Anda di halaman 1dari 27

STUDI KASUS “INTRACEREBRAL HEMORAGIC STROKE”

DI
RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

DISUSUN OLEH :

RENNY KARLINA
151 2018 0085

PEMBIMBING

LATIFAH MAHAYA, S.Si, Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UMI
MAKASSAR
2019
103

TUGAS KHUSUS

A. Profil Pasien

Nama : Tn. L

Umur : 62 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Bitoa Lama, Antang

Cara Bayar : BPJS

No. RM :737XXX

Masuk RS : 18/032019

Keluar RS : 26/03/2019

B. Profil Penyakit
Keluhan Utama : Demam tinggi sejak 1 hari yang lalu, nyeri perut,
tidak BAB sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit :-
Diagnosa Awal :Suspect ileus paralitis dan peritonitis, post
ventriculoperiotneal shunt, aphasia, post intra cerebral
haemoragic non traumatic
Diagnosa Utama : Post ventriculoperiotneal shunt danIntra Cerebral
Haemoragic
104

C. Tinjauan Pustaka
Stroke
Stroke adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada aktivitas
suplai darah ke otak yang awal timbulya mendadak, progresif, cepat berupa
defisit neurologis vokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian. Ketika aliran darah menuju otak terganggu,
maka oksigen dan nutrisi tidak dapat dikirim ke otak. Kondisi ini akan
mengakibatkan kerusakan sel-sel otak hingga membuatnya mati. Matinya sel-
sel otak kadang menyebabkan pembuluh darah otak pecah, sehingga
menyebabkan perdarahan pada bagian otak. Definisi ini mencakup stroke
akibat infark otak (stroke iskemik), perdarahan intraserebral (PIS) non
traumatik, perdarahan intraventrikuler dan beberapa kasus perdarahan
subarachnoid (PSA).
Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian :
1. Trombosis
Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam
sistem vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih
hidup, serta bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher.
Koagulan darah dinamakan trombus. Akumulasi darah yang membeku
diluar sistem vaskular, tidak disebut sebagai trombus. Trombosis ini
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema
disekitarnya.
2. Embolisme serebral
Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
3. Iskemia serebri
Iskemia adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya
menerima sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika
105

alirah darah aliran darah serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan
infark. Yang disebabkan oleh banyak faktor yaitu hemoragi, emboli,
trombosis dan penyakit
lain.
4. Hemoragi serebral
Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan
pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan
intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan didalam ruang
subarakhnoid atau didalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat
terjadi karena arterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak.
Faktor Resiko
kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah
yang tinggi pembuluh darah mudah pecah.
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1. Faktor resiko yang dapat diobati/dicegah :
a. Perokok.
b. Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
c. Tekanan darah tinggi.
d. Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
e. Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
a. Usia di atas 65.
b. Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang
meningkatkan resiko serangan stroke).
c. DM.
d. Keturunan ( Keluarga ada stroke).
e. Pernah terserang stroke.
f. Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
g. Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).
106

Klasifikasi
Klasifikasi stroke di bedakan menurut patologi dari serangan stroke
meliputi. Dibawah ini skema pembagian stroke menurut patologi serangan
stroke.
1. Stroke hemoragik
Merupakan pendarahan serebri dan mungkin pendarahan subarakhnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istrahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Stroke
hemoragik adalah disfungsi neurologis vocal yang akut dan disebabkan oleh
pendarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh
karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri ,
vena dan kapiler. Pendarahan otak dibagi dua yaitu :
a. Pendarahan intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan
TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
heniasi otak. Pendarahan intraserebri yang disebabkan hipertensi sering
dijumpai di daerah putamen, talamus, pons, dan serebellum.
b. pendarahan subarakhnoid (PSA)
Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma. Aneurisma yang pecah
ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke
ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
merenggangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah
serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia,
dan lainnya).
107

2. Stroke nonhemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi
saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbvul edema sekunder.
Klasifikasi stroke di bedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :
a. TIA (Transient Ischemic Attack). Gangguan neurologis lokal yang terjadi
selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul
akan hilang cdengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24
jam.
b. Stroke involusi. Stroke yang terjadi masih terus berkembang, gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplet. Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau
permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat di awali
dengan serangan TIA berulang.
Patofisiologi
Gambaran patologik menunjukkan ekstravasasi darah karena
robek/pecahnya pembuluh darah otak, diikuti pembentukan edema dalam
jaringan otak disekitar hematoma, akibatnya terjadinya diskontinuitas jaringan
dan kompresi oleh hematoma dan edema pada struktur sekitar sehingga
menyempitkan atau menyumbat pembuluh darah yang lain disekitarnya
sehingga terjadi iskhemik pada jaringan yang lainnya.
Tanda dan Gejala
Hemiparese sebagai akibat lesi veskuler diotak dapat menimbulkan tanda
dan gejala yang kompleks. Tergantung dari letak dan luas area yang otak yang
mengalami kerusakan. Adapun tanda dan gejala yang timbul akibat lesi pada
hemisphere antara lain gangguan motorik berupa kelemahan pada sisi
kontralateral, gangguan gerak volunter, gangguan reflek, gangguan koordinasi
dan keseimbangan. Gangguan sensorik berupa gangguan fungsi sensoris,
gangguan proprioceptif, gangguan kinestetik, gangguan fungsi luhur berupa
108

gangguan bahasa (aphasia), gangguan memori, gangguan kognitif, dan


persepsi.
Komplikasi
Komplikasi yang akan timbul apabila pasien stroke tidak mendapat
penanganan yang baik. Komplikasi yang dapat muncul antara lain
(Suyono,1992).
1. Abnormal
tonusAbnormal tonus secara postural mengakibatkan spastisitas. Serta
dapat menggangu gerak dan menghambat terjadinya keseimbangan.
2. Sindrom bahu
Sindrom bahu merupakan komplikasi dari stroke yang dialami
sebagianpasien. Pasien merasakan nyeri dan kaku pada bahu yang lesi
akibat imobilisasi
3. Deep vein thrombosis
Deep vein thrombosis akibat tirah baring yang lama,
memungkinkantrombus terbentuk di pembuluh darah balik pada bagian
yang lesi. Hal ini menyebabkan edema pada tungkai bawah.
4. Orthostatic hypotension
Orthostatic hypotension terjadi akibat kelainan barometer pada
batangotak. Penurunan tekanan darah di otak mengakibatkan otak
kekurangandarah.
5. Kontraktur
Kontraktur terjadi karena adanya pola sinergis dan spastisitas. Apabila
dibiarkan dalam waktu yang lama akan menyebabkan otot-otot mengecil
dan memendek.
109

D. Data Klinik

Hasil pengamatan
Pemeriksaan Nilai Normal Tanggal (18 Maret – 26 Maret 2019)
18 19 20 21 22 23 24 25 26
Tekanan Sistolik 110-140 130/ 110/ 149/ 126/ 140/ 150/ 130/ 140/ 120/
Darah Diastolik 60-90 90 90 86 74 90 90 90 80 80
Nadi 60-100 x/menit 84 98 93 80 86 84 96 80 84
Pernafasan 16-24 x/menit 22 22 19 16 16 20 24 20 20
Suhu 36-37,5oC 38,3 36 36 36,5 37,2 36 36 36,4 36,2
Nyeri perut + + + - - - - - -
Lemas + + + + + + + + +
Batuk - - - - - - - - -
BAK ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ +
BAB - - + + + - - + +
Keterangan :
(+) = Ada Keluhan (-) = Tidak ada Keluhan = Tinggi = Rendah

E. Data Laboratorium

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap darah rutin dari kimia


klinik maka diperoleh dari hasil pemeriksaan.

Hasil pengamatan
Pemerik
No Nilai Normal Tanggal (18 Maret – 26 Maret 2019)
saan
18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 WBC 4,0 – 10,0 103/µL 31,8 10,4 9,9
2 RBC Lk 4,5-5,5 106/µL 4,52 3,69 3,68
3 HGB Lk 14-18 g/dL 13,0 10,9 11,1
4 HCT Lk 40-50 % 37,9 31,6 31,1
5 MCV 80-96 FL 83,8 85,6 84,5
6 MCH 27-31 pg 28,8 29,5 30,2
110

7 MCHC 32-37 g/dL 34,3 34,5 35,7


8 PLT 150-400 106/µL 115 219 250
9 LYM% 15%-45% 3,7 14,5 14,0
10 MXD% 3-10% 4,8 7,9 8,2
11 NEVT% 45-77% 91,5 77,6 77,8
12 LYM# 0,8-4% 1,2 1,5 1,4
13 MXD# 2-7,7 1,5 0,8 0,8
14 NEVT# 2-7,7 29,1 8,1 7,7
15 RDW- 37,0-54,0 fl 47.6 47,4 45,8
SD
16 RDW- 11,0-15,5 % 15,0 14,2 14,2
CV
17 PDW 11,5-14,5 fl 14,4 11,2 10,1
18 MPV 6,1-8,9 fl 10,9 9,1 8,8
19 P-LCR 13-43% 33,1 18,6 16,8
20 PCT 0,17-0,35 0,13 0,20 0,22
Keterangan :

= Tinggi = Rendah

F. Profil Pengobatan

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap pasien, maka dilakukan intervensi


pengobatan, seperti pada tabel berikut :

Aturan Indikasi Hasil pengamatan


Regimen
Nama Obat Pakai Tanggal (18 Maret – 26 Maret 2019)
Dosis
18 19 20 21 22 23 24 25 26
RL 500 ml 20 tts/menit + elektrolit √ √ √ √ √ √ √ - -
Simextam inj 1 gr Tiap 12 jam Antibiotik √ √ √ √ √ √ - - -
Metronidazole 500 mg Tiap 8 jam Antiniotik √ - - - - - - - -
inj
111

Ranitidin inj 50 mg tiap 12 jam Anti ulcer √ - - - - - - - -


Paracetamol 1 gr tiap 8 jam Anti piretik √ - - - - - - - -
inf
Citicolin inj 500 mg 2 x sehari Neuroprotektan - √ √ √ √ - - - -
Simcobal tab 500 mg 1 x sehari Peripheral - - - - - - - √ √
neuropathis
Mersibion amp 500 mcg Tiap 24 jam Vitamin - √ √ √ √ - - - -
Dulcolax sup 10 mg 1 x sehari 1 Pencahar - √ - - - - - - -
Ardium tab 3 x sehari 1 Antiinflamasi & - - - √ √ √ √ √ √
Vasodilator
Amlodipin 10 mg 1 x sehari 1 Hipertensi - - - - √ √ √ √ √
ifalmin 3 x sehari 2 Vitamin - - - - √ √ √ √ √
Simvastatin 20 mg 1 x sehari 1 Kolesterol - - - - √ √ √ √ √
20mg
arixtra 7,5 mg 1 x sehari antikoagulan - - - - √ - - - -
piracetam 1200 mg 2 x sehari 2 Neuroprotektan - - - - - √ √ √ √
Neurobion tab vitamin - - - - - √ √ - -

Cefixim tab 200 mg 2 x sehari 1 Antibiotik - - - - - - - √ √


Harnal tab 0,2 mg 1 x sehari 1 prostat - - - - - - - - √
Keterangan :

Keterangan (√) = Diberikan (-) = Tidak diberikan

G. Analisis rasionalitas

Indikasi Obat Dosis Aturan Penderita Cara Lama


Nama Obat Pakai Pemberian pemberian
R/IR R/IR R/IR R/IR R/IR R/IR R/IR
RL R R R R R R R
Simextam inj R R R R R R R
Metronidazole inj IR IR IR IR IR IR IR
112

Ranitidin inj R R R IR R R R
Paracetamol inf R R R R R R R
Citicolin inj R R R R R R R
Simcobal tab R R R R R R R
Mersibion amp R R R R R R R
Dulcolax sup R R R R R R R
Ardium tab R R R R R R R
Amlodipin 10mg R R R R R R R
Ifalmin R R R R R R R
Simvastatin 20 mg R R R R R R R
Arixtra R R R R R R R
Piracetam R R R R R R R
Neurobion tab R R R R R R R
Amlodipin tab R R R R R R R
Cefixim tab IR IR IR IR IR IR IR
Harnal tab R R R R R R R
Keterangan (R) = Rasional
(IR) = Irrasional

H. Assesmen dan Plan

Berdasarkan profil pengobatan dan anlisis pemakaian obat pasien

Problem Medik Terapi Drug Related Rekomendasi


Problems (DRPs)
Ada indikasi tidak - Pasien didiagnosis Direkomendasi
ada obat stroke hemoragik penggunaan infus
tetapi tidak diberikan manitol 15-25% selama
untuk mengurangi 30-60 menit
tekanan di dalam
otak
113

Ada obat tidak Metronidazole Pasien diberikan Sebaiknya pemberian


ada indikasi metronidazole metronidazole ketika
padahal dia baru pasien terdiagnosis
dicurigai mengalami ileus paralitis dan
ileus paralitis dan peritonitis
peritonitis
Penderita Simextam Pemberian simextam Direkomendasikan
dikontraindikasikan pemberian antibiotik
pada pasien pasca golongan sefalosporin
operasi golongan 1
Ada obat tidak Cefixime Pasien diberikan Direkomendasikan
ada indikasi cefixime tetapi nilai pemberian cefixime
WBC pasien normal diberhentikan karena
WBC pasien normal.
Simvastatin - Untuk pemakaian
simvastatin
direkomendasikan
pemeriksaan kolesterol
total, LDL dan HDL

I. Uraian Obat
1. Ringer Laktat
a. Komposisi
Setiap 500 mL larutan mengandung:
Kalsium klorida 0,10 g
KaliumKlorida 0,15 g
Natrium klorida 3,00 g
Natrium Laktat 1,55 g
Air untuk injeksi ad 500 mL
114

b. Indikasi
Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.
c. Mekanisme Kerja
Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan
tekanan osmotik, klorida merupakan anion utama dalam darah, kalium
merupakan kation terpenting di intraseluler berfungsi untuk saraf dan
otot. Dengan adanya bikarbonat, ringer laktat sangat baik digunakan
untuk diare, demam dengue syok, dan syok perdarahan.
d. Dosis dan Aturan Pakai
Dosis: 500 ml - 1000 ml dengan kecepatan 300 - 500 ml per jam (kira -
kira 75 - 125 tetes/menit). Dosis tergantung umur, berat badan, dan
kondisi klinis pasien serta hasil lab. Pemberian cairan harus berdasarkan
kebutuhan cairan pemeliharaan yang dihitung atau kebutuhan cairan
pengganti untuk setiap pasien.
e. Efek samping
Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis
yang meluas dari tempat penyuntikan.
f. Kontraindikasi
Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
g. Interaksi Obat
Ringer laktat mengandung ion kalsium, sehingga jangan diberikan
dengan menggunakan infus set yang sama dengan darah karena
kemungkinan terjadi koagulasi.
h. Peringatan dan Perhatian
Hati-hati pada penderita kerusakan hati.
2. Metronidazole
a. Komposisi
Setiap 100 mL larutan mengandung 500 mg metronidazol
115

b. Indikasi
Digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis, dan infeksi bakteri anaerob.
Mengatasi infeksi luka pada kulit akibat bakteri Bacteroides,
Clostridium, Fusobacterium, P.niger, dan Peptostreptococcus.
c. Mekanisme Kerja
Merusak sintesis DNA sel bakteri dan sel protozoa sehingga
menyebabkan kematian sel
d. Dosis dan Aturan Pakai
- Untuk infeksi bakteri anaerob, dosis dewasa 3 x 500 mg selama 7 hari.
Dosis anak oral dan i.v. 7,5 mg/kgBB tiap 8 jam
- Untuk penyakit tetanus, dosis dewasa i.v. 500 mg setiap 6 jam
diberikan 7 – 10 hari.
e. Efek Samping
Sakit kepala, mual, mulut kering, rasa kecap logam.
f. Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap metronidazol, kehamilan trimester 1,
menyusui, riwayat penyakit darah dan gangguan SSP.
g. Interaksi Obat
Dosis perlu disesuaikan pada penggunaan bersama fenobarbital,
prednisone, dan rifampisin karena dapat meningkatkan metabolism
oksidatif metronidazol. Penggunaan bersama simetidin dapat
menghambat metabolism metronidazol di hati.
h. Peringatan dan Perhatian
Kurangi dosis pada penderita obstruksi hati berat, sirosis hati dan
gangguan fungsi ginjal berat.
3. Ranitidin
a. Komposisi
Tiap ampul mengandung 50 mg/2 mL ranitidin
b. Indikasi
Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia
episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori,
116

sindrom Zoliinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam


lambung akan bermanfaat.
c. Mekanisme Kerja
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor-H2 menghambat kerja
histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi
asam lambung. Kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat
50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 36-94 mg/dl. Kadar
tersebut bertahan selama 6-8 jam.
d. Dosis dan Aturan Pakai
Dosis per oral 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg pada malam hari. Dosis
IV/IM 50 mg tiap 6 -8 jam
e. Efek Samping
Diare dan gangguan saluran cerna lainnya, pengaruh terhadap
pemeriksaan fungsi hati (jarang, kerusakan hati), sakit kepala, pusing,
ruam, dan rasa letih. Efek samping yang jarang adalah pankreatitis akut,
bradikardi, AV blok, rasa bingung, depresi dan halusinasi, terutama pada
orang tua atau orang yang sakit parah, reaksi hipersensitivitas (termasuk
demam, artralgia, mialgia, anafilaksis), gangguan darah dan reaksi kulit.
Dilaporkan juga kasus ginekomastia dan impotensi, namun jarang terjadi.
f. Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap ranitidin.
g. Interaksi Obat
Penghambatan enzim metabolisme P450 lebih sedikit daripada Simetidin
h. Peringatan dan Perhatian
Antagonis reseptor-H2 sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan gangguan ginjal, kehamilan, dan pasien menyusui. Antagonis
reseptor-H2 dapat menutupi gejala kanker lambung; perhatian khusus
perlu diberikan pada pasien yang mengalami perubahan gejala dan pada
pasien setengah baya atau yang lebih tua.
117

4. Paracetamol
a. Komposisi
Tiap 100 mL larutan mengandung 1000 mg Parasetamol
b. Indikasi
Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigidan
menurunkan demam
c. Mekanisme Kerja
Bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang rasa sakit dan diduga
bekerja langsung pada pusat pengatur panas hipotalamus
d. Dosis dan Aturan Pakai
- Anak < 12 Tahun: 10 mg/kgBB/kali diberikan tiap 4 – 6 jam.
Maksimum 4 dosis sehari
- Dewasa: 500 mg – 1000 mg per kali, diberikan tiap 4 – 6 jam.
Maksimum 4 g per hari.
e. Efek samping
Penggunaan jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan hati dan reaksi hipersensitivitas
f. Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini dan penderita gangguan
fungsi hati yang berat
g. Interaksi Obat
- Metoklorpamid dan domperidon dapat meningkatkan efek
parasetamol
- Carbamazepin, fenobarbital dan fenitoin dapat meningkatkan potensi
kerusakan hati
- Kolestiramin dan lixisenatide dapat mengurangi efek farmakologis
parasetamol
- Antikoagulan warfarin dapat meningkatkan efek koagulasi obat ini
sehingga meningkatkan potensi resiko terjadinya pendarahan.
h. Peringatan dan Perhatian
- Hati-hati pemberian obat ini pada penderita penyakit ginja
118

- Bila setelah 2 hari demam tidak menurun dan setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang segera hubungi dokter
- Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol
dapat meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati
- Penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati
- Tidak dianjurkan penggunaan secara bersamaan dengan obat lain yang
mengandung parasetamol
5. Ifalmin
a. Komposisi
Tiap kapsul mengandung 500 mg ekstrak daging ikan toman (Channa
micropeltes)
b. Indikasi
Membantu proses penyembuhan luka ringan
c. Dosis dan Aturan Pakai
Dapat digunakan 1 – 2 kapsul 3 kali sahari
d. Peringatan dan Perhatian
Jangan diberikan pada penderita hipersensitif pada salah satu komposisi
6. Simvastatin (pionas.com)
a. Indikasi
Hiperkolesterolemia primer pada pasien yang tidak cukup memberikan
respons terhadap diet dan tindakan – tindakan lain yang sesuai.
b. Dosis
Hiperkolesterolemia, 10 mg sehari malam hari, disesuaikan dengan
interval tidak kurang dari minggu; kisaran lazim 10 – 40 mg sekali
sehari malam hari. Penyakit jantung koroner, awalnya 20 mg sekali
sehari malam hari.
c. Kontraindikasi
Pasien dengan penyaki hati yang aktif dan pada kehamilan serta
menyusui.
119

d. Efek samping
Ruam kulit, konstipasi, anemia, pusing, depresi, neuropati perifer, dan
hipersensitivitas.
e. Mekanisme kerja
Simvastatin merupakan penghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl-
coenzyme A (HMG-CoA) reduktase yang poten. Simvastatin bekerja
dengan meningkatkan pengeluaran kolesterol dari tubuh dan mengurangi
produksinya dengan menghambat konversi HMG-CoA menjadi
mevalonat yang berperan dalam biosintesis kolesterol.
7. Sitikolin
a. Indikasi
Pengobatan gangguan serebrovaskular (termasuk stroke iskemik,
parkinson dan cedera kepala).
b. Dosis
Untuk mengobat penyakit pada pembuluh darah otak 600 mg/hari. Untuk
penanganan cepat penanggulangan stroke akibat penggumpalan darah
500 – 200 mg/hari sesegera mungkin dalam waktu 24 jam setelah
serangan stroke.
c. Kontraindikasi
Gangguan fungsi hati berat.
d. Efek samping
Insomnia, sakit kepala, diare, mual dan hipotensi/hipertensi.
8. Dulcolax
a. Indikasi
Konstipasi, persiapan sigmoidoskopi, proktoskopi, radiologi atau
pembedahan.
b. Dosis
Oral : dewasa dan anak 12 tahun : 5 – 15 mg sehari sebagai dosis tunggal
sampai dengan 30mg/hari; Rektal : pada pagi hari pembedahan atau
pemeriksaan.
120

c. Kontraindikasi
Pasien dengan sakit perut akut, mual, muntah, gejala – gejala lain
apendisitis atau sakit perut yang tak terdiagnosa, dan pasien dengan
obstruksi usus.
d. Efek samping
Rasa tidak nyaman ringan, lemah, dan rasa terbakar pada mukosa rektum
serta ketidakseimbangan elekrolit.
9. Simextam (Sefoperazon + Sulbaktam)
a. Indikasi
Untuk mengatasi infeksi saluran napas atas dan bawah; Infeksi saluran
urin atas dan bawah.Infeksi peritonitis, kolesistisis, kolangitis, dan
infeksi intra abdomen lainnya; Infeksi kulit dan jaringan lunak.
b. Peringatan
Pada pasien dengan kelaianan fungsi hati dan ginjal, kadar sefoperazon
dalam darah sebaiknya dimonitor dan dilakukan penyesuaian dosis. Dosis
tidak boleh lebih dari 2 g/kg bb per hari. Pemakaian obat ini dapat
menyebabkan defisiensi vitamin K pada beberapa pasien.
c. Kontraindikasi
Pasien yang alergi terhadap penisilin, sulbaktam, sefoperazon atau
sefalosporin lainnya.
d. Efek Samping
Efek pada saluran cerna: diare, mual dan muntah; reaksi dermatologi:
kemerahan, urtikaria, eosinofil dan demam; hematologi: neutropenia,
penurunan hemoglobin dan hematokrit, eosinofilia trombositopenia,
anemia hemolitik; lain-lain: sakit kepala, demam, nyeri di tempat injeksi,
chills; kelainan uji laboratorium: pengurangan angka SGOT, SGPT,
alkali fosfatase, dan kadar bilirubin; reaksi lokal: rasa nyeri dan plebitis
pada tempat injeksi intramuskular; telah dilaporkan adanya reaksi alergi
anafilaktik, flushing, berkeringat, sakit kepala, dan takikardi setelah lima
hari pemberian sefoperazon.
121

e. Dosis
Pemakaian untuk dewasa: Rasio 1:1, sulperazon 2-4 g (Aktivitas
sulbaktam 1-2 g; Aktivitas sefoperazon 1-2 g). Dosis dapat diberikan
setiap 12 jam dalam dosis terbagi yang sama. Pada infeksi yang parah
dosis per hari dapat ditingkatkan mencapai 8 g dengan rasio 1:1 (4 g
aktivitas sefoperazon). Dosis dapat diberikan setiap 12 jam dalam dosis
terbagi yang sama. Dosis maksimum sulbaktam yang direkomendasikan
adalah 4 g. Pemakaian untuk pasien dengan kelainan fungsi ginjal: Dosis
dapat disesuaikan tergantung penurunan fungsi ginjal (bersihan kreatinin
kurang dari 30 mg/menit) sebagai kompensasi terjadinya penurunan
bersihan sulbaktam. Pasien dengan bersihan kreatinin 15-30 mL/menit
dapat menerima dosis maksimum 1 g sulbaktam diberikan setiap 12 jam
(dosis maksimum perhari 2 g sulbaktam), ketika bersihan kreatinin
kurang dari 15 mL/menit dapat menerima dosis 500 mg sulbaktam setiap
12 jam (dosis maksimum perhari 1 g sulbaktam). Pada infeksi yang berat,
dibutuhkan penambahan sefoperazon. Pemakaiaan pada anak-anak: Rasio
1:1, sulperazon 40-80 mg/kg bb per hari (Aktivitas sulbaktam 20-40
mg/kg bb per hari; Aktivitas sefoperazon 20-40 mg/kg bb per hari). Dosis
dapat diberikan setiap 6 sampai 12 jam dalam dosis terbagi yang sama.
Pada infeksi yang berat dosis perhari dapat ditingkatkan mencapai 160
mg/kg bb per hari dengan rasio 1:1. Obat dapat diberikan dalam dosis
terbagi 2-4 yang sama. Pemakaian pada bayi baru lahir: Pada minggu
pertama kelahiran, obat diberikan setiap 12 jam. Dosis maksimum
perhari sulbaktam untuk bayi adalah 80 mg/kg bb per hari.
10. Simcobal
a. Komposisi
Tiap ampul mengandung 500 mcg dalam 1 mL
b. Indikasi
Anemia pernisiosa, defisiensi vitamin B12 karena diet atau malabsorbsi,
kurang cukupnya ekskresi intrinsik, kurangnya penggunaan vitamin B12
(selama terapi kanker), peningkatan kebutuhan vitamin B12 selama
122

kehamilan, thyrotoksikosis, pendarahan, malignansi, penyakit hati atau


ginjal
c. Dosis
Injeksi 500 mcg diberikan secara IM atau IV 3 kali seminggu.
d. Kontraindikasi
Pasien yang sensitif pada sianokobalamin/vitamin/cobalt. Tidak boleh
digunakan pada pasien Early Lebers disease (hereditary optic nerve
atrophy).
e. Efek Samping
Sianokobalamin biasanya tidak toksik meski dalam dosis besar. Diare
sementara, trombosis perifer, vaskuler, gatal, urtikaria, persaan bengkak
di seluruh tubuh, anafilaksis, dan kematian pernah dilaporkan pada
pasien yang menerima sianokobalamin secara parenteral.
11. Mersibion & Neurobion
a. Indikasi
Anemia megaloblastik, megaloblastosis karena anestesia nitrogen oksida
yang berkepanjangan yang menginaktifkan vitamin ini, dan pengobatan
defisiensi transkobalamin kongenital II, suatu sindrom yang langka.
b. Dosis
Oral, defisiensi vit B12 karena kekurangan gizi, 50-150 mcg atau lebih
diberikan diantara makan. ANAK 35-50 mcg dua kali sehari. Pemberian
i.m., awalnya, 1 mg diulangi 10 kali dengan interval 2-3 hari, dosis
pemeliharaan 1 mg setiap bulan.
12. Pirasetam
a. Komposisi
Tiap botol mengandung 12 gram dalam 60 mL
Tiap ampul mengandung 3 gram dalam 15 mL
Tiap tablet mengandung 800 mg
b. Indikasi
Myoclonus kortikal, defisit kognitif, insufisiensi serebrokortikal yang
responsif terhadap pirasetam : alkoholism, vertigo, CVA
123

(cerebrovascular accidents), dyslexia, gangguan perilaku pada anak dan


sesudah trauma atau pembedahan.
c. Dosis
Oral : Terapi tambahan pada myoclonus kortikal adalah 7,2 g/hari dalam
2-3 dosis ditingkatkan jika perlu, maks 20 g/hari.
Untuk meningkatkan fungsi kognitif: sampai dengan 2,4 g/hari dalam 2-3
dosis, dalam keadaan parah dosis s/d 4,8 g/hari.
Pada kasus yang parah pemberian dapat secara IV/IM: 1-2 g/hari 3 kali
sehari. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal ringan sampai dengan
sedang, maka dosis harus dikurangi
d. Kontraindikasi
Gangguan fungsi hati dan ginjal yang parah (Cr Cl < 20 ml/menit),
perdarahan serebral, hamil dan menyusui.
e. Efek Samping
Hiperkinesia, cemas, depresi, diare, rash, stimulasi SSP, gangguan tidur,
pusing, insomnia, somnolen, peningkatan berat badan.
13. Amlodipin (Pio.binfar, 2013)
a. Komposisi
Tiap tablet mengandung 10 mg
b. Indikasi
Pengobatan hipertensi
c. Dosis
Dosis awal: 5 mg sekali sehari, dosis maksimum: 10 mg sekali sehari.
d. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap amlodipine atau komponen lain dalam sediaan.
Syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis aorta yang signifikan.
e. Efek Samping
Sakit perut, mual, palpitasi,flushing, edema, sakit kepala, pusing,
gangguan tidur, kelelahan; gangguan gastro-intestinal, mulut kering,
kram otot, nyeri punggung, arthralgia, gangguan penglihatan,berkeringat,
alopecia, purpura, dan perubahan warna kulit; gastritis, pankreatitis,
124

hepatitis, sakit kuning, kolestasis, gingiva hiperplasia, infark miokard,


aritmia, takikardia, vaskulitis, batuk, neuropati perifer, hiperglikemia,
trombositopenia, angioedema, dan urtikaria
f. Mekanisme Kerja
Amlodipine melemaskan otot perifer dan koroner polos vaskular. Ini
menghasilkan vasodilatasi koroner dengan menghambat masuknya ion
Ca ke dalam tegangan-sensitif saluran dari otot polos pembuluh darah
dan miokardium selama depolarisasi. Hal ini juga meningkatkan
pengiriman O2 miokard pada pasien dengan angina vasospastic.
14. Arixtra
a. Komposisi
Natrium Fondaparinux
b. Indikasi
Pencegahan venous thromboembolic events (VTE) pada pasien yang
menjalani pembedahan ortopedi mayor pada anggota badan bagian
bawah seperti fraktur tulang pinggul, operasi penggantian lutut atau
pinggul, pasien yang menjalani operasi perut yang berisiko komplikasi
tromboemboli, pasien yang berisiko komplikasi tromboemboli karena
penyakit akut, pengobatan akut deep vein thrombosis (DVT), pengobatan
akut pulmonary embolism (PE), pengobatan angina tidak stabil atau non-
ST segmen elevasi infark miokard (UA / NSTEMI) pada pasien kritis
(<120 menit) manajemen invasif [Intervensi Koroner Perkutan (PCI)]
tidak diindikasikan, pengobatan tambahan dari ST segmen elevasi infark
miokard (STEMI) pada pasien yang sedang melakukan pengobatan
dengan trombolitik
c. Peringatan
Rute pemberian tidak diperbolehkan melalui intramuskular, penggunaan
sebelum dan selama intervensi koroner perkutan (PCI) tidak dianjurkan,
peningkatan risiko perdarahan, peningkatan risiko perdarahan pada
lansia, gagal ginjal, kehamilan, dan menyusui.
125

d. Interaksi
desirudin, fibrinolitik agent, reseptor antagonis GP IIb/IIIa, heparin,
heparinoid dan heparin bobot molekul rendah dapat meningkatkan risiko
perdarahan, antiplatelet (asam asetil salisilat, dipiridamol, sulfinpirazon,
tiklopidin, klopidogrel) dan AINS harus diberikan dengan perhatian.
e. Kontraindikasi
hipersensitivitas, perdarahan aktif, endokarditis bakterial akut, gangguan
ginjal berat (kreatinin klirens < 20 mL/menit).
f. Efek Samping
umum: anemia, perdarahan (di berbagai tempat termasuk kasus jarang
seperti perdarahan intrakranial, intraserebral, retroperitoneal), purpura,
hematoma, hematuria, hemoptisis, perdarahan gusi;
Tidak umum: trombositopenia, trombositemia, platelet abnormal,
gangguan koagulasi, sakit kepala, mual, muntah, abnormalitas pada uji
fungsi hati, peningkatan enzim hati, ruam, pruritus, wound secretion
demam, udem perifer, anemia, dispnea, nyeri dada; jarang: infeksi pada
luka pasca operasi, reaksi alergi, hipokalemia, ansietas, bingung, pusing,
somnolens, vertigo, hipotensi, dispnea, batuk, nyeri abdomen, dispepsia,
gastritis, konstipasi, diare, bilirubinemia, reaksi pada lokasi injeksi, nyeri
dada, nyeri kaki, letih, udema pada genital, kulit memerah, sinkop.
g. Dosis
Pencegahan venous thromboembolic events (VTE): 2,5 mg sehari sekali
diberikan secara sub kutan pasca bedah, dosis awal harus diberikan
minimal 6 jam setelah pembedahan selesai. Pengobatan dilanjutkan
selama 5-9 hari, lansia > 75 tahun dan/ atau dengan berat badan < 50 kg
dan/atau gangguan ginjal sedang dengan kreatinin klirens 30 mL/menit
pemberian pertama tidak boleh kurang dari 6 jam setelah pembedahan
selesai, injeksi tidak boleh diberikan kecuali apabila hemostasis tercapai;
pengobatan deep vein thrombosis (DVT) dan pulmonary embolism (PE)
dosis 5 mg untuk BB < 50 kg, 7,5 mg BB 50 – 100 kg, 10 mg BB >100
kg , pengobatan diberikan secara sub kutan selama minimal 5 hari,
126

pengobatan bersama antagonis vitamin K dimulai sesegera mungkin


dalam waktu 72 jam.
15. Sefiksim
a. Indikasi
Infeksi saluran kemih ringan (uncomplicated) yang disebabkan oleh
Escherichia coli dan Proteus mirabilis, otitis media disebabkan oleh
Haemophilus influenza (strain beta-laktamase positif dan negatif),
Moraxella (Branhamella), catarrhalis (kebanyakan merupakan strain
beta-laktamase positif), dan Sterptococcus pyogenes; pharingitis dan
tonsilitis yang disebabkan Streptococcus pyogenes; bronkitis akut dan
bronkitis kronik dari eksaserbasi akut, yang disebabkan oleh
Streptococcus pneuoniae dan Hemophilus influenzae (strain beta-
laktamase positif dan negatif); pengobatan demam tifoid pada anak-anak
dengan multi resisten terhadap regimen standar.
b. Peringatan
Sensitivitas terhadap antibakteri beta-laktam (hindari jika ada riwayat
hipersensitivitas), gangguan ginjal, kehamilan dan menyusui (tetapi boleh
digunakan), positif palsu untuk glukosa urin (jika diuji untuk penurunan
glukosa), positif palsu pada uji Coombs.
c. Kontraindikasi
hipersensitivitas terhadap sefalosporin.
d. Efek Samping
Konstipasi
e. Dosis
Dewasa dan anak >30 kg, dosis umum yang direkomendasikan 50–100
mg, oral dua kali sehari. Dosis disesuaikan dengan umur, berat badan,
kondisi pasien. Untuk infeksi parah atau infeksi yang sulit disembuhkan
(intractable) dosis ditingkatkan sampai 200 mg dua kali sehari; demam
tifoid pada anak, 10–15 mg/kg bb/ hari selama 2 pekan.
127

16. Tamsulosin Hidroklorida


a. Indikasi
merelaksasi otot pada hiperplasia prostat yang jinak mengakibatkan
peningkatan aliran kemih dan perbaikan gejala obstruksi.
b. Peringatan
Pasien yang menerima pengobatan antihipertensi memerlukan
pengurangan dosis dan pengawasan ahli. Diperlukan perhatian bagi
lansia dan pasien dengan kegagalan hati dan kegagalan ginjal berat.
c. Kontraindikasi
Alfa-bloker sebaiknya dihindari pada pasien dengan riwayat hipertensi
postural dan sinkop mikturisi.
d. Efek Samping
Efek samping alfa-bloker yang selektif meliputi mengantuk, hipotensi
(hipotensi postural), sinkop, astenia, depresi, sakit kepala, mulut kering,
gangguan saluran cerna (termasuk mual, muntah, diare, konstipasi),
edema, penglihatan kabur, rinitis, gangguan ereksi (termasuk priapisme),
takikardi, palpitasi. Reaksi hipersensitif termasuk kemerahan, pruritus,
dan angiodema pernah dilaporkan.
e. Dosis
400 mcg perhari sebagai dosis tunggal
128

DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, JT, 2009, Pharmacotherapy A Pathophysiology Approach 7 th Edition,


The McGraww-Hill, USA.

Goldman,MP et al, 2009, Drug Information Handbook 17th Edition, Lexi Comp
for the American Pharmacist Association.

Indrawaty, Sri, 2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementrian Kesehatan


RI, Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Pelayanan


Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, Jakarta.

Kumar S, 2016, General Guidelines fo the Management of Stoke, Research &


Reviews Journal of Medical and Health Sciences, Volume 5 Issue 3

May, M & Schlinder, C ., 2016, Clinically and Pharmacologically relevant


interactions of antidiabetic drugs, Therapeutic Advances Endocrinology
and Metabolism, Volumen 7.

Suryamiharja, A., 2016, Peranan Vitamin B12 Methylcobalamin dalam


Neurologi, Medicinus Vol 29, Jakarta

Website:

- Medscape.com
- Pionas.pom.go.id
- Drugs.com

Anda mungkin juga menyukai