Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN


DI RUANG AMARILIS RSUD dr, Adhiyatma MPH

Disusun Oleh :
MUJIATUN
NIM 1201061

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2012/2013

A. Pengertian
Asma adalah penyakit obstruktif dapat pulih dicirikan oleh peningkatan
reaktifitas trakea dan bronkus terhadap rangsangan, dimanifestasikan oleh mengi dan
dispnea; penyempitan karena kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa dan
peningkatan sekresi. (Susan Martin Tucker, 1998)
Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversible
dan berbeda dari obstruksi pernafasan lain seperti pada penyakit empisema maupun
bronchitis kronis yang bersifat ireversibel dan kontinyu. (Reeves, 1999)
Asma merupakan penyakit obstruksi pada jalan nafas yang bersifat
reversible, dimana terjadi penyempitan pada saluran pernafasan akibat adanya
inflamasi dan hiperresponsif pada bronkitis.
B. Etiologi
menurut dr. Muhardi Muhiman, 1998) adalah :
1. Reaksi alergi (Reeves, 2000)
Terhadap debu, asap, produl, pembersih, bau, udara dingin, ispa dan stres.
2. Keturunan (Reeves, 2000)
Infeksi bakteri atau virus pada saluran pernafasan. Kondisi yang memperburuk
keadaan klinis pada penderita yang lama adalah :
Penghentian pemakaian obat-obatan bronkodilator secara menerus
Pemakaian bronkodilator yang tidak benar
Pemakaian sedative yang berlebihan
C. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas divus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh
satu atau lebih dari :

Kontraksi otototot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas.

Pembengkakan membran yang melapisi bronkhi.

Pengisian bronkhi dengan mukus yang kental

Otot otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental

banyak dihasilkan dan alfeoli menjadi hiperinflamasi, dengan udara terperangkap


didalam jaringan paru

Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun ang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sek
mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen
dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator)
seperti histamin, bradikinin, dan prostaglanin serta anafilaksis dari substansi yang
bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini, dalam jaringan paru
mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial di atur oleh
impuls saraf vagalmelalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergik,
ketika ujung sarap pada jalan nafas di rangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan,
dingin, merokok, emosi, dan polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat.
D. Tanda dan Gejala
Cold dengan rhinorrhea disertai ; iritabilitas, batuk, takipnea, mengi
Distres respirasi pada waktu atau segera sesudah makan
Kelainan pada roentgenogram
Jalan nafas obstruktif pada usia awal (30 % < 1tahun dan 50-55 % < 2 tahun)
Kelenjar mukosa hyperplasia
Penyempitan jalan nafas
Kurang kelenturan statis paru-paru
Kerangka iga lentur
Kurang jumlah serabut otot
Kurang ventilasi kolateral
E. Manisfestasi Klinis
Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabkan
timbulnya episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk,
khusunya pada malam hari atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian besar bersifat
reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dan serangan
asma biasanya timbul bila pasien terpajan factor pencetus yang sangat beragam dan
bersifat individual.

F. Klasifikasi Asma
Menurut GINA (Global Inisiatif for Asma) diikuti Heru Sundaru, 2000.
1. Asma Intermitten
Gejala klinis : kambuhan < 1-2 x seminggu, gejala asma pada malam hari < 2 x
sebulan, eksaserbi dapat mengganggu aktivitas tidur.
2. Asma persisten ringan
Gejala klinis : kambuhan 1-2 x seminggu, tetapi < 1 x/hari, gejala asma malam
hari > 2 x sebulan, eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur.
3. Asma persisten sedang
Setiap hari sesak nafas atau kambuh. Gejala asma malam hari > 1 x seminggu,
eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur.
4. Asma persisten berat
Kambuhan sering, gejala sesak terus menerus atau continue. Gejala asma malam
hari sering, aktivitas fisik terbatas karena asma.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
Foto rontgen dada
Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)

Analisa gas darah pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun
(alkalosis respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH,
penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik)

H. Penatalaksanaan
Pasien denga asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentivikasi
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.
Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan
peliharaan, deterjen, sabun, makanan, jamur, dan serbuk sari. Jika serangan
berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus
dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan.

Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, frektur iga, pneumonia,


dan atelataksis. Obstruksi jalan nafas terutama selama asmatik akut sering
mengakibatkan hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas
darah arteri. Cairan diberikan karena individu dengan asma mengalami dehidrasi
akibat diaforesis dan kehilangan cairan tidak kasat mata dengan hiperventilasi.
I. Diagnosa

1.

bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sekret/ sputum

2.

pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

3.

kerusakan pertukaran gas b / d gangguan suplay O2

J. Inttervensi

1. bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sekret/sputum


Tujuan : bersihan jalan nafas kembali efektif
Dengan kriteria hasil :
Sesak nafas berkurang/ hilang
Batuk berkurang / hilang
Klien dapat mengeluarkan sputum/ sekret
Wheezing berkurang / hilang
TTV dalam batas normal dan keadaan umum baik
Intervensi :

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas,whezing

R/ : Sebagai sumber data adanya perubahan sebelum dan sesudah perawatan diberikan

Berikan posisi yang aman untuk klien misalanya posisi semi fowler

R/: Mengembangkan ekspansi paru

Bantu / ajarkan klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif

R/ : Membantu membersihkan mukus dari paru dan nafas dalam memperbaiki


oksigenasi

Lakukan fisioterapi

R/ : membantu pengeluaran sekresi, meningkatkan ekspansi paru

Berikan air hangat

R/ : mengencerkan sekret yang ada dijalan nafas

Kolaborasi

Lakukan suction jika perlu

R/ : membantu mengeluarkan sekret yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien.

Berikan bronchodilator sesuai indikasi

R/ : Otot pernafasan menjadi relaks dan steroid mengurangi inflamasi


2) Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk
berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan
termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
R/: kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat
gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri
dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
R/: ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
R/: duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
R/ : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya bernafas.
6. Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan
- Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
R/: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban
pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

DAFTAR PUSTAKA

Santosa Budi, 2005-2006, panduan diagnosa keperawatan nanda,, Prima medika.


Suratno . 2007.penyakit asma. (www. Info-sehat.com)31 Desember.
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian fisik keperawatan,EGC, Jakarta,
http://satyaexcel.blogspot.com/2012/10/laporan-pendahuluan-penyakit-asma.html

Anda mungkin juga menyukai