilai dan prilaku)
b. Aturan atau pedoman hubungan internal dan eksternal
c. Melepas anggota
6. Controls
a. Mempertahankan control social
b. Adanya pembagian kerja
c. Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada
2.4.

Struktur keluarga

Berdasarkan garis perkawinan :


a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal
Sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri
d. Patrilokal

25

Sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami


e. Keluarga kawin
Hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau isteri
Berdasarkan unsur penting dalam kehidupan berumah tangga :
a) Pola komunikasi keluarga
Berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga merupakan tugas
keluarga, dan dapat menurunkan beban masalah. Komunikasi dalam keluarga
dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi,
dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi
apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada suatu hal, dan
selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. karakterisitik komunikasi berfungsi
untuk:
1.

Karakteristik pengirim
- Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat
- Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
- Selalu meminta dan menerima umpan balik

2.

Karakteristik penerima
- Siap mendengarkan
- Memberikan umpan balik
- Melakukan validasi

b) Struktur kekuatan keluarga


Kekuatan merupakan kemampuan dari individu untuk mengontol, mempengaruhi,
atau mengubah perilaku orang lain ke arah positif. Ada beberapa macam tipe
struktur kekuatan yaitu legitimate power, referent power, reward power, coercive
power, affective power, dan expert power. Dalam urusan pengambilan keputusan
yang diambil adalah dengan musyawarah bersama terlebih dahulu, namun untuk
pengambilan keputusan terakhir adalah pemegang keputusan yang mempunyai
hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan.
c) Struktur peran
Peran antar kelurga menggambarkan perilaku interpersonal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan dalam posisi dan situasi tertentu.
d) Nilai dan norma keluarga.

26

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan, dan mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu. Norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitar
masyarakat keluarga. Beban kasus keluarga sangat bergantung pada nilai
kekuasaan dan kebutuhan akan asuhan keperawatan keluarga.
2.5.

Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan


kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai peran
yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peran- peran formal
Peran- peran formal bersifat eksplisit yaitu setiap kandungan struktur peran
kelurga.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c.

Peran Anak
Anak-anak

melaksanakan

peranan

psikosial

sesuai

dengan

tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual


b. Peran- peran informal
Peran- peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak ke permukaan dan
dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan emosional individu
dan atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluargamisalnya: pendorong,
penguat, pendamai, pengharmonis

27

2.6.

Tahapan Perkembangan Keluarga

Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat. Masing-masing


tahap perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya tersendiri, dan
meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang
selanjutnya. Menurut Duvall (1977) terdapat 8 tahapan perkembangan keluarga
(Eight-Stage Family Life Cycle)

Tahap Married couples (without children)


Pasangan yang baru saja menikah dan belum memiliki anak

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :


1. Membina hubungan intim dan memuaskan
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga
suami, keluarga istri, dan keluarga sendiri

Tahap Keluarga Child bearing


Kelahiran anak pertama, kondisi dimana keluarga sedang beradaptasi dengan
kedatangan anggota keluarga baru

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :


1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
seksual, dan kegiatan
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

Tahap Keluarga dengan anak pra sekolah


Keluarga sedang mempersiapkan kondisi mental dan finansial untuk
menyupport sekolah anaknya

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :


1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
2. Membantu anak untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga
harus terpenuhi
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam keluarga maupun
dengan masyarakat

28

5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak


6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang

Tahap Keluarga dengan anak sekolah

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :


1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah

Tahap Keluarga dengan anak remaja

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :


1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
Terjadi perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua
dan anaknya yang berusia remaja.

Tahap Keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :


1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
4. Membantu orang tua memasuki masa tua
5. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
6. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

Tahap Keluarga usia pertengahan

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :


1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak

29

3. Meningkatkan keakraban pasangan


Fokus utama dalam usia keluarga ini antara lain mempertahankan kesehatan pada
pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain
sebagainya.

Tahap Keluarga usia lanjut

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :


1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5. Melakukan life review
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini
Perbandingan Tahap-Tahap Siklus Kehidupan Keluarga menurut
(Duvall dan Miller), (Charter dan McGoldrick)
Charter dan McGoldrick

Duvall dan Miller

(Perspektif Terapi Keluarga)

(Perspektif Sosiologis)

1. Keluarga antara : dewasa muda Tidak ada yang diidentifikasi di sini,


yang belum kawin

meskipun Duvall menganggap dewasa


muda sedang proses dilepas. Karena
terdapat waktu yang cukup antara masa
remaja dan pernikahan.

2. Penyatuan

keluarga

melalui 1. Keluarga

perkawinan : pasangan yang baru

pemula

atau

tahap

pernikahan.

menikah
3. Keluarga dengan anak kecil (masa 2. Keluarga sedang mengasuh anak
bayi hingga usia sekolah)

(anak tertua adalah bayi sampai


umur 30 bulan)
3. Keluarga

dengan

anak

usia

prasekolah (anak tertua berumur 2


hingga 5 tahun).
4. Keluarga dengan anak usia sekolah

30

(anak tertua umur 6 hingga 12


tahun)
5. Keluarga dengan akan remaja (anak
4. Keluarga dengan anak remaja

tertua berumur 13 hingga 20)


6. Keluarga melepaskan anak dewasa

5. Keluarga melepaskan anak dan

muda (semua anak meninggalkan

pindah

rumah)
7. Orangtua usia pertengahan (tidak
ada jabatan lagi hingga pensiun)
8. Keluarga dalam masa pensiun dan

6. Keluarga dalam kehidupan terakhir

lansia (mulai dari pensiun hingga


pasangan yang meninggal.

2.7.

Mekanisme Koping Keluarga menghadapi Stress Marital

Stress Marital
Stress Marital adalah stress yang terjadi didalam kehidupan rumah tangga akibat
beberapa masalah yang terjadi didalam perkawinan, baik antara suami, istri, maupun
anak-anak.
Masalah yang paling sering terjadi adalah masalah finansial, masalah anak-anak,
kesibukan sehari-hari yang sangat melelahkan dan menjadi stressor, pola komunikasi
antara anggota keluarga yang buruk, dan kebiasaan jelek anggota keluarga, misal
suami suka berjudi, istri suka bergosip sehingga melupakan kewajibannya sebagai I
bu rumah tangga, anak yang memakai narkoba, dll.
Strategi Koping Keluarga

Strategi Koping Keluarga Internal

Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi
hubungan, kognitif dan komunikasi.
1. Strategi hubungan
a. Mengandalkan kelompok keluarga
Keluarga tertentu saat mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi lebih
bergantung pada sumber mereka sendiri. Bersatu adalah satu dari proses penting
dalam masalah kehidupan keluarga. Keluarga berhasil melalui masalah dengan
menciptakan struktur dan organisasi yang lebih besar dirumah dan keluarga. Ketika

31

keluarga menetapkan struktur yang lebih besar, hal ini merupakan upaya untuk
memiliki pengendalian yang lebih besar terhadap keluarga mereka. Upaya ini
biasanya melibatkan penjadwalan waktu anggota yang lebih ketat, lebih banyak
tugas per anggota keluarga, organisasi ikatan yang lebih ketat, dan rutinitas ynag
lebih mantap dan terprogram. Bersamaan dengan lebih ketatnya batasan keluarga,
menimbulkan kebutuhan pengaturan dan pengendalian anggota keluarga yang lebih
besar, disertai harapan bahwa anggota lebih disiplin dan menyesuaikan diri. Jika
berhasil, keluarga menerapkan pengendalian yang lebih besar dan mencapai integrasi
dan kohesivitas yang lebih besar.
b. Kebersamaan yang lebih besar
Salah satu membuat keluarga semakin erat dan memelihara sreta mengelola tingkat
stress dan moral yang dibutuhkan keluarga adalah dengan berbagi perasaan dan
pemikiran serta terlibat dalam pengalaman aktivitas keluarga. Kebersamaan yang
lebih besar menghasilkan kohesi keluarga yang lebih tinggi, atribut keluarga yang
mendapatkan perhatian yang luas sebagai atribut keluarga inti (Olson, 1993).
Hubungan yang paling penting membutuhkan kohesivitas dan saling berbagi dalam
system keluarga.kohesivitas keluarga yang tinggi khususnya membantu saat keluarga
pernah trauma, karena anggota sangat memerlukan dukungan. Aktivitas anggota
keluarga diwaktu luang merupakan sumber koping yang sangat penting guna
memperbaiki kohesi, moral, dan kepuasaan kelurga. Seperti yang banyak dikatakan
orang, peribahas sebuah kelurga yang berperan bersama, tetap barsama
mengandung banyak sekali kebenaran. Strategi koping ini akhirnya bertujuan
membangun integrasi, kohesivitas, dan resilienceyang lebih besar dalam keluarga.
c. Fleksibitas peran
Perubahan yang cepat dan pervasif dalam masyarakat serta dalam keluarga,
khususny pada pasangan, merupakantipe strategi keluarga yang sangat kuat. Olson
(199) dan Walsh (1998) telah menekankan bahwa fleksibitas peran adalah satu dari
dimensi utama adaptasi keluarga. Keluarga harus mampu beradaptasi terhadap
perubahanperkembangan dan lingkungan. Ketika keluarga berhasil mengatasi,
keluarga mampu memelihara suatu keseimbangan dinamik antara perubahan dan
stabilitas. Fleksibitas peran memungkinkan kesimbangan ini berlanjut.
2. Strategi kognitif
a. Normalisasi

32

Strategi koping keluarga fungsional lainnya adalah kecenderunagan bagi keluarga


untuk normalisasi suesuatu sebanyak mungkin saat mereka mengatasi stressor jangka
panjang yang cenderung mengganggu kehidupan keluarga dan aktivitas rumah
tangga. Normalisasi adalah proses terus menerus yang melibatkan pengakuan
pentakit kronik tetapi menegaskan kehidupan keluarga sebagai kehidupan keluarga
yang normal, menegaskan efek social memiliki anggota yang memiliki atau
menderita penyakit kronik sebagi suatu yang minimal, dan terlibat dalam perilaku
yang menunjukkan kepada orang lain bahwa keluarga tersebut adalah normal.
Keluara menormalkan dengan memenuhi ritual dan rutinitas. Hal ini membantu
keluarga mengatasi stress dan meningkatkan rasa keutuhan sepanjang waktu, sangat
penting guna menormalisasi situasi keluarga (Fiase, 2000).
b. Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang dan
penilaian pasif
Keluarga yang menggunakan strategi koping ini cenderung melihat aspek positif dari
peristiwa hidup penuh stress dan membuat peristiwa penuh stress menjadi tidak
terlalu penting dalam hierarki nilai keluarga. Hal ini ditandai dengan naggota
keluarga yang memiliki rasa percaya dalam mengatasi kekganjilan denga
mempertahankan pandangan optimistic terhadap peritiwa, terus memiliki harapan
dan berfokus pada kekuatan dan potensi.
Pembingkaian ulang adalah cara persepsi koping individu dan sering kali
dipengaruhi oleh keyakinan keluarga. Keluarga memiliki persepsi bersama, dan
proses pembingkaian ulang akan dipengaruhi oleh persepsi ini. Rolland
menekankan bahwa keyakinan individu dan keluarga berfungsi sebagai peta
kognitif yang membimbing tindakan dan keputusan keluarga. Keyakinan dapat
sedemikian rupa, selaras dengan pandangan hidup, paradigm dan nilai keluarga.
Cara kedua keluarga mengendalikan makna stressor adalah dengan penilaian pasif,
kadang disebut sebagai penerimaan pasif. Pada cara kedua ini, keluarga
menggunakan strategi koping kognitif kolektif dalam memandang stressor atau
kebutuhan yang menimbulkan stres sebagai sesuatu yang akan selesai dengan
sendirinya sepanjang waktu dan tentang hal tersebut tidak ada atau sedikit yang
dapat dilakukan. Seperti yang ditekankan Boss (1988), penilaian pasif dapat menjadi
strategi penurun stress yang efektif dalam jangka waktu pendek, khususnya dalam
kasus saat tidak ada satu pun yang dapat dilakukan. Akan tetapai jika strategi ini
digunakan secara konsisten dan sepnjang waktu, penggunaannya menghambat

33

pemecahan masalah yang aktif da perubahan dalam keluarga serta dapat menggangu
adaptasi keluarga.
c. Pemecahan masalah bersama
Pemecahan masalah bersama diantara anggota keluarga adalah styrategi konitif dan
komunikasi keluarga yang telah diteliti secara ekstensif melalui metode penelitian
laboratorium oleh kelompok peneliti keluarga (Klien, 1983 ; Reis, 1981 ; Strauss,
1968) dan dalam lingkungan alami (Chesler & Barbari, 1987). Pemecahan masalah
keluarga yang efektif meliputitujuh langkah spesifik :

Mengidentifikasi masalah

Mengkomunikasikan tentang masalah

Menghasilkan solusi yang mungkin

Memutuskan satu dari solusi

Melakukan tindakan

Memantau atau memastikan bahwa tindakan dilakukan

Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah

Dengan memasukkan strategi pemecahan masalah ini dalam kehidupan keluarga,


keluarga dipercaya dapat berfungsi secar efektif. Reiss menyebutkan keluarga yang
menggunakan proses pemecahan masalah yang efektif sebagi keluarga yang peka
terhadapa lingkungan. Tipe keluarga ini seperti melihat sifat masalah sebagi sesuatu
dia luar sana dan tidak mencoba membuat masalah menjadi internal.
d. Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Keluarga yang berbasis kognitif berespon terhadap stress dengan mencari
pengetahuan informasi berkenaan dengan stressor dan kemungkinan stressor. Hal ini
khususny terbukti dalam kasus masalah kesehatan berat atau yang mengancaam
hidup. Dengan mendapatkan informasi yang bermamfaat, dapat meningkatkan
perasaan memiliki beberapa pengendalan terhadap situasi dan mengurangi rasa takut
keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui dan juga mengurangi rasa takut
keluarga terhadap sesuatu yang tidak diketahui serta membantu keluarega menilai
stressor ( maknanya) lebih akurat dan mengambil tindakan yang diperlukan.
3. Strategi Komunikasi
a. Terbuka dan jujur
Anggota keluarga yang menunjukkan keterbukaan, kejujuran, pesan yang jelas dan
perasaan serta afeksi yang lebih besar dibutuhkan pada masa ini. Satir mengamati

34

bahwa komunikasi keluarga yang fungsional adalah langsung, terbuka,jujur dan


jelas. Keterbukaan adalah komunikatif dalam berbagai ide dan perasaan. Pemecahan
masalah kolaboratif, yang dibahas sebagai strategi koping kognitif, juga merupakan
strategi koping kognitif, juga merupakan strategi komunikasi, yang memfasilitasi
koping dan adaptasi keluarga.
b. Menggunakan humor dan tawa
Studi mengenai resilience menekankan bahwa humor tidak terhingga nilainya dalam
mengatasi penderitaan (Walsh, 1998). Humor tidak hnya dapat menyokong
semangat, humor juga dapat menyokong sistem imun seseorang dalam mendorong
penyembuhan. Demikian juga bagi keluarga, rasa humor adalah sebuah aspek yang
penting. Humor dapat dapat memperbaiki sikap keluarga terhadap masalah dan
perawatan kesehatan serta mengurangi kecemasan dan ketegangan. Humor dan tawa
dapat dipandang sebagai alat perawatan diri untuk mengatasi stress karena
kemampuan tertawa dapat memberikan seseorang perasaan memiliki kekuatan
terhadap situasi. Humor dan tawa dapat menyokang sikap positif dan harapan bukan
perasaan tidak berdaya atau depresi dalam situasi penuh stress.

Strategi Koping Keluarga Eksternal

1. Strategi komunitas
Kategori ini merujuk pada upaya koping keluarga yang terus menerus, jangka
panjang, dan umum bukan upaya seseorang menyesuaikan untuk mengurangi
stressor khusus siapapun. Pada kasus ini, anggota keluarga ini adalah peserta aktif
(sebagai anggota aktif atau posisi pimpinan) dalam klub, organisasi dan kelompok
komunitas. Hubungan komunitas yang kreatif dapat dibuat untuk memnuhi
kebutuhan anggota keluarga seperti meminta anggota keluarga lansia yang kurang
memiliki kontak keluarga memberiakan bantuan disentra perawatan anak yang
kekurangan staf (Walsh, 1998).
2. Memanfaatkan sistem dukungan social
a. Dukungan social keluarga
Dukungan social keluarga merujuk pada dukungan social yang dirasakan oleh
anggota keluarga ada atau dapat diakses (dukungan social dapat atau tidak
digunakan, tetapi anggota keluarga dapat menerima bahwa orang pendukung siap
memberikan bantuan dan pertolongan jika jika dibutuhkan). Dukungan sosial
keluarga dapat dating dari dalam dukungan social keluarga seperti dukungan

35

pasangan atau dukungan subling atau dari luar dukungan social keluarga yaitu
dukungan social berada diluar keluarga nuklir (dalam jaringan social keluarga).
b. Sumber dukungan keluarga
Menurut Caplan (1974) terdapat tiga sumber dukungan social umum. Sumber ini
terdiri atas jaringan informalyang spontan. Dukungan terorganisasi yang tidak
diarahkan oleh petugas kesehatan professional dan upaya terorganisasi oleh
professional kesehatan. Dari semua ini jaringan informal (diidentifikasi diatas
kelompok yang memberikan jumlah bantuan terbanyak selama masa yang
dibutuhkan. Caplan (1976) menjelaskan bahwa keluarga memiliki fungsi pendukung
meliputi :

Dukungan social (keluarga berfungsi sebagi pencari dan penyebar informasi


mengenai dunia)

Dukungan penilaian (keluarga bertindaksebagai sistem pembimbingumpan


balik, membimbing dan merantarai pemecahan masalahdan merupakan
sumber sera validator identitas anggota)

Dukungan tambahan (keluarga adalah sunber bantuan praktis dan konkret)

Dukungan emosional (keluarga berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan


pemulihan serta membantu penguasaan emosional)

Meningkatkan moral keluarga


c. Dukungan spiritual

Berbagai studi menunjukkan hubungan yang jelas antara kesejahteraan spiritual dan
peningkatan kemampuan individu atau keluarga untuk mengatasi stress dan penyakit.
Agama adalah dorongan yang kuat dan pervasif dalam membentuk keluarga (Miller,
2000). Cara koping yang berbasis spiritual bervariasi secara signifikan lintas budaya.
Penelitian mengenai koping keluarga dan individu serta resilience secara konsisten
menunjukkan bahwa dukungan spiritual adalah penting dalam mendukung
kepercayaan keluarga sehingga mereka dapat mengatasi penderitaan.
Strategi Koping Disfungsional Keluarga
Keluarga menggunakan berbagai strategi koping disfungsional khusus dalam upaya
untuk mengatasi masalah mereka. Pada sebagian besar kasus, strategi ini dipilih
secara tidak sadar, sering kali sebagai respons yang digunakan keluarga asal mereka
dalam upaya perlu diperhatikan bahwa strategi koping disfungsional keluarga ini

36

digunakan untuk mengurangi stress dan ketegangan keluarga. Strategi koping


disfungsional yang sering digunakan adalah:
1. Penyangkalan masalah keluarga
Penyangkalan adalah mekanisme pertahanan yang digunakan oleh anggota keluarga
dan keluarga sebagai satu kesatuan. Pada basis jangka pendek, penyangkalan
keluarga sering kali fungsional, karena ini memungkinkan keluarga membeli waktu
untuk melindungi dirinya sementara secara bertahap menerima peristiwa yang
menimbulkan kepedihan. Tetapi juga berlangsung lama, penyangkalan bersifat
disfungsional bagi keluarga.
2. Pola dominasi atau kepatuhan ekstrem (otoritarinisme)
Otoritariniasme adalah kecenderungan seseorang untuk berhenti mandiri karena
ketidakberdayaan dan ketergantungan, serta keinginana untuk bergabung dengan
seseorang atau sesuatu diluar dirinya agar mendapatkan kekuasaan atau kekuatan
yang dirasakan kurang. Dalam keluarga otoriter, orang mengundurkan diri dari
integritas pribadi mereka dan menjadi bagian dari simbiosis yang tidak sehat, patuh
kepada dominasi. Anggota keluarga yang patuh sangat bergantung pada individu
yang dominan.
3. Perpecahan dan kecanduan dalam keluarga
Untuk mengurangi ketegangan atau stress dalam keluarga, anggota keluarga boleh
jadi secara fisik atau psikososial saling terpisah. Perpisahan ini mencakup kehilangan
anggota keluarga karena pengabaian, perpisahan atau perceraian dan gangguan
psikososial anggota keluarga lewat keterlibatan anggota dalam kecanduan (misalnya
alcohol, obat-obatan dan berjudi). Banyak orang mengenali bahwa kecanduan
alcohol dan obat-obatan adalah penyakit, hanya sedikit sekali yang mengenali
sebagai penyakit keluarga (Al-Anon Family Groups, 2000). Saat ini kecanduan
anggota keluarga dipahami sebagai masalah sistem keluarga bukan masalah individu.
Alcohol dan obat-obatan telah memiliki pola intergenerasi. Penyalahgunaan
minuman pada dewas muda telah ditemukan dipengaruhi oleh disfungsi dalam
keluarga asal.
4. Kekerasan dalam keluarga
Menggunakan ancaman, mengkambinghitamkan dan otoriterisme ekstrem dapt
menyebabkan kekerasan dalam keluarga. Kekereasan dalam keluarga dapat dikenali
sebagai satu dari empat masalah kesehatan masyarakat utama saat ini (Galles, 2000 ;
Walsh,1996). Terdapat enam tipe kekerasan dalam kelurga, antara lain:

37

o Penganiayaan pasangan
o Penganiayaan dan pengabaian anak
o Penganiayaan saudara kandung
o Penganiayaan lansia
o Penganiayaan orang tua
o Penganiayaan homoseksual
2.8.

Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari
tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
1. Wawancara keluarga
2. Observasi fasilitas rumah
3. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
4. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dsb
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
A. Data Umum
Pengnkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK)
2. Alamat dan telepon
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan kepala keluarga
5. Komposisi keluarga dan genogram
6. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut.
7. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
8. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
9. Status sosial ekonomi keluarga

38

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barangn-barang yang dimiliki oleh keluarga.
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama
untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
C. Pengkajian Lingkungan
1., Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum
yang digunakan serta denah rumah.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat,
budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3. mobolitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.

39

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat.
5. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan.
Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota
keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk mengubah perilaku.
3. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
4. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, bagaiman kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaiman interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan

40

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas


kesehatan keluarga, yaitu : keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan tarhadap
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan dan kleluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat
di lingkungan setempat.
Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi: pen gertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah ;
1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah
2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami
4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan.
6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
c. Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang

sakit,

termasuk

kemampuan

memelihara

lingkungan

dan

menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, yang


perlu dikaji adalah ;
1) Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan
yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan/penyakit.

41

2) Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang


diperlukan untuk perawatan.
3) Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan
memadai.
4) Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan
yang diperlukan
5) Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri
dalam keluarga
6) Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam
memelihara lingkungan dimasa mendatang.
7) Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit
8) Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan
bagaimana pandangan keluarga akan fasilitas tersebut.
9) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik,
pengobatan dan rehabilitasi).
10) Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya
perawatan dan pencegahan.
4. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
a. Berapa jumlah anak
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga.
5. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan
b. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
F. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

42

b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang


memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
3. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
5. Strategi adaptasi disfungsional yang pernah digunakan keluarga saat
menghadapi permasalahan
G. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan tidak berbeda dengan pemeriksaan di klinik. Data pemeriksaan kesehatan
dapat meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
H. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
Pengkajian Keluarga (menurut Friedman)
Menurut teori/ model family center nursing friedman, meliputi 7 komponen
pengkajian yaitu:
a. Pengkajian
1) Data Fokus
Identitas kepala keluarga, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku
bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi
keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
- Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembengan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga ini yaitu keluarga memasuki perkembangan tahap II yaitu
keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama
hingga bayi berusia 8 bulan. Tugas perkembangan: Perubahan peran
menjadi orang tua, Perubahan hidup yang sulit, masa transisi, tugas kritis.

43

Masalah : (1) Suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan


argumentasi suami dan isteri, interupsi dalam jadual yang continue,
kehidupan seksual dan sosial terganggu, (2) Adaptasi dengan perubahan
anggota keluarga : Peran, interaksi, kebutuhan-kebutuhan, keselamatan,
keterbatasan, toilet training, komunikasi bayi, (3) Mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan pasangannya: pembentukan kembali
pola komunikasi, Pembentukan perasaan, perkawinan, hubungan seksual
menurun, konseling KB, hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah
sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga
Masalah kesehatan : Pendidikan maternitas, Perawatan bayi yang
baik, Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini,
Imunisasi, Tumbuh kembang.
- Riwayat keluarga inti
Adanya riwayat anggota keluarga yang terkena gangguan perkembangan
pada motorik kasar anak yang mempunyai resiko terhambatnya tumbuh
kembang.
- Riwayat keluarga sebelumnya
3) Pengkajian lingkungan
- Karakteristik rumah yang cukup nyaman, ventilasi cukup, status rumah
yang dihuni keluaraga adalah rumah sendiri
- Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, yang meliputi
tetangga yang ada di sekitar rumah keluarga cukup ramah. Keluarga
tinggal di pedesaan, sehingga jarak antara rumah dengan tetangga tidak
berhimpitan karena masih banyak lahan yang kosong. Warga memiliki
kebiasaan mengadakan kerja bakti. Penduduk setempat juga mempunyai
kebiasaan apabila ada tetangga yang sakit mereka saling membantu.
Keluarga merasa nyaman tinggal di pedesaan tersebut karena keluarga
merasa tetanggatetangga sekitar saling membantu dan tidak merugikan
dalam berbagai hal.
- Fasilitas transportasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana

44

transportasi menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan


kesehatan sehingga kondisi akan semakin memburuk.
- Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering mengajarkan kepada keluarga tentang kebersamaan,
sehingga keluarga saling menghormati dengan masyarakat sekitar.
Keluarga mengatakan perkumpulan di masyarakat sangat berguna yaitu
untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan dan tempat
berinteraksi antar tetangga (silahturahmi), dan mengikuti acara pengajian
tahlilan bapak-bapak.
- Sistem pendukung keluarga
Dalam keluarga terdapat sistem pendukung yang sifatnya positif yaitu jika
ada masalah dalam keluarga biasanya di selesaikan secara bersama-sama
danterbuka, rasa saling memaafkan, ada rasa saling menyayangi dan
mengasihi dalam anggota keluarga, hubungan antar anggota keluarga
cukup baik, keluarga menanamkan pola hidup sederhana.
4) Struktur keluarga
- Pola komunikasi keluarga
Berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga
merupakan tugas keluarga, dan dapat menurunkan beban masalah.
- Struktur kekuatan keluarga
Dalam urusan pengambilan keputusan yang diambil adalah dengan
musyawarah bersama terlebih dahulu, namun untuk pengambilan
keputusan terakhir adalah pemegang keputusan yang mempunyai hak
dalam menentukan masalahdan kebutuhan.
- Struktur peran
Peran antar kelurga menggambarkan perilaku interpersonal yang
berhubungan dengan masalah kesehatan dalam posisi dan situasi tertentu.
- Nilai dan norma keluarga.
Beban kasus keluarga sangat bergantung pada nilai kekuasaan dan
kebutuhan akan asuhan keperawatan keluarga.
5) Fungsi keluarga
- Fungsi afektif
- Fungsi sosialisasi

45

- Fungsi perawatan kesehatan


- Fungsi reproduksi
6) Stress dan koping keluarga
-

Stressor jangka pendek dan stressor jangka panjang


Stesor jangka pendek yaitu stesor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan. Stesor
jangka panjang yaitu stesor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

Respon keluarga terhadap stress


Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi /stresor

Strategi koping yang digunakan


Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.

Strategi adaptasi disfungsional


Menjelaskan

mengenai

strategi

adaptasi

disfungsional

yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. Adakah cara


keluarga mengatasi masalah secara maladaptive.
7) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.

46

CONTOH FORMAT PENGUMPULAN DATA KELUARGA


A.

Data Dasar Keluarga

1.

Nama Kepala Keluarga (KK)

: _______________________

2.

Usia

: _______________________

3.

Pendidikan

: _______________________

4.

Pekerjaan

: _______________________

5.

Alamat / No. Telp

: _______________________

No

Nama

Jenis

Hub. Dg

Kelamin

KK

TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan

6.

Komposisi Keluarga

7.

Genogram (Gambarkan genogram keluarga klien)

8.

Tipe Keluarga

Keluarga inti

Janda / duda

9.

: _______________________

Keluarga besar
Lain-lain

Suku Bangsa

: _______________________

10. Agama

: _______________________

11. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Total pendapatan keluarga per bulan :


( ) Dibawah Rp. 600.000,( ) Rp. 600.000,- s/d Rp. 1.000.000,( ) Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,( ) Di atas dari Rp. 2.000.000,-

Apakah penghasilan keluarga mencukupi untuk biaya sehari hari ?


( ) Ya

( ) Tidak

Bila tidak apa yang dilakukan keluarga : __________________

Apakah keluarga mempunyai tabungan ?


( ) Ya

Apakah ada anggota keluarga yang membantu keuangan keluarga ?


( ) Ada

( ) Tidak
( ) Tidak

47

Bila ada, siapa : ______________________________________

Siapa yang mengelola keuangan dalam keluarga ?


( ) Ayah

( ) Ibu

( ) Lain - lain

12. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Kebiasaan rekreasi keluarga


( ) Tidak tentu

( ) 1 kali sebulan

( ) 2 kali sebulan

( ) 3 kali sebulan

( ) Lain lain sebutkan : _______________________________

Penggunaan waktu senggang


( ) Nonton TV

( ) Mendengarkan radio

( ) Membaca

( ) Nonton bioskop

( ) Lain lain sebutkan : _______________________________


13. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga saat ini : ___________________

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : _______

14. Riwayat Keluarga Inti

: _______________________

15. Riwayat Keluarga Sebelumnya : _______________________


B.

Lingkungan

1.

Perumahan
1.1. Jenis rumah
( ) Permanen

( ) Semi-permanen

1.2. Luas Bangunan _________ m2


1.3. Luas Penerangan ________ m2
1.4. Status rumah
( ) Milik pribadi

( ) Kontrakan

( ) Sewa bulanan

( ) Lain - lain

1.5. Atap rumah


( ) Genteng

( ) Seng/asbes

( ) Sirap/atap

( ) Lain-lain

1.6. Ventilasi rumah


( ) Ada

( ) Tidak ada

48

( ) Non-permanen

1.7. Bila ada beberapa luasnya


( ) > 10% luas lantai ( ) < 10% luas lantai
1.8. Apakah cahaya dapat masuk rumah pada siang hari
( ) Ya

( ) Tidak

1.9. Penerangan
( ) Listrik

( ) Patromak

( ) Lampu tempel

( ) Lain-lain

1.10.Lantai
( ) Keramik

( ) Ubin

( ) Papan

( ) Tanah

1.11.

Bagaimana kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan

( ) Bersih

( ) Berdebu

( ) Banyak lalat

( ) Banyak lawa-lawa ( ) Lain-lain

2.

Denah Rumah

3.

Pengelolahan Sampah
3.1.

( ) Sampah bertebaran

Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah


( ) Ya

3.2.

( ) Plaster

( ) Tidak

Bagaimana cara pengelolahan sampah rumah tangga


( ) Dibuang kesungai/Got ( ) Diambil petugas
( ) Ditimbun

4.

( ) Dibakar

Sumber Air
4.1.

Sumber air yang digunakan oleh keluarga

( ) Sumur gali

( ) Pompa listrik

( ) Pompa tangan

( ) Sungai

( ) Membeli

( ) Lain lain _____________

4.2.

Sumber air minum yang digunakan oleh keluarga

( ) Sumur gali ( ) Pompa listrik

5.

( ) Pompa tangan

( ) PAM

( ) Sungai

( ) Air isi ulang

Jamban Keluarga
5.1.

Apakah keluarga mempunyai WC sendiri


( ) Ya

5.2.

( )Lain-lain ________

( ) Tidak

Bila ya apa jenis jamban keluarga

49

( ) PAM

( ) Leher angsa
5.3.

( )Lain lain _____________

Beberapa jarak antara sumber air dengan penampungan tinja ?


( ) < 10 meter

6.

( ) Cemplung
( ) > 10 meter

Pembuangan Air Limbah


Apakah keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah (air kotor) ?
( ) Ya, bagaimana kondisinya _____________________________________
( ) Tidak, dimana pembuangannya _________________________________

7.

Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan


7.1.

Adakah perkumpulan sosial dalam kegiatan di masyarakat setempat ?

( ) Tidak
( ) Ada, apa jenisnya ________________________________________
7.2.

Adakah fasilitas kesehatan di masyarakat

( ) Tidak
( ) Ada, apa jenisnya ________________________________________
7.3.

Apakah keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut ?

( ) Tidak
( ) Ada, apa alasannya _______________________________________
7.4.

Apakah fasilitas kesehatan yang ada dapat terjangkau oleh keluarga

dengan kendaraan umum ?


( ) Bila ya dengan kendaraan apa ______________________________
( ) Bila tidak bagaimana cara mengatasinya ______________________
8.

Karakteristik Tetangga dan Komunitas ______________________________

9.

Mobilitas Geografis Keluarga _____________________________________

10. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat ________________


11. Sistem Pendukung Keluarga ______________________________________
C.

Struktur Keluarga

1.

Pola Komunikasi Keluarga

________________________________________
2.

Struktur Kekuatan Keluarga

_______________________________________
3.

Struktur Peran

50

__________________________________________________
4.

Nilai dan Norma Budaya

_________________________________________
D. Fungsi Keluarga
1.

Fungsi Afektif _________________________________________________

2.

Fungsi Sosialisasi ______________________________________________

E.

Stres dan Koping Keluarga

1.

Stresor Jangka Pendek dan Jangka Panjang __________________________

2.

Kemampuan Keluarga Berespons terhadap Masalah ___________________

3.

Strategi Koping yang Digunakan __________________________________

4.

Strategi Adaptasi Disfungsional ___________________________________

5.

Pemeriksaan Fisik ______________________________________________

No.

Sistem

TTV

Kulit/kepala

Mata

Telinga

Hidung

Mulut

Dada

Abdomen

Ekstremitas

10

Kesimpulan

F.

Ayah

Ibu

Anak 1

Anak 2

Anak 3

Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga

________________________________________________________________
________________________________________________________________
G.

Fungsi Perawatan Kesehatan (Penjajakan Tahap II)

________________________________________________________________

51

________________________________________________________________
Genogram berdasarkan kasus

M : .....

A 40

D : .....

E 8

1
5

M : ....

Foster at ....

1
5

3
3

Foster at ....

2.9.

Legal Etik Pelayanan Kesehatan Keluarga

Pengertian Aspek Legal

Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan


keabsahan suatu tindakan ditinjau dari hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan
keperawatan (askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat, walaupun
format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek
legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis
terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada
pasien, keluarga, kelompok, komunitas. (Dikutip dari Hand Out Aspek Legal &
Manajemen Resiko dalam pendokumentasian Keperawatan, Sulastri).
Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan kesehatan saat ini. Edelstein
(1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis atau
dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah
menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien,
boleh dikatakan seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan klien.
Pendokumentasian yang baik harus menggambarkan tidak hanya kualitas dari
perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggungjawaban anggota tim kesehatan
lain dalam pemberian perawatan.

Dasar Hukum Keperawatan


1) Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO.
1239 TAHUN 2001

52

2) Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan
Pasal 32 (ayat 4): Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
3) Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam
melaksanakan kewenangannya perawat berkewajiban untuk:
Menghormati hak pasien
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Memberikan informasi
Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
Melakukan catatan perawatan dengan baik

Area Overlapping (Etik Hukum)

Hak Hak Pasien


Informed-consent

Hak-hak Pasien :

Hak untuk diinformasikan


Hak untuk didengarkan
Hak untuk memilih
Hak untuk diselamatkan

Informed Consent

Dasar dasar Informed consent UU N0 23 / 1992 tentang kesehatan Pasal 53 ayat


( 2) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI NO 585 tentang persetujuan tindakan
medik.

Akuntabilitas Legal

Aturan legal yang mengatur praktik perawat


Pedoman untuk menghindari malpraktik dan tuntutan malpraktik
Hubungan perawat- Dokter/keluarga/institusi pelayanan kesehatan

Potensial Area Tuntutan

Malpraktik

53

Kelalaian bertindak yang dilakukan seseorang terkait profesi/pekerjaannya


yang membutuhkan ketrampilan profesional dan tehnikal yang tinggi

Dokumentasi

Medical Record adalah dokumen legal dan dapat digunakan di pengadilan


sebagai bukti.
Informed consent
Persetujuan yang dibuat oleh klien untuk menerima serangkaian prosedur
sesudah diberikan informasi yang lengkap termasuk resiko pengobatan dan
fakta-fakta yang berkaitan dengan itu, telah dijelaskan oleh dokter

Accident and Incident report

Incident Report laporan terjadinya suatu insiden atau kecelakaan.


Perawat perlu menjamin kelengkapan dan keakuratan pelaporan askep.

Aspek Legal dalam Pendokumentasian Keperawatan

Terdapat 2 tipe tindakan legal :


Tindakan sipil atau pribadi
Tindakan sipil berkaitan dengan isu antar individu
Tindakan kriminal
Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan
masyarakat secara keseluruhan.
Menurut hukum jika sesuatu tidak di dokumentasikan berarti pihak yang
bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan. Jika
perawat tidak melaksanakan atau tidak menyelesaikan suatau aktifitas atau
mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa di tuntut melakukan mal
praktik.
Dokumentasi keperawatan harus dapat diparcaya secara legal, yaitu harus
memberikan laporan yang akurat mengenai perewatan yang diterima klien.
Tappen Weiss dan whitehead (2001) manyatakan bahwa dokumen dapat
dipercaya apabila hal-halk sbb :
Dilakukan pada periode yang sama. Perawatan dilakukan pada
waktu perawatan diberikan.
Akurat. Laporan yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh
perawwat dan bagian klien berespon.

54

Jujur. Dokumentasi mencakup laporan yang jujur mangenai apa yang


sebenarnya dilakukan atau apa yang sebenarnya diamati.
Tepat. Apa saja yang dianggap nyaman oleh seseorang untuk dibahas di
lingkungan umum di dokumentasikan
Catatan medis klien adalah sebuah dokumentasi legal dan dapat
diperliahatkam di pengadilan sebagai bukti sering kalicatatan tersebut
digunakan untuk mengingatkan saksi mengenai kejadian di seputar
tuntutan karena beberapa bulan atau tahun biasanya sudah berlalu sebelum
tuntutan di bawa ke pengadilan. Efektivitas kesaksian oleh saksi dapat
bergantung pada akurasi dari catatan semacam ini. Oleh karena itu perawat
perlu untuk tetap akurat dan melengkapi catatan askep yang diberikan
pada klien.
Kegagalan membuat catatan yang semestinya dapat dianggap kelalaian
dan menjadi dasar Liabilitas yang merugikan. Pengkajian dan dokumentasi
yang tidak memadai atau tidak akurat dapat menghalangi diagnosis dan
terapi yang tepat dan mengakibatkan cedera pada klien.

55

BAB III
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEPERAWATAN
3.1.

Kesimpulan

Keluarga adalah suatu penyatuan dari dua individu, dengan latar belakang yang
berbeda dari keluarga yang berbeda, yang diikat melalui tali perkawinan, dan
memiliki tujuan sama, yaitu untuk meneruskan nilai dan norma yang telah ada
pada keluarga sebelumnya.
Terdapat berbagai macam tipe keluarga, namun secara garis besar terbagi menjadi
dua, yaitu Tradisional (yang dianut oleh budaya Timur) dan Non-Tradisional
(yang dianut oleh budaya Barat).
Terdapat macam-macam struktur dan fungsi keluarga. Struktur keluarga
menjelaskan nilai dan norma yang di anut oleh keluarga itu dan peran masingmasing

individu,

sedangkan

fungsi

keluarga

menjelaskan

tujuan-tujuan

dibangunnya suatu keluarga, diantaranya untuk membentuk generasi penerus


(fungsi reproduksi).
Setiap keluarga memiliki tahap-tahap perkembangan keluarga, dimulai dari
pasangan muda sampai pasangan lansia. Didalam siklus kehidupan berkeluarga
tentu terdapat banyak stressor yang dihadapi, maka tidak dipungkiri akan timbul
stress marital yang sangat kompleks di dalam keluarga. Cara menghadapi stress
marital tergantung mekanisme koping yang dimiliki oleh keluarga tersebut.
Untuk mengetahui apa yang terjadi pada keluarga, maka dilakukanlah suatu
pengkajian, berdasarkan format pengkajian yang telah ada, oleh perawat
komunitas. Terdapat aspek legal etis ketika melakukan pengkajian. Maka dari itu,
pengkajian yang dilakukan harus sungguh-sungguh. Karena tujuan suatu keluarga
dikaji adalah untuk mengetahui masalah yang terjadi pada keluarga, dan biasanya
masalah-masalah yang terjadi di keluarga adalah masalah kompleks dan rumit
yang butuh waktu lama untuk penyelesaiannya.
3.2.

Implikasi Keperawatan
1. Sebagai Pendidik

56

Peran perawat di komunitas sebagai pendidik yaitu untuk memberikan


informasi berupa pengajaran maupun pengetahuan dan keterampilan dasar.
Disini perawat menjelaskan apa yang kurang dimengerti oleh klien dari
segi fasilitas maupun yang lainnya.
2. Sebagai Advokat
Peran perawat sebagai advokat yaitu tindakan perawat dalam mencpai
suatu untuk kepentingan masyarakat atau bertindak untuk mencegah
kesalahan yang tidak diinginkan ketika pasien sedang menjalankan
pengobatan. Disini perawat bertugas untuk selalu mendampingi klien
apabila klien mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan.
3. Sebagai Konsultan
Yaitu peran perawat yang bertugas sebagai tempat konsultasi pasien dlam
pemberian informasi, dukunngan atau memberi ajaran tentang tujuan
pelayanan kesehatan yang diberikan.
4. Sebagai Pemberi Perawatan
Perawat sebagai pemberi perawatan secara langsung yaitu peran perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada individu,
keluarga dan kelompok dengn menggunakan energy dan waktu seminimal
mungkin. Perawat ini langsung mengkaji kondisi kesehatan pasien,
merencanakan, mengimplementasi dan mengevaluasi asuhan keperawatan.
5. Sebagai Pemasaran Kesehatan
Perawat sebgai pemasaran kesehatan kepada masyarakat atau social
marketer yitu peran perawat dalam mempromosikan kesehatan atau gaya
hidup sehat. Kegiatan promosi ini bersifat social dan dibuat berdasarkan
kesukarelaan.

57

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. (2002). Psikologi Sosial. Rineka Cipta: Jakarta.
Efendi, F. 2009. keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: salemba medika
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta: EGC.
Syaripudin, Tatang. (2008). Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan Ilmu:
Bandung.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31780/4/Chapter%20II.pdf.
Dikases pada tanggal 27 Mei 2015.
http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=35. Diakses pada tanggal
28 Mei 2015.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-citrasarig-6143-2bab2re-w.pdf. Diakses pada tanggal 29 Mei 2015.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032RAHAYU_GININTASASI/MAKALAH_KELUARGA.pdf.
tanggal 29 Mei 2015.

58

Diakses

Anda mungkin juga menyukai