Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT

B. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

C. MODEL BERPIKIR FILSAFAT ILMU

BAB II PEMBAHASAN

A. ONTOLOGI ILMU KEPERAWATAN

B. EPISTEMOLOGI ILMU KEPERAWATAN

C. AKSIOLOGI ILMU KEPERAWATAN

D. FUNGSI FILSAFAT ILMU

E. RUMUSAN MASALAH

F. TUJUAN

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. PERSPEKTIF

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
FILSAFAT ILMU KEDOKTERAN

MODEL BERPIKIR FILSAFAT

UNTUK PENGEMBANGAN DAN APLIKASI

ILMU KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut bentuk kata, philosophia

diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan sophos. Philos berarti cinta dan shopia atau shopos

berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat disebut telah

berfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang

cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah. Pada awalnya, kata shopia

lebih sering diartikan sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan dan

pelayaran. Dalam perkembangan selanjutnya, makna dari kata kemahiran ini lebih dikhususkan lagi untuk

kecakapan di bidang sya’ir dan musik. Makna ini kemudian berkembang lagi kepada jenis pengetahuan

yang dapat mengantarkan manusia untuk mengetahui kebenaran murni. Shopia dalam arti yang terakhir

ini, kemudian dirumuskan oleh Pythagoras bahwa hanya Dzat Maha Tinggi (Allah) yang mampu

melakukannya. Oleh karena itu, manusia hanya dapat sampai pada sifat “Pencipta Kebijaksanaan”.

Pythagoras menyatakan: “Cukup seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah dan berusaha

untuk mencapainya.” Harun Hadiwijono berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa Yunani,

filosofia. Struktur katanya berasal dari kata filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam arti
itu, menurut Hadiwijono filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya,

seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam

pengertian ini lebih memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih berarti sebagai

“Himbauan kepada kebijaksanaan.” Harun Nasution beranggapan bahwa kata filsafat bukan berasal dari

struktur kata Philos dan shopia, philos dan shophos atau filosofen. Tetapi kata filsafat berasal dari bahasa

Yunani yang struktur katanya berasal dari kata philien dalam arti cinta dan shofos dalam arti wisdom.

Orang Arab menurut Harun memindahkan kata Philosophia ke dalam bahasa mereka dengan

menyesuaikan tabi’at susunan kata-kata bahasa Arab, yaitu filsafat dengan pola (wajan) fa’lala, fa’lalah,

dan fi’la. Berdasarkan wajan itu, maka penyebutan kata filsafat dalam bentuk kata benda seharusnya

disebut falsafat atau Filsaf.

Harun lebih lanjut menyatakan bahwa kata filsafat yang banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia,

sebenarnya bukan murni berasal dari bahasa Arab sama seperti tidak murninya kata filsafat terambil dari

bahasa Barat, philosophy. Harun justru membuat kompromi bahwa filsafat terambil dari dua bahasa, yaitu

Fil diambil dari bahasa Inggris dan Safah dari bahasa Arab. Sehingga kata filsafat, adalah gabungan

antara bahasa Inggris dan Arab. Berfilsafat artinya berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas

(tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-

dasar persoalannya. Atas dasar itu maka menurut Harun, secara etimologi filsafat dapat didefinisikan

sebagai:

1. Pengetahuan tentang hikmah

2. Pengetahuan tentang prinsip atau dasar

3. Mencari kebenaran

4. Membahas dasar dari apa yang dibahas


Ali Mudhafir berpendapat bahwa kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata

Falsafah (Arab), Phyloshophy (Inggris), Philosophie (Jerman, Belanda dan Perancis). Semua kata itu,

berasal dari bahasa Yunani Philosphia. Kata philosophia sendiri terdiri dari dua suku kata, yaitu Philien,

Philos dan shopia. Philien berarti mencintai, philos berarti teman dan sophos berarti bijaksana, shopia

berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, menurut Ali Mudhafir ada dua arti secara etimologi dari kata

filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philien dan shopos,

maka ia berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (ia menjadi sifat). Kedua, apabila filsafat

mengacu pada asal kata philos dan shopia, maka ia berarti teman kebijaksanaan (filsafat menjadi kata

benda)

B. Pengertian Filsafat Ilmu

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu

dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001):

1. Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions

by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline

autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan

kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria

yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu

kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.

2. Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific

thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole.

(Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba

menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan).

3. A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of

science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general
scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis

mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-

praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual).

4. Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between

experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-

teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah).

5. May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis,

description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan

dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.

6. Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what

philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of

thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as

grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered

as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of

inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat

bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat

melakukan dua macam hal: di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam

semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain

pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi

keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan

ketakajegan dan kesalahan.

7. Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the

elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of

argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on

and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical
methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama

menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur

pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-

anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi

kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).

C. Model Berfikir Filsafat Ilmu

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah

kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,

epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi

(filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti:

• Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana

hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan? (Landasan

ontologis).

• Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana

prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah

kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang

membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis).

• Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara

penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah

berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan

operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional? (Landasan aksiologis).


D. Fungsi Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya

tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni:

• Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.

• Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.

• Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.

• Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan.

• Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri,

seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.

Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan bahwa fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan

landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali

kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh

dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif

antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai

fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan pengertian, metode, dan fungsi yang diuraikan di atas, maka disusun rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana para ahli mendefinisikan ilmu keperawatan?


2. Bagaimana perkembangan sejarah ilmu keperawatan?

3. Bagaimana tindakan dan praktek dalam ilmu keperawatan?

F. Tujuan

1. Mengetahui para ahli mendefinisikan ilmu keperawatan menurut sumber-sumber terpercaya.

2. Mengetahui perkembangan sejarah ilmu keperawatan.

3. Mengetahui tindakan dan praktek dalam ilmu keperawatan.


BAB II PEMBAHASAN

A. Apa Ilmu Keperawatan (Ontologi Ilmu Keperawatan)

1. Pengertian Perawat

Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut,

keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif

yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup

seluruh proses kehidupan manusia.

Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah

menempatkan pasien alam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak.

Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi

kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan

kepada klien.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian

pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standart

pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri

atau memalui upaya kolaborasi.


2. Definisi Perawat

Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka

yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang

dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

Tyalor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang berperan dalam

merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses

penuaan.

Definisi perawat menurut ICN (International Council of Nursing) tahun 1965, perawat adalah

seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di

negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yan bertanggung jawab untuk

meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.

Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan

sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi

keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap.

Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan

seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu: “Ilmu keperawatan mencakup

ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat,

ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya

menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk

mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar

manusia .”
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar

belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui

pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.

Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan

tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu tang

utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada

tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau

molekuler.

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa hakikat dari ilmu keperawatan adalah mempelajari

tentang respon manusia terhadap sehat dan sakit yang difokuskan pada kepedulian perawat terhadap tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar pasien atau disebut dengan care. Hal ini berbeda dengan hakikat

kedokteran adalah pengobatan atau disebut cure.

B.Bagaimana Lahirnya Ilmu Keperawatan (Epistemologi Ilmu Keperawatan)

Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia.

Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan primitive. Namun demikian mereka sudah mampu

sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Pekerjaan "merawat" dikerjakan

berdasarkan naluri (instink) à naluri binatang à "mother instinct" (naluri keibuan) yang merupakan suatu

naluri dalam yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, merawat orang lemah).

Perkembangan keperawatan dipengaruhi dengan semakin maju peradaban manusia maka semakin

berkembang keperawatan. Diawali ole seorang Florence Nigtingale yang mengamati fenomena bahwa

pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding

pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa

perawatan lingkungan berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian mejadi paradigma

keperawatan berdasar lingkungan.


Semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari berbagai teknik untuk mendapatan kebenaran

baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intusisi (diluar

kesadaran), common sense (pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan

penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan. Sehingga muncullah paradigma lain diantaranya:

1. Peplau (1952) : Teori interpersonalsebagai dasar perawatan

2. Orlando (1961) : Teori komunikasi sebagai dasar perawatan

3. Johnson (1961) : Stabilitas sebagai tujuan perawatan

4. Roy (1970) : Teori adaptasi sebagai dasar perawatan

5. Rogers (1970) : Konsep manusia yang unik

6. King (1971) : Proses transaksi perawat-klien

7. Orem (1971) : Kemandirian pasien untuk merawat dirinya sebagai tujuan perawatan

C. Untuk Apa Ilmu Keperawatan (Aksiologi Ilmu Keperawatan)

Menurut konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan (1992) praktik keperawatan adalah tindakan mandiri

perawat professional / ners melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif baik dengan klien maupun tenaga

kesehatan lain dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan individu dan

berkelompok.

Sementara praktik keperawatan profesional adalah tindakan mandiri perawat professional dengan

menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh mencakup ilmu dasar dan ilmu keperawatan

sebagai landasan dan menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan dalam melakukan asuhan

keperawatan (pokja keperwatan CHS,2002). Sedangkan pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk

pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada

ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko- soiso- spiritual yang komprehensif (holistik),

ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencagkup seluruh

proses kehidupan manusia.


Pelayanan keperawatan yang di berikan berupa bantuan karena adanya kelemahan fisik dan

mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan

kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

Praktik keperawatan sudah diatur dalam surat keputusan Menteri Kesehatan No.1239 tentang

registrasi dan praktik keperawatan yang mengatur hak, kewajiban, dan kewajiban perawat, tindakan-

tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat dalam menjalankan praktiknya, dan persyaratan

praktik keperawatan dan mekanisme pembinaan dan pengawasan. Sekarang rancangan undang-undang

tentang praktik keperawatan sudah di usulkan ke DPR untuk Mendapatkan pengesahan.


BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Hakikat dari ilmu keperawatan adalah kepedulian perawat pada respon pasien terhadap sehat dan

sakit yang berfokus pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

 Pada awalnya Ilmu keperawatan lahir secara naluri yang dikenal dengan mother instinc dan

berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia dengan mengguanakan metode

ilmiah untuk mendapat kebenaran dalam ilmu keperawatan

 Pemanfaatan ilmu keperawatan dituangkan dalam asuhan keperawatan untuk menangani respon

pasien terhadap sehat dan sakit terutama memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dilandasi kode

etik keperawatan dalam batas kewenagan perawat yang diatur dalam kepmenkes 1239 dan RUU

praktek Keperawatan.

B. PERSPEKTIF

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun

2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam

negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana

pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu
menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan

baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian

penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi

penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga

menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.

Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan kesempatan untuk

meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran

masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada

pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan

oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya

keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan

kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka

terhadap aspek sosial budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.

Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum

menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional,

diantaranya:

1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1

keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.

2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.

3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan (standar, bentuk praktik keperawatan, lisensi )

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan berdampak

negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “sehat untuk semua pada

tahun 2010”, maka solusi yang harus ditempuh adalah:

1. Pengembangan Pendidikan Keperawatan


Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan

professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan

berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga

perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal

SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.

2. Memantapkan Sistem Pelayanan Perawatan Professional

Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi

praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam

memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.

3. Penyempurnaan Organisasi Keperawatan

Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta

kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan

mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.

Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu

organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas

kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri

ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya

pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di

kelompokkan dalam:

1. Nilai Intelektual

Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari:

a. Body of Knowledge.
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan).

c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

2. Nilai Komitmen Moral

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik

keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat

memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik. Aspek moral yang harus menjadi

landasan perilaku perawat adalah:

a. Beneficience

Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak

merugikan klien. (Johnstone, 1994).

b. Fair

Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan

sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan

yang dimiliki.

c. Fidelity

Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati

janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual

klien.

3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat

Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak

otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki

kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan

tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan

penentu diri sendiri.


Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi

profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan

tanggung jawab anggota profesi.

Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya

terhadap klien.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. 2007. Bahan Ajar: Filsafat Ilmu dan Logika. Surabaya: Laboratorium Humaniora.

Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Universitas Airlangga.

Assyalbany, Omar Mohammad At-Toumy. 1979. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Harjanto, JM. 2000. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: GRAMIK FK UNAIR.

Hidayat, Aziz Alimul. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, EGC. Jakarta: Salemba

Medika.

Suriasumantri, Jujun S. 2000. Pengantar Filsafat Ilmu. Jakarta: Yayasan Obor.

Soemowinoto, Sawoko. 2008. Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai