Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA CEREBRAL HAEMORHAGIC DI RUANG SYARAF RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN

Disusun oleh :

Farah Annisa

P07120220013

Sarjana Terapan Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN KEPERAWATAN
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Farah Annisa


Nim : PO7120220013
Judul : “Laporan Pendahuluan Intra Cerebral Haemorhagic di Ruang Syaraf
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin’’

Banjarmasin, 10 Mei 2022

Mengetahui

Fahruddin,.S.kep.Ners

Preseptor Akademik Preseptor Klinik


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

INTRA CEREBRAL HAEMORHAGIC

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI

Intra Cerebral Haemorhagic (ICH) atau yang dikenal dengan


pendarahan pada bagian otak merupakan suatu kondisi dimana pecahnya
pembuluh darah intracerebral yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
otak manusia. Selain itu Intra Cerebral Haemorhagic ialah pendarahan
yang terjadi pada jaringan otak sehingga dapat menyebar pada bagian
ventrikel otak yang mampu menyebabkan pembengkakan. Pendarahan
intra cerebral dapat meningkatkan tekanan intracranial atau intracerebral
hingga terjadinya tekanan pada struktur otak dan pembuluh darah secara
menyeluruh. Hal ini dapat menyebabkan hipoksia, iskemia diikuti dengan
influx ion kalsium yang berlebihan pada syaraf (neuron) akibatnya dapat
menyebabkan disfungsi membrane sel dan kematian syaraf, seringkali
penyebab terjadinya Intra Cerebral Haemoragic dikarenakan tekanan
darah tinggi. ICH menyebabkan stroke hemorragik, stroke hemorragik
merupakan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah pada area tertentu
di dalam otak. Kondisi ini menyebabkan aliran darah di bagian tersebut
berkurang. Tanpa pasokan oksigen yang dibawa oleh darah, sel otak dapat
cepat mati sehingga fungsi otak pun terganggu. Apabila pendarahan pada
intra cerebral terjadi, maka perlu dilakukan tindakan medis, karna hal ini
bisa menjadi kondisi serius apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

2. ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya Intra Cerebral Haemorhagic ialah
tekanan darah tinggi serta terbentuknya pembuluh darah di otak secara
abnormal. Adapun beberapa penyebab lainnya yag dapat menyebabkan
kondisi seperti ini, yaitu :
- Tumor
- Cidera kepala atau trauma
- Aneurisma otak (penggembungan dinding pembuluh darah
otak yang lemah akibat tekanan darah atau akibat kelainan
sejak lahir)
- Malformasi arteri vena otak (kelainan lahir di mana pembuluh
darah arteri dan vena dalam otak terhubung tanpa kapiler)
- Tekanan darah tinggi
- Kelainan darah yang meningkatkan risiko perdarahan, seperti
penyakit anemia sel sabit dan hemofilia
- Penggunaan pengencer darah seperti warfarin
- Penggunaan kokain atau metamfetamin (yang dapat menyebabkan
hipertensi berat dan menyebabkan perdarahan)

3. FAKTOR PREDISPOSISI

Berdasarkan dari sudut pandang pencegahan dan penanganan pendarahan


Intra Cerebral Haemorhagic, dapat dilakukan edukasi serta pemberian pemahaman
terhadap pasien mengenai penyakit yang diderita, namun berdasarakan penyebab
secara umum terdapat factor resiko yang dapat memicu terjadinya ICH, yaitu :
- Kebiasaan merokok
- Kebiasaan minum alcohol
- Penggunaan obat-obatan terlarang
- Pola makan tidak sehat
- Kondisi yangmenyebabkan tekanan darah tinggi (gagal ginjal kronis
dan eklamsia)
Gangguan tidur berlebih (sleep apnea)
- Kondisi genetic yang menyebabkan pembuluh darah lemah dan mudah
pecah

4. TANDA DAN GEJALA


Berikut tanda dan gejala yang dapat dialami oleh penderita yang
mengalami pendarahan intra cerebral haemorahagic, yaitu :
- Sakit kepala tak tertahankan
- Mual dan muntah
- Penurunan kesadaran (apatis, mengantuk, dan lesu)
- Lemah atau lumpuh di salah satu sisi tubuh
- Mati rasa pada satu sisi tubuh
- Sulit mengucapkan kata-kata (pelo), kata-kata yang diucapkan jadi
tidak relevan, atau tidak bisa berbicara sama sekali
- Tidak bisa mengerti perkataan orang lain dan terlihat bingung
- Kejang
- Kehilangan keseimbangan tubuh
- Kesemutan
- Memiliki kesulitan dalam menelan
- Kebingungan, delirium.

5. KOMPLIKASI
Penderita dapat mengalami komplikasi yang serius, beberapa komplikasi
yang sering terjadi adalah :
- Hidrosefalus, yaitu penumpukan cairan pada otak yang bisa
meningkatkan tekanan di dalam kepala dan merusak jaringan otak
- Vasospasme, yaitu penyempitan pembuluh darah yang dapat
menurunkan aliran darah yang membawa oksigen ke dalam otak
- Stroke hemoragik kembali terjadi
- Kejang

6. PATOFISIOLOGIS
Perdarahan intraserebral dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria serebri
yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. keluarnya darah dari pembuluh
darah didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga
jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari
pembuluh darah dapat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada
arteri disekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak
dan lingkatran willisi, perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-
lekukan bedinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin
lama aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas.
Dalam keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak
58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. bila aliran darah ke otak turun menjadi 18
ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian aktifitas listrik pada
neuron tetapi stroktur sel masih baik, sehingga gejala ini massih revisibel. Oksigen
sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak sendiri
hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung pada
keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi
gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan terjadi jelas/lessi yang
tidak putih lagi(ireversibel)dan kemudian kematian. Pedarahan dapata
meninggikan tekana intrakranial dan menyebabkan ischemic di daaerah lain yang
tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak
baik secara umum maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan
dapat berlangsung beberapa meni, jam bahkan beberapa hari.
7.

8. PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan yang dapat dilakukan, antara lain :
- CT scan atau MRI, untuk mengetahui lokasi perdarahan,
seberapa besar kerusakan jaringan pada otak, dan untuk
melihat apakah ada kelainan lain pada jaringan otak, seperti
tumor
- Angiografi otak, yakni pemeriksaan dengan menggunakan
sinar-X untuk menemukan pembuluh darah yang pecah dan
mendeteksi kelainan bentuk pembuluh darah
- Pemeriksaan darah lengkap, untuk memeriksa seberapa cepat
pembekuan darah bisa terjadi
- Pungsi lumbal, untuk memastikan apakah cairan serebrospinal
bercampur dengan darah (tanda positif stroke hemoragik
subarachnoid)

9. PENATALAKSAAN / TERAPI
Pendarahan intraserebral adalah kondisi serius yang membutuhkan
penanganan segera. Penanganan dalam tiga jam pertama dari timbulnya gejala,
memiliki angka keselamatan yang lebih baik. Jika Anda menemukan tanda dan
gejala Pendarahan intraserebral, segera pergi ke unit gawat darurat rumah sakit
terdekat.
- Pembedahan dapat meringankan tekanan pada otak dan memperbaiki
arteri yang robek.
- Obat-obatan tertentu dapat membantu mengelola gejala, seperti obat
penghilang rasa sakit untuk meringankan sakit kepala parah. .
- Jika berisiko kejang, dapat mengonsumsi obat antiepilepsi.
Perawatan jangka panjang akan dibutuhkan untuk mengatasi gejala yang
disebabkan oleh kerusakan otak tergantung pada gejala yang dirasakan, perawatan
dapat meliputi terapi fisik dan terapi wicara untuk membantu mengembalikan
fungsi otot atau meningkatkan komunikasi. Terapi okupasi dapat membantu
mendapatkan kembali keterampilan dan kemampuan dalam menjalani kegiatan
sehari-hari.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,
pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan.
A. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien
yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif,
tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien
B. Identitas klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
D. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi :
1. Riwayat penyakit sekarang
2. Riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Riwayat psikososial
d. Pola-pola fungsi kesehatan :
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
2. Pola nutrisi dan metabolism
3. Pola eliminasi
4. Pola aktivitas dan latihan
5. Pola tidur dan istirahat
6. Pola hubungan dan peran
7. Pola persepsi dan konsep diri
8. Pola sensori dan kognitif
9. Pola reproduksi seksual
10. Pola penanggulangan stress
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
d. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1. Kesadaran : berdasarkan GCS
2. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara
3. Tanda-tanda vital
E. Pemeriksaan integument
1. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding
harus bed rest 2-3 minggu
2. Kuku : perlu dilihat apabila terdapat clubbing finger, cyanosis, dsb
3. Rambut : apakah ada kelainan, lesi, edema, kebersihan, dan ketebalan
F. Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala : bentuk, ukuran, lesi, edema, dan kesimetrisan
2. Muka : bentuk wajah, kesimetrisan kiri dan kanan
3. Leher : vena jugularis, pembesaran tyroid, dan kelenjar
G. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan
refleks batuk dan menelan.
H. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
I. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
J. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
K. Pemeriksaan neurologi
1. Pemeriksaan nervus cranialis
2. Pemeriksaan motorik
3. Pemeriksaan sensorik
4. Pemeriksaan refleks
L. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
- CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
- MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
- Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskuler.
- Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
- Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor
masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan kimia darah
- Pemeriksaan darah lengkap

2. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri akut b.d agen pencideraan fisiologis
- Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d
peningkatan TIK
- Gangguan perawatan diri b.d gangguan neuromuskuler
- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
- Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
- Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
3. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Kep Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


O hasil
1 Nyeri akut b.d Tujuan : 1. Manajement 1. Agar dapat
agen nyeri, mengetahui serta
pencideraan Setelah dilakukan berdasarakan menganalisa nyeri
fisiologis tindakan indentifikasi yang dirasakan oleh
keperawatan selama lokasi, px berdasarkan
1x24 jam diharapkan karakteristik, beberapa aspek
nyeri dapat durasi, frekuensi,
berkurang. kualitas, dan 2. Mengetahui skala
intensitas nyeri nyeri agar dapat
kriteria hasil: melakuakn tindakan
1. Keluhan nyeri 2. Indentifikasi lanjutan
berkurang
skala nyeri 3. Memberikan
edukasi serta
2. Px dapat merasa 3. Indetifikasi mengetahui asal
lebih tenang dan pengetahuan dan mula terjadi nya
rilex setelah nyeri factor yang nyeri serta hal apa
berkurang mempengaruhi saja yang dapat
nyeri mempengaruhi nyeri
pada px
4. Monitor
keberhasilan
terapi 4. Memantau apaakh
komplementer terapi yang
yang sudah diberikan mampu
diberikan membantu pasien
untuk mengurangi
5. Monitor efek nyeri yang dirasakan
samping
penggunaan obat 5. Mengetahui efek
analgesik samping dari
tingkat toleransi penggunaan obat-
terhadap beban obatan
stimulus

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Identifikasi Tindakan dilakukan


perfusi jaringan tindakan penyebab agar dapat menganalisa
serebral b.d keperawatan selama peningkatan TIK serta menelaah
peningkatan TIK 1x24 jam diharapkan (lesi, gangguan penyebab, factor resiko,
tekanan dapat metabolism, serta kondisi fisik px
menurun. edema serebral, agar dapat dilakukan
dsb) tindakan yang
kriteria hasil: berhubungan dengan hal
2. Monitor tanda yang dialami
1. Tanda-tanda vital dna gejala
dalam keadaan peningkatan TIK
normal
3. Pantau intake
2. Kesadaran px dan output cairan
tetap dalam keadaan
normal 4. Monitor TTV

3. Syaraf dapat 5. Pantau status


berfungsi dengan pernafasan
baik
3 Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji Tindakan dilakukan untuk
perawatan diri tindakan kamampuan mengedukasi serta
b.d gangguan keperawatan selama klien untuk mendorong px agar secara
neuromuskular 1x 24 jam, perawatan diri bertahap mampu melakukan
diharapkan aktivitas mandiri, ataupun
kebutuhan mandiri 2. Pantau dibantu oleh keluarga.
klien terpenuhi, kebutuhan klien
dengan kriteria hasil: untuk alat-alat
- Klien dapat makan bantu dalam
dengan bantuan makan, mandi,
orang lain / mandiri berpakaian dan
- Klien dapat mandi toileting
dengan bantuan
orang lain 3. Berikan
-  Klien dapat bantuan pada
memakai pakaian klien hingga
dengan bantuan klien
orang lain / mandiri sepenuhnya bisa
- Klien dapat mandiri
toileting dengan
bantuan alat 4. Berikan
dukungan pada
klien untuk
menunjukkan
aktivitas normal
sesuai
kemampuannya

5. Libatkan
keluarga dalam
pemenuhan
kebutuhan
perawatan diri
klien

4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji status 1. Membantu mengkaji


b.d tindakan nutrisi px keadaan px
ketidakmampuan keperawatan 1x24
menelan jam diharapkan 2. Kaji TTV px 2. Memantau kondisi tubuh
makanan ketidakseimbangan px
nutrisi dapat 3. Indetifikasi
teratasi, dengan perubahan berat 3. Memantau perubahan
kriteria hasil : badan terakhir berat badan px

1. Px tidak Nampak 4. Bantu pasien 4. Membantu pasien makan


lemah makan jika tidak dan meningkatkan nafsu
mampu, makan
2. Px tidak mengeluh anjurkan pula
mual untuk makan 5. Diet sesuai kebutuhan px
3. Konjungtiva tidak walau sedikit agar dapat mengurangi
anemis tapi sering mual (jika ada)

4. Tidak terjadi 5. Kolaborasi


penurunan berat dengan ahli gizi
badan secara drastis
5 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Identifikasi Berdasarkan tindakan serta
aktivitas b.d tindakan kemampuan pemberikan edukasi
kelemahan keperawatan selama pasien mengenai imobilita fisik,
1x24 jam diharapkan beraktivitas dapat membantu pasien
gangguan mobilitas agar memiliki motivasi
fisik dapat teratasi 2. Monitor untuk sembut dan dapat
dengan kriteria hasil: kondisi umum bergerak atau melakukan
selama aktivitas kembali dengan
1. Pasien meningkat melakukan baik.
dalam aktivitas fisik mobilisasi

2. Mengerti tujuan 3. Fasilitasi


dari peningkatan aktivitas
mobilitas mobilisasi
dengan
3.Memverbalisasikan meningkatkan
perasaan yang kekuatan dan
dialaminya kemampuan
berpindah alat
bantu ( mis.
Pagar tempat
tidur )

4. Fasilitasi
melakukan
pergerakan jika
perlu

5. Libatkan
keluarga dalam
merencanakan
dan memelihara
program latihan
fisik
6. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
6 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji TTV Agar dapat menjaga
b.d efek tindakan kesterilan pasien sehingga
prosedur invasif keperawatan selama 2. Kaji tanda- dapat menghindari adanya
1x24 jam diharapkan tanda infeksi infeksi
tidak terjadi infeksi
pasca operasi dengan 3. Pertahankan
kriteria hasil : teknik aseptic

Keluarga maupun 4. Mencuci


pasien paham dan tangan sebelum
mampu mengontrol dan sesudah
bahaya infeksi, tidak menyentuh
terjadi infeksi pasien, agat tetap
steril
Kriteria hasil :
pasien bebas dari
infeksi dengan tidak
muncul tanda-tanda
infeksi,
menunjukkan
kemampuan
mencegah bahaya
infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Munifrsml.2020. ‘’Asuhan Keperawatan Resiko Perfusi Serebral Tidak
Efektif’’. https://n2ncollection.com/asuhan-keperawatan-resiko-perfusi-
serebral-tidak-efektif-d-0017/
Waktu akses : 10 Mei 2022 pukul 19.00

Alodokter.2022. ‘’Stroke Hemoragik’’. https://www.alodokter.com/stroke-


hemoragik’’ waktu akses : 10 Mei 2022 pukul 19.30

Dr. Mayasari Kartika. ‘’Intracerebral Hemorrahage. Tanda, gejala, cara


mengobati’’. https://www.honestdocs.id/perdarahan-intraserebral’’ Waktu
akses : 10 Mei 2022 pukul 20.30

Dr.Wihardji Audrey Tanessa. 2021. ‘’Target Tekanan Darah Pada Pasien


dengan Acute Intracerebral Hemorrahage’’.
https://www.alomedika.com/target-tekanan-darah-pada-pasien-dengan-acute-
intracerebral-hemorrhage’’ waktu akses : 10 Mei 2022 pukul 21.00

Universitas Muhamadiyah Malang. 2019. ‘’Bab II konsep dasar CVA ICH’’.


https://eprints.umm.ac.id/66806/3/BAB%20II.pdf waktu akses 10 Mei 2022
pukul 21.15

Willy, Sunjaya. 2016. Gambaran Intra Cerebral Hemorrhage score pada


pasien stroke hemoragik yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan.
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/19857 waktu akses : 10 Mei
2022 pukul 21.30

Anda mungkin juga menyukai