Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGANTAR STUDI PEMIKIRAN ISLAM

Tentang

TOKOH-TOKOH PEMBAHARU DALAM ISLAM ATAU PEMIKIRAN


MODERN DALAM ISLAM DI TIMUR TENGAH DAN TURKI

Disusun oleh kelompok 11:

1. Nadia Putri (2314030071)


2. Hasanah (2314030078)
3. MHD. Alek Sanra Hasibuan (2314030060)

Dosen Pengampu:

Ibuk Silmi Novita Nurman, S.Th.I.,M.Ag.

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI C)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL

PADANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Tokoh-Tokoh Pembaharu Dalam Islam Atau Pemikiran
Modern Dalam Islam Di Timur Tengah Dan Turki”, tepat pada waktu nya.
Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi kita
yaitu Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Dan yang terhormat
kepada ibuk Silmi Novita Nurman, S.Th.I.,M.Ag. yang telah mengajar di kelas
MPI C.

Adapun tujuan dari penulis, makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengantar Studi Pemikiran Islam. Penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna, baik segi penyusunan bahasa maupun teknik penulisan
nya. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang membangun,
khususnya dari dosen mata kuliah Pengantar Studi Pemikiran Islam. Guna
menjadi acuan bagi penulis untuk menjadi lebih baik lagi dalam menyusun
makalah. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.

Padang, 29 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2

A. Jamaluddin al-Afghani, Rifa’ah Badawi at-Tahtawi,


Muhammad Abduh. Rasyid Ridha, Qasim Amin,
Thaha Husein ............................................................................. 4
B. Sultan Mahmud II, Tanzimat, Usmani Muda,
Turki Muda, Kemal at-Taturk dan kembali ke Islam........... 4

BAB III PENUTUP ............................................................................... 6

A. Kesimpulan ................................................................................ 8
B. Saran........................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembaharuan merupakan terjemahan bahasa Barat “Modernisasi”, atau
bahasa Arab al-tajdid mempunyai pengertian “Pikiran, gerakan untuk
menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan
baru yang ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern” dengan jalan itu para pemimpin Islam modern
mengharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran
kepada kemajuan. Pembaharuan Islam muncul sebagai respons terhadap
krisis yang dihadapi umat Islam sejak abad ke-18 Masehi. Krisis tersebut
meliputi kemunduran ilmiah, politik, ekonomi, social, dan budaya yang
dialami oleh dunia Islam akibat dari penjajahan dan imperialisme Barat.
Umat Islam merasa tertinggal dan terancam oleh dominasi Barat yang
lebih maju dan kuat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembaharuan oleh Jamaluddin al-Afghani, Rifa’ah Badawi
at-Tahtawi, Muhammad Abduh. Rasyid Ridha, Qasim Amin, Thaha
Husein?
2. Bagaimana pembaharuan oleh Sultan Mahmud II, Tanzimat, Usmani
Muda, Turki Muda, Kemal at-Taturk dan kembali ke Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pembaharuan oleh Jamaluddin al-
Afghani, Rifa’ah Badawi at-Tahtawi, Muhammad Abduh. Rasyid
Ridha, Qasim Amin, Thaha Husein.
2. Untuk mengetahui bagaimana pembaharuan oleh Sultan Mahmud II,
Tanzimat, Usmani Muda, Turki Muda, Kemal at-Taturk dan kembali
ke Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jamaluddin al-Afghani, Rifa’ah Badawi at-Tahtawi, Muhammad


Abduh. Rasyid Ridha, Qasim Amin, Thaha Husein.
1. Jamaluddin al-Afghani
A. Biografi Jamaluddin al-Afghani
Beliau lahir pada tahun 1839 M di Afghanistan, dan
meninggal dunia di Istanbul pada tahun 1897 M. Jamaluddin ialah
pemimpin pembaharuan Islam yang tempat tinggal dan
aktivitasnya berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain.
Pengaruh pemikiran dan pembaharuannya yang paling besar dan
nyata ialah di Mesir. Oleh karena itu, meskipun masa kecilnya
dihabiskan di Afghanistan, perjuangannya lebih banyak di Mesir,
Hijaz, Yaman, Turki, Inggris, India, dan Perancis.
Jamaluddin merupakan seorang yang cerdas. Pada usia yang
masih muda, yakni 18 tahun, ialah sudah menguasai berbagai
disiplin keilmuan, seperti ilmu agama, filsafat, hukum, sejarah,
matefisika, kedokteran, sains, astronomi, dan astrologi. Dalam
karirnya, Jamaluddin pernah menjabat sebagai perdana menteri di
Afghanistan. Tetapi, saat itu Inggris mencampuri masalah politik
dalam negeri, ia pun meninggalkan Kabul, dan pergi ke India. Di
India ternyata juga sudah diintervensi Inggris sehingga ia
berpindah ke Mesir pada tahun 1871.
B. Adapun pokok-pokok pemikiran Jamaluddin al-Afghani
adalah:
a. Penyebab kemunduran Islam disebabkan beberapa hal, yaitu:
akhlak buruk dan acuh terhadap ilmu pengetahuan, kelemahan
umat Islam dalam segala sektor, dan kurangnya usaha dalam
mencerdaskan umat, baik untuk menekuni dasar-dasar ilmu
agama maupun upaya transformasi imu pengetahuan,

2
intepretasi tentang makna qadha dan qadar yang salah sehingga
memalingkan dari usaha dan kerja keras, kekeliruan dalam
memahami hadits Nabi Muhammad Saw bahwa umat Islam
akan mengalami kemunduran pada akhir zaman. Kesalahan ini
menyebabkan umat Islam tidak mau berusaha untuk
memperbaiki nasib, dan lemahnya ukhuwah Islam.
b. Menggulirkan pan-Islamisme, yaitu paham yang bertujuan
mempersatukan seluruh umat Islam di dunia. Hal yang
melatarbelakangi pemikiran tersebut adalah dominasi kolonial
Barat di dunia Islam pada masa itu.
c. Antara laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang
sama. Keduanya memiliki akal untuk berpikir. Ide
pembaharuannya tentang kesetaraan gender ini pun berdampak
emansipasi wanita.
d. Berusaha mengubah sistem pemerintahan autokrasi menjadi
demokrasi.
C. Diantara karya-karya Jamaluddin al-Afghani yang pernah
ditulis adalah sebagai berikut:
1. Ar-Raddu alad dahriyyin tentang jawaban kepada kaum Ateis.
2. Al-Qadha wa al-Qadar tentang Qadha dan Qadar.
3. Risalah Raddi Nahuriyah tentang jawaban atas pertanyaan yang
diajukan oleh Muhammad Wasil, Guru Madrasah Muizzah.
4. Falsafah Syahadat hadhrat sayyid al-Syuhda tentang filsafat.
5. Mubahasat al-Ernest Renan Dar Tawafuq Islam tentang
kumpulan percakapan antara Jamaluddin al-Afghani dengan
Renan tentang Islam. 1

2. Rifa’ah Badawi at-Tahtawi


A. Biografi Rifa’ah Badawi at-Tahtawi

1
ABD Rahman, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kurikulum, (Jakarta: PT. Earlangga,
2013). Hal. 303-305.

3
Beliau lahir di Tahta tahun 1801. Sejak kecil ia sudah dipaksa
belajar dengan bantuan keluarga dari ibunya. Pada usia 16 tahun ia
belajar di al-Azhar, kemudian ia melanjutkan studi di Perancis.
Dalam perjalanan ke Paris ia belajar bahasa Perancis. Selama 5
tahun belajar di Paris ia telah menerjemahkan 12 buku dan risalah.
Sekembalinya di Kairo ia diangkat sebagai guru bahasa
Perancis dan penerjemah di sekolah Kedokteran. Pada tahun 1836
didirikan “Sekolah Penerjemah” yang kemudian diubah namanya
menjadi “Sekolah Bahasa-bahasa Asing”. Bahasa yang diajarkan
adalah bahasa Arab, Perancis, Turki, Itali, dan juga ilmu-ilmu
teknik, sejarah, serta ilmu bumi. Salah satu kesejahteraan menurut
Al-Tahtawi adalah berpegang teguh pada agama dan akhlak (budi
pekerti) untuk itu pendidikan merupakan suatu hal yang penting.
At-Tahtawi juga pernah menjadi pimipinan surat kabar Al-Waqa’I
al-Mishriyah. Selain memuat berita-berita resmi ia juga memuat
pengetahuan tentang kemajuan Barat.
B. Disalah satu karangannya ia menerapkan tentang teori-teori
demokrasi. Pokok-pokok pemikiran at-Tahtawi dalam
mengadakan pembaharuan diantaranya:
a. Para pemimpin harus musyawarah dengan para ulama, kaum
terpelajar, dokter dan ekonom.
b. Syari’ah harus disesuaikan dengan perkembangan modern.
c. Para ulama harus belajar filsafat dan ilmu pengetahuan modern
agar sesuai dengan syariat dan kebutuhan zaman modern.
d. Pendidikan harus bersifat universal untuk semua golongan.
e. Umat Islam harus dinamis dan tidak statis.2
C. Ide-ide pembaharuan pendidikan at-Tahtawi adalah:
Diantara pendapat baru yang dikemukakannya adalah ide
universal. Sasaran pendidikannya terutama dtitujukan kepada

2
Muhammad Fauzi, Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Mesir, (Jakarta: Deli Serdang,
2017). Hal. 391-392.

4
pemberian kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan
ditengah masyarakat. Menurutnya, perbaikan pendidikan
hendaknya dimulai dengan memberikan kesempatan belajar yang
sama antara pria dan wanita, sebab wanita memegang posisi yang
menentukan dalam pendidikan. Wanita yang terdidik akan menjadi
istri dan ibu rumah tangga yang berhasil.
Dalam belajar mengajar, at-Tahtawi menganjurkan terjadinya
cinta dan kasih sayang antara guru dan murid, laksana ayah dan
anaknya. Pendidik hendaknya memiliki kesabaran dan kasih
sayang dalam proses belajar mengajar. Ia tidak menyutujui
penggunaan kekerasan, pemukulan, dan semacamnya, sebab
merusak perkembangan anak didik. Dengan demikian, dipahami
bahwa at-Tahtawi sangat memperhatikan metode mengajar dengan
pendekatan psikologi belajar.

3. Muhammad Abduh
A. Biografi Muhammad Abduh
Muhammad Abduh memiliki nama lengkap Muhammad bin
Abdullah bin Hasan Khairullah merupakan salah satu seorang
tokoh pemikir, pembaharu Islam pada awal abad 19 M. Beliau
lahir pada tahun 1266 H/1849 M disebuah distrik bernama Sibsyir
kota Mahallah Nasr di provinsi al Bahirah, Mesir dari rahim
seorang wanita Arab yang nasabnya sampai pada Umar ibn
Khathab, Khalifah kedua sesudah Abu Bakar mangkat. Ayahnya
bernama Abdul bin Hasan Khairullah, merupakan seorang petani
dan mempunyai silsilah keturunan dengan bangsa Turki.
Sedangkan ibunya bernama Junaidah Uthman, seorang wanita
keturunan Arab.3

3
Abdul Rahim Karim, Refleksi Pemikiran Muhammad Abduh Dalam Pembaharuan Pendidikan
Islam, (Jakarta: Tadibuna, 2023). Hal. 334-349

5
Kondisi umat Islam pada masa hidup Abduh akhir abad 18
dan awal abad 19 adalah bagian dari rentetan sejarah kemunduran
umat Islam. Dunia Islam mengalami kemunduran yang sangat
memprihatinkan. Dunia Islam tekukung oleh penjajah. Wilayah
Islam yang sebelumnya berada dalam Khilafah Utsmaniyah
menjadi sasaran jajahan oleh bangsa-bangsa Eropa.
B. Pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh adalah:
a. Purifikasi
Purifikasi atau pemurnian ajaran Islam telah mendapatkan
tekanan serius dari Muhammad Abduh berkaitan dengan
munculnya bid’ah dan khurafah yang masuk dalam kehidupan
beragama kaum muslim.
b. Reformasi
Reformasi pendidikan tinggi Islam difokuskan Muhammad
Abduh pada universitas almameternya, Al-Azhar. Muhammad
Abduh menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya
mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi
dogma ilmu kalam untuk membela Islam. Akan tetapi,
kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains-sains
modern, serta sejarah dan agama Eropa, agar diketahui sebab-
sebab kemajuan yang telah mereka capai.4
c. Pembelaan Islam
Muhammad Abduh tetap mempertahankan potret diri
Islam. Hasratnya untuk menghilangkan unsur-unsur asing
merupakan bukti bahwa dia tetap yakin dengan kemandirian
Islam.
d. Reformulasi
Agenda ini dinamakan untuk membuka kembali pintu
ijtihadd. Menurutnya, kemunduran kaum muslim disebabkan

4
Asri Bahri, Kajian Pemikiran Tokoh Modern, STAI Auliaurrasyidin Tembilahan, (Jakarta: Mitra
PGMI, 2020). Hal. 175.

6
oleh dua factor yaitu internal dan eksternal. Dengan
reformulasinya Muhammad Abduh menegakkan bahwa Islam
telah membangkitkan akal pikiran manusia dari tidur
panjangnya. Manusia tercipta dalam keadaan tidak terkekang.

4. Rasyid Ridha
A. Biografi Rasyid Ridha
Disebuah desa yang bernama Qolamun, sebuah desa yang
tidak jauh dari kota Tripoli, Libanon. Tepatnya pada tanggal 27
Jumadil ula 1282 H (1865 M). Lahirlah seorang anak yang kelak
akan menjadi pembaharu dalam dunia Islam. Sebuah nama yang
dianugerahkan dengan segenap rasa cinta oleh kedua orang tuanya
adalah Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsudin bin
Baha’udin Al-Qolmuni Al-Husaini. Yang kemudian hari dunia
Islam lebih mengenal beliau dengan nama Muhammad Rasyid
Ridha. Beliau dilahirkan dengan keluarga sangat beragama. Dalam
sebuah sumber ada yang menyebutkan bahwa beliau masih
memiliki pertalian darah dengan Husain bin Ali Abi Thalib cucu
Rasulullah SAW.5
Pendidikan Rayid Ridha diawali dengan membaca Al-Qur’an,
menulis dan berhitung di kampungnya. Rasyid Ridha lebih senang
menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca buku
daripada bermain. Ketika berumur 18 tahun, ia kembali
melanjutkan studinya dan sekolah yang dipilihnya adalah
Madrasah al-Wataniyyah al-Islamiyyah yang didirikan Syekh
Husain al-Jisr. Disini ia belajar mantik, matematika, dan filsafat, di
samping juga ilmu-ilmu agama. Rasyid Ridha merupakan penulis
yang prolifik, yang telah menghasilkan karya-karya besar dalam
pemikiran tafsir, hadith, politik, dakwah, kalam, perbandingan
agama, fiqh dan fatwa.

5
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2014). Hal. 62.

7
B. Berikut adalah karya-karya Rasyid Ridha:
1. Tarikh Al-Ustadz Al-Imama As-Syaikh’ Abduh (sejarah hidup
Imam Syaikh Muhammad Abduh).
2. Nida’Li Al-jins Al-Latif (panggilan terhadap kaum wanita).
3. Al-Wahyu Muhammad (wahyu Allah yang diturunkan kepada
Muhammad SAW).
4. Yusr Al-Islam wa Usul At-Tasyri’ Al-Am (keindahan agama
Islam dan dasar-dasar umum penetapan hukum Islam).
5. Khilafah wa A-Imamah Al-Uzma (kekhalifahan dan imam-
imam besar).6
C. Ide-ide pemikiran Rasyid Ridha:
a. Ide pembaharuan bidang pendidikan
Erat kaitannya dengan jihad yang dikemukakannya, Rasyid
menganjurkan umat Islam memiliki satu kesatuan untuk
menghadapi beratnya tantangan dunia modern.
b. Ide pembaharuan bidang agama
Menurut Rasyid Ridha umat Islam harus berijtihad. Dengan
ijtihad adalah modal awal demi keberlangsungan syariat Islam
yang memenuhi seluruh kebutuhan pembaharuan karena syariat
Islam adalah syariat penutup dari Tuhan, dan hikmah dari
semua itu adalah bahwasannya Allah SWT, telah
menyempurnakan agama ini dan menjadikannya agama yang
universal antara ruh dan jasad, dan memberikan kesempatan
seluas-luasnya pada umatnya untuk berijtihad yang benar dan
dalam istinbat.
c. Ide pembaharuan bidang politik dan hukum
Walaupun Rasyid Ridha mengakui kemajuan peradaban
Barat, tetapi dia tidak setuju dengan ide kebangsaan yang
dibawa bangsa Barat. Menurut Rasyid Ridha, umat Islam tidak

6
Abdul Hamid, Pemikiran Modern Dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010). Hal. 235.

8
perlu meniru ide kebangsaan Barat, karena dalam Islam rasa
kebangsaan itu dibangun atas dasar keagamaan.
D. Salah satu karya Abduh dan Ridha yang terkenal adalah:
Tafsir Al-Manar. Al-Manar terbit pertama kali pada 22 Syawal
1325 H atau 17 Maret 1898 M. Al-Manar adalah salah satu kitab
tafsir yang banyak berbicara tentang sastra budaya dan
kemasyarakatan. Selain melahirkan tafsir Al-Manar Abduh dan
Ridha juga aktif dalam penerbitan jurnal, yaitu Al-Urwatul Wutsqa
Diterbitkan oleh Aduh bersama Jamaluddin di Paris.7

5. Qasim Amin
A. Biografi Qasim Amin
Qosim Amin adalah tokoh pembaharu muslim Mesir popular
yang dilahirkan di negeri Thurah wilayah pinggiran kota Kairo,
tahun 1277 H/1861 M. Ayahnya bernama Muhammad Bek Amin
keturunan Turki, berprofesi sebagai seorang tentara dari Iraq
kemudian dipindahkan ke Mesir. Sementara ibunya adalah seorang
wanita Mesir dari Al-Sa’id. Qosim Amin kecil, sejak awal
menempuh pendidikan tingkat dasar di Madrasah ra’s al-tin di
wilayah Iskandariah, kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke
sekolah menengah madrasah al-Tajhiziyyun yang ada di Kairo.
Setelah tamat, iapun melanjutkan lagi studinya ke sekolah tinggi
hukum (madrasah al-huquq), dan berhasil memperoleh ijazah
lesence pada tahun 1298 H/1881 M.
Qosim Amin berhasil meraih gelar sarjana hukum di
Universitas Montpellier, yang dengan ilmunya itu telah
membawanya menjadi hakim terkenal di Mesir dan juga sebagai
pengacara. Setelah pindah di berbagai kota dengan profesi sebagai
hakim, ia diangkat menjadi mustashar (hakim agung) pada

7
Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazillah (Jakarta: UI Press, 2010).
Hal. 11.

9
mahkamah al-Isti’naf pada tahun 1309 H/1829 M, ia mendirikan
lagi sebuah organisasi sosial Islam bernama al-Jam’iyah al-
khayriyah al-Islamiyah. Kehidupan Qosim Amin berikutnya, tahun
1899 M, menerbitkan buku kontroversialnya yang berjudul Tahrir
al-Mar’ah (emansipasi wanita) yang menuntut penghapusan “adat
hujab” yang berbeda dengan hakikat hijab dalam ajaran Islam.8
B. Pemikiran Qosim Amin tentang Emansipasi Wanita:
1. Pentingnya pendidikan bagi kaum wanita dan kaitannya dengan
tugas rumah tangga dan masyarakat
Qosim Amin berpendapat bahwa pendidikan wanita
merupakan satu-satunya alat untuk membebaskan kaum wanita
dari praktek pemarginalan dan pensubordinasian yang
menyiksa mereka. Dengan adanya pendidikan, wanita dapat
mempertinggi perannya dibidang domestic, disamping
perannya sebagai pendidik pertama terhadap anak-anak yatim,
mitra dialog dengan suami, atau juga dibidang kemasyarakatan.
2. Wanita dan hijab
Qosim Amin memandang hijab sebagai salah satu nilai tata
kesopanan yang perlu dilestarikan dan masalah hijab yang
berlaku di Mesir tidak sesuai dengan syari’at Islam. Dalam
tradisi masyarakat Mesir pada saat itu, hijab dimaknai sebagai
keharusan wanita untuk menutup seluruh tubuh termasuk muka
dan telapak tangan dengan pakaian khas dan mengurung serta
menutup diri dari masyarakat.
3. Segi agama
Qosim menyatakan bahwa tradisi hijab yang ada pada saat
itu tidak perlu dipertahankan. Hal ini disebabkan karena
masalah hijab yang dikenal di kalangan masyarakat Mesir
tersebut tidak termasuk di dalam nash. Cara mengenakan hijab

8
Masyahadi, Qosim Amien, dari Pembebasan Perempuan Menuju Pemberdayaan Modern,
(Jakarta: Paramida 2011). Hal. 78.

10
yang berlaku pada saat itu hanyalah sebuah tardisi yang
mengemuka sebagai interaksi pergaulan antar bangsa yang
kemudian diambil sebagai pakaian yang Islami.
4. Segi sosial
Amin melihat bahwa wanita Islam jauh tertinggal
dibandingkan dengan bangsa Barat yang disebabkan
keterbatasan pendidikan yang diberikan kepada kaum wanita.
Disaat wanita memasuki usia 12-14 tahun, mereka tidak
diperbolehkan lagi menampakkan diri dan harus berkurung diri
di rumah.

6. Thaha Husein
A. Biografi Thaha Husein
Thaha Husein merupakan pemikir politik dalam Islam yang
berasal dari keluarga petani di Mesir. Thaha Husein lahir pada
tanggal 14 November 1889, ia tinggal bersama kedua orang tuanya
dan 13 saudaranya di desa Maghaghah. Ia mengalami sakit saat
masih kanak-kanak hingga mengakibatkan mata nya mengalami
kebutaan karena kesalahan dokter yang menangninya. Meskipun
begitu, hal tersebut tidak menghambat ia untuk menuntut ilmu.
Pada tahun 1902 yaitu saat usia nya 13 tahun , Thaha Husein
belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo. Pada tahun 1914, Thaha
Husein melanjutkan studinya di Universitas Sorbone, Perancis.
B. Karya-karya Thaha Husein:
a. Fi Al-Syir al -Jahili
Buku ini menjelaskan bahwa puisi-puisi Arab Jahiliyah
yang ada sebagian besarnya adalah palsu, juga menyatakan
keraguan tentang nilai historis dan realibilitas beberapa segi
ungkapan dalam Al-Qur’an.
b. Fi Al-Aldab Al-Jahili

11
Dalam buku ini membahas tentang sastra pra-Islam
khususnya keaslian puisi pra-Islam, urgensinya dalam
menafsirkan Al-Qur’an serta bagaimana Al-Qur’an
memandang masyarakat pra-Islam.
c. Mustaqbal al-Saqafah fi Misr
Buku ini membahas tentang problem pendidikan di Mesir
dengan mengemukakan ide nya pro Barat dan liberal.9
C. Pemikiran politik Thaha husein:
Sejak abad ke-19 M sebelum masa Thaha Husein, sudah
terjadi banyak pergolokan politik di Mesir yang ditandai dengan
adanya pertentangan antara golongan pemikir nasionalis sekuler
dengan golongan ulama tradisionalis. Dalam lingkungan dan
situasi tersebutlah Thaha Husein hidup. Pemikiran politik Thaha
Husein berusaha melepaskan umat Islam dari ketergantungan
terhadap pendapat lama yang sering dianggap bagian dari ajaran
agama. Sebagai seorang yang pemikirannya banyak dipengaruhi
oleh Barat, Thaha Husein berpandangan bahwa agama dan politik
adalah dual hal yang berbeda. Oleh karena itu, pembentukan
negara tidaklah berdasarkan syari’at melainkan berdasarkan
kepentingan praktis masyarakat itu sendiri.

B. Sultan Mahmud II, Tanzimat, Usmani Muda, Turki Muda, Kemal at-
Taturk dan kembali ke Islam
1. Sultan Mahmud II
A. Biografi Sultan Mahmud II
Sultan Mahmud II lahir di Istanbul tanggal 13 Ramadhan 1199
H / 20 Juli 1785 M. Ayahnya bernama Sultan Salim III (sultan ke-
31). Mahmud II diangkat menjadi sultan ke-33 dari Sultan
Kerajaan Ottoman di Turki pada usia 23 tahun, tepatnya pada

9
Muhammad Iqbal, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2015). Hal. 145.

12
tanggal 28 Juli 1808 menggantikan kakanya bernama Sultan
Mustafa IV. Sultan Mahmud II dipandang sebagai pelopor
pembaharuan di Kerajaan Ottoman yang sebanding dengan
Muhammad Ali Pasya (1805-1849) yang melapori pembaharuan di
Mesir. Semasa kecilnya, ia memperoleh pendidikan tradisional
dalam bidang agama, pemerintahan, sejarah, dan sastra Arab,
Turki, dan Persia. Selain itu juga sangat berpengalaman dalam
ilmu geografi, seni dan ilmu pengetahuan militer.10
B. Pembaharuan-pembaharuan Sultan Mahmud II:
1. Pembaharuan dibidang militer
Pada tahun 1826 ia membentuk suatu korps militer baru
yang diasuh oleh pelatih-pelatih yang dikirim oleh Mahmud Ali
Pasya dari Mesir. Pembaharuan dalam bidang militer ini Sultan
Mahmud II terkenal dengan sangat taktis dan strategis.
Peristiwa yang terjadi pada bidang ini adalah terjadinya
pertumpahan darah. Tujuan pembaharuan bidang militer ini
untuk menangkal apabila ada ronrongan pada kesultanan, baik
dari dalam maupun dari luar. Hal ini dimaksudkan agar setiap
anggota masyarakat berhak dalam mempertahankan diri dan
masyarakatnya secara luas.
2. Pembaharuan dibidang pendidikan
Usaha yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II dalam
pembaharuan dibidang ini adalah mengubah kurikulum dengan
memadukan pengetahuan agama dan umum serta tetap
membiarkan sekolah tradisional berjalan. Disamping itu Sultan
Mahmud II mendirikan dua sekolah umum, yaitu Mekteb-I
Ma’arif (sekolah pengetahuan umum) dan Mekteb-i Ulum-u
Edebiye (sekolah sastra).
3. Pembaharuan dibidang hukum

10
Supardin, Pembaharuan Sultan Mahmud II, (Makassar: IAIN, 2003). Hal. 113.

13
Sultan Mahmud II sebagai seorang sosok pemimpin
dikenal sebagai sultan yang tidak mau terikat pada tradisi, dan
tidak segan-segan melanggar adat kebiasaan lama yang
dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Namun,
demikian ia bersikap demokratis dan selalu muncul di hadapan
umum untuk berbicara. Kalau rakytanya mau menghadap
kepadanya, ia melarang untuk berlutut, tidak seperti sultan-
sultan pendahulunya.
Kemudian sistem hukum yang paling menonjol adalah
diadakannya dua sistem hukum , yakni hukum syari’ah dan
hokum sekuler. Hukum syari’ah dibawah kekuasaan syari’ah
Islam, dan hokum sekuler diserahkan kepada Dewan Perancang
Hukum untuk mengatasinya.
4. Pembaharuan dibidang pemerintahan
Aspek terpenting adalah merombak sistem kekuasaan di
tingkat penguasa. Pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan
Mahmud II adalah menggantinya dengan bentuk jabatan
perdana menteri.11
5. Pembaharuan dibidang budaya
Ia seorang sultan yang tidak mau terikat dengan tradisi
yang menganggap sultan sebagai seorang yang tinggi
derajatnya, sehingga budaya mereka tidak mau bergaul dengan
masyarakat atau rakyat. Rakyat dianjurkan untuk untuk
meninggalkan pakaian tradisional dan mengganti dengan
pakaian Barat.

2. Tanzimat
Tanzimat atau dalam bahasa Turki dikenal dengan Tanzimat-i
Khairiye adalah gerakan pembaharuan di Turki yang diperkenalkan ke

11
Stanford, History of The Ottoman Empire and Modern Turkey, (New York: Cambrigde
University Press, 2002). Hal. 1.

14
dalam sistem birokrasi dan pemerintahan Turki Usmani sejak
pemerintahan Sultan Abd al-Majid (1839-1861), putra Mahmud II dan
Sultan Abd al-Aziz (1861-1876). Pembaharuan tersebut dimulai
dengan diumumkannya deklarasi Gulkhane, Khatt-i Syerif Gulkhane
pada 3 November 1839. Tanzimat berakhir pada awal pemerintahan
Abd al-Hamid II pada tahun 1880. Dengan deklarasi Tanzimat, para
pegawai Usmani bermaksud untuk menata kembali sistem administrasi
di Turki dan juga untuk menegakkan hukum. Tanzimat memberi
jaminan terhadap keselamatan jiwa, kehormatan dan harta benda
seluruh warga negara Turki Usmani serta persamaan hak antara
muslim dan non-muslim di bawah hukum.
Tokoh utama pada periode Tanzimat adalah Mustafa Pasya. Ia
adalah anak seorang Janissary yang menetap di kota Ruschuk sebagai
ayan. Pada tahun 1805 ia ikut dalam pembrontakan Janissary melawan
Nizam-i Cedid dan sejak itu ia menjadi pembesar militer di Ramelia.
Reformasi yang ia lakukan selama ia menjadi perdana menteri adalah
melakukan pembaharuan pada lembaga militer.12
Tokoh lain dalam periode ini adalah Mustafa Rasyid Pasya yang
sering disebut sebagai arsitek pembaharuan pada abad 19 di Turki.
Perkenalannya pada dunia Barat dimulai sejak ia diangkat sebagai duta
besar di Paris pada tahun 1834 dan kemudian menjadi duta besar di
Italia.
Tokoh Tanzimat lain yang pemikirannya cukup banyak diketahui
adalah Mehmed Sadik Rifat Pasya. Untuk menjadikan Turki menjadi
sebuah kerajaan yang maju, Sadik Rifat Pasya mengajukan sebuah
gagasan, yaitu Turki hanya dapat mencapai peradaban modern Barat
apabila dapat menciptakan suasana damai dan menjalin hubungan baik
dengan negara-negara Barat.
Sebelum periode Tanzimat, aktivitas pendidikan di kerajaan Turki
bukanlah merupakan tanggung jawab kerajaan, tetapi tanggung jawab

12
Gabor Agoston, Encyclopedia of Ottoman Empire, (New York: Fact On File, 2009). Hal. 13.

15
masing-masing kelompok keagamaan, yaitu millet. Pembaharuan
Tanzimat di bidang hukum memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk
menjadikan hukum Usmani diteerima oleh masyarakat Eropa. Kedua,
untuk memodernisasi sistem hukum Islam tradisional.

3. Usmani Muda
Kelompok intelektual yang merupakan kelompok kedua dikenal
dengan Usmani Muda (Young Ottomans). Kelompok yang terkenal
pada akhir-akhir periode Tanzimat (1867-1878) telah dipertimbangkan
sebagai prototipe dari intelektual modern Turki. Mereka adalah orang-
orang pertama membuat ide-ide pencerahan dan berpikir untuk
mencoba mengembangkan sistesis antara ide ini dengan Islam.
Kelompok ini merupakan sebuah komunitas yang telah mengadakan
pertemuan di Paris dan London antara tahun 1867-1871.13
Menurut Usmani Muda Tanzimat lebih merupakan sebuah manufer
politik daripada reformasi social dan hukum yang tujuannya hanya
untuk menyelamatkan kepentingan pemerintah raja. Harun Nasution
menganggap bahwa diantara faktor penyeba kegagalan proses
pembaharuan yang disponsori oleh kelompok Usmani Muda adalah
belum mapannya golongan menengah yang terdiri dari kaum terpelajar
ala Barat dan berekonomi kuat yang mendukung mereka.

4. Turki Muda
Para jurnalis, penulis, penerbit dan agitator yang mengasingkan diri
di Paris pada tahun 1889 membentuk “Ottoman Society for Union and
Progress”. Kelompok Turki muda, sebagaimana mereka menanamkan
diri, mempertahankan persekutuan mereka terhadap dinasti Usmani,
namun mereka mengagitasi restorasi sebuah rezim parlementer dan
konstitusional.

13
Sena Karasipahi, Muslim in Modern Turkey, (London: IB Tauris, 2009). Hal. 47.

16
Secara internal, Turki Muda terbagi menjadi dua kelompok,
kelompok pertama dipimpin oleh Ahmad Reza. Ia berpendapat bahwa
jalan yang ditempuh untuk mencapai revolusi sosial tersebut adalah
pendidikan. Melalui pendidikan rakyat Turki akan dilatih untuk hidup
mandiri dan berusaha mengubah hidupnya sendiri. Sedangkan
kelompok yang kedua dipimpin oleh Pangeran Sabaheddin yang
menekankan bentuk-bentuk desentralisasi pemerintahan Usmani dan
menghendaki sebuah masyarakat federasi dengan pemberian otonomi
bagi warga Kristen dan warga minoritas lainnya.14

5. Kemal at-Taturk
Tokoh utama gerakan nasionalisme di Turki adalah Mustafa
Kemal. Tetapi ia bukan satu-satunya pemikir yang melahirkan ideologi
nasionalisme. Di antara pemikir Turki yang yang meletakkan dasar
semangat nasionalisme adalah Yusuf Akcura dan Zia Gokalp.
Yusuf Akcura dalam artikelnya ia memberikan tiga solusi bagi
disintegrasi Kerajaan Turki yaitu Usmanisme, Islam dan Turkisme.
Usmanisme merupakan pandangan politik pembaharu liberal abad ke-
19 tentang kewarganeraan masyarakat Turki secara umum tanpa
memandang agama dan asal.
Ziya Gokalp diperkenalkan oleh Abdullah Cevdet, salah satu
pendiri CUP (Commite of Union and Progress), tentang pemikiran
pembaharuan kelompok politik yang menentang kebijakan Sultan
Abdul Hamid II. Dalam pandangan Zia Gokalp nasionalme itu
berdasarkan kebudayaan, bukan berdasarkan ras atau bangsa
sebagaimana yang diyakini oleh para pendukung gerakan pan
Turkisme.15

14
Syafiq, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, (Los Angeles: University of Califonia
Press, 2003). Hal. 198.
15
Jane Taylor, Imperial Istanbul, (New York: Tauris Parke Paperback, 2007). Hal. 218.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembaharuan dalam Islam merupakan suatu keharusan yang terjadi
dalam siklus kehidupan dengan tujuan memperbaiki segala persoalan
sosial keagamaan yang sangat dibutuhkan masyarakat pada saat itu sebagai
akumulasi dari sebab akibat yang terjadi di masyarakat, sehingga
melahirkan tokoh-tokoh pembaharuan yang mengadakan perubahan
terhadap keadaan yang sedang berlangsung walaupun harus berlawanan
dengan paham dan pemikiran yang ada.
Tujuan akhir dari pembaharuan yang dilakukan oleh tokoh
pembaharuan bagaimana Islam dapat menjawab segala persoalan yang
terjadi di masyarakat dan tetap sesuai di segala zaman, serta ajaran Islam
memberikan kontribusi yang positif dalam setiap perkembangan zaman.

B. Saran
Sebagai tokoh pembaharu yang memiliki pengaruh besar terhadap
pembebasan umat Islam di Indonesia dari kemunduran dan ketertinggalan.
Penulis berharap semoga pembaca dapat mengambil hikmah dan
manfaatnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Rahman ABD, 2013, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kurikulum,
Jakarta: PT. Earlangga.
Fauzi Muhammad, 2017, Tokoh-tokoh Pembaharu Pendidikan Islam di Mesir,
Jakarta: Deli Serdang.
Karim Abdul Rahim, 2023, Refleksi Pemikiran Muhammad Abduh Dalam
Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta: Tadibuna.
Bahri Asri, 2020, Kajian Pemikiran Tokoh Modern, STAI Auliaurrasyidin
Tembilahan, Jakarta: Mitra PGMI.
Nasution Harun, 2014, Pembaharuan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Hamid Abdul, 2010, Pemikiran LO Modern Dalam Islam, Bandung: Pustaka


Setia.

Nasution Harun, 2010, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazillah,


Jakarta: UI Press.

Masyahadi, 2011, Qosim Amien dari Pembebasan Perempuan Menuju


Pemberdayaan Modern, Jakarta: Paramida.

Iqbal Muhammad, 2015, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga
Indonesia Kontemporer, Jakarta: Prenadamedia Group.

Supardin, 2003, Pembaharuan Sultan Mahmud II, Makassar: IAIN.


Stanford, 2002, History of The Ottoman Empire and Modern Turkey, New York:
Cambrigde University Press.
Agoston Gabor, 2009, Encyclopedia of Ottoman Empire, New York: Fact On File.
Karasipahi Sena, 2009, Muslim in Modern Turkey, London: IB Tauris.
Syafiq, 2003, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, Los Angeles:
University of Califonia Press.
Taylor Jane, 2007, Imperial Istanbul, New York: Tauris Parke Paperback.

19

Anda mungkin juga menyukai