Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN CEPHALGIA

Diajukan Oleh :
FEDI SUDRAJAT
A31500826

PROGAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2015
A. PENGERTIAN

Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia.

Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan

penyakit organik        ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren),

tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner &

Suddart).

Nyeri kepala (headache atau chepalgia) merupakan keluhan yang sangat umum

pada pasien. Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama

pada manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat

menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi

(migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut.

Karena nyeri kepala sering menyertai pada penyakit-penyakit lainnya, terkadang pasien

mengobati sendiri nyeri kepalanya, padahal banyak nyeri kepala yang disebabkan karena

penyakit serius seperti infeksi dan tumor intracranial, meningitis, infeksi akut, cedera

kepala, hipoksia serebral, atau penyakit kronis dan akut pada mata, hidung, dan

tenggorokan. Nyeri kepala terjadi ketika area sensitif pada kepala distimulus kemudian

diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi syaraf yang bersangkutan.

Area-area tersebut diantaranya kulit kepala, periosteum, syaraf kranial V, IX, X, daerah

meningen(Tarwono,2007)

B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI

Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification

Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:


1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepal tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan
subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor
otak)
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher
atau     struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)

C. PATOFISIOLOGI

Nyeri kepala timbul karena perangsangan terhadap bangunan-bangunan di daerah


kepala dan leher yang peka terhadap nyeri, dan nyeri wajah biasanya karena perangsangan
terhadap serabut-serabut sensible nervus trigeminus. Bangunan –bangunan ekstrakranial
yang peka terhadap nyeri adalah kulit kepala, periosteum,otot – otot, pembuluh-pembuluh
darah dan saraf. Bangun-bangunan intracranial yang peka terhadap nyeri adalah :
meninges, bagian proksimal atau basal arteri-arteri serebri, vana-vena otak disekitar sinus-
sinus dan saraf-saraf ( n. trigemenus, n. fasialis, n. glosofaringeus, n. fagus radiks –radiks
servikal dua, tiga dan cabang-cabangnya).
Perangsangan bangunan-bangunan ekstrakranial akan dirasakan pada umumnya
sebagai nyeri pada daerah yang terangsang. Sedangkan nyeri kepala sebagai akibat
perangsangan bangunan intracranial akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan
didaerah distribusu saraf yang bersangkutan. Perangsanga bangunan supra tentorial akan
dirasakan sebagai nyeri didaerah frontal, di dalam atau belakang bola mata, dan didaerah
temporal bawah. Sedangkan perangsangan bangunan – bangunan infratentorial dan
fosaposterior akan dirasakan didaerah retroaurikuler dan oksipitonukhal.
Rasa nyeri yang mulai dihidung, gigi geligi, sinus-sinus, faring dan mata dapat
diproyeksikan keseluruh daerah distribusi n. trigemenus yang bersangkutan bahakan rasa
nyeri dapat menjalar kedaerah yang dilayani oleh cabang-cabang lain bila perangsangan
cukup kuat. Nyeri yang dirasakan didaerah lain dari tempat nyerri dibaangkitkan
dinamakan nyeri acuan ( refered pain). Sering kali terdapat nyeria acuan didaerah
sensoris cabang mandibularis dengan proses patologik yang merupakan perangsangan
terhadap cabang maksilaris dari n. trigemenus. Nyeri acuan dapat berasal dari daerah
mata , sinus, dasar tengkorak, gigi geligi, dan dari daerah leher. Disamping itu, nyeri
wajah juga sering dikaburkan oleh adanya pembauran antara daerah persarafan
n.trigemenus dan n. glosofaringeus juga faktor-faktor vaskuler dan muscular akan dapat
menambah unsure-unsur nyeri yang lain.

D. PATHWAY KEPERAWATAN
E. FOKUS PENGKAJIAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi :
a. Aktivitas / Istirahat
Lelah, letih , malaiseKetegangan mataKesulitan membacaInsomnia
b. Sirkulasi
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporalPucat, wajah tampak kemerahan
c. Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
d. Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
e. Neuro sensori
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
f. Kenyamanan
Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
g. Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab peran

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan

tekana intrakranial.

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, hospitalisasi

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,

anoreksia dan intake inadekuat

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang

mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan
tekana intrakranial.
Tujuan: Rasa nyeri terkontrol atau dapat dikurangi
KH: Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi
wajah rileks, TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya
(misal : berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang
memperburuk atau meredakan.
Rasional:Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Observasi TTV
Rasional: Perubahan TTV merupakan indikasi adanya nyeri yang hebat
c. Berikan kompres dingin pada kepala.
Rasional: Untuk mengurangi nyeri
d. Berikan tindakan distraksi
Rasional: mengalihkan perhatian klien dari nyeri yang dirasakan
e. Jelaskan penyebab terjadinya nyeridan akibatnya
Rasional: Peningkatan pengetahuan meningkatkan kooperatif klien dalam
pelaksanaan tindakan
f. Kolaborasi pemberian obat analgetik
Rasional: Untuk mengontrol nyeri
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan hospitalisasi
Tujuan  : Ansietas berkurang atau hilang
KH : Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat
diatasi.
Intervensi  :
a. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang
telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
R/ : Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri,
keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
b. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
R/   : Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress
c. Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan
R/ :Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa control
dan membantu menurunkan ansietas
d. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
R/: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu
menurunkan ansietas
e. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
R/: Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang,
memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan
f. Beri dorongan spiritual
R/: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME
g. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
R/  : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
h. Kolaborasi pemberian obat sedatif
R/: Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan cemas
Tujuan : kebutuhan tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
Memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur
Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat
Tanda – tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebab
kurang tidur
R/:Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
b. Keadaan tempat tidur, bantal yang nyaman dan bersih
R/: Meningkatkan kenyamanan saat tidur
c. Lakukan persiapan untuk tidur malam
R/: Mengatur pola tidur
d. Anjurkan klien  untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
R/: Memudahkan klien untuk bisa tidur
e. Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman
R/: Lingkungan dan siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk
tidur.
f. Kolaborasi pemberian obat
Analgetik R/: Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan dan
meningkatkan istirahat
Sedatif R/: untuk membantu klien istirahat dan tidur
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
dan intake inadekuat
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil :
Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan, menunjukkan
peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan.
Intervensi :
a. Kaji intake makanan,
Rasional : Sebagai dasar untuk menetukan intervensi selanjutnya
b. Berikan kebersihan oral
Rasional: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan
c. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan,
dengan situasi tidak terburu-buru, temani
Rasional: Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif
untuk makan
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik
Rasional: menghilangkan gejala mual muntah
5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.
Tujuan            :Peningkatan pengetahuan klien tentang penyakitnya
KH                  :Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan ditandai dengan
Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan  alasan dari suatu tindakan.
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.

Tindakan/ intervensi:
a. Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan.
b. Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat, efek samping dan
ketaatan terhadap program.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam
penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.
c. Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
d. Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan
penyembuhan.
e. Sarankan pemakaian music yang menyenangkan
Rasional : meningkatkan relaksasi
f. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau
terapi yang bukan terapi medis
Rasional: Mencegah tindakan yang berbahaya

DAFTAR PUSTAKA

Underwood, J.C.E, 2000, Patologi Umum dan Sistemik, Penerbit buku kedokteran EGC,
Jakarta
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai