Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TOKOH ILMUAN ISLAM

“AHMAD IBNU TULUN”

Dosen pembimbing:
Dr. mukhlis bakri, Lc, MA.
Disusun oleh:
ALFISAR FADRIANTO ISKANDAR
(4522046131)
KELAS C.

UNIVERSITAS BOSOWA
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PERTAMBANGAN

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, saya selaku mahasiswa dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tak lupa salawat serta salam kami haturkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita
pada zaman yang penuh berkah.

Makalah yang membahas tentang seorang tokoh yang bernama


Ibnu Tulun ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah pendidikan
agama islam. Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Mukhlis Bakri, Lc, MA. selaku dosen pengampu mata kuliah ini.

Dengan tersusunnya makalah ini saya selaku penyusun menyadari bahwa


makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan . Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan kritik, saran dan bimbingan yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, 13 Desember 2022

Penulis

Alfisar Fadrianto Iskandar

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan penelitian ................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
2.1 Biografi Ahmad Ibnu Tulun .................................................................. 2
2.2 Masa pendidikan Ahmad Ibnu Tulun .................................................. 3
2.3 Peran, keahlian, temuan, peninggalan, dan pengaruh Ahmad Ibnu
Tulun ................................................................................................................. 4
2.4 Sejarah Masjid al-Maydan .................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................... 9
PENUTUP ............................................................................................................... 9
2.1 KESIMPULAN ....................................................................................... 9
3.2 Saran ........................................................................................................ 9
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan IPTEK merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa,
oleh karena itu perlu diadakan persiapan sedini mungkin oleh generasi muda
dalam menghadapi hal tersebut. Tentu saja pendidikan Islam turut
memegang peranan penting dalam menghadapi globalisasi. Sehingga dalam
mengembangkan IPTEK hendaknya mengacu pada nilai-nilai Islam. Ilmu
pengetahuan hendaknya dikembangkan dalam rangka meningkatkan
ketaqwaan dan ibadah kepada Allah SWT. Hal ini telah ditegaskan oleh
Allah SWT dalam Al Qur'an bahwasannya dalam mempelajari fenomena
alam maupun sosial harus diimbangi dengan beribadah kepada Allah SWT.
Motivasi pengembangan ilmu pengetahuan berbasis Islam telah dilakukan
sejak bermunculannya ilmuwan- ilmuwan muslim yang banyak jumlahnya.
Adapun pada kesempatan ini, kami hanya ingin mengenalkan ilmuwan
muslim yang bernama Ahmad Ibnu Tulun, yang mudah-mudahan bisa kita
ambil hikmahnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Biografi Ahmad Ibnu Tulun?
2. Bagaimana Masa pendidikan tokoh?
3. Bagaimana Peran tokoh, keahlian tokoh, penemuan, peninggalan,
dan pengaruh tokoh?
4. Bagaimana sejarah mesjid al-Maydan?
1.3 Tujuan penelitian

1. Mengetahui biografi tokoh


2. Mengetahui pendidikan tokoh
3. Mengetahui peranan, keahlian, temuan, peninggalan, dan
pengaruh tokoh.
4. Mengetahui sejarah mesjid Al-Maydan

1
BAB II

PENDAHULUAN
2.1 Biografi Ahmad Ibnu Tulun
Ahmad Ibnu Tulun di lahirkan di Baghdad pada bulan Ramadhan 220
H/September 835 M. dan meninggal di Mesir. Maret 884 pada umur 53 tahun. Dia
adalah muslim berkebangsaan Turki. Dalam bahasa Turki, Thulun bermakna
"kemunculan yang sempurna." Beberapa sumber menyebut bahwa ayah Ibn
Thulun merupakan salah satu budak dari Farghanah, Turki. Ayah Ibn Thulun
termasuk para budak yang dipersembahkan oleh penguasa Samaniyah di Bukhara
sebagai hadiah buat Khalifah Dinasti Abbasiyah, yakni al-Makmun.
Sumber lainnya, mengutip catatan Andi Syahreni dalam "Dinasti-dinasti Kecil
Bani Abbasiyah" yang termuat di Jurnal Rihlah (Vol. IV, 2016), menyebut bahwa
ayah Ibn Thulun bernama Bayakbek. Nama terakhir itu merupakan tawanan
perang asal Turki yang lantas diangkat jadi pengawal istana Khalifah al-Musta’in.
Catatan yang berdasar pada karya Ibn Taghri-Birdi dalam al-Nujum Al-Zahirah Fi
Mulk Mishr Wa Al-Qahirah tersebut menjelaskan bahwa Bayakbek lantas
membelot.

Bayakbek bergabung dalam grup orang-orang Turki pendukung upaya Al-


Mu'tazz menggulingkan Al-Musta'in dari posisi Khalifah Abbasiyah pada tahun
866 M. Sekalipun Al-Mu'tazz hanya berkuasa selama 3 tahun, ia sempat
memberikan jabatan penting kepada Bayakbek, yakni sebagai Gubernur Mesir.
Akan tetapi, Bayakbek kemudian menyerahkan posisi itu kepada Ahmad Ibn
Thulun. Maka itu, Ibn Thulun resmi diangkat menjadi Gubernur Mesir pada tahun
868 M. Setelah menjadi Gubernur Mesir, Ahmad Ibn Thulun mengambil langkah
berani dengan menentang Kekhalifahan Abbasiyah, dan mendirikan Dinasti
Thuluniyah (868 M-906 M).

Ibn Thulun tak hanya melawan Baghdad, ia pun menaklukkan Damaskus,


Homs, Hamat, Aleppo, hingga Antiokia. Ibn Thulun mampu berkuasa cukup
lama, hampir 2 dekade, berkat dukunga (Alhidayath Parinduri, 2022)n armada laut
tangguh yang berpangkalan di Akka (Acre). Selama masa itu pula perekonomian

2
Mesir meroket dan pusat pemerintahan Dinasti Thuluniyah itu menjadi jantung
baru kebudayaan Islam di era Abbasiyah. Din Muhammad Zakariya dalam
Sejarah Peradaban Islam: Prakenabian Hingga Islam di Indonesia (2018) menulis,
kekuasaan Dinasti Thuluniyah hanya berlangsung singkat. Dinasti ini mengalami
kemunduran setelah Ahmad Ibn Thulun meninggal pada tahun 884 M. Selepas itu,
Thulun digantikan anaknya yakni Khumarawaih. Namun, kekuasaan Dinasti
Thuluniyah tidak bertahan lama. Dinasti ini tenggelam pada 905 M, satu dekade
usai Ibn Thulun mangkat. Setelah Dinasti Thuluniyah ambruk, Mesir kembali
dikuasai Abbasiyah di bawah kendali Khalifah al-Muktafi. Namun, tidak lama
kemudian, Mesir jatuh ke tangan Dinasti Ikhsyid pada 935 M, sebelum lama
dikuasai oleh kekhalifahan baru di bawah kuasa Dinasti Fatimiah sejak 969 M.

2.2 Masa pendidikan Ahmad Ibnu Tulun

Pada saat ayah tiri Ibnu Tulun Bagha Al-Ashghar meninggal dunia,
Keluarga ini pindah ke Samarra pada tahun 850, dan Ibnu Thulun mendapatkan
pelatihan militernya disini, serta belajar tentang ilmu agama. Dia kemudian
ditunjuk sebagai komandan dari pasukan khusus.

Untuk Khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 855 M. Ibu Ahmad Ibnu


Tulun kemudian menikah untuk ketiga kalinya dengan seorang pembesar militer
bernama Bakbak (Bayik Bey). Ahmad Ibnu Tulun tumbuh besar dalam tradisi
Turki dan medapat pendidikan militer dari ayah tirinya. Sejak itu, ia aktif dalam
dunia militer. Di saat Dinasti Abbasiyah diperintah oleh Khalifah Al-Mu'tamad,
Ibnu Tulun ditunjuk sebagai gubernur Mesir.

3
2.3 Peran, keahlian, temuan, peninggalan, dan pengaruh Ahmad Ibnu
Tulun

Pada awal menjadi gubernur, ia menangani konflik dengan Ahmad Ibnu


al-Mudabbir pengumpul pajak resmi dinasti Abbasiyah. Konon, Ihnu Al-
Mudabbir lebih senang melaporkan hasil pajak kepada khalifah di Baghdad
dibandingkan kepada Ahmad Ibnu Tulun. Merasa tidak dihormati. Ibnu Tulun
mengambil tindakan. Akhimya, ia berhasil menundukkan Ibn Al- Mudabbir.
Setelah itu, pamomnya langsung naik. Ibnu Tulun mempunyai kekuasaan yang
begitu luas meliputi wilayah Mesir hingga Alexandria. Pada masa kejayaannya,
Ibnu Tulun berhasil memerintahkan pembuatan 100 kapal perang dan ratusan
kapal kecil Inilah salah satu pencapaian terbesar Ibnu Tulun. la mampu menguasai
lautan. Tak heran, jika kekuasaannya semakin kuat. Sampai-sampai, Ilmu Tulun
tak lagi menyebut dirinya sebagai gubernur, melainkan sebagai pemegang
kebijakan independen yang tak lagi memiliki kaitan hierarkis terhadap Abbasiyah.
Ia membangun dinasti sendiri Dinasti Tuluniyah di Mesir yang lepas dari
pengaruh Dinasti Abbasiyah Ibnu Tulun membawa Mesir pada kemajuan dalam
bidang pertanian, perdagangan, industri, maupun pendidikan serta penelitian
ilmiah. Ia menunjukkan kekuasan yang dikendalikannya itu dengan memasang
gambar wajahnya di mata uang, mengangkat pembantu (menteri), kepolisian, bea
dan cukai, istana, perdagangan, dan dinas intelijen.

Ahmad ibnu tulan dikenal sebagai pemimpin yang mumpuni dan dapat
membawa rakyamya menuju kesejahteraan. Hasil pembangunan dari masa
kejayaannya yang terkenal adalah Masjid Ahmad ibn Tukin dan Rumah Sakit Al-
Fustat di kota Al-Fustat. Rumah Sakit Al- Fustat yang didirikan pada tahun 872 M
telah menjadi pusat pengobatan di Mesir hingga enam abad lamanya la terdiri dari
beberapa bangsal untuk pasien umum, serta bangsal khusus untuk perawatan
pasien dengan gangguan kejiwaan. Dalam buku Faith and Mental Health:
Religious Resources for Healing yang ditulis oleh Harold G. Koenig. Al-Fustat
disebut sebagai rumah sakit pertama yang menyediakan perawatan serta bangsal
khusus bagi pasien gangguan kejiwaan.

4
Ahmad menjadi pemimpin yang membawa Islam berjaya di bidang
kesehatan. Sebab, Al- Fastat dikenal memiliki reputasi apik di seluruh dunia dan
menjadi acuan dalam perawatan terhadap pasien gangguan jiwa. Pada eranya,
rumah sakit ini sudah punya manajemen perawatan modern, spesifik, dan lebih
maju di masanya. Untuk melengkapi pelayanan, fasilitas rumah sakit juga
dilengkapi oleh tempat pemandian yang terpisah antara laki-laki dan perempuan.
Konsep perawatan pasien di Al-Fustat bahkan masih ditemui pada perawatan
rumah sakit masa kini, pasien yang dirawat diberi pakaian khusus pasien dan
ditempatkan terpisah dari pasien lain. Sementara, baju dan barang berharga akan
dititipkan kepada petugas rumah sakit sampai pasien boleh dinyatakan pulang. Al-
Fustat, tak hanya menjadi tempat perawatan pasien saja, rumah sakit ini juga
memiliki akademi kedokteran dan perpustakaan yang kaya literatur medis
Perpustakaan luas juga menempel di rumah sakit, berisi buku paling mutakhir
sebanyak 100,000 jilid. Untuk memberikan perbandingan dengan kemajuan
literatur barat, perpustakaan terbesar abad ke-14 di Eropa, di Universitas Paris,
hanya terdiri dari hanya 400 jilid buku saja.

Perpustakaan ini berfungsi sebagai sumber literatur pendidikan kedokteran


yang lazimnya juga dimiliki oleh banyak bimaristan kala itu, termasuk Al-Fustat.
Pendidikan kesehatan yang terdiri dari materi-materi sains seperti anatomi
diajarkan melalui ceramah, ilustrasi, dan pembedahan kera. Para siswa juga
mempelajari tentang tanaman obat dan farmakognosia,

Tanaman obat dan rempah-rempah ditanam di sekitar rumah sakit untuk


memasok kebutuhan bahan dasar obat-obatan. Sultan Ahmad ibn Tulun juga
diketahui membangun rumah obat di samping Masjid Tulun yang berada satu
kompleks dengan rumah sakit.

Sementara, bagian pelanhan klinis dilakukan dengan menugaskan


kelompok kecil siswa untuk belajar pada seorang guru berpengalaman.
Setelahnya, siswa ditugaskan ke daerah rawat jalan, dalam hal ini, pencatatan
medis pasien secara rinci merupakan tanggung jawab siswa.

5
Walau dilengkapi dengan beragam fasilitas, biaya perawatan, obat, makan,
bahkan perpustakaan dan sekolah kedokteran Rumah Sakit Al-Fustat digratiskan
Sultan yangmerupakan pendiri dinasti Tuluniyah ini membiayai kesemuanya dari
dana waqaf. Terobosannya menopang operasional rumah sakit lewat waqaf
kemudian dicontoh para pemimpin khalifah Islam lainnya. Dalam buku Lost
Islamic History: Reclaiming Muslim Civilisation from the Past yangditulis oleh
Fins Alkhateeb, disebutkan upaya Ahmad untuk membangun semua
fasilitastersebut menghabiskan sekitar 60 ribu dinar emas. Reputasi rumah sakit
ini sangat terkenal danbaru bisa disaingi oleh Rumah Sakit Adudi di Bagdad yang
berdiri pada tahun 980 M

Masjid Ibnu Tulun atau Masjid al-Maydan adalah masjid yang berada di
kota Kairo Mesir, Masjid Ibnu Tulun dibangan pada tahun 876-879 dimasa
pemerintahan Ahmad Ibn Tulum, penguasa Mesir pertama dari dinasti Ibnu Tulun
yang berkuasa di Mesir selama 135 tahun. Masjid yang sudah berumur ratusan
tahun namun cukup terawat baik ini menjadi salah satu peninggalan masa
kejayaah Islam di Mesir. Masjid ini juga menjadi masjid tertua kedua di Mesir
setelah Masjid Amr Bin Ash. Masjid ini berada di tengah tengah kawasan Al-
Qatai yang merupakan bekas kota keluarga kemajaan dinasti Ibm Tulen, Al-Qatai
berada sekitar dua kilometer dari wilayah kota tua Al-Fustat. Di Al-Basatin, al-
Saliba Street, Kairo, Mesir.

6
2.4 Sejarah Masjid al-Maydan

Masjid Ibnu Tulun atau Masjid al-Maydan dibangun oleh Ahmad Ibn
Tulun (berkuasa tahun 868-884) pada tahun 876M dan selesai tahun 879M
Ahmad Ibn Tulun yang dikenal sebagai pendiri Dinasti Tulun di Mesir.
merupakan putra dari seorang budak semasa. pemerintahan Khalifah Alma'mun
dari dinasti Abbasiah, Dia lahir di Baghdad (Irak) pada bulan Ramadhan 200H
(September 835M). Dia dikirim ke Mesir tahun 868 sebagai gubernur Al- Fustat,
Dalam dua tahun dia menjadi Gubernur bagi seluruh negeri Mesir menggantikan
ayah angkatnya yang wafat pada tahun 870M.

Dia kemudian menolak mengirimkan upeti tahunan ke pemerintahan


Abasiah dan bahkan membentuk provinsi merdeka dibawah pemerintahannya
sendiri lepas dari pemerintahan Khalifah Abbasiah, Dinasti Tulun kemudian
memerintah di Mesir selama 135 tahun hingga tahun 905M. Semasa berkuasa
Ahmad Ibn Tulun mendirikan kota kerajaan di atas bukit batu yang disebut Jabal
Yashkur (bukit Syukur) dekat dengan kawasan Muqattam di Timur laut Al-
Fustat, proses pembangunan kawasan baru tersebut turut menggusur pemakaman
Kristen dan Yahudi yang berada di perbukitan tersebut.

Masjid tersebut dibangun menggantikan Masjid Amr yang terlalu sempit


untuk menampung pasukan dan para pengikut Ibnu Tulun yang begitu besar.
Tahun 905 ketika dinasti Abbasiah mengambil alih kembali kendali atas wilayah
Mesir, kerajaan tersebut diluncur leburkan hingga rata dengan tanah. Dari
kehancuran tersebut tersisa bangunan masjid yang berada di tengah tengah lokasi
bekas kota kebanggaan Ahmad Ibnu Tulun tersebut.

Istana Ibnu Tulun yang diberi nama Dar Al-Imara terhubung langsung
dengan masjid pada sisi kiblat, disediakan pintu khusus disamping mimbar
sebagai akses khusus bagi Ibnu Tulun ke dalam masjid. Masjid ini digunakan oleh
dinasti Fatimiyah untuk acara acara selama bulan suci Ramadhan. Juga sempat
mengalami kerusakan semasa digunakan sebagai persinggahan bagi para jemaah

7
dari Afrika Utara ke Hijaz (kini Saudi Arabia) pada abad ke 12. Namun kemudian
di restorasi dan dibangun kembali dengan fungsi sebagai madrasah oleh 'Alam al-
Din Sanjar al- Dawadar atas perintah dari penguasa Dinasti Mamluk, Sultan Lajin,
pada tahun 1296M. (Sultan Lajin adalah orang yang turut bersekongkol dalam
pembunuhan Sultan al-Ashraf Khalil ibn Qalawun, saat dia bersembunyi di dalam
masjid dia berjanji dalam hati akan merestorasi masjid tersebut bila dia selamat.

8
BAB III

PENUTUP
2.1 KESIMPULAN

Peradaban Islam pun pernah memegang peranan penting dalam kemajuan


ilmu kedokteran modern. Mulai dari pendidikan kesehatan yang unggul,
pengobatan gratis pada si miski, kamar mandi pasien, bangsal-bangsal yang
terpisah, dan kenyamanan visual berupa warna putih di mana-mana. Bahkan,
peradaban Islam jugalah yang memulai penanganan pasien dengan gangguan
kejiwaan di tempat yang disebut sebagai bimaristan, bahasa Persia untuk rumah
sakit. Kejayaan Bimaristan di kala itu diyakini pernah melampaui ilmu kesehatan
di Eropa. Bahkan, Emilic

Savage-Smith dari St.Cross College di Oxford menyatakan bimaristan


pertama yang dibangun sekitar tahun 800 di Bagdad jauh lebih canggih daripada
rumah perawatan orang-orang sakit yang tumbuh di Eropa Barat beberapa ratus
tahun kemudian Salah satu nama yang turut andil dalam kemajuan bimaristan
adalah Sultan Ahmad ibn Tulum. la gubernur Mesir yang memerintah mulai tahun
868 hingga 905. Ahmad dikenal sebagai pemimpin yang mumpuni dan dapat
membawa rakyatnya menuju kesejahteraan. Hasil pembangunan dari masa
kejayaannya yang terkenal adalah Masjid Ahmad ibn Tulun dan Rumah Sakit Al-
Fustat di kota Al-Fustat.

3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada
pembaca agar ikut peduli dakam mengetahui sejauh mana kita mempelajari
tentang karya-karya dan pemikiran dari ibnu tulun, semoga dengan makalah ini
para pembaca dapat menambah cakrawalah Ilmu Pengetahuan.

9
Daftar Pustaka

Alhidayath Parinduri, t. -6. (2022, april 6). Biografi Ahmad Ibn Tulun. Retrieved
from tirto.id: https://tirto.id/biografi-ahmad-ibn-tulun-dan-jasa-besarnya-
di-bidang-kesehatan-gqMr
Biladi Muhammad Wiragana, J. ·. (2021, november 18). Ahmad bin Thulun sang
Pencetus Perawatan Medis Modern. Retrieved from muslimokezone.com:
https://muslim.okezone.com/read/2021/11/18/614/2503653/tokoh-muslim-
dunia-ahmad-bin-thulun-sang-pencetus-perawatan-medis-modern

10

Anda mungkin juga menyukai