dengan kodrat manusia. Dengan demikian wajarlah apabila para pakar menganggap bahwa
ilmu tertua serta induk segala ilmu adalah filsafat.
Pada masa sebelum masehi, filsafat telah muncul sebagai ilmu pengetahuan untuk
pegangan manusia dalam mengarungi hidup dan kehidupannya. Dengan menguasai filsafat
pada zaman itu, seorang ahli dapat menjawab segala permasalahan yang muncul. Dengan
demikian filsafat tampil dengan eksistensi dan missinya sebagai induk ilmu pengetahuan
(mater scientiarum). Dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan perkembangan
zaman dan meningkatnya kebutuhan manusia, semakin berkembangnya kehidupan modern,
maka semakin diperlukannya kebutuhan manusia untuk menjawab segala tantangan yang ada.
Dalam keadaan demikian lahirlah ilmu-ilmu pengetahuan khusus, yang dalam manifestasinya
mengucapkan selamat tinggal kepada induknya, yakni filsafat.
Momentum perpisahan tersebut dimulai pada sekitar abad pertengahan di sekitar
zaman Renaissance. Pada momentum perpisahan tersebut dicatat ada dua hal pokok yang
mewarnai filsafat dalam eksistensinya sebagai salah satu bentuk pengetahuan baru, yaitu:
1. kedudukan filsafat yang mencakup keseluruhan ilmu-ilmu pengetahuan khusus, tetapi
masih dirasakan sampai dewasa ini. Misalnya seorang dapat mencapai gelar
Philosopy Doctor (Ph.D) baik dalam lingkungan studi filsafat, maupun dalam
lapangan ilmu pengetahuan khusus (matematika,fisika, biologi, hukum, ekonomi,
kebudayaan dan lain-lain). Gelar Ph.D merupakan gelar tertinggi yang dapat dicapai
dalam semua lapangan studi yang diberikan oleh universitas atau institut.
2. sesudah Mater Scientiarum (filsafat) ditinggal pergi oleh putera-puterinya yang
tercinta (Ilmu pengetahuan khusus), maka filsafat tidak punah sama sekali, tetapi tetap
hidup dengan eksistensi baru, corak baru yaitu sebagai ilmu sempurna atau ilmu
istimewa dengan missinya yang mengusahakan pemecahan segala masalah yang
tidak dapat dipecahkan oleh ilmu-ilmu pengetahuan khusus.
Kata lain dari filsafat adalah hakikat dan hikmah, jadi kalau seseorang mengatakan
apa hikmah dari semuanya ini, berarti mencari latar belakang terdalam kejadian sesuatu
dengan kajian secara filsafati, yaitu apa, bagaimana, dan mengapa sesuatu terjadi. Dalam
filsafat, fenomena tersebut dinamakan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Sebelum kita menarik kesimpulan tentang definisi filsafat, maka sebaiknya kita
berkelana dengan beberapa tokoh ilmuwan-ilmuwan terkemuka berikut ini :
1. Plato (427-347 SM) seorang murid dari tokoh Socrates, merumuskan filsafat tidaklah
lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
2
2. Aristoteles (384-322 SM), murid dari Plato mengatakan Filsafat itu menyelidiki
sebab dan azas segala benda.
3. Al-Kindi (800-870), satu-satunya orang arab asli diantara para filsuf, karenanya dia
bergelar al-faylasuf al-arab. Dia menulis tentang filsafat pertama atau metafisika
(al-falsafah al-ula) sebagai berikut : Kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi
adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada
sejauh mungkin bagi manusia.
4. Al-Farabi (872-950), filsuf muslim yang terbesar berpendapat bahwa: filsafat itu
adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang ada (maujud) dan bertujuan menyelidiki
hakikatnya yang sebenarnya.
5. Prof.Dr. M.J. Langeveld, menulis bahwa: Apakah filsafat itu, akhirnya hanya kita
ketahui dengan berfilsafat, dan bagaimana kita memasuki filsafat itu?. Kita berada di
dalamnya manakala kita memikirkan pertanyaan apapun juga secara radikal, yakni
dari dasar sampai kepada konsekuensinya yang terakhir, sistematis yakni dalam
penuturan yang logis dan dalam urutan dan saling hubungan yang bertanggung jawab
dalam ikatan dengan keseluruhannya. Apa yang terbentuk sebagai keseluruhan
penuturan dan uraian disebut filsafat.
6. Harold H. Titus, menampilkan empat buah pengertian filsafat sebagai berikut:
a. Filsafat adalah satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta
b. Filsafat adalah satu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan menyeluruh
c. Filsafat adalah perangkat masalah
d. Filsafat adalah satu perangkat teori atau sistem pikiran.
7. Ibn Sina (980-1037), dengan nama lain Avicenna, seorang penghapal Al Quran
menulis sebagai berikut: Fisika dan metafisika sebagai suatu badan ilmu tak terbagi.
Fisika mengamati yang ada sejauh tak bergerak, metafisika memandang yang ada
sejauh itu ada dan mengarah, mengetahui seluruh kenyataan sejauh dapat dicapai
manusia.
8. Ibn Rushd (1126-1198), dengan nama lain Averroes berpendapat sebagai berikut:
Filsafat atau hikmah merupakan pengetahuan otonom yang perlu ditimba oleh
manusia, sebab Manusia dikaruniai oleh Allah dengan akal..
9. Immanuel Kant (1724-1804), mengatakan bahwa Filsafat itu ilmu pokok dan
pangkal segala pengetahuan yang didalamnya mencakup empat persoalan, yakni:
a. apakah yang dapat kita ketahui (metafisika)
3