Anda di halaman 1dari 22

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil dari pencarian literature asuhan keperawatan pada pasien Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) dengan tindakan kompres hangat didapatkan 2 artikel yang sesuai dengan topic dan
kriteria penelitian ini. Semua artikel yang didapatkan bersumber dari database google
scholar. Sedangkan hasil pencarian literature review terkait intervensi tindakan kompres
hangat untuk mengatasi hipertermi, didapatkan 2 artikel yang sesuai dengan topic dan
kriteria. Semua artikel ini didapatkan dari database google scholar. Hasil pencarian literature
review disajikan pada tabel 4.1 dan tabel 4.2
4.1.1 Hasil Pencarian Literatur Review Asuhan Keperawatan

Tabel 4.1
Literature review asuhan keperawatan pada pasien dengue hemorrhagic fever (DHF) dengan tindakan kompres hangat
No. Asuhan Pengkajian Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
keperawatan
1. Asuhan Klien Tn. P berusia 31 Diagnosa Luaran : Kriteria Tindakan Pada hari pertama
keperawatan pada tahun, pasien mengeluh yang muncul hasil dari diagnosa keperawatan sebelum diberikan
klien Dengue demam yang tidak setelah Hipertermi yang tindakan kompres
Hemorrhagic kunjung turun disertai dilakukan berhubungan dengan dilakukan hangat suhu tubuh
Fever dengan adanya bintik merah pengkajian proses infeksi virus yaitu : klien termasuk tinggi
masalah pada lengan bawah klien yaitu dengue yaitu setelah - Melakukan yaitu dengan suhu
hipertermi di RS pada saat diperiksa Hipertermi. dilakukan tindakan kompres tubuh memncapai
Panti Waluya rumple leed test. keperawatan selama hangat 39,2C, setelah
Malang. Klien juga mengatakan 3x24 jam yang diberikan tindakan
nyeri kepala, mual, dan diharapkan suhu dilakukan kompres hangat pada
hidung tersumbat. tubuh klien kembali oleh klien hipertermia
Setelah dilakukan normal. perawat dengan kasus Dengue
pemeriksaan tanda-tanda kemudian Hemorrhagic Fever
vital didapatkan hasil, Intervensi : dilakukan (DHF) pada hari ke 3
TD : 110/70 mmHg, N : Manajemen oleh yaitu suhu tubuh
90 x/menit, RR : 22 hipertermia keluarga klien menjadi 36,7C
x/menit, S : 39,2C, - Monitor suhu klien. dan sudah termasuk
akral teraba panas, tubuh - Memonitor dalam suhu tubuh
wajah tampak - Longgarkan atau hasil normal. Selain itu,
kemerahan, trombosit lepaskan pakaian laboratoriu tensi darah juga
179 103/Ul. - Lakukan m menunjukkan 120/80
pendinginan (trombosit, mmHg, N :
eksternal hb, 88x/menit, RR :
(kompres hangat leukosit) 18x/menit, dan akral
pada dahi, leher, hangat.
dan aksila)
- Monitor hasil
laboratorium
(trombosit, hb,
leukosit)
- Berikan cairan
oral.
2. Asuhan Klien mengatakan pada Berdasarkan Pada klien ini Berdasarkan Setelah diberikan
keperawatan pada tanggal 6 agustus 2020 hasil ditetapkan intervensi implementasi asuhan keperawatan
klien Dengue dengan keluhan demam pengkajian keperawatan yaitu : dari klien selama 3 hari, pada
Hemorrhagic selama 5 hari. dapat identifikasi dilakukan klien masalah dapat
Fever (DHF) Setelah dilakukan ditegakkan penyebab hipertermi tindakan teratasi yaitu klien
dengan masalah pemeriksaan diagnose (mis : dehidrasi), keperawatan sudah tidak
hipertermi di laboratorium darah pada klien monitor suhu tubuh, mandiri yang mengalami
Rumah Sakit lengkap dengan jumlah yaitu berikan kompres dilakukan oleh hipertermi yang
Panti Waluya trombosit yaitu 86.000 Hipertermia hangat pada lipatan perawat, dibuktikan dengan
Sawahan Malang. sel/uL. Kemudian berhubungan tubuh (daji, lipatan yaitu : suhu tubuh dalam
dilakukan pengkajian dengan paha, leher dan menciptakan rentang normal yaitu
pemeriksaan fisik, klien proses aksila), longgarkan lingkungan 36,5C, kulit wajah
mengeluh tubuh infeksi virus atau ganti dengan yang tenang, tidak kemerahan dan
meriang, kepala pusing, dengue. pakaian yang tipis, memberi tidak merasa pusing,
mengalami kelemahan, berikan cairan oral, kompres N : 88x/menit, RR :
akral teraba panas, kulit ganti linen stiap hari hangat saat 20x/menit, dan akral
kemerahan, mukosa atau lebih sering jika pasien demam, teraba hangat.
bibir kering, nyeri kepal, mngalami menganjurkan
mual setiap makan, uji hiperhidosris pasien
tourniquet (+), GCS E:4 (keringat berlebih), memakai
V:5 M:6 dan dilakukan anjurkan tirah pakaian tipis,
pengukuran TTV : TD: baring. mengukur
130/90 mmHg, S: 39C, tanda-tanda
N: 98 x/menit, RR: 20 vital pasien,
x/menit, Saturasi O2: menganjurkan
98%. pasien untuk
tirah baring.
Setelah dilakukan perbandingan antara artikel satu dengan jurnal satu terdapat kesamaan yaitu
kedua jurnal ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) dengan Masalah Keperawatan Hipertermi dan melakukan implementasi kompres
hangat untuk mengurangi masalah hipertermi. Persamaan pada hasil penelitian ini yaitu
berdasarkan hasil penelitian masalah hipertermi dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
kompres hangat.
Pada kedua artikel terdapat kesamaan pada artikel 1 dan 2 yang berjudul Asuhan Keperawatan
pada Klien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dengan Masalah Hipertermi di Rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang dengan Asuhan Keperawatan pada Klien Dengue Hemorrhagic
Fever dengan Masalah Hipertermi di RS Panti Waluya Malang sama-sama mempunyai keluhan
yang sama yaitu badan demam dan ditetapkan diagnosa keperawatan yaitu hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi dengue dan dilakukan tindakan kompres hangat, namun
terdapat perbedaan gejala dimana pada artikel 1 klien mengalami demam selama 2 hari dengan
suhu badan 39,2C disertai tanda dan gejala yang menyertai seperti nafsu makan dan minum
menurun, kepala pusing cekot-cekot dan pilek, sedangkan pada artikel 2 klien mengalami demam
selama 5 hari dengan suhu badan 39C disertai tanda dan gejala yang menyertai seperti kepala
pusing, mual, mukosa bibir kering, kulit atau wajah kemerahan dan demam tinggi yang disertai
menggigil.
Terdapat persamaan hasil evaluasi yang di dapat antara artikel 1 dan artikel 2 yaitu hipertermi
dapat berkurang setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dan masalah dapat teratasi
pada hari ke 3 dimana klien sudah tidak mengalami hipertermi dan infeksi virus dengue dalam
tubuh sudah tidak ada yang dibuktikan dengan kriteria hasil suhu tubuh dalam rentang normal
antara 36,5C-37,5C. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diebrikan, terbukti bahwa kompres hangat efektif untuk menurunkan suhu tubuh klien.
Berdasarkan fakta yang ada di implementasi pada klien hipertermi dengan kasus dengue
hemorrhagic fever (DHF) menunujukkan suhu tubuh normal kembali pada implementasi hari ke
3.
4.1.2 Hasil Pencarian Literatur Review : Tindakan Kompres Hangat untuk Mengurangi Hipertermi

Tabel 4.2
Literature Review (tindakan keperawatan)
No Nama/ Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Sampel Penelitian Alat ukur yang Hasil Penelitian
Tahun Penelitian digunakan
1. Eny Kompres air Tujuan Jenis penelitian Populasi pada Penelitian ini Berdasarkan hasil uji
Inda hangat pada penelitian ini adalah penelitian ini menganalisis diperoleh penurunan
Ayu, daerah aksila ini adalah penelitian true adalah semua data kedua kelompok lokasi
Winda dan dahi untuk eksperimen : two- pasien yang menggunakan kompres yaitu
Irwanti, terhadap mengetahui group pre-post dirawat di Ruang uji independent menunjukkan hasil
Mulyant penurunan suhu perbedaan test design. Rawat Inap sample t-test yang signifikan. Pada
i, 2015. tubuh pada efektivitas KRIPMD PKU untuk kelompok pasien yang
pasien demam pemberian Muhammadiyah mengetahui dikompres pada daerah
di PKU kompres air Kutoarjo yang adakah aksila rerata suhu
Muhammadiyah hangat di mengalami perbedaan sebelum perlakuan
Kutoarjo. aksila dan demam dengan antara dua adalah 39,02C dengan
dahi suhu tubuh aksila kelompok. rerata penurunan suhu
terhadap 38C berjumlah 0,247C menjadi
penurunan 40 dengan subyek 38,77C.
suhu tubuh sebanyak 38 Pada pasien yang
pada pasien orang dengan dikompres pada daerah
hipertermi. teknik dahi rerata suhu tubuh
consecutive sebelum perlakuan
sampling. Dengan adalah 38,68C
ini subjek dibagi mengalami penurunan
dua kelompok, sebesar 0,111 menjadi
yaitu kelompok 38,57C sesudah
dengan kompres perlakuan. Berdasarkan
hangat pada dahi perbandingan
dan kompres penurunan suhunya
hangat pada maka pengompresan di
aksila selama 15- daerah aksila dengan
30 menit. rerata penurunan suhu
sebesar 0,247C
menunjukkan
penurunan suhu yang
lebih besar
dibandingkan
pengompresan pada
daerah dahi dengan
rerata penurunan suhu
sebesar 0,111C.
Setelah dilakukan uji
perbandingan kedua
rerata menggunakan uji
t diperoleh t hitung
sebesar 5,879 dengan
p=0,000. Karena
p0,05 maka Ho
ditolak dan Ha
diterima, artinya ada
perbedaan secara
signifikan pada rerata
penurunan suhu pada
pasien yang diberikan
kompres air hangat
pada daerah aksila dan
pasien yang diberikan
kompres air hanta pada
daerah aksila lebih
efektif terhadap
penurunan suhu tubuuh
dibandingkan dengan
teknik pemberian
kompres air hangat
pada daerah dahi pada
pasien demam.
2. Kurnia Efektifitas Tujuan Metode yang Penelitian ini Penelitian ini Berdasarkan hasil
Dewi kompres hangat penelitian digunakan pada merupakan mengumpulkan penelitian dapat
Anisa, untuk ini adalah penelitian ini perawatan pada data diketahui bahwa suhu
2019. menurunkan untuk adalah klien berumur 11 menggunakan tubuh sebelum
suhu tubuh pada mengetahui menggunakan tahun dan berjenis panduan diberikan kompres
An.D dengan efektifitas metode studi kelamin wawancara hangat yaitu 39,3C,
Hipertemia. kompres kasus deskriptif perempuan yang (interview sedangkan suhu tubuh
hangat yaitu dengan cara mengalami guides) dengan sesudah diberikan
untuk perawatan selama demam tinggi. cara kompres hangat pada
menurunkan bertahap dan Perawatan ini mengumpulkan hari pertama terjadi
suhu tubuh. teratur kepada dilakukan selama data. penurunan sebanyak
klien, dimana 3 hari, dan 1,5C. Pada pemberian
metode ini dilakukan 2 kali kompres hangat di hari
dilakukan dengan sehari pagi dan kedua terjadi
menggunakan malam. penurunan sebanyak
proses Perawatan 0,8C menjadi 37,0C.
keperawatan yaitu dilakukan untuk Suhu turun sesuai
pengkajian melihat dengan target yang
dengan cara penurunan suhu diharapkan.
mengumpulkan tubuh sebelum Setelah dilakukan
data, menganalisa dan sesudah tindakan juga
data, menyusun pemberian dilakukan evaluasi
diagnose, kompres hangat. selama tiga hari
kemudian berturut-turut dengan
merencanakan hasil evaluasi pada hari
tindkan yang akan pertama dan kedua
dilakukan dan terjadi penurunan suhu
yang terakhir klien setelah dilakukan
yaitu evaluasi kompres hangat,
tindakan. kemudian pada hari
ketiga dilakukan
kompres hangat dan
keadaan pasien terlihat
lebih baik dari
sebelumnya, pada hari
ketiga ini suhu pasien
bertahan pada 37,0C.
Hal ini menunjukkan
bahwa ada perubahan
yang signifikan akibat
pengaruh kompres
hangat terhadap
perubahan suhu tubuh
pada pasien dengan
hipertermia.
Setelah dilakukan perbandingan antara artikel satu dengan yang lain terdapat persamaan pada
hasil penelitian yaitu pada intervensi yang dilakukan adalah tindakan kompres hangat.
Berdasarkan hasil penelitian penurunan suhu tubuh dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
kompres hangat.
Namun terdapat beberapa perbedaan antara artikel satu dan artikel lainnya salah satunya yaitu
metode penelitian yang digunakan dimana artikel 1 menggunakan metode penelitian true
eksperimen : two-group pre-post test design yaitu terdapat dua kelas yang dipilih secara
langsung, kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan pada artikel 2 metode penelitian yang digunakan
yaitu menggunakan metode studi kasus deskriptif yaitu dengan cara perawatan selama bertahap
dan teratur kepada klien, dimana metode ini dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan
yaitu pengkajian dengan cara mengumpulkan data, menganalisa data, menyusun diagnose,
kemudian merencanakan tindkan yang akan dilakukan dan yang terakhir yaitu evaluasi tindakan.
Pada jurnal 1 yang berjudul “Kompres air hangat pada daerah aksila dan dahi terhadap
penurunan suhu tubuh pada pasien demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo” sampel penelitian
yang digunakan untuk pengambilan data pada jurnal 1 yaitu populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap KRIPMD PKU
Muhammadiyah Kutoarjo yang mengalami demam dengan suhu tubuh aksila 38C berjumlah
40 dengan subyek sebanyak 38 orang dengan teknik consecutive sampling. Dengan ini subjek
dibagi dua kelompok, yaitu kelompok dengan kompres hangat pada dahi dan kompres hangat
pada aksila selama 15-30 menit.
Sedangkan pada jurnal 2 yang berjudul “Efektifitas kompres hangat untuk menurunkan suhu
tubuh pada An.D dengan Hipertemia” sampel penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah klien berumur 11 tahun dan berjenis kelamin perempuan yang mengalami demam tinggi.
Perawatan ini dilakukan selama 3 hari, dan dilakukan 2 kali sehari pagi dan malam. Perawatan
dilakukan untuk melihat penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat.
Selain itu alat ukur yang digunakan pada jurnal 1 dan jurnal 2 terdapat perbedaan dimana jurnal
1 ini menganalisis data menggunakan uji independent sample t-test untuk mengetahui adakah
perbedaan antara dua kelompok. Sedangkan jurnal 2 menggunakan metode penelitian
pengumpulan data menggunakan panduan wawancara (interview guides) dengan cara
mengumpulkan data.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian pada Pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang mengalami
Hipertermi
Pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang mengalami hipertermi disebabkan karena
peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya terjadi karena infeksi, kondisi dimana
otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38C. Namun demikian, panas yang
sesungguhnya adalah apabila suhu 38,5C. Hipertermi dapat didefinisikan sebagai suhu
tubuh yang tetrlalu panas atau tinggi. Umumnya, manusia akan mengeluarkan keringat
untuk menurunkan suhu tubuh. Namun, pada keadaan tertentu suhu dapat meningkat
dengan cepat hingga pengeluaran keringat tidak memberikan pengaruh yang cukup.
(Kurnia Dewi, 2019)
Pada kedua artikel studi kasus tersebut menjelaskan bahwa Hipertermi pasien-pasien
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ditandai dengan data objektif seperti klien tampak
lemah, akral teraba panas, kulit atau wajah kemerahan, mukosa bibir kering, pasien
tampak menggigil, suhu tubuh meningkat, hasil tourniquet positif, hemoglobin menurun,
hematocrit meningkat, trombosit menurun, leukosit menurun,SGOT/SGPT meningkat,
urin dan pH darah meningkat.
Hasil pengkajian jurnal 1 yang berjudul “Asuhan keperawatan pada klien Dengue
Hemorrhagic Fever dengan masalah hipertermi di RS Panti Waluya Malang.”
Berdasarkan data yang diperoleh dari perawat atau disebut sebagai data sekunder
dilakukan melalui wawancara dengan klien atau keluarga klien yang berisi tentang
riwayat keperawatan yaitu : Tn. P berusia 31 tahun, bertempat tinggal di Malang,
pekerjaan swasta, pendidikan terakhir D3, klien masuk rumah sakit pada tanggal 26 April
2020, pada pukul 13.20 WIB. Kemudian dilakukan pengkajian Data subjektif yang
didapatkan yaitu pasien mengeluh demam yang tidak kunjung turun. Data objektif yang
didapatkan yaitu dari pemeriksaan umum didapatkan TD : 110/70 mmHg, N : 90x/menit,
RR : 21x/menit, S : 39,2C, sat O2 : 98%. Selain itu klien juga dilakukan pemeriksaan
penunjang antara lain DL, widal, dan didapatkan hasil trombosit 179 103/Ul. Klien
mengatakan tidak pernah sakit demam berdarah, tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan dan tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti HIV dan TBC.
Hasil pengkajian jurnal 2 yang berjudul “Asuhan keperawatan pada klien Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) dengan masalah hipertermi di Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang.” Berdasarkan data yang diperoleh klien sampai di IGD pada tanggal 6
agustus 2020 pukul 23.10 WIB. Kemudian dilakukan pengkajian Data subjektif yang
didapatkan yaitu klien mengeluh demam selama 5 hari. Data objektif yang didapatkan
yaitu klien tampak lemah, akral teraba panas, kulit atau wajah kemerahan, mukosa bibir
kering, uji tourniquet (+), GCS E:4 V:5 M:6 dan dilakukan pengukuran TTV : TD:
130/90 mmHg, S : 39C, N : 98x/menit, RR : 20x/menit, saturasi O2 98%. Selain itu
klien juga dilakukan pemeriksaan penunjang dan didapatkan hasil trombosit 86.000
sel/uL.
Hasil pengkajian dari kedua jurnal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
(Amin dan Hardin 2015) penyakit ini disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang
mengakibatkan demam selama 2-7 hari dengan suhu tubuh pada kisaran angka 37,5C.
4.2.2 Diagnosa Keperawatan pada Pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang
mengalami Hipertermi
Masalah keperawatan atau diagnose keperawatan berdasarkan kedua artikel studi kasus
tersebut adalah Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. Hal ini
sesuai dengan buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia bahwa salah satu tanda
atau gejala yang menunjukkan Hipertermi adalah keadaan ketika individu mengalami
peningkatan suhu tubuh yang terus menerus lebih tinggi dari 37,8C per aksila, data
mayor : Suhu tubuh di atas nilai normal yaitu 37,5C. Data minor : kulit merah dan
terdapat bintik-bintik merah (ptekie), kejang, takikardia, takipnea, dan kulit terasa hangat.
Tanda atau gejala tersebut sesuai dengan hasil pengkajian dari kedua kasus pada artikel
yang di dapat oleh peneliti.
Menurut Arum Sari (2020) hipertermi merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas
normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar
demam merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang
system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi.
4.2.3 Perencanaan Keperawatan pada Pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang
mengalami Hipertermi
Berdasarkan kriteria hasil dan intervensi serta implementasi, kedua artikel studinkasus
tersebut menjelaskan bahwa pada pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dengan
Hipertermi perlu dilakukan intervensi untuk mengurangi hipertermi. Salah satu intervensi
yang dapat dilakukan untuk mengurangi hipertermi pada pasien Dengue Hemprrhagic
Fever (DHF) adalah dengan tindakan kompres hangat. Hasil pencarian literature
menjelaskan bahwa kompres hangat merupakan salah satu metode fisik untuk
menurunkan suhu tubuh yang mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada
daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh
darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak
vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan
kali lebih banyak.
Pada buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia menjelaskan kriteria hasil dari
tindakan yang dapat digunakan untuk mengurangi hipertermi yaitu termoregulasi
diharapkan menggigil menurun, kulit merah menurun, pucat menurun, suhu tubuh
membaik, suhu kulit membaik dan tekanan darah membaik. Adapun kriteria hasil
tersebut dapat ditempuh dengan tindakan atau intervensi perawat untuk mengurangi
hipertermi.
Pada buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia menjelaskan bahwa untuk
mengurangi hipertermi, perawat dapat melakukan beberapa tindakan diantaranya adalah
tindakan kompres hangat. Adapun cara melakukan tindakan kompres hangat adalah
sebagai berikut.
1. Menjaga privasi pasien
2. Beritahu klien, dekatkan alat
3. Cuci tangan
4. Atur posisi klien
5. Ukur suhu tubuh klien
6. Basahi waslap dengan air hangat, peras lalu letakkan pada dahi, aksila, lipatan paha
dan lipatan lutut bagian dalam
7. Tutup waslap yang digunakan untuk kompres dengan handuk kering agar air tidak
menetes.
8. Apabila kain terasa kering atau suhu kain menjadii rendah, masukkan kembali waslap
pada air hangat.
9. Lakukan berulang selama 20 menit.
10. Setelah selesai keringkan bagian yang di kompres.
4.2.4 Implementasi
Dari kedua jurnal yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Dengue Hemorrhagic
Fever dengan masalah Hipertermi di RS Panti Waluya Malang dengan Asuhan
Keperawatan pada Klien Dengue Hemorrhagic Fever dengan Masalah Hipertermi di RS
Panti Waluya Malang” yaitu didapatkan masalah keperawatan Hipertermi b.d proses
infeksi virus dengue. Implementasi yang dilakukan pada manajemen hipertermia adalah
mengidentifikasi penyebab hipertermi dan memonitor suhu tubuh. Memonitor suhu tubuh
sangat diperlukan agar dapat mengukur keberhasilan dari tindakan selanjutnya yang akan
di lakukan yaitu tindakan kompres hangat. Tindakan kompres hangat dilakukan untuk
mengetahui seberapa efektif kompres hangat dalam menurunkan suhu tubuh.
4.2.5 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan kompres hangat oleh peneliti pada jurnal 1 yang berjudul
“Asuhan keperawatan pada klien Dengue Hemorrhagic Fever dengan masalah hipertermi
di RS Panti Waluya Malang.” Didapatkan hasil evaluasi yaitu pada hari pertama sebelum
diberikan tindakan kompres hangat suhu tubuh klien termasuk tinggi yaitu dengan suhu
tubuh memncapai 39,2C, setelah diberikan tindakan kompres hangat pada klien
hipertermia dengan kasus Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) pada hari ke 3 yaitu suhu
tubuh klien menjadi 36,7C dan sudah termasuk dalam suhu tubuh normal. Selain itu,
tensi darah juga menunjukkan 120/80 mmHg, N : 88x/menit, RR : 18x/menit, dan akral
hangat.
Pada jurnal 2 yang berjudul “Asuhan keperawatan pada klien Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) dengan masalah hipertermi di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Malang.” Didapatkan hasil evaluasi yaitu setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3
hari, pada klien masalah dapat teratasi yaitu klien sudah tidak mengalami hipertermi yang
dibuktikan dengan suhu tubuh dalam rentang normal yaitu 36,5C, kulit wajah tidak
kemerahan dan tidak merasa pusing, N : 88x/menit, RR : 20x/menit, dan akral teraba
hangat.
4.2.6 Efektifitas Kompres Hangat dalam Mengatasi Hipertermi pada Pasien Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah kompres hangat. Kompres hangat
merupakan intervensi mandiri perawat pada pasien yang mengalami hipertermi.
Pemberian kompres hangat sebelum dilakukan tindakan kompres hangat dinyatakan
dapat menurunkan hipertermi pada pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Tindakan
kompres hangat ini diberikan selama 3 hari selama pasien mengalami hipertermi.
Pemilihan tindakan kompres hangat ini efektif untuk menurunkan suhu tubuh. Hal ini
telah dibuktikan dari studi literature kedua artikel hasil pencarian peneliti.
Seseorang yang sedang mengalami hipertermi apabila tidak segera ditangani maka
dampak yang ditimbulkan adalah dehidrasi, terjadi karena peningkatan pengeluaran
cairan tubuh sehingga dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan. Hipertermi juga
dapat menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung dan metobisme energy. Hal ini
menimbulkan rasa lemah, nyeri sendi dan sakit kepala, gelombang tidur yang lambat dan
pada keadaan tertentu dapat menimbulkan gangguan kesadaran dan persepsi (delirium
karena demam) serta kejang. Keadaan yang lebih berbahaya lagi ketika suhu tubuh inti
mencapai 40C, pusat pengatur suhu otak tengah akan gagal dan pengeluaran keringat
akan berhenti. Akibatnya akan terjadi disorientasi, sikap apatis dan kehilangan kesadaran
bahkan terjadi syok (Puspitasari, 2018). Oleh karena itu, peran perawat terhadap penyakit
DHF salah satunya adalah pemberi informasi kepada penderita penyakit DHF, untuk
menghindari kemungkinan efek yang lenih lanjut. Perawat juga dapat memberikan
edukasi kepada keluarga pasien untuk melakukan kompres hangat pada klien yang
bertujuan untuk menurunkan demamnya (Pokja SIKI DPP PPNI, 2016). Intervensi yang
telah dilakukan pada klien telah sesuai dengan teori menurut tim Pokja SIKI DPP PPNI
yaitu dengan manajemen hipertermi, identifikasi penyebab hipertermi, monitor suhu
tubuh, memberikan kompres hangat pada lipatan tubuh seperti dahi, lipat paha, dan
aksila.
Kompres hangat adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh yang
mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar
menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus
akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh system efektor.
Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya panas tubuh yang lebih banyak melalui dua
mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat. (Kurnia Dewi Anisa,
2019)
Hasil penelitian Tri Redjeki (2002), dirumah sakit umum tidar magelang mengemukakan
bahwa kompres hangat lebih banyak menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan
kompres air dingin, karena akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah, pasien menjadi
menggigil. Dengan kompres hangat diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur
tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar
dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempermudah
pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh.
Kompres hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh. Pemberian kompres
hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak
terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar kerongat apokrin yang
mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami
vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh
ke kulit hingga delapan kali lebih banyak.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa suhu tubuh sebelum diberikan
kompres air hangat yaitu 39,3C, sedangkan suhu tubuh sesudah diberikan kompres air
hangat pada hari pertama terjadi penurunan sebanyak 1,5C menjadi 37,8C. Pada
pemberian kompres hangat di hari kedua terjadi penurunan sebanyak 0,8C menjadi
37,0C. Suhu turun sesuai dengan target yang diharapkan.
Setelah dilakukan tindakan juga dilakukan evaluasi selama tiga hari berturut-turut dengan
hasil evaluasi pada hari pertama dan kedua terjadi penurunan suhu klien setelah
dilakukan kompres hangat, kemudian pada hari ketiga dilakukan kompres hangat dan
keadaan pasien terlihat lebih baik dari sebelumnya, pada hari ketiga ini suhu pasien
bertahan pada 37,0C.
Hal ini menunjukkan bahwa ada perubahan yang signifikan akibat pengaruh kompres
hangat terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien dengan hipertermia.

4.3 Keterbatasan penelitian


Beberapa hal yang menjadi keterbatasan penelitian ini diantaranya sulitnya mencari artikel-
artikel asuhan keperawatan yang terpublikasi secara internasional sehingga penulis hanya
dapat mencari melalui data base nasional. Hal ini menyebabkan penulis kurang dapat
membahas perbandingan asuhan keperawatan nasional dan internasional. Keterbatasan
lainnya dalah dalam pencarian artikel tindakan kompres hangat, peneliti belum memiliki
akses khusus untuk mengakses jurnal atau artikel yang tidak open access sehingga peneliti
hanya terbatas pada jurnal-jurnal yang open access.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian pasien dengue hemorrhagic fever (DHF) didapatkan data pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.
2. Diagnose keperawatan yang tepat untuk tanda dan gejala dari hasil pengkajian pasien
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah Hipertermia.
3. Perencanaan sesuai dengan buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia untuk
mengatasi Hipertermia pasien Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yaitu untuk
mengurangi suhu tubuh dengan tindakan kompres hangat.
4. Tindakan kompres hangat dapat diberikan pada pasien Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) untuk menurunkan suhu tubuh yang mengalami demam. Pemberian kompres
hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan
pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa
oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan
pengeluaran sinyal oleh system efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya panas
tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer
dan berkeringat
5. Tindakan kompres hangat dianggap efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada pasien
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang mengalami Hipertermia.

5.2 Saran
5.2.1 Masyarakat
Masyarakat dapat memanfaatkan kompres hangat untuk mengurangi hipertermi.
5.2.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pengembangan ilmu tentang tindakan
kompres hangat.
5.2.3 Penulis
Penulis selanjutnya dapat meneliti lebih dalam lagi terkait tindakan kompres hangat yang
dapat menurunkan hipertermi.

Anda mungkin juga menyukai