Anda di halaman 1dari 15

Handout Pertemuan V dan VI

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Kata filsafat berasal dari kata ‘philosophia’ (bahasa Yunani), yang artinya ‘mencintai
kebijaksanaan’. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata filsafat disebut dengan istilah
‘philosophy’, dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah ‘falsafah’, yang biasa
diterjemahkan dengan ‘cinta kearifan’.(Rasidhasan, 2005:1)
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar
dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari
segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.(Rifka, 2013)
Istilah philosophia memiliki akar kata philien yang berarti mencintai dan sophos
yang berarti bijaksana . Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa filsafat
berarti cinta kebijaksanaan. Sedangkan orang yang berusaha mencari kebijaksanaan
atau pencinta pengetahuan disebut dengan filsuf atau filosof. (Rasidhasan, 2005:1)
Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat
dan berusaha keras dengan sunguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya
memperoleh kebenaran. (Rasidhasan, 2005:1)
Proses mencari kebenaran itu melalui beberapa tahap. Tahap pertama, manusia
berspekulasi dengan pemikirannya tentang semua hal. Kedua, dari berbagai spekulasi
disaring menjadi beberapa buah pikiran yang dapat diandalkan. Tahap ketiga, buah
pikiran tadi menjadi titik awal dalam mencari kebenaran (penjelajahan pengetahuan
yang didasari kebenaran), kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan, seperti
matematika, fisika, hukum, politik, dan lain-lain. (Rasidhasan, 2005:2)
Berikut definisi filsafat yang dikemukakan para ahli:
1. Pythagoras
Dalam tradisi filsafat zaman Yunani Kuno, Pythagoras adalah orang yang
pertama-tama memperkenalkan istilah philosophia, yang kemudian dikenal
dengan istilah filsafat. Pythagoras memberikan definisi filsafat sebagai the love
of wisdon. Menurutnya, manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusia
pecinta kebijakan (lover of wisdom),sedangkan yang dimaksud
dengan wisdom adalah kegiatan melakukan perenungan tentang Tuhan.
Pythagoras sendiri menggap kebijakan yang sesungguhnya hanya dimiliki
Tuhan semata-mata.
2. Socrate
Ia adalah seorang filosof dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales
pada zaman Yunani Kuno. Socrates memahami bahwa filsafat adalah suatu
peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari
kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life).
3. Plato
Seorang sahabat dan murid Socrates ini telah mengubah pengertian kearifan
(sophia) yang semula berkaitan dengan soal-soal praktis dalam kehidupan
menjadi pemahaman intelektual. Menurutnya, filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli. Dalam Republika, Plato menegaskan
bahwa para filosof adalah pecinta pandangan tentang kebenaran (vision of the
truth). Dalam pencarian terhadap kebenaran tersebut, filosof yang dapat
menemukan dan menangkap penegtahuan mengenai ide yang abadi dan tak
pernah berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang
bersifat speklutaif atau perekaan terhadap keseluruhan kebenaran. Maka
filsafat Plato kemudian dikenal dengan nama Filsafat Spekulatif.
4. Aristoteles
Aristoteles adalah seorang murid Plato yang terkemuka. Dalam pandangannya,
seringkali Aristoteles bersebrangan dengan pendapat gurunya, namun pada
prinsipnya, Aristoteles mengembalikan paham-paham yang dikemukakan oleh
gurunya tersebut. Berkenaan dengan pengertian filsafat, Aristoteles
mengemukakan bahwa sophia (kearifan) merupakan kebajikan intelektual
tertinggi. Sedangkan philosophia merupakan padanan kata dariepisteme dalam
arti suatu kumpulan teratur pengetahuan rasional mengenai sesuatu objek yang
sesuai. Adapun pengertian filsafat menurut Aristoteles, adalah ilmupengetahuan
yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
5. Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam bagaimana mewujudkan
bagaimana hakikat yang sebenarnya
6. Cicero
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
7. Johann Gotlich Fickte
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu ,yakni ilmu umum,
yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis
kenyataan. Filsafa tmemperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu
mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
8. Paul Nartorp
Filsafat sebagai Grunwissenschat ( ilmu dasar hendak menentukan kesatuan
pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang
memikul sekaliannya.
9. Imanuel Kant
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
10. Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidakberubah yang disebut hakekat.
11. Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya
ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-
dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
12. Sidi Gazalba
Berfilsafatialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran ,tentang
segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.
13. Bertrand Russel
Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antarateologi dan sains.
Sebagaimana teologi ,filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah
masalah yang pengetahuan definitive tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak
bisa dipastikan ;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal
manusia daripada otoritastradisi maupun otoritas wahyu.

1. Pegertian Sistem Filsafat


Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia disebut Filsafat Pancasila.
Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan
diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana
sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan”
rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu kewaktu.
(Notonagoro, 1980).
Berikut pengertian dari Filsafat Pncasila:
1. Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsepadaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato
Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas
di Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka.
Pancasila terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme, universalisme,
sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan nasionalisme
2. Filsafat Pancasila versiSoekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai
berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan
bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan
tradisi Indonesia dana kulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen),
dan Arab (Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari
Indonesia, “KeadilanSoasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak
pernah menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.
3. Filsafat Pancasila versiSoeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi.Melalui filsuf-filsuf yang
disponsori Depdikbud, semuaelemen Barat disingkirkan dan diganti
interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila
truly Indonesia”.Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila
dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang
bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia
antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, WasitoPoespoprodjo,
Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan,
Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum


adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia
yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,
nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling
sesuai bagi bangsa Indonesia.
Kalau dibedakan antara filsafat yang religious dan non religius, maka filsafat
Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila dalam
hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang
berasal dari Tuhan Yang MahaEsa (kebenaran religius) dan sekaligus mengakui
keterbatasan kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikirnya.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis,
filsafast Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti bahwa filsafat
Pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya
bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar untuk memenuhi
hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama
hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup, way of the life,
Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir
dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran yang bermacam-
macamdanbertingkat-tingkat sebgai berikut:
1. Kebenaran indra (pengetahuanbiasa);
2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmupengetahuan);
3. Kebenaran filosofis (filsafat);
4. Kebenaran religius (religi).
Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran filsafat, sebaiknya
kita kutip ceramah Mr.Moh Yaminpada Seminar Pancasila di Yogyakarta tahun
1959 yang berjudul “Tinjauan Pancasila TerhadapRevolusiFungsional”, yang
isinyaanatara lain sebagaiberikut:
Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu system filsafat.
Marilah kita peringatkan secara ringkas bahwa ajaran Pancasila itu dapat kita
tinjau menurut ahli filsafat, yaitu Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat
Evolusi Kebendaan seperti diajarkan oleh Karl Marx (1818-1883) dan menurut
tinjauan Evolusi Kehewanan menurut Darwin Haeckel, serta juga bersangkut paut
dengan filsafat kerohanian seperti diajarkan oleh Immanuel Kant (1724-1804).

Filsafat Pancasila
Dalam mempelajari filsafat Pancasila ada dua hal yang lebih dahulu kita pelajari
yaitu Pancasila dan Filsafat memeplajari Pancasila melalui pendekatan sejarah
supaya akan dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi dari waktu ke waktu
di tanah air kita Indonesia peristiwa – peristiwa yang saya maksudkan adalah yang
ada sangkut pautnya dengan Pancasila. Melalui pendekatan kami berharap untuk
mendapatkan data obyektif dapat menghasilkan kesimpulan yang obyektif pula oleh
karena manusia tidak mungkin menghilangkan sikap obyektif sebagai salah satu
bawaan kodrat, maka kami bersyukur bila mendapatkan kesimpulan yang obyektif
mungkin inter obyektif.
Sampai pada gilirannya filsafat dijadikan sebagai ilmu. Filsafat sebagai ilmu telah
lama dikembangkan oleh para pemikir di berbagai belahan dunia dalam rangka
memahami dan memaknai kehidupan. Problem-problem kehidupan dan
kemanusiaan yang datang terus-menerus membutuhkan jawaban. Problem itu yang
memacu perkembangan ilmu filsafat, terlebih ketika memasuki era global dengan
mudahnya komunikasi dan perpindahan ide, gagasan, dan budaya dari satu wilayah
ke wilayah lain. Pertemuan budaya, ideologi, dan agama tidak lagi bisa dihindarkan.
Para filsuf telah menyumbangkan pengabdiannya untuk memberikan jalan
pemecahan demi kemajuan umat manusia, terbukti banyak tokoh internasional yang
dengan basis filsafat telah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan, dan karya seni.
Filsafat sangat berarti bagi kehidupan pribadi dan banyak orang. Dengan
memahami filsafat, terutama sesuai dengan tujuan dan cita-cita masing-masing
individu, maka akan membantu kematangan dan kebijaksanaan jiwa, apalagi
mahasiswa. Setiap mahasiswa baik dari jurusan apapun hendaknya memahami dan
melakukan latihan berfilsafat secara terus menerus sehingga ketika di masa depan
jadi pemimpin, akan mampu memberikan solusi-solusi yang menentramkan dan me-
lebih baikkan umat manusia.
1. Filsafat Pancasila
Diantara banyak jenis filsafat, terdapat juga filsafat Pancasila. Sebagian ahli
mengatakan filsafat ini merupakan bagian dari Filsafat Timur yang
berketuhanan dan beragama (theisme-religius). Apakah ada ketuhanan yang
tidak beragama? Tentu saja ada. Sebagian orang di Barat percaya pada Tuhan
tapi tidak menganut agama tertentu. Nah, filsafat Pancasila merupakan filsafat
bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan perorangan, berbangsa
dan bernegara. Filsafat Pancasila adalah jati diri luhur yang membedakan
bangsa dan negara Indonesia dengan yang lain (Antoni, 2012:3).
2. Sistem Filsafat Pancasila
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan system
filsafat. Yang dengan sistem ialah suatu kesatuan bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu sila pancasila yang merupakan sistem filsafat
pada hakikatnya n suatu kesatuan organis. Antara sila pancasila itu saling
berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Dengan bahasa
yang lebih sederhana bisa dijelaskan bahwa, lima sila pancasila saling
berhubungan sekaligus saling membuat sing sila menjadi lebih mulia maknanya.
Jadi dengan demikian maka pancasila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat, dalam pengertian bahwa silanya saling bertalian erat sehingga
membentuk suatu struktrur tersebutlah yang mengandung nilai kebijaksaaan
dan cinta (Sutrisno, 2006: 32).
Secara filsafati, Pancasila merupakan sistem nilai-nilai ideologis yang
berderajat. Artinya di dalamnya terkandung nilai luhur, nilai dasar, nilai
instrumental, nilai praksis, dan nilai teknis. Agar ia dapat menjadi ideologi
bangsa dan negara Indonesia yang lestari tetapi juga dinamis berkembang, nilai
luhur dan nilai dasarnya harus dapat bersifat tetap, sementara nilai
instrumentalnya harus semakin dapat direformasi dengan perkembangan
tuntutan zaman.
Di samping itu, Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandang dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan (science of knowledge) yang dalam karya-
karya berikutnya ditunjukkan segisegi ontologik, epistemologi, dan aksiologinya
sebagai raison d’etre bagi Pancasila sebagai suatu faham atau aliran filsafati
(Wibisono, 1995:126).
Pancasila sejak semula dijadikan weltanschauung atau pandangan hidup
bangsa Indonesia, sekaligus prinsip-prinsip dasar negara. Dengan demikian, isi
pemikiran Pancasila sangat berhubungan dengan nilai-nilai yang mendasari
urusan kemasyarakatan. Ketika Pancasila dinyatakan sebagai pandangan hidup,
berarti Pancasila itu sendiri memiliki ilmu pengetahuan yang sesungguhnya
sangat bermanfaat bagi bangsa Indonesia sebagai petunjuk (guidance) di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan sebuah pandangan dunia atau world view yang
juga dapat ditanamkan nilai-nilai filsafat. Pancasila adalah filsafat bangsa yang
sesungguhnya berhimpit dengan jiwa bangsa. Di sini yang muncul adalah
kapasitas pengetahuan bangsa, misalnya yang berkaitan dengan hakikat
kenyataan dan kebenaran. Hakikat kenyataan dan kebenaran serta nilai-nilai
filsafat tersebut sebenarnya adalah bagian dari aspek ontologi, epistemologi dan
aksiologi yang harus dieksplorasi oleh filsafat ilmu dalam upaya
mengembangkan Pancasila.
Sebagai pandangan dunia atau filsafat, Pancasila merupakan acuan
intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa, yang dalam usaha keilmuan dapat
terbangun ke dalam sistem filsafat yang kredibel. Bahan materialnya adalah
berbagai butir dan ajaran kebijaksanaan dalam budaya etnik maupun agama.
Pengetahuan mengenai Pancasila sebagai dasar filsafat dan asas
kerohanian (ideologi) negara Republik Indonesia, sebagaimana halnya
pengetahuan yang lain, adalah bertingkat-tingkat. Pengetahuan dapat
dibedakan menjadi dua macam. Pertama, pengetahuan biasa, pengetahuan yang
dicapai dengan akal sehat oleh orang pada umumnya atau disebut common
sense. Kedua, pengetahuan ilmiah, pengetahuan yang diperoleh dengan cara
ilmu pengetahuan atau analisis.
Secara Ontologi
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya menegaskan
secara ontologi, bahwa manusia hidup di dunia harus selalu bertaqwa dan
beriman kepada Tuhan. Sila pertama memiliki makna secara ontologi sebagai
sebuah ilmu pengetahuan yang seharusnya dapat dipahami oleh masyarakat
dan bangsa Indonesia agar di dalam kehidupan tidak melakukan perbuatan
yang tercela dan merugikan orang lain. Selanjutnya, Pancasila sebagai dasar
filsafat negara Rcpublik Indonesia memiliki susunan lima sila yang
merupakan suatu persatuan dan kesatuan, serta mempunyai sifat dasar
kesatuan yang mutlak, yaitu berupa sifat kodrat monodualis, sebagai makhluk
individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Di samping itu, kcduduknnnya
sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, sekaligus sebagai makhluk
Tuhan. Konsekuensinya, segala aspek dalam penyelenggaraan negara diliputi
oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat kodrat manusia yang
monodualis tersebut.
Kemudian, seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka
dan jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai
Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara,
tugas/kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum negara, moral
negara, serta segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.
Secara Epistemologi
Kedua, secara epistemologis, Pancasila pada mulanya adalah
harmonisasi dari paham Barat modern sekuler, paham kebangsaan, Islam dan
pelbagai jenis pengetahuan lainnya yang melalui proses perdebatan panjang
hingga mencapai titik temu. Kebenaran yang dikandung Pancasila adalah
kebenaran konsensus. Watak konsensus berkonsekuensi pada fleksibilitas
peninjauan atas konsensus, meskipun jika berubah dalam bentuk yuridis
akan memiliki kekuatan mengikat. Pancasila yang mengandung kebenaran
konsensus adalah sistem terbuka yang dapat ditafsir dalam pelbagai arti,
dinilai kelemahan dan kelebihannya dan dikontekstualisasikan dengan
semangat perubahan.
Pengetahuan yang bersifat kefilsafatan mengenai Pancasila memiliki
kesesuaian dengan proses tercapainya kesiapan pribadi. Dengan adanya
pengetahuan yang bersifat kefilsafatan mengenai hakikat Pancasila, itu
berarti adanya dasar yang kuat dan kekal untuk terbentuknya way of life
negara, bangsa dan warga negara (Edwin dkk., 2006:165).
Nilai-nilai Pancasila yang terdiri dari lima sila itu memiliki banyak
sumber pengetahuan yang sudah seharusnya mampu diimplementasikan
dalam kehidupan manusia, dan dijadikan petunjuk dalam berperilaku.
Pengetahuan yang terkandung di dalam Pancasila sesungguhnya sudah cukup
untuk mengatasi persoalan kebangsaan dan membawa kemajuan jika ia
diterapkan secara genuine di dalam menjalankan semua aktivitas, tugas
negara maupun tugas akademik.
Selanjutnya, susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan maka
Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti
susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari dari sila-sila Pancasila itu.
Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkis dan berbentuk
piramidal, yaitu:
a) Sila pertama Pancasila mendasari dan mcnjiwai keempat sila lainnya.
b) Sila kcdua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila
ketiga, keempat, dan kclima;
c) Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari
dan menjiwai sila keempat dan kelima.
d) Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga serta
mendasari dan menjiwai sila kelima; serta
e) Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga,dan keempat.
Demikianlah, susunan Pancasila memiliki sistem logis, baik yang
menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis
Pancasila juga menyangkut kualitas ataupun kuantitasnya. Selain itu, dasar-
dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut isi arti sila-sila Pancasila
tersebut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran
pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Kedudukan dan kodrat
manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Karena itu, sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologi Pancasila
juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifal mutlak. Hal ini sebagai
tingkat kebenaran yang tertinggi.
Selanjutnya, kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu
sintesis yang harmonis di antara potensi-potensi kejiwaan manusia, yaitu
akal, rasa, dan kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang
tertinggi. Selain itu, dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, epistemologi
Pancasik: mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya
dengan hakikat sifai kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial.
Sebagai suatu paham epistemologi, Pancasila memandang bahwa ilnu
pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan
pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam
upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam hidup
manusia. Itulah sebabnya Pancasila secara epistemologis harus menjadi
dasar moralitas bangsa dalarr membangun perkembangan sains dan
teknologi dewasa ini.
Secara Aksiologi
Ketiga, secara aksiologi, Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam silasilanya, yakni nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan serta keadilan sosial.
Nilai-nilai luhur tersebut sudah seharusnya mampu diserap oleh
masyarakat Indonesia.

Berpijak dari ketiga aspek dalam filsafat ilmu tersebut, sistem filsafat di dalam
nilai-nilai Pancasila mengandung ajaran tentang potensi dan martabat manusia yang
merupakan anugerah dari Tuhan. Karena itu, ketika seseorang mampu menghayati dan
menjiwai nilai-nilai budi pekerti dari Pancasila, besar kemungkinan masyarakat
Indonesia akan lebih baik dalam berperilaku sehingga apa yang dicita-citakannya akan
tercapai serta menjadikan jati diri bangsa Indonesia lebih bermartabat.
Tepat kiranya jika Notonagoro mengembangkan Pancasila seringkali
menggunakan “pisau filsafat ilmu”. Ia menghampiri Pancasila dari jendela filsafat,
meminjam pelbagai perspektif di dalam teori-teori filsafat dalam rangka membedah
hakikat Pancasila. Satu-satunya jalan untuk meluruskan, atau untuk memberi porsi
pantas bagi batas-batas pengertian, debat ilmiahfilosofis diyakini dapat
menghantarkan masyarakat Indonesia dan dinamika kenegaraan pada nilai hakiki
Pancasila. Filsafat sebagai ilmu yang berkerangka komprehensif, radikal, koherensi
diyakini dapat menggali unsur-unsur paling inti dari Pancasila (Edwin dkk., 2006:145).
Dengan menguak secara filosofis nilai-nilai Pancasila diharapkan memunculkan
suatu pengetahuan baru dan pengembangan baru terhadap nilai-nilai luhur Pancasila.
Dengan didasari oleh nilai-nilai luhur Pancasila diharapkan dapat menggugah manusia-
manusia Indonesia untuk kembali setia dan konsisten meresapi dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila. Karena itu, sudah menjadi tanggung jawab sebagai seorang
ilmuwan untuk mampu membantu dan menerapkan ajaran nilai-nilai dalam Pancasila.
Pancasila bagian dari falsafah bangsa Indonesia yang sudah semestinya memiliki nilai-
nilai etis dan luhur untuk selalu diimplementasikan di dalam perguruan tinggi sehingga
ajaran dan nilai-nilai Pancasila tidak menjadi sebuah simbol saja serta dijadikan sebagai
alat kepentingan politik.
Karena itu, untuk menyelesaikan problem Pancasila agar tidak dijadikan alat
kepentingan politik, dan tidak menyebabkan manusia-manusia Indonesia menjadi
apatis, masyarakat Indonesia harus dapat menempatkan ideologi Pancasila sebagai
sebuah sistem ilmu pengetahuan sehingga upaya untuk mengikis anggapan negatif atas
ideologi Pancasila menjadi lebih memungkinkan. Namun demikian, masyarakat
Indonesia itu juga harus mampu menempatkan daya
kritis dari cipta karsa pikir manusia terhadap nilai-nilai Pancasila.
Apabila Pancasila tidak didukung oleh manusia-manusia yang sadar dan
terdidik serta ilmuwan-ilmuwan yang handal, dan para mahasiswa yang duduk di
Perguruan Tinggi, maka nilai-nilai Pancasila akan menjadi pudar, disfungsional dan
mungkin terjerumus dalam kemandekan dan kebekuan dogmatik, kemiskinan
konseptual sebagai akibat langkanya gagasan-gagasan segar secara filsafati.
Filsafat, adalah sebuah ilmu pengetahuan sudah seharusnya mampu
mengembangkan nilai-nilai Pancasila, dengan jalan dijadikan bahan dan kurikulum
dalam pendidikan di Indonesia. Dengan begitu, masyarakat harus memahami bahwa
Pancasila yang memiliki nilai-nilai luhur itu adalah sifat-sifat dan karakter yang sesuai
dengan bangsa Indonesia. Karena itu, perguruan tinggi harus mampu mengembangkan
dan menanamkan sejak dini di dalam pikiran masyarakat Indonesia (Kirom, 2011:111)

Referensi

Antoni, Condra.2012. Filsafat Pancasila Sebagai Basis Pergerakan Mahasiswa,


kehidupan Sosial, dan spirit Kewirausahaan. Politeknik Negeri Batam Parkway
Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia

Edwin, Ferry, dkk, 2006, Prof. Notonagoro & Pancasila: Analisis Tekstual & Kontekstual,
UGM Press, Yogyakarta.

Komalasari, Kokom. 2007. Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : CV


Armico.

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat, diakses tanggal 20 Mei 2017

https://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/. Diakses pada tanggal 29 Maret


2013.
http://sahrirpetta.blogspot.co.id/2011/08/filsafat-pancasila.html, diakses tanggal 20
Mei 2017

Notonagoro. 1980. Beberapa Hal MengenaiFalsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:


PantjoranTujuh.

Notonegoro. 1985. Beberapa hal Mengenai Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Patjoran Tu


juh

Rasiqhasan. 2005. Jurnal Filsafat Pancasila. Jakarta: Universitas Gunadarm.

Sutrisno, Slamet, 2006, Filsafat dan Ideologi Pancasila, Andi, Yogyakarta.

Wibisono Siswomihardjo, Koento, 1995, Peran Filsafat Dalam Hidup Berbangsa,


dalamAlex Lanur (ed), Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka: Problem dan Tantanganya,
Kanisius, Yogyakarta.

(http://www.ugm.ac.id/content.php?page=4& fak=4), diakses tanggal 20 Mei


2017Kirom, Syahrul, 2011. FILSAFAT ILMU DAN ARAH PENGEMBANGAN
PANCASILA: RELEVANSINYA DALAM MENGATASI PERSOALAN KEBANGSAAN.
Vol.21, Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai