Anda di halaman 1dari 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

CHEFALGIA
No. Dokumen :
No. Revisi : 01
SOP
Tanggal Terbit : 19 Juli 2019
Halaman : 1/3

PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan
penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot
rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut.

GEJALA KLINIS
A. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan
sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
 Fase aura (+30 menit)
Penglihatan silau, kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah
pada ekstremitas dan pusing.
 Fase sakit kepala (beberapa jam-hari)
Sakit kepala berdenyut yang berat, fotofobia, mual dan muntah.
 Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala dan pasien dapat tidur untuk waktu lama.
B. Cluster Headache
Cluster Headache adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada
pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri
yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti
mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang
menguat dan menurun kekuatannya.
C. Tension Headache
Stres fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang
menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan
pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat.

PENGKAJIAN
Data Subyektif: faktor pencetus, gejala prodromal, tempat, frekuensi, pola dan sifat sakit kepala
termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala.
Data Obyektif: hasil pemeriksaan fisik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1
 Nyeri oleh karena stres dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan
tekanan intrakranial.
 Koping individual tak efektif oleh karena situasi krisis, kerentanan personal, sistem
pendukung tidak adekuat, kelebihan beban kerja, ketidakadekuatan relaksasi, metode
koping tidak adekuat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
 Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan oleh karena kurang
mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasan kognitif.

INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan 1
Nyeri oleh karena stres dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekanan
intrakranial.
Intervensi :
 Pastikan durasi/episode masalah, siapa yang telah dikonsulkan dan obat/terapi apa
yang telah digunakan.
 Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya (dengan skala 0-10), karakteristiknya (misalnya
berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau
meredakan.
 Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus,
trauma servikal, hipertensi atau trauma.
 Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi ekspresi wajah, posisi tubuh,
gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi
jantung/pernafasan, tekanan darah.
 Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang.
 Evaluasi perilaku nyeri.
 Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan
aktivitas, penurunan berat badan.
 Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti
mengisolasi diri.
 Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi,
pasangan/keluarga.
 Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat.
 Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
 Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
 Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
 Berikan kompres dingin pada kepala.
 Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.

2
 Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
 Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan
reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
 Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang
relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-
internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.
 Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat
sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2
Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat,
kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat,
ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi:
 Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang
diajarkan.
 Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
 Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit
kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
 Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
 Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang
diharapkan.
 Kolaborasi : Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas
tempat pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.

Diagnosa Keperawatan 3
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak
mengenal informasi, keterbatasan kognitif.
Intervensi :
 Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui.
 Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress
emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
 Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk
menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi.
 Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan ,
makanan yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti
masase dan sebagainya.
 Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.
 Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu relaksasi dan bersenang-
3
senang.
 Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan
tertawa/tersenyum.
 Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.
 Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor
yang berhubungan atau faktor presipitasinya.
 Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk.
 Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan terapi yang
bukan terapi medis.

Anda mungkin juga menyukai