ASMATIKUS
ETIOLOGI
Mempermudah proliferasi
Perubahan
Gangguan ventilasi
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
hiperventilasi hipoventilasi
Bersihan jalan nafas Konsentrasi O2 dalam Konsentrasi CO2 dalam alveolus meningkat
tidak efektik alveolus menurun
Gangguan difusi
Gangguan pola tidur
Oksigenasi ke jaringan tidak memadai
Gangguan perfusi
- Pasien bertanya tentang penyakitnya Pola pernafasan tidak efektif Kerusakan pertukaran gas
Ansietas
d. Manifestasi klinik
Adapun manifestasi klinik yang ditimbulkan antara lain
mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk,
retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah,
anoreksia, sianosis dan gelisah.
e. Komplikasi
Adapun komplikasi yang timbul yaitu bronchitis berat,
emfisema, atelektasis. Pneumotorak dan bronkopneumonia.
f. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk penyakit asma tidak ada satu pemeriksaan yang akan
menguatkan diagnosa asma, namun demikian dapat juga dilakukan
beberapa pemeriksaan diagnostic yang biasa dilakukan antara lain :
1) Pemeriksaan radiologi
a) Foto rontgen
Foto rontgen dilakukan pada dada (thorax foto) untuk
membantu diagnosis, mendapatkan kelainan pada paru.
b) Foto sinus paranalisis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya
sinusitis.
2) Analisa gas darah
Tujuannya untuk mengkaji status oksigenasi pasien (PaO2), ventilasi
alveolar (PaCO2) dan juga menilai keseimbangan asam basa.
3) Pulse oximetry
Pulse oximetry adalah pemeriksaan non infasif yang menilai
bagaimana saturasi hemoglobin pasien dengan oksigen di nilai
dalam prosentase dengan nilai normal 90 sampai 100 %. Pulse
oximetry sangat berguna bagi monitoring oksigenasi pasien.
4) Pemeriksaan alergi (Radio allergosorttient test)
Merupakan suatu pemeriksaan untuk menentukan kuantitas
immunoglobulin E allergen-spesifik. Pada tindakan ini allergen
secara kimiawi diikat dengan pembawa partikel dan hasil
konyunat yang bereaksi dengan serum yang diduga mengandung
IgE spesifik. Jika IgE sudah terikat ia akan bereaksi dan mengikat
IgE antimanusia berlabel radioaktif membentuk suatu kompleks
radioaktif. Dengan menghitung radioaktif yang terikat, maka
dapat dihitung IgE spesifik yang ada.
5) Pemeriksaan fungsi paru (Spirometri)
Spirometri digunakan untuk mengukur kapasitas paru, volume
dan flow rate udara masuk ke paru-paru.
g. Penatalaksanaan Medis
1) Oksigen 4-6 liter/ menit
2) Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan
penurunan konsentrasi oksigen
3) Anti inflamasi (kortikosteroid) diberikan untuk menghambat
inflamasi jalan nafas
4) Antibiotika diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
5) Pemberian obat ekspektoran untuk menurunkan spasme bronkus
6) Bronkodilator untuk pengenceran dahak yang kental
7) Pemeriksaan foto thorak
8) Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan
pernafasan dapat segera tertolong
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan
(Gaffar,1999). Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan,
pengelompokan dan penganalisaan data. Pada pengmpulan data akan
diperoleh data antara lain :
1) Data subyektif
Data subyektif yaitu data yang diperoleh dari keterangan pasien
atau orang keluarga pasien. Pada pasien asma data subyektif yang
diperoleh diantaranya sesak nafas, batuk, nafsu makan menurun,
lemah, kelelahan dan gelisah
2) Data obyektif
Data obyektif yaitu data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik.
Pada pasien asma data obyektif yang diperoleh diantaranya
mengi/wheezing berulang, dada terasa tertekan atau sesak,
pernafasan cepat (takipnea), sianosis, nafas cuping hidung dan
retraksi otot dada.
Pengkajian kegawatdaruratan
a) Airway
Pada pasien dengan status asmatikus umumnya ditemukan adanya
penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan
penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini
memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan
oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh.
b) Breathing
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan
bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang
diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien
mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini
memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping
itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak
mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau
kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh
frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau adanya mengi.
c) Circulation
Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk
memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk
memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula
penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus
paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi ( APE )
kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai
atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat
menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.
d) Dissability
Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status
asmatikus mengalami penurunan kesadaran. Disamping itu pasien
yang masih dapat berespon hanya dapat mengeluarkan kalimat yang
terbata – bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat akibat
usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan
kelelahan . Namun pada penurunan kesadaran semua motorik sensorik
pasien unrespon.
e) Expossure
Setelah tindakan pemantauan airway, breathing, circulation, disability,
dan exposure dilakukan, maka tindakan selanjutnya yakni transportasi
ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang lebih intesif
f) Five intervensi
Pemeriksan penunjang meliputi : EKG, saturasi oksigen, urine, hasil
laboratorium, terapi medis serta tindakan lainnya yang dapat
memberikan hasil penunjang dalam pemberian asuhan keperawatan.
g) Give comfort
Meliputi tindakan pemberian rasa nyaman. Lakukan pengkajian
terhadap nyeri yang dirasakan pasien atau masalah lain yang
menyebabkan perasaan tidak nyaman pada pasien. Kaji perasaan nyeri
yang dirasakan oleh pasien meliputi kualitas, daerah, skala dan
intensitas nyeri. Bila pasien merasa mual kaji perasaan mual pasien,
disertai muntah atau tidak, intensitas dan faktor pemicu rasa mual
pasien. Bila pasien tidak nyaman karena cemas, minta pasien untuk
tenang, perhatikan adanya risiko cedera pada pasien dengan
kecemasan, kaji penyebab kecemasan pasien, berikan informasi yang
sesuai dengan keadaan pasien.
h) Histori
Kaji proses perjalanan penyakit pasien saat ini, tanda dan gejala yang
muncul dan dirasakan oleh klien, riwayat alergi, pengobatan
sebelumnya, riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya, serta
makanan yang terakhir dikonsumsi.
Lakukan pemeriksaan Head to Toe (dari kepala hingga ujung kuku),
meliputi inspeksi, palapasi, perkusi dan auskultasi.
i) Inspeksi Back/Posterior Surface
Meliputi pengkajian adanya jejas / trauma yang dapat menyebabkan
timbulnya sesak, adanya deformitas jaringan/tulang, tenderness,
krepitasi, dan laserasi.
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Muttagin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irma. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.