Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN CEPHALGIA


Disusun untuk memenuhi tugas program profesi ners stase KMB 2 di lantai 6 selatan

Disusun Oleh:
ALDA HUSNA ALFITA, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
NYERI KEPALA / CEPHALGIA
1. Definisi
Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada
daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala
(area oksipital dan sebagian daerah tengkuk)
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal.
Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital
dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.

2. Etiologi
Nyeri kepala penyebabnya multifaktorial, seperti kelainan emosional, cedera
kepala, migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa intrakranial,
penyakit mata, telinga /hidung.
I. Faktor Pencetus nyeri kepala
Faktor Ekstrinsik
a) Ketegangan jiwa ( stress ) : emosional maupun fisik dapat
memperberat serangan migren.
b) Makanan tertentu : makanan atau zat tertentu dapat memicu
timbulnya serangan migren. Pemicu migren tersering adalah
alkohol dan bir.
c) Lingkungan : perubahan lingkungan (cuaca, musim, tekanan udara,
terik matahari; lingkungan kerja tak menyenangkan dan suara yang
tak menyenangkan).
d) Obat-obatan : vasodilator (nitrogliserin, isosorbid dinitrat),
antihipertensi (nifedipine, captopril, prazosin, reserpin, minoxidil),
histamin-2 bloker (simetidin, ranitidin), antibiotik (trimetoprim
sulfa, griseofulvin, tetrasiklin), selective serotinin reuptake
inhibitor, vitamin A dosis tinggi,dan lain-lain.
II. Faktor Instrinsik
a) Hormonal : Fluktuasi hormonal merupakan faktor pemicu pada
60% wanita. Nyeri kepala migren di picu oleh turunnya kadar 17-b
estradiol plasma saat akan haid. Serangan migren berkurang
selama kehamilan karena kadar estrogen yang relatif tinggi dan
konstan. Pemakaian pil kontrasepsi, clomiphene, danazol juga
meningkatkan frekuensi serangan migren.
b) Menopause : Nyeri kepala migren akan meningkat frekuensi dan
berat ringannya pada saat menjelang menopause. Tetapi beberapa
kasus membaik setelah menopause. Terapi hormonal dengan
estrogen dosis rendah dapat di berikan untuk mengatasi serangan
migren pasca menopause.

3. Karakteristik Nyeri
Lokasi nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan didalam
rongga tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di
daerah distribusi saraf yang bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga
bagian depan kranium, di fosa kranium tengah dan depan, serta di supratentorium
serebeli dirasakan di daerah frontal, parietal di dalam atau belakang bola mata dan
temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui cabang pertama nervus Trigeminus.
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di fosa
posterior (misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke belakang telinga, di
atas persendian serviko-oksipital atau dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan
X dan saraf spinal C1, C2 dan C3 berperan untuk perasaan di bagian
infratentorial. Bangunan peka nyeri ini terlibat melalui berbagai cara yaitu oleh
peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi pembuluh darah.
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga & hidung cenderung di
frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang bertambah hebat menunjukkan
kemungkinan massa intrakranial yang membesar (hematoma subdural, anerysma).
Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan (pressure headache)
disebabkan oleh ketegangan emosional dapat berlangsung berhari-hari atau
berminggu-minggu. Pada penderita migraine dirasakan nyeri kepala paroksismal,
singkat & melumpuhkan, berlansung kurang dari 30 menit.
Berulangnya nyeri kepala
Berulangnya nyeri kepala suatu fenomena yang telah diketahui. Pada wanita yang
menderita migrane akan mendapat serangan berulang ketika sedang menstruasi.
Sedangkan nyeri kepala yang berhubungan dengan gangguan hidung akan
berulang apabila sering terjadi infeksi traktus respiratorius atas yang sering
ditemukan.

4. Patogenesis
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri kepala
yang berasal dari sumber intracranial
a. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak
dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.
b. Tarikan pada A. Meningea media
c. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada
cabang-cabangnya.
d. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A.Frontalis,
A. Temporalis, A. Discipitalies)
e. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri
meliputi kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis,
m.orsipiutlis.
f. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan
cervikalis bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim ventrikel,
pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen meliputi
konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat dibangkitkan
oleh karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan
intrakranial dan dapat memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan
atau massa intrakranial.
Setelah dilakukan lumbal fungsi (LP) rasa nyeri semakin hebat pada waktu
mengangkat kepala dan berkurang dengan meletakkan kepala relatif lebih rendah.
Pada nyeri kepala nocturnal tipe migraine kadang-kadang diperberat dengan posisi
berbaring dan berkurang rasa nyeri jika penderita berdiri tegak.

5. Klasifikasi Nyeri Kepala


A. Nyeri kepala PRIMER
i. Migren
ii. Tension Type Headache
iii. Cluster headache
iv. Other primary headaches
B. Nyeri kepala SEKUNDER
Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.
i. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau
servikal
ii. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
intracranial.
iii. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.
iv. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.
v. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis
vi. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan
kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau
struktur facial atau kranial lainnya.
vii. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik
C. Neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial primer dan nyeri kepala lainnya
i. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri facial
ii. Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial
primer.
6. Pemeriksaan
1) ANAMNESIS
a. Jenis nyeri kepala
Jenis, nyeri kepala dapat diutarakan sebagai nyeri yang menetap,
berdenyut yang kadang-kadang sesuai dengan denyutan jantung,
nyeri seperti ditarik atau diikat, nyeri seakan-akan kepala mau
pecah, nyeri yang berpindah-pindah, maupun perasaan kepala yang
tidak enak. Keluhan penderita harus benar-benar dipahami agar
tidak terjadi salah persepsi atau interpretasi.
Nyeri kepala yang menusuk-nusuk dan berdenyut lebih mungkin
dijumpai pada penyakit-penyakit vascular seperti migren,
hipertensi arterial dan malformasi vascular intrakranial. Nyeri
kepala tertekan (pressure headache) yaitu perasaan seperti pita
yang melingkari kepala dan menjepitnya kuat-kuat sering
disebabkan gangguan emosional.
b. Onset nyeri kepala
Onset nyeri kepala dapat memberikan gambaran proses
patologik yang melatarbelakanginya. Nyeri kepala yang baru saja
terjadi mempunyai banyak kemungkinan penyebab baik yang
bersifat ringan/benigna maupun berat/serius. Nyeri kepala yang
makin memberat atau menghebat menunjukkan kemungkinan
adanya proses intrakranial yang makin berkembang.
Nyeri kepala yang timbul secara sangat mendadak harus
dicurigai sebagai akibat dari perdarahan intrakranial spontan,
terutama perdarahan subaraknoidal atau intraventrikular.
Meningitis, glukoma, masloiditis Sementara itu nyeri kepala yang
kronis dapat terjadi pada kasus tension headache, pasca trauma
kepala, neurosis rinitas vasomotor, sinusitis, kelainan refraksi yang
tidak dikoreksi.
c. Frekuensi dan periodisitas nyeri kepala
Migren merupakan nyeri kepala yang episodik dan tidak
pernah muncul sebagai nyeri kepala harian atau dalam waktu yang
lama. Cluster headache muncul sebagai nyeri kepala harian selama
beberapa minggu atau bulan dan kemudian diikuti suatu interval
bebas nyeri kepala dalam waktu yang lama. Nyeri kepala yang
bersifat kronis, dirasakan setiap hari dengan sifat yang konstan
biasanya merupakan gambaran tension headache atau nyeri kepala
psikogenik.
d. Puncak dan lamanya nyeri kepala
Migren biasanya mencapai puncak nyeri 1-2 jam pasca-onset dan
berlangsung selama 6 - 36 jam. Cluster headache langsung sampai
pada puncak perasaan nyeri pada saat penderita terbangun dari
tidurnya, atau nyeri kepala memuncak beberapa menit setelah
onset pada saat penderita dalam keadaan tidak tidur. Tension
headache muncul secara perlahan selama beberapa jam dan
kemudian terus berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa
tahun.
Nyeri kepala yang mendadak dan berat kemudian menetap
biasanya terjadi pada perdarahan intrakranial. Sementara itu,
neuralgia oksipital dan trigeminal biasanya muncul langsung
dengan intensitas puncak, bersifat menyengat dan mengagetkan.
e. Waktu terjadinya nyeri kepala dan faktor presipitasi.
Cluster headache seringkali muncul pada saat penderita dalam
keadaan tidur lelap dan ada kecenderungan bahwa serangan nyeri
kepala muncul pada saat yang sama. Migren dapat muncul setiap
baik siang maupun malam tetapi seringkali mulai pada pagi hari.
Tension headache khas dengan nyeri kepala sepanjang hari dan
seringkali memberat pada siang atau sore hari.
Penderita yang mengalami nyeri kepala kronis dan berulang
seringkali dapat mengenali faktor apa saja yang mendorong
terjadinya suatu serangan nyeri kepala. Migren dapat dicetuskan
oleh makanan tertentu, dan minuman obat tertentu. Faktor emosi
dapat mencetuskan serangan migren dan tension headache.
Apabila membungkuk, mengejan, mengangkat sesuatu barang,
batuk atau menjalani pemeriksaaan valsava merasakan nyeri
kepala, maka harus dipertimbangkan adanya kemungkinan lesi
intrakranial terutama fosa posterior. Namun demikian, nyeri kepala
yang timbul pada saat dalam posisi berdiri tegak dan segera
mereda pada saat berbaring adalah khas untuk suatu kebocoran
CSS yang dapat terjadi secara spontan.
Nyeri kepala selama koitus, teristimewa selama atau segera
sesudah orgasmus bersifat benigna apalagi apabila sebelumnya
terjadi aktvitas seksual beberapa kali. Dalam keadaan ini dapat
terjadi nyeri kepala tunggal, langsung bersifat berat. Hal demikian
ini harus dicurigai adanya kemungkinan perdarahan subaraknoidal.
f. Lokasi dan evolusi
Penderita diminta untuk menunjuk lokasi nyeri dengan ujung
jarinya. Hal ini sangat membantu proses pemeriksaan.
Migren sangat sering bersifat unilateral, biasanya didaerah
frontotemporal. Namun demikian suatu saat dapat menyeluruh atau
dapat berkembang dari lokasi unilateral menjadi nyeri menyeluruh.
Cluster headache hampir selalu unilateral dan khas terpusat
dibelakang atau sekitar bola mata. Tension headache khas dengan
nyeri kepala yang menyeluruh tetapi dapat pula terpusat di daerah
frontal atau serviko-oksipitasi.
g. Kualitas dan intensitas nyeri
Nyeri kepala yang berkaitan dengan demam dan hipertensi
seringkali bersifat berdenyut. Migren dapat bersifat berdenyut dan
seringkali ditutup oleh perasaan khas dengan sifat yang berat, nyeri
sekali seakan-akan kepala dibor dan terus menerus, tension
headache, dicirikan oleh perasaan penuh, diikat kencang atau
ditekan kuat-kuat dan kadang-kadang ada yang mengeluh bahwa
kepalanya seakan-akan mengenakan topi yang sesak.
h. Gejala prodromal dan penyerta
Gejala pendahulu sangat khas pada migren. Gejala-gejala visual
baik positif maupun negatif, gejala hermisterik misalnya
hemiparesis, parastesia, dan gangguan berbahasa dapat mendahului
munculnya nyeri kepala pada migren. Sementara itu, migren
basilaris dapat disertai oleh gejala-gejala lainnya yang berasal dari
gangguan pada batang otak misalnya vertigo, disatria, ataksia,
koadriparesis dan diplopia.
Cluster headache seringkali didahului oleh miosis dan ptosis
ipsilateral, epifora, konjungtiva kemerahan dan hidung mampet.
Sementara itu nyeri kepala dengan demam sugestif untuk infeksi.
Keluarnya cairan berdarah atau purulen dari hidung harus dicurigai
adanya proses patologik di hidung atau sinus. Nyeri kepala yang
hebat disertai warna merah pada sclera merupakan gambaran
infeksi bola mata atau glaukoma akut.
i. Faktor yang memberatkan rasa nyeri
Memberatnya nyeri kepala pada saat batuk, mengejan atau bersin
menggambarkan kemungkinan adanya proses intrakranial.
Sementara itu apabila nyeri kepala bertambah berat pada saat ada
gerakan tertentu menunjukkan adanya pengaruh muscular.
Aktivitas dapat memperberat nyeri pada migren atau tension
headache sebaliknya istirahat baring biasanya akan memperberat
situasi penderita cluster headache.
j. Faktor pereda nyeri
Istirahat, menghindari cahaya dan tidur meredakan perasaaan nyeri
pada penderita migren. Masase atau kompres hangat akan
menolong penderita tension headache. Nyeri pada cluster headache
akan berkurang dengan penekanan lokal penakanan lokal atau
pemberian kompres hangat atau dingin.
k. Riwayat keluarga
Migren dan tension headache kadang-kadang bersifat familial.
l. Pengobatan sebelumnya
Riwayat minum obat sebelumnya dan efek yang dirasakan
penderita perlu ditanyakan secara rinci, meliputi dosis, cara
memasukkan obat (diminum, suntikan) dan lamnya pengobatan.
Hal ini untuk mengetahui apakah ada lajak dosis dalam
penggunaan preparat ergot dan analgesik serta kafein.
m. Alasan mencari pertolongan dokter
Pertanyaan perihal ini sangat berarti apabila kita berhadapan
dengan penderita nyeri kepala kronis. Pada umumnya penderita ini
sudah memeriksakan diri kepada beberapa dokter namun tidak
kunjung sembuh
n. Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat penyakit sebelumnya yang meliputi penyakit-penyakit
umum lainnya, penyakit saraf, trauma, operasi dan alergi perlu
ditanyakan secara rinci. Riwayat minum obat yang tidak
berhubungan dengan keluhan nyeri kepala perlu ditanyakan pula.
2) PEMERIKSAAN FISIK
Dalam praktek pemeriksaan fisik dimulai pada saat penderita
masuk ke dalam ruang periksa atau pada saat dokter melakukan
pendekatan di sisi tempat tidur penderita. Observasi yang teliti merupakan
kunci untuk mengetahui apakah penderita mengalami gangguan fisik atau
psikiatrik atau apakah penderita tampak cemas depresif dan apakah
riwayat penderita dapat dipercaya sepenuhnya.
Setiap kali ada keluhan nyeri kepala maka pemeriksaan neurologi
secara lengkap harus dilakukan secara cermat. Pemeriksaan tersebut
secara garis besar meliputi status mental, gaya berjalan, nervi, kraniales,
sistem motorik dan sistem sensorik.
Kepala dan leher harus diperiksa secara seksama. Inspeksi dan
palpasi dilakukan secara bersama-sama untuk mengetahui kelainan-
kelainan yang mungkin ada. vertebra servikal perlu diperiksa apakah ada
kaku kuduk, gangguan mobilitas leher, nyeri otot-otot leher dan gangguan
lainnya.
Tanda-tanda vital dimulai dengan perubahan tekanan darah dapat
menimbulkan nyeri kepala. Adanya perubahan denyut nadi hendaknya
dicari kemungkinan adanya kaitan dengan nyeri kepala walaupun tidak
langsung. Suhu tubuh diperiksa secara obyektif bila ada demam.
Pemeriksaan umum lainnya perlu dilakukan, misalnya pemeriksaan
jantung dan paru-paru, palpasi abdomen dan pemeriksaan kulit.
3) PEMERIKSAAN TAMBAHAN
PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
i. Foto polos kepala
Pada foto polos dapat dilihat adanya pelebaran sela tursika, lesi
pada kalvarium, kelainan pertumbuhan kongenital, kelainan pada
sinus dan prosesus mastoideus.
ii. Foto vertebra servikal
Nyeri kepala yang lebih dirasakan di daerah tengkuk disebabkan
oleh perubahan degeneratif di diskus intervertbralis dan permukaan
sendi servikal bagian atas. Arthritis rheumatoid dapat
menimbulkan nyeri kepala bagian belakang.
iii. CT scan dan MRI
CT Scan dapat memberi gambaran yang sangat jelas tentang proses
desak ruang intrakranial misalnya tumor otak, hematoma
intraserebral, infark otak, abses otak, hidrosefalus, hematoma
epidural, dan hematoma subdural. CT Scan juga dapat memberi
gambaran tentang perdarah subaraknoidal. Pada penderita cluster
headache, tension headache, dan nyeri kepala fungsional akan
memberi gambaran normal. Demikian juga halnya pada migren.
Namun demikin pada migren yang berat kadang-kadang
memperlihatkan area pembengkakan. Sementara itu CT Scan juga
bermanfaat untuk memeriksa daerah orbita, sinus tulang-tulang
wajah, vertebra serviks, dan jaringan lunak di leher. MRI dapat
digunakan untuk memeriksa lesi posterior dan foramen magnum.
iv. Angiografi serebral
Pemeriksaan ini bersifat invasive, dan jarang sekali dipergunakan
dalam upaya menegakkan penyebab nyeri kepala tertentu. Sebagai
contoh oklusi pembuluh darah serebral dapat menimbulkan nyeri
kepala dan demikian juga halnya kasus aneurisma dan malformasi
arterio-venosa.
PEMERIKSAAN CSS
Apabila dicurigai adanya infeksi intrakranial, perdarahan intrakranial atau
keganasan meningeal sementara pemeriksaan dengan CT Scan tidak
menunjukkan adanya kelainan, maka seyogyanya dilakukan fungsi lumbal
untuk kemudian dilakukan analisis CSS.
ELEKTRO-ENSEFALOGRAFI
Kadang-kadang EEG bermanfaat pada kasus-kasus dengan gejala fokal
sementara hasil CT Scan normal. Perlu pula diingat bahwa nyeri kepala
merupakan salah satu gejala epilepsi. Untuk itu perlu anamnesis yang lebih
cerma sebelumnya mempertimbangkan pemeriksaan EEG.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Dalam kedaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan darah. hal ini didasarkan
atas anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap.
PEMERIKSAAN KHUSUS DAN KONSULTASI
Pemeriksaan mata meliputi perimetri dan tekanan intraokular kadang-
kadang perlu dikerjakan; apabila dipandang perlu maka penderita dapat
dikirim kepada dokter spesialis mata.
Konsultasi kepada dokter gigi dapat dilakukan setelah dicurigai adanya
faktor gigi sebagai penyebab. Sementara itu konsultasi kepada dokter spesialis
THT dapat dilakukan setelah diketahui atau dicurigai adanya kemungkinan
kelainan di bidang penyakit THT.
Kasus tertentu memerlukan konsultasi dan atau penanganan psikiatri perlu
hati-hati dan penjelasan yang cukup agar penderita dan atau keluarganya tidak
kaget atau malu.
7. PENATALAKSANAAN
MEDIKAMENTOSA
1. Analgetikum, misalnya :
a. Asam salisilat
b. Metampiron
c. Asam mefenamat
2. Penenang / ansiolitik, misalnya :
a. Klordiasepoksid
b. Klobazepam
c. Lorazepam
3. Antidepresan, misalnya :
a. Maprotiline
b. Amineptine
4. Anestesia / analgetik lokal misalnya injeksi prokain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chusid, J.G. Neuroanatomi Korelatif & Neurologi Fungsi Bagian II, Gajah Mada
University.
2. Lidsay KW.Headache-general principles. Dalam Neurology and Neurosurgery
Illustrated. 3 th ed; 1997; 64-70.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Nyeri Kepala Dalam Buku Ajar
Neurologi Klinis, Ed ke 1, Gadjah Mada University Press. Harsono (Ed), 1996; 271-
99.
4. Gilroy J. Headache. Dalam Medical Neurology. 3 th ed.New Neurosurgery
Publishing Co, Inc. 1979; 321-22.
5. Boies RL. Nyeri wajah, Nyeri Kepala, dan Otalgia. Dalam Boies Buku Ajar
Penyakit THT. Ed ke 6, EGC, 1989; 153-56.
6. Walsh J.T headache. Dalam walsh JT Neuroopyhalmology : Clinical signs and
Symptom S.2nd ed. Philadelphia : Lea and Febriger, 1985 ; 386 - 410

Anda mungkin juga menyukai