Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pendahuluan

Kebutuhan Dasar manusia


Kebutuhan Oksigenasi

Disusun Oleh:
Putri Khunaezah
NIM 071202081

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
A. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia Gangguan Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
(Andarmoyo, sulistyo, 2012). Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat)
yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal. Terapi
oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi.
Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat
dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium
(Potter & Perry, 2006).
2. Anatomi Pernapasan
a. Hidung
Hidung terdiri dari hidung eksterna dan rongga hidung di belakang hidung
eksterna. Hidung eksterna terdiri dari tulang kartilago sebelah bawah dan tulang
hidung di sebelah atas ditutupi bagian luarnya dengan kulit dan pada bagian dalamnya
dengan membran mukosa.Rongga hidung memanjang memanjang dari nostril pada
bagian depan ke apertura posterior hidng, yang keluar ke nasofaring bagian
belakang.Septum nasalis memisahkan kedua rongga hidung. Septum nasalis
merupakan struktur tipis yang terdiri dari tulang kartigo, biasanya membengkok ke
satu sisi atau salah satu sisi yang lain, dan keduanya dilapisi oleh membran mukosa.
Dinding Lateral dari rongga hidung sebagian dibentuk oleh maksila, palatum dan os
sphenoid.Konka superior, Inferior dan media (turbinasi hidung) merupakan tiga buah
tulang yang melengkung lembut melekat pada dinding lateral dan menonjol ke dalam
rongga hidung. Ketiga tulang tersebut tertutup oleh membran mukosa. Sinus
paranasal merupakan ruang pada tulang kranial yang berhubungan melalui ostium ke
dalam rongga hidung. Sinus tersebut ditutupi oleh membran mukosa yang berlanjut
dengan rongga hidung. Ostium ke dalam rongga hidung. Lubang hidung, sinus
sphenoid, diatas konkha superior.
b. Faring,
Faring atau tenggorok merupakan struktur sperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletk dalam langit-
langit nasofaring . Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus
respiration dan digestif (Brunner & Suddarth. 2002)
c. Laring
Laring merupakan pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yamg
dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum . Sebelah atas pintu
masuk laring membentuk tepi epiglottis, lipatan dari epiglottis ariteroid dan piat
intararitenoid, dan sebelah tepi bawah kartilago krikoid. Fugsi laring sebagai
vokalalisasi yang menilabtaknsistem pernapasan yang meliputi pusat khusus
pengaturan bicara dalam kortek serebri, pusat respirasi di dalam batang otak,
artikulasi serta resonansi dari mulut dan rongga hidung
d. Trakea
Trakea adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang-
tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak di antara vertebrae servikalis
VI sampai ke tepi bawah ketilago krikoidea vertebra torakalis V. Panjangnya kira-kira
13 cm dan diameter 2,5 cm dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding fibroealitis
yang tertanam dalam balok-balok hialin yang mempertahankan trakea tetap terbuka.
e. Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan
dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah kearah
tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang 2, kiri dan kanan yang
dibatasi oleh garis pembatas.
f. Pulmo (Paru-paru)
Pulmo atau paru merupakan salah satu organ pernapasan yang berada didalam
kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru sangat
lunak, elastic, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung di dalam
air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena partikel-partikel
debu yang masuk termakan oleh fagosit. Fungsi utama paru-paru adalah untuk
pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-
paru ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara
atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh
(ekspirasi). ( Syafudin, 2011)
3. Fisiologi Pernafasan
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi dan difusi( Potter
& Perry, 2006).
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar paru-
paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan throak yang elastic dan
persarafan yang utuh. Otot pernapasan yang utama adalah diagfragma(Potter & Perry,
2006). Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru,
jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi kare.na adanya
perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada tekanan
atmofer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
1. Kerja Pernapasan
Pernafasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat
paru berkontraksi. Kerja pernafasan ditentkan oleh tingkat kompliansi paru,
tahanan jalan nafas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan penggunaan otot-otot
bantu pernafasan.
Kompliansi menurun pada penyakit, seperti edema pulmonar, interstisial, fibrosis
pleura, dan kelainan struktur traumatic, atau congenital seperti kifosis atau fraktur
iga.
Tahanan jalan nafas dapat mengalami peningkatan akibat obstruksi jalan nafas,
penyakit di jalan nafas kecil (seperti asma), dan edema trakeal. Jika tahanan
meningkat, jumlah udara, jumlah udara yang melalui jalan nafas anatomis
menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif normal yang bergantung pada
property recoil elastic dan membutuhkan sedikit kerja otot atau tidak sama sekali
Volume Paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonary. Spirometer
mengukur volume paru yang memasuki atau yang meninggalkan paru-paru.
Variasi volume paru dapat dihubungkan dengan status kesehatan, seperti
kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif. Jumlah
surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot bantu pernafasan mempengaruhi
tekanan dan volume di dalam paru-paru.
2. Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan. Tekanan
intrapleura bersifat negative atau kurang dari tekanan atmosfer yakni 760 mmHg
pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam paru-paru, maka tekanan
intrapleura harus lebih negative dengan gradient tekanan antara atmosfer dan
alveoli
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang mengalir
dalam arteri pulmonaris dri ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru
bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida
di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi
paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau
tekanan darah sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi kedaerah degan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di
membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipegaruhi oleh ketebalan
membrane(Potter & Perry, 2006).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi
Keadekuatan sirkulasi, ventelasi, perfusi, dan transport gas – gas pernapasan kejaringan
dipengaruhi oleh empat tipe factor :
a. Faktor fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter & Perry, 2006)

PROSES PENGARUH PADA OKSIGENASI

Anemia Menurunkan kapasitas darah yang


membawa oksigen

Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang


membawa oksigen

Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang


diinspirasi ke alveoli

Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen


inspirator karena konsentasi oksigen
atmosfer yang lebih rendah.

Demam Meningkatkan frekuensi metabolism dan


kebutuhan oksigen di jaringan.

Penurunan pergerakan dinding dada Mencegah penurunan diafragma dan


(kerusakan muskulo) menurunkan diameter anteroposterior
thoraks pada saat inspirasi, menurunkan
volume udara yang diinspirasi.

Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :


1. Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus maka
uterus yanb berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke atas diagfragma.

2. Obesitas
Klien yang obese mengalami penurunan volume paru. Hal ini dikarenakan thorak
dan abdomen bagian bawah yang berat.
3. Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan oksigenasi.
4. Konfigurasi structural yang abnormal
5. Trauma
6. Penyakit otot
7. Penyakit system persarafan
8. Perubahan system saraf pusat
9. Pengaruh penyakit kronis.
10. Faktor Perkembangan
1. Bayi Prematur
Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang diduga
disebabkan defisiensi surfaktan.
2. Bayi dan Todler
Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok.
Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang
kongesti nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan
potensi terjadinya ISPA. ISPA yang sering doalami adalah nasofaringitis,
faringitis, influenza, dan tonsillitis.
3. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan factor-
faktor resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan merokok.
4. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak
factor resiko kerdiopulmonar seperti diet yang tidak sehat, kurang latihan
fisik, obat-obatan.

5. Lansia
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan
dengan osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta. Otot – otot
pernapasan melemah dan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.
b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara. Klien yang
mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernafasan. Kondisi ini
menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
2. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan oksigen.
Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, memampukan individu untuk
mengatasi lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan karbondoksida.
3. Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, penyakit paru
obstrukti kronis, dan kanker paru.
4. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan menggganggu
oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki asupan nutrisi yang
buruk.Kondisi ini menyebabkan penurunan asupan makanan kaya gizi yang
kemudian menyebabkan penurunan prosuksi hemoglobin.
c. Faktor Lingkungan
Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat kerja dan
berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
a. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan laju
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat(Potter & Perry,
2006).

5. Patofisologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).

Invasi Clostridium
Tetani Trauma

Fraktur tulang rangka mutiple


Pelepasan
tetanuspasmik
dan tetanolisin Fail Chest

Px mengalami pernapasan
paradoksal
Rigiditas
otot

Gangguan Oksigenasi

Penurunan ekspansi
dada Penurunan kadar oksigen
yang diinspirasi, penurunan
kadar hemoglobin dan
ketidakmampuan jaringan
untuk mengambil oksigen

RR meningkat, , Hipoksia
penggunaan otot bantu
pernafasan
Peningkatan Frekuensi
Dipsnea
dan kedalaman
pernapasan

Ketidakefektipan
pola nafas

6. Perubahan Fungsi Pernapasan


Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-kondisi yang
mempengaruhi ventelasi dan transport oksigen.
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi meerupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebihan yang dibutuhkan
untuk mengeleminasi kerbondioksida normal di vena yang diproduksi melalui
metabolism seluler. Hieprventilasi bisa disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-
obatan, ketidakseimbangan asam-basadan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus
paru atau syok. Hiperventilasi juag dapat ketika tubuh berusaha mengompensasi
asidosis metabolic dengan memproduksi alkalosis repiratorik. Tanda dan gejala
hiperventilasi adlaah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, pusing, disorientasi, tinnitus
dan penglihatan yang kabur.
b. Hipoventilaasi
Tertjai ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Tanda dan gejala hipoventilasi
adalah pusing, nyeri kepala, letargi, disorientasi, koma dan henti jantung. Terapi
umtuk penanangan hiperventilasi dan hipoventilasi dimulai dengan mengobati
penyebab yang mendasaro gangguan tersebut, kemudian ditingkatkan oksigenasi
jaringan, perbaikan fungsi ventilasi, dan upaya keseimbangan asam basa.
c. Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi yang tidak adekuat pada tingkat jaringan Kondisi ini
terjadi akibat defesiensi pengahantaran oksigen atau penggunaan oksigen diseluler.
Hipoksia disebabkan oleh penuruanan kadar hemoglobin dan penuruna kapasitas
darah yang membawa oksigen, penuruan konsentrasi oksigen yang diinspirasi,
ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah seperti terjadi pada
kasus keracunan sianida. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti
terjadi pada pada kasus
Pneumonia, perfusi darah yang mengandung oksigen jaringan yang buruk, sperti pada
syok dan keruskan vemtilasi. Tanda dan gejala hipoksia termsuk rasa cemas, gelisah,
tidak mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, pusing perubahan prilaku,
pucat dan sianosis.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Saat melakukan inspeksi perawat melakukan oservasi dari ujung kepala sampai kaki
klien untuk mengkaji kulit dan warna membarn mukosa, penampilan umum, tingkat
kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan dan gerakan dinding dada.
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan jumlah
kerja thorak, daearah nyeri, tekan dapat diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi
taktil fremitis, getaran dada, angkatan dada dan titik impuls maksimal.
c. Perkusi
Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya
udara, cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut.
d. Auskultasi
Penggunaan auskultasi memampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan
jantung yang normal maupun yang tidak normal.

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram ( EKG ) menghasilkan rekaman grfaik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
c. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigenasi.
d. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
e. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
f. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
6. Tindakan Penanganan
a. Penatalaksanaan medis
1. Pemantauan Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal:
nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisoterapi dada
b.      Penatalaksanaan keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pengisapan lendir
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien ( semi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Pengisapan lender
7. Komplikasi
a. Penurunan Kesadaran
b. Hipoksia
c. Cemas dan gelisah
8. Diagnosa Keperawatan
D.0005 Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan proses penyakit
D.0056 Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
D.0008 Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

9. Rencana Keperawatan
N
SDKI SLKI SIKI
O
1 D.0005 Pola Napas Tidak Efektif L.01004 Pola Napas I.01002 Dukungan
Definisi : Inspirasi dan/atau Definisi : Inspirasi Ventilasi
ekspirasi yang tidak memberikan dan/atau ekspirasai yang Definisi : Memfasilitasi
ventilasi adekuat memberikan ventilasi dalam mempertahankan
Penyebab : adekuat pernapasan spontan untuk
- Proses penyakit Setelah dilakukan memaksimalkan
- Penurunan energi tindakan keperawatan pertukaran gas di paru-
Gejala dan tanda mayor selama ...x 24 jam paru.
Subyektif : diharapkan status Aktivitas-aktivitas :
- Dispnea aktivitas pasien Observasi
Obyektif : meningkat dengan 1. Identifikasi adanya
- Fase ekspirasi memanjang kriteria hasil capaian: kelelahan otot bantu
Gejala dan tanda minor 1. Ortopnea dari skala napas
Subyektif : 2 (sukup meningkat) 2. Identifikasi efek
- Ortopnea diturunkan ke skala perubahan posisi
Obyektif : 4 (cukup menurun) terhadap status
- Pernapasan cuping hidung 2. Pernapasan cuping pernafasan
hidung dari skala 2 3. Monitor status
(sukup meningkat) respirasi dan
diturunkan ke skala oksigenasi
4 (cukup menurun) Terapeutik
3. Frekuensi napas dari 1. Pertahankan
skala 2 (cukup kepatenan jalan
memburuk) napas
diturunkan ke skala 2. Berikan posisi semi
4 (cukup membaik) fowler/fowler
3. Fasilitasi mengubah
posisi senyaman
mungkin
4. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
(nasal kanul)
Edukasi
1. Ajarkan teknik
relaksasi napas dalam
2. Ajarkan mengubah
posisi secara mandiri

I.01019 Pengaturan
Posisi
Definisi : Menempatkan
bagian tubuh untuk
meningkatkan kesehatan
fisiologis dan/atau
psikologis.
Aktivitas-aktivitas :
Observasi
1. Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik
1. Atur posisi untuk
mengurangi sesak
(misal semi fowler)
2. Tempatkan objek
yang sering
digunakan dekat
pasien
3. Berikan bantal yang
tepat pada leher
4. Motivasi terlibat
dalam perubahan
posisi
Edukasi
1. Informasikan saat
akan dilakukan
perubahan posisi
2 D. 0056 Intoleransi Aktivitas L.13118 Konservasi I.05186 Terapi Aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energi Energi Definisi : Menggunakan
untuk melakukan aktivitas sehari- Definisi : kemampuan aktivitas fisik, kognitif,
hari maenggunakan energi sosial, dan spiritual
Penyebab : secara efektif dan tertentu untuk
– Ketidakseimbangan antara efisien memulihkan keterlibatan
suplai dan kebutuhan Setelah dilakukan frekuensi, atau durasi
oksigen tindakan keperawatan aktivitas individu atau
– Kelemahan selama ...x 24 jam kelompok
Gejala dan tanda mayor diharapkan status Aktivitas-aktivitas :
– Mengeluh lelah aktivitas pasien Observasi
– Frekuensi jantung meningkat dengan 1. Identifikasi defisit
meningkat >20% dari kriteria hasil capaian: tingkat aktivitas
kondisi istirahat 1. Aktivitas fisik yang tertentu
Gejala dan tanda minor direkomendasikan 2. Identifikasi
Subjektif : dari skala 2 (cukup kemampuan
– Dispnea saat/setelah menurun) berpartisipasi dalam
aktivitas ditingkatkan aktivitas tertentu
– Merasa tidak nyaman menjadi skala 4 Terapeutik
setelah beraktivitas (cukup meningkat) 1. Fasilitasi fokus pada
Objektif 2. Pembatasan kemampuan, bukan
Tekanan darah berubah >20% dari aktivitas dari skala defisit yang dialami
kondisi istirahat 2 (cukup menurun) 2. Fasilitasii memilih
Kondisi klinis terkait ditingkatkan aktivitas dan tetapkan
– Penyakit jantung koroner menjadi skala 4 tujuan aktivitas yang
– Anemia (cukup meningkat) konsisten sesuai
– PPOK 3. Aktivitas yang kemampuan fisik,
tepat dari skala 2 psikologis, dan sosial
(cukup menurun) 3. Fasilitasi aktivitas fisik
ditingkatkan rutin (misalnya
menjadi skala 4 ambulasi, mobilisasi
(cukup meningkat) dan perawatan diri)
L.05047 Toleransi sesuai kebutuhan
Aktivitas 4. Libatkan keluarga
Definisi : Respon dalam melakukan
fisiologis terhadap aktivitas, jika perlu
aktivitas yang fasilitasi pasien dan
membutuhkan tenaga. keluarga memantau
Setelah dilakukan kemajuannya sendiri
tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
selama ...x 24 jam Edukasi
diharapkan status 1. Ajarkan metode
aktivitas pasien aktivitas fisik sehari-
meningkat dengan hari, jika perlu
kriteria hasil capaian: 2. Ajarkan cara
1. Saturasi oksigen melakukan aktivitas
dari skala 2 (cukup yang dipilih
menurun) 3. Anjurkan melakukan
ditingkatkan aktivitas fisik, sosial,
menjadi skala 4 spiritual, dan kognitif
(cukup meningkat) dalam emnjaga fungsi
2. Kemudahan dalam dan kesehatan
melakukan kolaborasi dengan
aktivitas sehari-hari terapis okupasi dalam
dari skala 2 (cukup merencanakan dan
menurun) memonitor origram
ditingkatkan aktivitas jika sesuai
menjadi skala 4
(cukup meningkat) I.05178 Manajemen
3. Keluhan lelah dari Energi
skala 2 (cukup Definisi :
menurun) Mengidentifikasi dan
ditingkatkan mengelola penggunaan
menjadi skala 4 energi untuk mengatasi
(cukup meningkat) atau mencegah kelelahan
4. Dispnea saat dan mengoptimalkan
aktivitas dari skala proses pemulihan
2 (cukup menurun) Aktivitas-aktvitas :
ditingkatkan Observasi
menjadi skala 4 1. Monitor kelelahan fisik
(cukup meningkat) dan emosional
5. Dispnea setelah 2. Monitor lokasi dan
aktivitas dari skala ketidaknyamanan
2 (cukup menurun) selama melakukan
ditingkatkan aktivitas
menjadi skala 4 Terapeutik
(cukup meningkat) 1. Lakukan rentang gerak
6. Tekanan darah dari pasif dan/ atau aktif
skala 2 (cukup 2. Anjurkan melakukan
menurun) aktivitas secara
ditingkatkan bertahap
menjadi skala 4 Edukasi
(cukup meningkat) 1. Ajarkan strategi
7. Frekuensi nafas koping untuk
dari skala 2 (cukup mengurangi kelelahan
menurun)
ditingkatkan I.06198 Pemantauan
menjadi skala 4 Tanda Vital
(cukup meningkat) Definisi : mengumpulkan
dan menganalisis data
hasil pengukuran fungsi
vital kardiovaskuler,
pernapasan dan suhu
tubuh
Aktivitas-aktivitas :
Observasi
1. Monitor tekanan
darah
2. Monitor pernafasan
(frekuensi,
kedalaman)
3. Identifikasi penyebab
perubahan tanda vital
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
3 D.0008 Penurunan Curah L.02008 Curah I.02075 Perawatan
Jantung Jantung Jantung
Definisi : Ketidakadekuatan Definisi : Keadekuatan Definisi :
jantung memompa darah untuk jantung memompa Mengidentifikasi,
memenuhi kebutuhan metabolisme darah untuk memenuhi merawat dan membatasi
tubuh kebutuhan metabolisme komplikasi akibat
Penyebab : tubuh ketidakseimbangan antara
- Perubahan kontraktilitas Setelah dilakukan suplai dan konsumsi
jantung tindakan keperawatan oksigen miokard.
Gejala dan tanda mayor selama ...x 24 jam Aktivitas-aktivitas :
Subyektif : diharapkan status Observasi
- Perubahan kontraktilitas aktivitas pasien 1. Identifikasi
- Perubahan afterload meningkat dengan tanda/gejala
Obyektif : kriteria hasil capaian: penurunan curah
- Kulit pucat 1. Lelah dari skala 2 jantung
- Akral dingin (cukup meningkat) 2. Monitor TTV, EKG,
Gejala dan tanda minor diturunkan ke skala nilai laboratorium
Obyektif : 4 (cukup menurun) jantung
- Cardiac index menurun 2. Dispnea dari skala Terapeutik
2 (cukup 1. Posisikan pasien
meningkat) fowler/semi fowler
diturunkan ke skala 2. Berikan diet jantung
4 (cukup menurun) yang sesuai (mis:
3. Pucat dari skala 2 batasi asupan kafein,
(cukup meningkat) natrium, dll)
diturunkan ke skala 3. Berikan terapi
4 (cukup menurun) relaksasi untuk
mengurangi
stres/cemas
4. Beri dukungan
emosional, spiritual
5. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
Edukasi
1. Anjurkan aktivitas
fisik seusai toleransi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian antiaritmia
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America :


Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification. United
States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-
2011. Jakarta : EGC.
Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :EGC.
Brunner & Suddart (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Munusia ( Oksigenasi ).Yogyakarta : Graha Ilmu
Syaifuddin.2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai