Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
1. Mirasih kusuma dewi et all (2014)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mirasih Kusuma et al (2014)
tentang studi tingkat penyalahgunaan narkotika dan psikotropika pada
(SMA/SMK) dikota Denpasar menunjukan bahwa tingkat pengetahuan
pelajar SMA dan SMK tergolong rendah. Sebanyak 98% dari total
responden memiliki informasi sangat rendah tentang nama-nama popular
dari jenis narkotika dan psikotropika yang sering digunakan. Pengetahuan
tentang bahaya yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika berkisar antara 23-28%. Persamaan penelitian Minarsih
(2014) dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah alat ukur yang
digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan responden menggunakan
kuisioner, parameter yang digunakan adalah tingkat pengetahuan.
Perbedaan penelitian Minarsih (2014) dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penelitian terletak pada variabel yang diteliti yaitu tingkat
pengetahuan prekursor, dan tenaga kefarmasian, sedangkan pada
penelitian Minarsih (2014) variabel yang digunakan adalah tingkat
pengetahuan narkotika dan psikotropika pada pelajar. Perbedaan lainya
adalah dalam pelitian ini dilakukan penyuluhan terlebih dahulu.

2. Dewi Sartika et al (2014)


Dewi sartika dalam penelitiannya yang berjudul studi pengelolaan
obat yang mengandung prekursor pada Apotek di kabupaten Buol
menunjukan bahwa pengelolaan obat yang mengandung prekursor sudah
cukup baik. Penelitian Dewi sartika (2014) merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan mengunakan teknik
pengumpulan data observasi langsung mengunakan instrument lembar
check list. Persamaan penelitian Dewi Sartika (2014) dengan penelitian

4
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian sama-sama merupakan
jenis penelitian deskriptif, pendekatan kuantitatif dengan teknik
pengumpulan data observasi langsung mengunakan lembar check list.
Perbedaan penelitian terletak pada banyaknya sampel yang digunakan, dan
dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tidak hanya mengukur
evaluasi pengelolaan obat prekursor tetapi juga mengukur tingkat
pengetahuan tenaga kefarmasian yang ada di Apotek.

B. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sesuatu yang diketahui derkaitan dengan proses pembelajaran (KBBI,
2005). Proses pembelajaran dapat dipengeruhi oleh beberapa faktor
seperti faktor dari dalam dan faktor dari luar. Pengetahuan merupakan
suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat
mengalamai reorganisasi pemikiran karena adanya pemahaman-
pemahaman baru (Budiman & Riyanto, 2013).
b. Tahapan pengetahuan
Tahapan pengetahuan menurut S.bloom dalam budiman dan
Riyanto 2013
1) Tahu (know)
Merupakan tahapan pengetahuan dimana seseorang mampu
mengenali peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola urutan,
metodeologi, prinsip dasar, dll.
2) Memahami (comperhension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelasakan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang didapatkan secara benar.

5
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
4) Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih berkaitan satu
sama lain.
5) Sintesis (syntesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan suatu kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek.
c. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu bagian dari kesehatan.
Pengetahuan menurut Budiman dan Riyanto dibedakan menjadi dua
yaitu:
1) Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit merupakan pengetahuan yang masih
berbentuk pengalaman, berisi faktor-faktor yang tidak bersifat
nyata, seperti keyakinan pribadi, presepsi, dan prinsip seseorang.
Biasanya pengetahuan ini sungkar untuk dibagi dengan orang lain
baik secara lisan maupun tulisan.
2) Pengetahuan Eksplisit
Berbeda dengan pengetahuan implisit, pengetahuan
eksplisit merupakan pengetahuan yang sudah didokumentasikan
dan berwujud nyata, pengetahuan jenis ini biasanya dideskripsikan
dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Pendidikan
Pengetahuan memiliki peranan yang sangat penting dalam
perkembagan pengetahuan suatu individu. Seseorang dengan
pendidikan tinggi diharapkan akan lebih mudah dalam menerima

6
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
informasi dari luar, sehingga semakin tinggi pendidikan akan
semakin luas pengetahuannya. Perlu diketahui juga tidak semua
orang yang dengan pendidikan rendah akan selalu memiliki
pengetahuan yang rendah pula, hal ini terjadi karena pengetahuan
tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal tapi juga dapat
diperoleh dari pendidikan non formal (Budiman & Riyanto, 2013).
2) Informasi
Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun
informal dapat memberikan pengaruh jangka pendek yang dapat
memberikan perubahan atau peningkatan pengetahuan bagi suatu
individu. Informasi baru mengenai suatu informasi akan
memberikan pandangan dan pengetahuan yang baru terhadap
individu yang menerima informasi tersebut (Budiman & Riyanto,
2013).
3) Sosial, Budaya, Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan masyarakat tanpa
mempertimbangkan baik atau buruknya kebisaan atau tradisi akan
menyebabkan bertambahnya pengetahuan seseorang, baik yang
melakukan tradisi tersebut ataupun yang tidak melakukan tradisi
tersebut. Setatus sosial dan ekonomi juga menyebabkan tersedianya
fasilitas yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tertentu,
sehingga setatus social dan ekonomi juga dapat mempengaruhi
pengetahuan (Budiman & Riyanto, 2013).
4) Lingkungan
Lingkungan dapat menyebabkan masuknya pengetahuan
kedalam individu atau masyarakat yang berada pada lingkungan
tersebut. Pengetahuan yang baru dapat terjadi akibat adanya proses
timbal balik ataupun tidak, yang dapat diolah oleh masyarakat
menajdi sebuah pengetahuan (Budiman & Riyanto, 2013).
5) Pengalaman
Pengalaman merupakan salah satu cara untuk memperoleh
kebenaran ilmu pengetahuan. Pengembangan belajar dalam bekerja

7
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
yang dikembangkan akan menghasilkan pengetahuan professional
(Budiman & Riyanto, 2013).
6) Usia
Semakin bertambahnya usia maka informasi yang
didapatkan semakin banyak, semakin banyak informasi yang
didapatkan dan semakin banyak pula yang dikerjakan, sehingga
pengetahuanya juga semakin bertambah. Bertambahnya usia ini
juga tidak selalu meningkatkan pengetahuan karena pada usia
terntu IQ manusia juga akan mengalami kemunduran sejalan
dengan bertambahnya usia seseorang (Budiman & Riyanto, 2013).
e. Kategori Tingkat Pengetahuan
Kategori tingkat pengetahuan dengan menggunakan responden
tenaga kesehatan dapat di bedakan menjadi dua kategori menurut
Budiman dan Agus Riyanto (2013).
Tabel 1. Kategori Tingkat Pengetahuan
No Kategori Nilai
1. Baik >75%
2. Kurang baik ≤75%
Sumber : Kapita sekala kuisioner oleh Budiman dan Riyanto 2013.
2. Apotek
a. Definisi Apotek
Menurut peraturan menteri No 9 tahun 2017 tentang Apotek,
menyatakan bahwa Apotek adalah sarana pelayanan kefrmasian tempat
dilakukkanya prektek kefarmasian oleh apoteker. UU No. 41 tahun
1990 pasal 1 ayat 2 menyatakan, Apotek merupakan tempat
dilakukannya pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan dan penyerahan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya. Peraturan menteri kesehatan RI No 35
tahun 2014 menyatakan Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.
b. Tugas dan Fungsi Apotek
Tugas dan fungsi Apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 50
Tahun 2009, yaitu:

8
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
1) Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker
2) Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3) Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
4) Sarana pembuatan pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluran obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, sertaage pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
c. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Apotek
Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan-undangan yang
berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, serta pencatatan dan pelaporan
(Permenkes, 2014).
1) Perencanaan, dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan
farmasi perlu diperhatikan, pola penyakit, kemampuan masyarakat,
dan budaya masyarakat.
2) Pengadaan, untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengadaan persediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Penyimpanan, Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah.
Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Wadah baru. Wadah sekurang kurangnya memuat nama obat,
nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus
disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan
bahan. Penyimpanan obat di golongkan berdasarkan bentuk bahan
baku, seperti bahan padat, dipisahkan dari bahan yang cair atau

9
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
bahan yang setengah padat. Penyimpanan obat obat narkotika di
simpan dalam almari khusus sesuai dengan Permenkes No 4 tahun
2018. Penyimpanan tersebut dimaksudkan untuk menghindarkan
dari hal hal yang tidak diinginkan seperti penyalahgunaan obat-
obat narkotika (Sheina, 2010).
4) Administrasi. Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di
Apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi:
a) Administrasi umum: pencatatan, pengarsipan, pelaporan
narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b) Administrasi pelayanan: pengarsipan resep, pengarsipan
catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring
penggunaan obat
c) Prekursor adalah zat atau bahan pemula yang dapat digunakan
untuk pembuatan narkotika dan psikotropika, prekursor
tersebut berguna untuk Industri farmasi, pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan.

3. Prekursor Farmasi
a. Definisi Prekursor
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk
keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine,pseudoephedrine,
norephedrine/pheny lpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau
Potasium Permanganat (Permenkes, 2015). Prekursor adalah zat atau
bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pembuatan Narkotika dan Psikotropika (Permenkes, 2010)
b. Penggolongan Prekursor farmasi
Menurut peraturan menteri kesehatan nomer 44 tahun 2010
prekursor digolongakan menjadi:

10
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
1) Prekursor digolongkan dalam Prekursor Tabel I dan Prekursor
Tabel II.
2) Jenis Prekursor Tabel I dan jenis Prekursor Tabel II sebagaimana
tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
3) Penambahan dan perubahan jenis Prekursor Tabel I dan Tabel II
dalam Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait.
TABEL I
1) Acetic Anhydride.
2) N-Acetylanthranilic Acid.
3) Ephedrine.
4) Ergometrine.
5) Ergotamine.
6) Isosafrole.
7) Lysergic Acid.
8) 3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone.
9) Norephedrine.
10) 1-Phenyl-2-Propanone.
11) Piperonal.
12) Potassium Permanganat.
13) Pseudoephedrine.
14) Safrole.

TABEL II
1) Acetone.
2) Anthranilic Acid.
3) Ethyl Ether.
4) Hydrochloric Acid.
5) Methyl Ethyl Ketone.
6) Phenylacetic Acid.
7) Piperidine.

11
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
8) Sulphuric Acid.
9) Toluene.
c. Pengelolaan obat yang mengandung prekursor di Apotek
Pengelolaan obat yang mengandung prekursor farmasi di Apotek
harus memenuhi persyaratan yang di tetapkan oleh BPOM dalam
Peraturan Kepala Badan Pengawsan Obat dan Makanan RI No 40 tahun
2013 tentang pedoman pengelolaan prekursor farmasi dan obat yang
mendung prekursor farmasi. Dalam peraturan tersebut dijelaskan hal hal
sebagi berikut.
1) Pengadaan
Pengadaan dilakukan melalui jalur resmi dan mengikuti
peraturan perundang-undangan untuk menjamin kualitas pelayanan
kefarmasian yang baik (Permenkes, 2014). Pengadaan untuk prekursor
farmasi diatur tersendiri oleh pemerintah dalam Peraturan Kepala
BPOM No 40 tahun 2013. Peraturan tersebut menyatakan bahwa untuk
melakukan pengadaan obat yang mengandung prekursor farmasi di
Apotek maka Apotek harus memenuhi peraturan sebagai berikut :
a) Pengadaan obat mengandung Prekursor Farmasi harus berdasarkan
Surat Pesanan (SP).
b) SP harus dibuat :
1) Asli dan dibuat tindasan sebagai arsip.
2) Ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab
Apotek/Apoteker Pendamping dengan mencantumkan nama
lengkap dan nomor SIPA, nomor dan tanggal SP, dan kejelasan
identitas pemesan (antara lain nama dan alamat jelas, nomor
telepon/faksimili, nomor ijin, dan stempel).
3) Mencantumkan nama dan alamat Industri Farmasi/Pedagang
Besar Farmasi (PBF) tujuan pemesanan; Pemesanan antar
apotek diperbolehkan dalam keadaan mendesak misalnya
pemesanan sejumlah obat yang dibutuhkan untuk memenuhi
kekurangan jumlah obat yang diresepkan.

12
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
4) Mencantumkan nama obat mengandung Prekursor Farmasi,
jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan.
5) Diberi nomor urut tercetak dan tanggal dengan penulisan yang
jelas atau cara lain yang dapat tertelusur.
6) Khusus untuk pesanan obat mengandung Prekursor Farmasi
dibuat terpisah dari surat pesanan obat lainnya dan jumlah
pesanan ditulis dalam bentuk angka dan huruf.
7) Apabila pemesanan dilakukan melalui telepon (harus
menyebutkan nama penelpon yang berwenang), faksimili,
email maka surat pesanan asli harus diberikan pada saat serah
terima barang, kecuali untuk daerah-daerah tertentu dengan
kondisi geografis yang sulit transportasi dimana pengiriman
menggunakan jasa ekspedisi, maka surat pesanan asli
dikirimkan tersendiri.
c) Apotek yang tergabung di dalam satu grup, masing-masing Apotek
harus membuat SP sesuai kebutuhan kepada Industri Farmasi/PBF.
d) Apabila SP tidak dapat digunakan, maka SP yang tidak
digunakantersebut harus tetap diarsipkan dengan diberi tanda
pembatalan yang jelas.
e) Apabila SP Apotek tidak bisa dilayani, Apotek harus meminta
surat penolakan pesanan dari Industri Farmasi/PBF.
f) Pada saat penerimaan obat mengandung Prekursor Farmasi, harus
dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik obat dengan faktur
penjualan dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) yang meliputi:
1) Kebenaran nama produsen, nama Prekursor Farmasi/obat
mengandung Prekursor Farmasi, jumlah, bentuk dan kekuatan
sediaan, isi dan jenis kemasan.
2) Nomor bets dan tanggal daluwarsa.
3) Apabila butir a, b dan/atau kondisi kemasan termasuk segel dan
penandaan rusak, terlepas, terbuka dan tidak sesuai dengan SP,
maka obat tersebut harus dikembalikan kepada pengirim
disertai dengan bukti retur/surat pengembalian dan salinan

13
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
faktur penjualan serta dilengkapi nota kredit dari Industri
Farmasi/PBF pengirim.
g) Setelah dilakukan pemeriksan diatas, Apoteker Penanggung Jawab
atau tenaga teknis kefarmasian wajib menandatangani faktur
penjualan dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) dengan
mencantumkan nama lengkap, nomor SIPA / SIKTTK dan stempel
Apotek.
2) Penyimpanan
Peraturan kepala BPOM No 40 tahun 2013, menyebutkan
bahwa obat yang mengandung prekursor farmasi di Apotek harus
disimpan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Obat mengandung Prekursor Farmasi disimpan di tempat yang
aman berdasarkan analisis risiko masing-masing Apotek.
b) Apabila memiliki obat mengandung Prekursor Farmasi yang
disimpan tidak dalam wadah asli, maka wadah harus dilengkapi
dengan identitas obat meliputi nama, jumlah, bentuk dan kekuatan
sediaan, isi danjenis kemasan, nomor batch, tanggal kadaluwarsa,
dan nama produsen.
c) Memisahkan dan menyimpan dengan aman obat mengandung
Prekursor Farmasi yang Rusak, Kadaluwarsa, dan Izin edar
dibatalkan sebelum dimusnahkan atau dikembalikan kepada
Industri Farmasi/PBF.
d) Melakukan stock opname secara berkala sekurang-kurangnya 6
(enam) bulan sekali.
e) Melakukan investigasi adanya selisih stok dengan fisik saat stock
opname dan mendokumentasikan hasil investigasi.
3) Penyerahan
Penyerahan merupakan suatu kegiatan memberikan obat
mengandung prekursor farmasi antar fasilitas pelayanan kefarmasian
ataupun kepada pasien untuk pelayanan kesehatan. Peraturan kepala
BPOM No 40 tahun 2013 menyatakan bahwa, penyerahan obat yang

14
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
mengandung prekursor farmasi di Apotek dapat dilakukan dengan
memperhatian hal-hal sebagai berikut :
a) Penyerahan obat mengandung Prekursor Farmasi harus
memperhatikan kewajaran jumlah yang diserahkan sesuai
kebutuhan terapi.
b) Penyerahan obat mengandung Prekursor Farmasi diluar kewajaran
harus dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek atau
Apoteker Pendamping.
c) Pendamping setelah dilakukan screening terhadap permintaan obat.
d) Hal-hal yang harus diwaspadai dalam melayani pembelian
obatmengandung Prekursor Farmasi:
1) Pembelian dalam jumlah besar, misalnya oleh Medical
Representative/Sales dari Industri Farmasi atau PBF.
2) Pembelian secara berulang-ulang dengan frekuensi yang tidak
wajar.
4) Penarikan Kembali Obat (Recall)
Apotek wajib melakukan penarikan kembali obat (recall)
sesuai pemberitahuan dari pemilik izin edar.
5) Pemusnahan
Pemusnahan narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi
harus dilakukan dengan tidak mencemari lingkungan, serta tidak
membahayakan kesehatan masyarakat. Alur pemusnahan narkotika,
psikotropika dan prekursor farmasi menururut permenkes No 3 tahun
2015 adalah sebagai berikut.
a) Penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas
pelayanan kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik
perorangan menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan
saksi kepada:
1. Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan
Makanan, bagi Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat.
2. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas
Obat dan Makanan setempat, bagi Importir, Industri Farmasi,

15
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
PBF, Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi
Pemerintah Provinsi.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi
Farmasi Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat.
b) Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan,
Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan
Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menetapkan petugas di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan
sesuai dengan surat permohonan sebagai saksi.
c) Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan.
d) Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan
baku, produk antara, dan produk ruahan harus dilakukan sampling
untuk kepentingan pengujian oleh petugas yang berwenang
sebelum dilakukan pemusnahan.
e) Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat
jadi harus dilakukan pemastian kebenaran secara organoleptis oleh
saksi sebelum dilakukan pemusnahan.
Pemusnahan prekursor farmasi atau obat yang mengandung
prekursor farmasi di Apotek telah diatur dalam peraturan kepala
BPOM No 40 tahun 2013. Pemusnahan prekursor tersebut dilakukan
dengan ketentuan sebagi berikut.
a) Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat mengandung prekursor
farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
b) Harus tersedia daftar inventaris obat mengandung prekursor
farmasi yang akan dimusnahkan mencakup nama produsen, bentuk
dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, jumlah, nomor batch,
dan tanggal kadaluwarsa.
c) Pelaksanaan pemusnahan harus dibuat dengan memperhatikan
pencegahan diversi dan pencemaran lingkungan. Kegiatan
pemusnahan ini dilakukan oleh penanggung jawab apotek dan

16
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
disaksikan oleh petugas Balai Besar/Balai POM dan/atau Dinas
Kesehatan Kab/Kota setempat. Kegiatan ini didokumentasikan
dalam Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh pelaku
dan saksi.
d) Berita Acara Pemusnahan yang menggunakan pihak ketiga harus
ditandatangani juga oleh saksi dari pihak ketiga.
6) Pencatatan dan Pelaporan
a) Pencatatan dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan mulai
dari pengadaan, penyimpanan, penyerahan, penarikan kembali obat
(recall), dan pemusnahan secara tertib dan akurat serta disahkan
oleh Apoteker Penanggung Jawab.
b) Catatan sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis
kemasan.
b. Nomor batch, tanggal kadaluwarsa, dan nama produsen
Jumlah yang diterima, diserahkan, dan sisa persediaan, Tujuan
penyerahan.
c) Apoteker Penanggung Jawab Apotek wajib membuat dan
menyimpan catatan serta mengirimkan laporan pemasukan dan
pengeluaran obat mengandung Prekursor Farmasi seperti Efedrin
dan Pseudoefedrin dalam bentuk sediaan tablet / kapsul / kaplet /
injeksi.
d) Laporan yang harus dibuat oleh Apotek meliputi:
a. Laporan pemasukan dan pengeluaran obat mengandung
Prekursor Farmasi berupa Efedrin dan Pseudoefedrin dalam
bentuk sediaan tablet/kapsul/kaplet/injeksi.
b. Laporan kehilangan.
c. Laporan pemusnahan obat mengandung Prekursor Farmasi.
e) Pelaporan pada dikirimkan kepada Badan POM cq. Direktorat
Pengawasan Napza dengan tembusan ke Balai Besar/Balai POM.

17
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
f) Setiap Apotek wajib menyimpan dokumen dan informasi seluruh
kegiatan terkait pengelolaan obat mengandung Prekursor Farmasi
dengan tertib, akurat dan tertelusur.
g) Dokumentasi meliputi:
1) Pengadaan
2) Penyimpanan
3) Penyerahan
4) Penanganan obat kembalian
5) Pemusnahan dan
6) Pencatatan dan Pelaporan
h) Dokumen pengadaan meliputi SP, faktur pembelian, SPB, bukti
retur,nota kredit dari Industri Farmasi/PBF/Apotek pengirim,
wajibdiarsipkan menjadi satu berdasarkan nomor urut atau
tanggalpenerimaan barang dan terpisah dari dokumen obat lain.
i) Dokumentasi selain berbentuk manual dapat juga dilakukan
secarasistem elektronik yang tervalidasi harus mudah ditampilkan
dan ditelusuri pada saat diperlukan. Apabila memiliki dokumentasi
dalam bentuk manual dan elektronik, data manual harus sesuai
dengan data elektronik.
j) Apabila dokumentasi hanya dilakukan secara system elektronik,
harus tersedia Standar Prosedur Operasional terkait penanganan
system tersebut jika tidak berfungsi.
4. Tenaga Kefarmasian
a. Definisi tenaga kefarmasian
Menurut Permenkes No 889 tahun 2011 tentang registrasi, izin
praktek, dan izin kerja tenaga kefarmasian. Tenaga kefarmasian
adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri
atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga
Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,

18
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker (Permenkes, 2011).
b. Peran Apoteker
Peran seorang apoteker dalam melakukakan pelayanan
kefarmasian menurut peraturan mentri kesehatan no 35 tahun 2014
adalah sebagai berikut :
1) Pemberi pelayanan
Apoteker sebagai pemberi pelayanan kefarmasian harus
dapat berinteraksi dengan pasien. Harus melakukakan pelayanan
kesehatan secara terintegritas dan berkesinambungan.
2) Pengelola
Seorang apoteker harus mampu mengelola sumber daya
yang ada baik manusia, anggaran, fisik dan informasi secara efektif
dan efisien. Apoteker juga harus mampu mengusai teknologi dan
komunikasi serta dapat berbagi pengetahuan mengenai pengobatan
3) Komunikator
Seorang apoteker harus mampu berkomunikasi dengan baik
pada pasien maupun dengan tenaga kesehatan lainya yang
berkaitan dengan terapi pasien.
4) Pengambil keputusan
Apoteker harus dapat mengambil keputusan dan
menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien.
5) Pemimpin
Apoteker diharapkan dapat menjadi pemimpin yang dapat
mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta dapat
mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
6) Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus mampu untuk terus meningkatkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan profesi melalui pendidikan
bekelanjutan yang dilakukan selama hidupnya.

19
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018
7) Peneliti
Seorang apoteker dituntut untuk selalu menerapkan prinsip
ilmiah dalam menggali suatu informasi sediaan farmasi dan
pelayanan kefarmasian serta memanfaatkanya dalam pelayanan
kefarmasian.

20
Tingkat Pengetahuan Tenaga...Tati Apri Lina, Fakultas Farmasi Ump, 2018

Anda mungkin juga menyukai