Diajukan Oleh :
FEDI SUDRAJAT
A31500826
B. ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal
yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperreaktivitas
bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi
maupun non imunologi. Karena sifat inilah maka serangan asma mudah
terjadi akibat berbagai rangsangan baik fisis, metabolik, kimia, alergen,
infeksi dan sebagainya.
Rangsangan atau pencetus yang sering menimbulkan asma perlu
diketahui dan sedapat mungkin dihindarkan. Fakrtor-faktor tersebut adalah :
1. Alergen utama debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan
2. Iritan seperti asap, bau-bauan, polutan
3. Infeksi salutran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
4. Perubahan cuaca yang ekstrim
5. Kegiatan jasmani yang berlebihan
6. Lingkungan kerja
7. Obat-obatan
8. Emosi
9. Lain-lain seperti refluks gastro esofagus.
C. PATOFISIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIS
Pencetus serangan
(alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)
Hipoventilasi
distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
Gangguan difusi gas di alveoli
Hipoxemia
Hiperkarpia
TANDA DAN GEJALA
Objektif :
Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap
pada permukaan sel mast atau basofil
Sesak napas
Hiperventilasi
E. FOKUS PENGKAJIAN
1. Anamnesis.
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma
sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat
berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang
disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan
asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada
yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
2. Pemeriksaan Fisik.
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma
dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai asma
a. Sistim Pernapasan:
Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
Frekuensi pernapasan meningkat
Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
b. Sistem Kardiovaskuler:
Komposmentis
Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- cemas/gelisah/panik
- sukar tidur, banyak berkeringat dan susah berbicara
Pada keadaan yang lebih berat kesadaran menurun, dari disorientasi dan apati
sampai koma. Pada pemeriksaan mata mungkin ditemukan miosis dan edema
papil.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekrit
dan bronchospasme
2. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru selama
serangan akut.
3. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernapas, takut menderita, dan /atau takut
serangan berulang.
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penatalaksanaan perawatan diri.
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tak efektif bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.
Hasil yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas paten dengan
bunyi bersih dan jelas.
Intervensi rasional :
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi
R/ : Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspirasi.
Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.
R/ : Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh : meninggikan kepala tempat
tidur, duduk pada sandara tempat tidur
Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll
R/ : Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung
memberikan air hangat.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator.
R/ : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
dapat/tidak dimanifestasikan adanya nafas advertisius.
Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
atau selama stress/ adanya proses infeksi akut.
R/ : Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang
menimbulkan perawatan di rumah sakit.
Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan
gravitasi.
R/ : Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger episode akut.
Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat
menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme
bronkus.
R/ : Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan
roduksi mukosa.
2. Pola Nafas Tidak Efektif B.D. Kelemahan
2 Pola nafas tidak NOC: Respiratory monitoring:
efektif b.d.
kelemahan Setelah dilakukan - monitor rata-rata irama, kedalaman Mengetahui keefektifan
asuhan keperawatan dan usaha untuk bernafas. pernafasan
selama 5x 24 jam, - Catat gerakan dada, lihat
kesimetrisan, penggunaan otot Untuk mengetahui
pola nafas pasien
Bantu dan retraksi dinding dada. penggunaan otot bantu
menjadi efektif. - Monitor suara nafas
pernafasan
- Monitor kelemahan otot diafragma
Criteria hasil: - Catat omset, karakteristik dan
durasi batuk
menunjukkan pola - Catat hail foto rontgen
nafas yang efektif Mengetahui penyebab nafas
tanpa adanya sesak tidak efektif
nafas
1. Mempermudah intervensi
NOC: kontrol kecemasan dan NIC: Penurunan kecemasan 2. Mengurangi kecemasan
coping, setelah dilakukan Aktifitas: 3. Membantu ps dlam
perawatan selama 2x24 jam meningkatkan pengetahuan
cemas ps hilang atau berkurang 1. Bina Hub. Saling percaya tentang status kes dan
dg: 2. Libatkan keluarga meningkatkan kontrol kecemasan
Indikator: 3. Jelaskan semua Prosedur 4. Merasa dihargai
4. Hargai pengetahuan ps tentang
Ps mampu: penyakitnya
5. Bantu ps untuk 5. Dukungan akan memberikan
Mengungkapkan cara mengefektifkan sumber keyakinan thdp peryataan
mengatasi cemas support harapan untuk sembuh/masa
Mampu menggunakan coping 6. Berikan reinfocement untuk depan
Dapat tidur menggunakan Sumber Coping 6. Penggunaan Strategi adaptasi
Mengungkapkan tidak ada yang efektif secara bertahap ( dari mekanisme
penyebab fisik yang dapat pertahan, coping, samapi strategi
menyebabkn cemas penguasaan) membantu ps cepat
mengadaptasi kecemsan
1. Mempermudah dalam
NOC: Pengetahuan tentang NIC: Pengetahuan penyakit memberikan penjelasan pada
penyakit, setelah diberikan Aktifitas: klien
penjelasan selama 2 x pasien 2. Meningkatan pengetahuan dan
mengerti proses penyakitnya 1. Kaji pengetahuan klien tentang mengurangi cemas
dan Program perawatan serta penyakitnya 3. Mempermudah intervensi
Therapi yg diberikan dg: 2. Jelaskan tentang proses penyakit 4. Mencegah keparahan penyakit
Indikator: (tanda dan gejala), identifikasi 5. Memberi gambaran tentang
kemungkinan penyebab. Jelaskan pilihan terapi yang bisa
Pasien mampu: kondisi tentangklien digunakan
3. Jelaskan tentang program 6. .
Menjelaskan kembali pengobatan dan alternatif
tentang penyakit, pengobantan 7.
Mengenal kebutuhan 4. Diskusikan perubahan gaya hidup
perawatan dan pengobatan yang mungkin digunakan untuk 8. Mereviw
tanpa cemas mencegah komplikasi
5. Diskusikan tentang terapi dan
pilihannya
6. Eksplorasi kemungkinan sumber
yang bisa digunakan/ mendukung
7. instruksikan kapan harus ke
pelayanan
8. Tanyakan kembali pengetahuan
klien tentang penyakit, prosedur
perawatan dan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M., (2007), Diagnosis Keperawatan, dengan intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC, EGC, Jakarta
Smeltzer, S.C., & Bare, G.B. (Eds). (2000). Brunner and Suddarth’s textbook of medical-
surgical nursing (8th ed). Philadelphia / New York / Baltimore : Lippincott.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FK-U.
Karnen G. Baratawidjaya, Samsuridjal. (1994). Pedoman Penatalaksanaan Asma
Bronkial. CV Infomedika Jakarta.
Muhamad Amin. Hood Alsagaff. W.B.M. Taib Saleh. (1993). Pengantar Ilmu Penyakit Paru.
Airlangga University Press.