LAPORAN PENDAHULUAN
NIM : 344070180030
Kelas : 3A
1. DEFINISI
Stroke hemoragic adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian
merusakanya. (Adib, M, 2009).
Stroke hemoragic adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hampir 70% kasus stroke hemoragic terjadi pada penderita hipertensi. (Nurarif & Kusuma,
2013).
Stroke hemoragic adalah kondisi pecahnya satu arteri dalam otak yang memicu
pendarahan di sekitar organ tersebut sehingga aliran darah pada sebagian otak berkurang atau
terputus. Tanpa pasokan oksigen yang dibawa sel darah, sel otak dapat cepat mati sehingga fungsi
otak dapat terganggu secara permanen.
2. ETIOLOGI
Stroke hemoragic umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intra cranial dengan
gejala peningkatan tekanan darah systole > 200 mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg pada
normotonik.
3. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 oleh Kementrian Kesehatan Dasar 2013 oleh
Kementrian Kesehatan RI, 7% atau sebesar 1.236.825 orang menderita stroke. Jawa Barat
merupakan Proninsi dengan angka kejadian stroke terbanyak di Indonesia, yaitu sebesar
238.001 orang atau 7,4% dari jumlah penduduknya. Selain itu penderita di temukan
paling banyak pada kelompok umur 55-64 tahun. Laki-laki juga lebih banyak mengidap
stroke di Indonesia dibandingkan perempuan. Menurut Sample Registration System
(SRS) Indonesia 2014, stroke merupakan paling banyak di derita, yaitu sebesar 21,1%.
4. PATOFISIOLOGI
a. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk
ke dalam jaringan otak membentuk massa atau hematoma yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan edema disekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra serebral sering
dijumpai di daerah putamen, thalamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
b. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
c. Kesulitan menelan.
d. Kesulitan menulis atau membaca.
e. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk atau
kadang terjadi secara tiba-tiba.
f. Kehilangan koordinasi.
g. Kehilangan keseimbangan.
h. Perubahan gerakan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah
satu bagian tubuh, atau penurunan ketrampilan motorik.
i. Mual atau muntah.
j. Kejang.
k. Sensasi perubahan biasanyan pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau
kesemutan.
l. Kelemahan pada satu sisi tubuh.
6. KLASIFIKASI
Stroke hemoragik ada dua jenis yaitu:
a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak.
b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub arachnoid (ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak). (Nurarif & kusuma,2013)
7. FARMAKOTERAPI
1. Obat pengontrol tekanan darah, yang harus diberikan dengan sangat hati-hati, karean tidak di
anjurkan untuk menurunkan tekanan darah dengan drastic dan dalam waktu yang cepat.
2. Obat untuk mengurangi pembengkakan Otak seperti mannitol.
3. Obat untuk menghilangkan sakit kepala
4. Obat untuk mengatasi kejang seperti fenition.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium: darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal, AGD, biokimia darah,
elektrolit.
b. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga untuk
memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan adanya infark.
c. Ultrasonografi doppler: mengidentifikasi penyakit arterio vena.
d. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.
e. MRI: menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragic.
f. EEG: memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosit
serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisme pada perdarahan sub arachhnoid.
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Menurunkan kerusakan iskemik serebral.
Tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan oksigen, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol atau
memperbaiki disritmia serta tekanan darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan, pemberian dexamethason.
c. Pengobatan
1. Anti koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan perdarahan pada fase
akut.
2. Obat anti trombotik : pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik atau
embolik.
3. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.
d. Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak.
10. KOMPLIKASI
a. Infark serebri.
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif.
c. Fistula caroticocavernosum.
d. Epistaksis.
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal.
f. Gangguan otak berat.
g. Kematian bila tidak dapat mengontrol respon pernafasan atau kardiovaskuler.
11. DIET/NUTRISI
a. Fase Akut
Diberikan kepada pasien dalam fase akut atau bila ada gangguan fungsi menelan. Bentuk
makanan cair (bisa cair jernih/cair kental). Bahan makanan yang di anjurkan yaitu :
Sumber Karbohidrat : Maizena, tepung beras, tepung hunkwe, dan sagu
Sumber Protein Hewani : Susu Whole dan skim telur ayam 3-4 butir/minggu
Sumber Protein nabati : Susu kedelai, sari kacang hijau, dan susu tempe
Sumber lemak : Minyak Jagung
Buah : Sari Buah yang di buat dari jeruk, papaya, tomat, sirsak, dan apel.
Minuman : The encer, sirup, air gula, madu dan kaldu.
b. Fase Pemulihan
Diberikan jika fase akut sudah teratasi, bentuk makanan merupakan kombinasi cair jernih
dan cair kental, saring, lunak, dan biasa. Di bagi menjadi 3 tahap ;
Makanan cair + bubur saring 1700 kkal.
Makanan lunak 1900 kkal
Makanan Biasa 2100 kkal
15. SUMBER/REFERENSI
Asyifaurohman, M. 2017. Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke
Hemoragic Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral:Posisi
Hade Up 30° Di ICU PKU. Stikes Muhammadiah Gombong.
Batticaca, F. B. 2008. Asuan Keperawatan Klien dengan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Ernawati, Y. 2014. Jurnal Pemberian Posisi Miring 30° Terhadap
Pencegahan Terjadinya Luka Tekan Grade I Pada Tn.M Dengan Stroke. STKES
Husada Surakarta.
Sufian, MN. 2017. Jurnal Penerapan Teknik Alih Baring Terhadap Kejadian
Dekubitus Pada Asuhan Keperawatan Ny. M Dengan Stroke di RSUD Kota
Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang