Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

ASMATIKUS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Konsep Status Asmatikus
a. Pengertian
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial yang
mempunyai ciri bronchospasme periodik (kontraksi spasme pada
saluran nafas). Asma merupakan penyakit yang kompleks yang dapat
diakibatkan oleh faktor biochemical, endokrin, infeksi, otonomik dan
psikologi.
Sedangkan status asmatikus serangan asma yang yang berat
dan berlangsung lebih lama dari pada biasanya serta tidak
memberikan respons terhadap terapi yang diberikan (Guyton, 2006)
b. Etiologi
Adapun faktor penyebab dari asma adalah faktor
infeksi dan non infeksi. Faktor infeksi misalnya virus, jamur,
parasit, dan bakteri. Sedangkan faktor non infeksi seperti
alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis.
c. Patofisiologi
Faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit,
allergen, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan
menimbulkan hiperreaktivitas broncus dalam saluran pernafasan
sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imunoglubulin E
(IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel
mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan
mengalami degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediator seperti
histamine dan bradikinin yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan
produksi mucus dan kontraksi otot polos bronkiolus.
Peningkatan produksi mucus akan mengakibatkan
sesak, batuk, mengi/wheezing, adanya sesak akan mengakibatkan
terjadinya anoreksi. Timbulnya edema mukosa, peningkatan
produksi mucus dan kontraksi otot polos bronkiolus akan
menyebabkan proliferasi sehingga terjadi sumbatan dan
konsulidasi pada jalan nafas mengakibatkan proses pertukaran O 2
dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi.
Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus
menyebabkan terjadinya peningkatan CO2 dalam alveolus
(hiperventilasi) akan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan
CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) sehingga paru-paru tidak dapat
memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu
membuang karbon dioksida, yang akan menyebabkan konsentrasi
O2 dalam alveolus menurun dan terjadi gangguan difusi,
mengakibatkan oksigenasi ke jaringan tidak memadai sehingga
terjadi gangguan perfusi yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia, hipoksia, serta terjadi kelelahan dan dada terasa
tertekan/sesak.
Hipoksemia dan hipoksia akan menimbulkan berbagai
manifestasi klinik seperti sianosis, takipnea, gelisah, nafas cuping
hidung dan retraksi dada. Ketidaktahuan untuk memahami gejala
yang dialami akan mengakibatkan kecemasan.
Pathway

ETIOLOGI

Faktor infeksi Faktof non infeksi


- Virus (respiratory synctitial) dan virus - Alergi
parainfluensa - Iritan
- Bakteri (pertusis dan stretococcus) - Cuaca
- Jamur (aspergillius) - Kegiatan jasmani
- Parasit (ascaris) - Psikis

Reaksi hiperreaktivitas broncus

Antibodi muncul (IgE)

Sel mast mengalami degranulasi

Mengeluarkan mediator (histamin dan bradikinin)

Peningkatan permeabilitas kapiler

Peningkatan Edema mukosa Kontraksi otot


produksi mukus polos bronkus

Mempermudah proliferasi

Anoreksia Batuk, Terjadi sumbatan dan


mengi/wheezing, daya konsolidasi
sesak

Perubahan
Gangguan ventilasi
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
hiperventilasi hipoventilasi

Bersihan jalan nafas Konsentrasi O2 dalam Konsentrasi CO2 dalam alveolus meningkat
tidak efektik alveolus menurun

Gangguan difusi
Gangguan pola tidur
Oksigenasi ke jaringan tidak memadai

Gangguan perfusi

Hipoksemia dan hipoksia


kelelahan Dada terasa
- Sianosis tertekan/sesak
- Takipnea Intoleransi aktivitas
- Gelisah
Nyeri
- Nafas cuping hidung
- Retraksi otot dada

- Pasien bertanya tentang penyakitnya Pola pernafasan tidak efektif Kerusakan pertukaran gas

- Cemas dan gelisah

Ansietas

d. Manifestasi klinik
Adapun manifestasi klinik yang ditimbulkan antara lain
mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk,
retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah,
anoreksia, sianosis dan gelisah.
e. Komplikasi
Adapun komplikasi yang timbul yaitu bronchitis berat,
emfisema, atelektasis. Pneumotorak dan bronkopneumonia.
f. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk penyakit asma tidak ada satu pemeriksaan yang akan
menguatkan diagnosa asma, namun demikian dapat juga dilakukan
beberapa pemeriksaan diagnostic yang biasa dilakukan antara lain :
1) Pemeriksaan radiologi
a) Foto rontgen
Foto rontgen dilakukan pada dada (thorax foto) untuk
membantu diagnosis, mendapatkan kelainan pada paru.
b) Foto sinus paranalisis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya
sinusitis.
2) Analisa gas darah
Tujuannya untuk mengkaji status oksigenasi pasien (PaO2), ventilasi
alveolar (PaCO2) dan juga menilai keseimbangan asam basa.
3) Pulse oximetry
Pulse oximetry adalah pemeriksaan non infasif yang menilai
bagaimana saturasi hemoglobin pasien dengan oksigen di nilai
dalam prosentase dengan nilai normal 90 sampai 100 %. Pulse
oximetry sangat berguna bagi monitoring oksigenasi pasien.
4) Pemeriksaan alergi (Radio allergosorttient test)
Merupakan suatu pemeriksaan untuk menentukan kuantitas
immunoglobulin E allergen-spesifik. Pada tindakan ini allergen
secara kimiawi diikat dengan pembawa partikel dan hasil
konyunat yang bereaksi dengan serum yang diduga mengandung
IgE spesifik. Jika IgE sudah terikat ia akan bereaksi dan mengikat
IgE antimanusia berlabel radioaktif membentuk suatu kompleks
radioaktif. Dengan menghitung radioaktif yang terikat, maka
dapat dihitung IgE spesifik yang ada.
5) Pemeriksaan fungsi paru (Spirometri)
Spirometri digunakan untuk mengukur kapasitas paru, volume
dan flow rate udara masuk ke paru-paru.
g. Penatalaksanaan Medis
1) Oksigen 4-6 liter/ menit
2) Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan
penurunan konsentrasi oksigen
3) Anti inflamasi (kortikosteroid) diberikan untuk menghambat
inflamasi jalan nafas
4) Antibiotika diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
5) Pemberian obat ekspektoran untuk menurunkan spasme bronkus
6) Bronkodilator untuk pengenceran dahak yang kental
7) Pemeriksaan foto thorak
8) Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan
pernafasan dapat segera tertolong
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan
(Gaffar,1999). Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan,
pengelompokan dan penganalisaan data. Pada pengmpulan data akan
diperoleh data antara lain :
1) Data subyektif
Data subyektif yaitu data yang diperoleh dari keterangan pasien
atau orang keluarga pasien. Pada pasien asma data subyektif yang
diperoleh diantaranya sesak nafas, batuk, nafsu makan menurun,
lemah, kelelahan dan gelisah
2) Data obyektif
Data obyektif yaitu data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik.
Pada pasien asma data obyektif yang diperoleh diantaranya
mengi/wheezing berulang, dada terasa tertekan atau sesak,
pernafasan cepat (takipnea), sianosis, nafas cuping hidung dan
retraksi otot dada.
Pengkajian kegawatdaruratan
a) Airway
Pada pasien dengan status asmatikus umumnya ditemukan adanya
penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan
penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini
memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan
oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh.
b) Breathing
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan
bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang
diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien
mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini
memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping
itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak
mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau
kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh
frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau adanya mengi.
c) Circulation
Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk
memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk
memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula
penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi. Pulsus
paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi ( APE )
kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai
atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat
menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.

d) Dissability
Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status
asmatikus mengalami penurunan kesadaran. Disamping itu pasien
yang masih dapat berespon hanya dapat mengeluarkan kalimat yang
terbata – bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat akibat
usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan
kelelahan . Namun pada penurunan kesadaran semua motorik sensorik
pasien unrespon.
e) Expossure
Setelah tindakan pemantauan airway, breathing, circulation, disability,
dan exposure dilakukan, maka tindakan selanjutnya yakni transportasi
ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang lebih intesif
f) Five intervensi
Pemeriksan penunjang meliputi : EKG, saturasi oksigen, urine, hasil
laboratorium, terapi medis serta tindakan lainnya yang dapat
memberikan hasil penunjang dalam pemberian asuhan keperawatan.
g) Give comfort
Meliputi tindakan pemberian rasa nyaman. Lakukan pengkajian
terhadap nyeri yang dirasakan pasien atau masalah lain yang
menyebabkan perasaan tidak nyaman pada pasien. Kaji perasaan nyeri
yang dirasakan oleh pasien meliputi kualitas, daerah, skala dan
intensitas nyeri. Bila pasien merasa mual kaji perasaan mual pasien,
disertai muntah atau tidak, intensitas dan faktor pemicu rasa mual
pasien. Bila pasien tidak nyaman karena cemas, minta pasien untuk
tenang, perhatikan adanya risiko cedera pada pasien dengan
kecemasan, kaji penyebab kecemasan pasien, berikan informasi yang
sesuai dengan keadaan pasien.
h) Histori
Kaji proses perjalanan penyakit pasien saat ini, tanda dan gejala yang
muncul dan dirasakan oleh klien, riwayat alergi, pengobatan
sebelumnya, riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya, serta
makanan yang terakhir dikonsumsi.
Lakukan pemeriksaan Head to Toe (dari kepala hingga ujung kuku),
meliputi inspeksi, palapasi, perkusi dan auskultasi.
i) Inspeksi Back/Posterior Surface
Meliputi pengkajian adanya jejas / trauma yang dapat menyebabkan
timbulnya sesak, adanya deformitas jaringan/tulang, tenderness,
krepitasi, dan laserasi.

b. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon


actual/potensial terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Dari
pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan yang
muncul seperti : (Carpenito, 1998 & Doenges, 1999).
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeabronkial.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar kapiler
3) Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan spasme/edema
bronkus, edema trakea.
4) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia sekunder akibat dyspnea
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder akibat gangguan pernafasan (sesak nafas).
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplay dengan kebutuhan O2, kelemahan umum.
7) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap
8) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya, prognosis dan pengobatan.
c. Perencanaan
Perencanaan merupakan preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Perencanaan diawali dengan memprioritaskan diagnosa
keperawatan berdasarkan berat ringannya masalah yang ditemukan
pada pasien. Rencana keperawatan yang dapat disusun berdasarkan
Doenges:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakeabronkial.
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif
Intervensi :
a) Observasi vital sign setiap 6 jam
Rasional : tanda-tanda vital merupakan indikator kesehatan
secara umum.
b) Observasi keadaan umum pasien
Rasional : mengetahui efektivitas perawatan dan perkembangan
pasien
c) Beri pasien posisi yang nyaman/semi fowler
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsi pernafasan dan untuk pengembangan paru-paru lebih
baik
d) Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : dengan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
diharapkan dapat mengeluarkan sekret/dahak yang kental
e) Lakukan tehnik clapping, vibrasi dan postural drainage 5-10
menit 4 x sehari
Rasional : dapat menghilangkan obstruksi jalan nafas dan
pengeluaran sekret yang berlebihan
f) Anjurkan untuk minum air hangat
Rasional : air hangat merupakan ekspektoran yang baik untuk
mengeluarkan secret
g) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan
Rasional : membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh,
sehingga paru-paru tidak terlalu berat untuk memenuhi
kebutuhan tubuh)
h) Kolaborasi dalam pemberian bronchodilator, mukolitik dan
therapy nebulizer
Rasional : bronchodilator merilekkan otot halus dan
menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas,
mukolitik dan nebulizer membantu mengencerkan dahak
i) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya :
mengi, ronchi, krekels
Rasional : obstruksi jalan nafas dapat dimanifestasikan dengan
bunyi nafas, mengi, krekels, ronchi
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolar kapiler
Tujuan : ventilasi dan pertukaran gas efektif
Intervensi :
a) Obsevasi keadaaan umum dan vital sign setiap 6 jam
Rasional : penurunan keadaan umum dan perubahan tanda vital
sign merupakan indikasi derajat keparahan dan status kesehatan
pasien.
b) Observasi frekwensi dan kedalaman pernafasan
Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan
dan kronisnya proses penyakit
c) Awasi tingkat kesadaran/status mental pasien
Rasional : gelisah dan ansietas manifestasi umum dari hipoksia,
AGD buruk disertai manifetasi umum bingung/somnolen
berhubungan dengan hipoksemia
d) Observasi tanda syanosis
Rasional : syanosis merupakan tanda akibat dari hipoksia dan
hipoksemia
e) Beri pasien posisi yang nyaman/semi fowler
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsi pernafasan dan untuk pengembangan paru-paru lebih
baik
f) Kolaborasi dalam pemberian O2 dan pantau AGD
Rasional : O2 dapat memperbaiki dan mencegah memburuknya
hipoksia
3) Pola pernafasan tidak efektif
Tujuan : pola pernafasan efektif efektif
Intervensi :
a) Observasi vital sign setiap 6 jam
Rasional : tanda-tanda vital merupakan indikator kesehatan
secara umum.
b) Observasi frekwensi dan kedalaman pernafasan
Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan
dan kronisnya proses penyakit
c) Beri pasien posisi yang nyaman/semi fowler
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsi pernafasan dan untuk pengembangan paru-paru lebih
baik
d) Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : dengan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
diharapkan dapat mengeluarkan sekret/dahak yang kental
e) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan
Rasional : membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh,
sehingga paru-paru tidak terlalu berat untuk memenuhi
kebutuhan tubuh)
f) Kolaborasi dalam pemberian bronchodilator, mukolitik dan
therapy nebulizer
Rasional : bronchodilator merilekkan otot halus dan
menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas,
mukolitik dan nebulizer membantu mengencerkan dahak
g) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya :
mengi, ronchi, krekels
Rasional : obstruksi jalan nafas dapat dimanifestasikan dengan
bunyi nafas, mengi, krekels, ronchi
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia sekunder akibat dyspnea
Tujuan : pemenuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
a) Beri makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : memberikan kesempatan untuk meningkatkan
masukan kalori total
b) Timbang BB setiap hari
Rasional : berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,
evaluasi keadequatan rencana nutrisi
c) Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : meningkatkan keinginan pasien untuk makan
sehingga kebutuhan kalori terpenuhi
d) Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan
Rasional : suasana yang nyaman membantu pasien untuk
meningkatkan keinginan untuk makan
e) Beri HE tentang manfaat asupan nutrisi
Rasional : makanan menyediakan kebutuhan kalori untuk
tubuh dan dapat membantu proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh
f) Kolaborasi dengan tim gizi tentang diet pasien
Rasional : metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan
pada situasi/kebutuhan individu
g) Kolaborasi dalam pemberian obat anti mual dan muntah
Rasional : mengurangi / menghilangkan rasa mual pasien
h) Lakukan fisiotherapi dada dan nebulizer selambat-lambatnya
1 jam sebelum makan
Rasional : obat-obatan saluran pernafasan yang diberikan
segera setelah makan dapat mencetuskan mual dan muntah,
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder akibat gangguan pernafasan (sesak nafas).
Tujuan : kebutuhan istirahat tidur pasien terpenuhi
Intervensi :
a) Beri kesempatan pada pasien untuk istirahat
Rasional : membantu dalam memenuhi kebutuhan tidur pasien
b) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat
c) Batasi pengunjung pasien
Rasional : meningkatkan istirahat dan memberikan
kesempatan pasien untuk istirahat
d) Beri pasien posisi yang nyaman/semi fowler
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsi pernafasan dan untuk pengembangan paru-paru lebih
baik
e) Anjurkan untuk minum susu hangat sebelum tidur
Rasional : susu mengandung asam triptopan yang dapat
merangsang SSP yang dapat meningkatkan tidur)
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplay dengan kebutuhan O2, kelemahan umum.
Tujuan : aktivitas dapat ditingkatkan
Intervensi :
a) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat dyspnea,
peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda-tanda
vital selama dan setelah aktivitas
Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi
b) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen
c) Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
Rasional : membantu dan memenuhi ADL pasien),
d) Beri aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen).
7) Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma inflamasi parenkim paru,
batuk menetap
Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi :
a) Tentukan karakteristik nyeri, perhatikan isyarat verbal dan
non verbal setiap 6 jam
Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.
b) Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan
darah meningkat, nadi, pernafasan meningkat
c) Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
d) Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk
mengulangi bila merasa nyeri
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot
sehingga mengurangi penekanan dan nyeri.
e) Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan
menimbulkan penghilangan nyeri.
8) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya, prognosis dan pengobatan.
Tujuan : kecemasan pasien berkurang/hilang, pengetahuan
pasien bertambah, keluarga memahami kondisi pasien
Intervensi :
a) Kaji ulang tingkat pengetahuan pasien
Rasional : mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman
pasien tentang penyakitnya
b) Beri HE pada pasien tentang penyakitnya
Rasional : memberikan informasi kepada pasien tentang
penyakitnya akan meningkatkan pemahaman pasien tentang
penyakitnya)
c) Beri kesempatan pasien untuk bertanya
Rasional : memberikan kesempatan pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
d. Implementasi
Tindakan sesuai dengan perencanaan.
e. Evaluasi
1) Dx 1 : Jalan nafas klien kembali bersih
2) Dx 2 : Ventilasi dan pertukaran gas efektif
3) Dx 3 : Pola nafas klien kembali efektif
4) Dx 4 : Pemenuhan nutrisi terpenuhi
5) Dx 5 : Kebutuhan istirahat tidur pasien terpenuhi
6) Dx 6 : Pasien mampu beraktifitas sesuai indikasi dan kondisinya
7) Dx 7 : Nyeri pasien berkurang atau hilang
8) Dx 8 : kecemasan pasien berkurang/hilang Pengetahuan pasien
bertambah mengenai penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Lynda Jual Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :


EGC

Muttagin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Nanda. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda NIC-NOC 2012. Editor :


Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika

Price S.A.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :


EGC

Somantri, Irma. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai