Anda di halaman 1dari 16

KEMAJUAN DAN PERADABAN INTELEKTUAL

DINASTI MAMLUK MESIR

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Umat Islam Masa Pertengahan

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Muhammad Abdul Karim, M.A.,B.A. Honours, M.A.

Disusun oleh :

Dihyal Subakti (21101020033)

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat- Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kemajuan dan
Peradaban Dinasti Mamluk Mesir”. Shalawat beserta salam penulis hadiahkan khusus
kepada Nabi besar Muhammad SAW. Semoga dengan membaca shalawat kita
mendapatkan syafa’at di hari akhir kelak.

Maksud dan tujuan makalah ini disusun adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Sejarah Umat Islam Masa Pertengahan. Kami pun turut mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Prof. Dr. Muhammad Abul Karim, M.A.,B.A. Honours, M.A. Selaku
pengampu Mata Kuliah Sejarah Umat Islam Masa Pertengahan.

Tentu saja kami sangat menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari
kata sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dalam
makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pembaca.
Kami sangat berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca.

Yogyakarta, 2 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................4
LATAR BELAKANG....................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH................................................................................................5
TUJUAN......................................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.................................................................................................................6
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA DINASTI MAMLUK MESIR.....................6
PERLAWANAN DINASTI MAMLUK MESIR DARI PASUKAN MONGOL.....6
PERADABAN DAN KEMAJUAN DINASTI MAMLUK MESIR...........................9
PENINGGALAN DINASTI MAMLUK MESIR......................................................13
BAB III.............................................................................................................................15
PENUTUP........................................................................................................................15
KESIMPULAN............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada masa jatuhnya kota Baghdad (Dinasti Abbasiyah), oleh serangan tentara
Mongol pada tahun 1258 M, seakan-akan merupakan bagian akhir masa kejayaan
peradaban Islam. Bahkan, setelah hancurnya Dinasti Abbasiyah tersebut, oleh
sementara pihak, dianggap seolah-olah tidak ada lagi peradaban Islam. Padahal,
kenyataannya di belahan lain masih ada peradaban Islam, meskipun tidak seluruhnya
persis seperti yang muncul dari masa Abbasiyah.
Kemajuan peradaban, misalnya, masih muncul dari Mesir yang dikobarkan
oleh Dinasti Mamluk. Tidak bisa dipungkiri, runtuhnya Abbasiyah merupakan
pukulan berat bagi peradaban umat Islam, karena masa tersebut Baghdad merupakan
pusat sains, sastera dan seni yang sangat penting, kaya akan ilmuwan, sastrawan,
filosof dan penyair. Ekspansi Mongol atas Baghdad tersebut telah memakan korban
ribuan nyawa, termasuk ilmuwan dan sastrawan. Selain itu, korban lain juga terjadi
pada hancurnya kekayaan ilmiyah seperti perpustakaan dengan ribuan koleksi karya
para ilmuwan dan sastrawan, bangunan masjid, madrasah, dan tempat-tempat
pengembangan keterampilan dan intelektual.1
Dinasti Mamluk adalah sebuah dinasti Islam yang pernah muncul di Mesir.
Keberhasilan Dinasti Mamluk di Mesir dalam mempertahankan serta perlahan
memajukan peradaban umat Islam, merupakan sebuah penyelamat besar, yang pada
saat itu Mesir menjadi salah satu wilayah Islam yang selamat dari serangan yang
diluncurkan akibat serbuan bangsa Mongol, baik yang dipimpin oleh Hulagu Khan
maupan Timur Lenk.
Dinasti ini dikenal dengan nama Mamluk karena dinasti ini didirikan oleh para
bekas budak. Dinasti Mamluk mewariskan banyak peradaban, tidak hanya kekuatan
militer saja, akan tetapi mulai berkemajuan dari bidang ekonomi, ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek), monumen-monumen yang berupa bangunan-bangunan
bersejarah, seperti masjid, madrasah, kompleks makam, rumah sakit dan

1
Siti Maryam, “Dinasti Mamluk di Mesir Penyelamat Peradaban Islam 1250-1517 M”, Fakultas
Adab, UIN Sunan Kalijaga, 2022, hlm. 3.
perpustakaan. Ia juga menjadi penyelamat peradaban Islam dari kehancuran akibat
dari serbuan bangsa Mongol, Tatar, dan Pasukan Salib.2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Sejarah singkat Dinasti Mamluk Mesir
2. Pertahanan dan perlawanan Dinasti Mamluk Mesir dari Pasukan Mongol
3. Peradaban dan kemajuan Dinasti mamluk Mesir
4. Peninggalan-peninggalan Dinasti Mamluk Mesir

C. TUJUAN
1. Mengetahui sejarah singkat berdirinya Dinasti Mamluk Mesir
2. Mengetahui pertahanan dan perlawanan Dinasti Mamluk Mesir dari Pasukan
Mongol
3. Mengetahui apa saja peradaban dan kemajuan Dinasti mamluk Mesir
4. Mengetahui warisan peninggalan-peninggalan Dinasti Mamluk Mesir

2
Mundzirin Yusuf, “Peradaban Dinasti Mamluk Mesir”, Thaqafiyyat Vol. 16, No. 2, Desember
2015, hlm. 177.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA DINASTI MAMLUK MESIR


Dinasti Mamluk atau Mamalik adalah sebuah dinasti atau pemerintahan yang
didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan
oleh penguasa Dinasti Ayyubiyah sebagai budak, yang kemudian mendapat didikan
dan dijadikan tentara, dan mereka ditempatkan di tempat yang tersendiri yang
terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, al-Malik al-Saleh,
mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa
itu mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam ketentaraan maupun dalam
imbalan-imbaan materil.
Ketika al-Malik al-Salih meninggal (1249 M), anaknya, Turansyah, naik tahta
sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat
kepada tentara asal Kurdi dari pada mereka. Pada tahun 1250 M Mamalik di bawah
pimpinan Aybak dan Baybars yang bersekongkol dengan Istri al-Malik al-Salih,
Syajarah al-Durr berhasil membunuh anak tirinya, Turansyah dan sesuai kesepakatan
kekuasaan selanjutnya dipegang oleh Syajarah ad-Durr.3
Kepemimpinan Syajaruh al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan. Ia kemudian
kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan menyerahkan tampuk
kepemimpinan kepadanya, akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh Syajarah
al-Durr dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada mulanya, Aybak
mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Musa sebagai Sultan
yang hanya sebagai formalitas saja disamping dirinya yang bertindak sebagai
penguasa yang sebenarnya, sebab Musa tersebut masih berada dibawah umur yaitu
sepuluh tahun. Namun, Musa akhirnya dibunuh oleh Aybak. Ini merupakan akhir
dari dinasti Ayyubiyah di Mesir dan awal dari kekuasaan dari Dinasti Mamluk4.

B. PERLAWANAN DINASTI MAMLUK MESIR DARI PASUKAN MONGOL


Pada saat setelah Pasukan Mongol berhasil menguasai Damaskus, Kawasan
Islam di Timur dekat Damaskus yang belum dikuasai oleh Mongol tinggal Mesir,

3
Haris Zubaidillah, “Sejarah Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Mamalik di Mesir”, 2018, hlm.
2-3.
4
Mundzirin Yusuf, “Peradaban Dinasti Mamluk Mesir”, Thaqafiyyat Vol. 16, No. 2, Desember
2015, hlm. 181.
Hijaz dan Yaman. Pada tahun 1260, dari negeri Syam Hulagu mengirim ultimatum
kepada Sultan Dinasti Mamluk saat itu yaitu Quthuz, supaya menyerah, sambil
menyampaikan bahwa bangsa Mongol telah menaklukkan seluruh negeri dengan
tanpa satu pun kekuatan yang mengahalangi. Akan tetapi, setelah bermusyawarah
dengan para Amir, Quthuz menolak permintaan tersebut. Pada saat yang sama,
ternyata, Hulagu mendadak harus kembali ke negara asalnya sambil membawa
sebagian anggota pasukannya karena dua saudaranya, saling berebut kekuasaan.
Hulagu pulang juga dalam rangka untuk ikut bersaing memperebutkan
kepemimpinan Mongol. Dia merasa akan memenangkan kompetisi tersebut karena
prestasinya yang gemilang dalam menaklukkan sejumlah Kawasan.. Dia hanya
menyisakan sepuluh ribu prajurit saja di bawah pimpinan Kitbuga Noyan.
Strategi awal yang mulai direncanakan oleh pasukan Mamluk disaat
mendengar kabar bahwa Pasukan Mongol di bawah kepemimpinan Kitbuga yang
sedang menguasai negeri Syam hanya dengan kekuatan yang relatif kecil. Quthuz
melihat kondisi seperti itu sebagai peluang untuk melakukan perlawanan terhadap
pasukan Mongol. Untuk memuluskan rencana perlawanan itu, Quthuz lebih dahulu
memperkuat barisannya untuk selalu siap dan mengerahkan tentaranya dalam rangka
persiapan untuk terjun ke medan pertempuran. Di samping itu, Quthuz juga
melakukan upaya mempengaruhi para umat Islam di negeri Syam dan Mesir di
bawah satu komando untuk menyatukan barisan. Pada awalnya ada sejumlah
hambatan yang menghalangi Langkah Quthuz, tapi akhirnya sejumlah pihak
memberikan dukungan terhadap Langkah Quthuz. Quthuz berhasil membangun
kekuatan militer yang Tangguh dan solid. Dia menugaskan kepada panglimanya,
Baybars Al-Bunduqdari, untuk memimpin pasukan pengintai supaya mempelajari
situasi di lapangan.
Pada bulan Juli 1260, Baybars bergerak menuju Gaza, sementara pihak
Mongol, Kitbuga mendirikan sebuah garnisun di bawah komando Baidara. Begitu
mengetahui posisi pasukan pimpinan Baybars sudah bergerak menuju Gaza, maka
Baidara memberitahukan informasi tersebut kepada Kitbuga sambil meminta
bantuan pasukan. Pasukan Mamluk melakukan terlebih dahulu berhahadapan dengan
garnisun Mongol dan berhasil mengusirnya dari Gaza. Mereka mengejar para
garnisun itu sampai ke Sungai Ashi (Orontes).
Begitu mendengar pergerakan pasukan Mamluk, Kitbuga segera bersiap untuk
bergerak menuju lembah Sungai Yordan. Namun, karena umat Islam di Damaskus
melakukan pemberontakan, maka Kitbuga menunda keberangkatannya. Hal ini
memberikan peluang kepada pasukan Mamluk untuk mulai bergerak. Quthus
meninggalkan Mesir menuju Palestina pada bulan Agustus 1260 M. sampai di luar
kota Akka, Quthus berkemah beberapa hari sambil mengundang beberapa Amir
sebagai tamu kehormatan. Pada saat itu dia tahu Kitbuga sedang menyeberangi
sungai Yordan dengan mendapatkan dukungan kekuatan pasukan Armenia dan
Karaj.5
Awal bulan September, Kitbuga tiba di Ain Jalut, sebuah distrik kecil yang
terletak antara Bisan dan Nablus Palestina. Panglima pasukan Mamluk mengadakan
pertemuan militer untuk menentukan rencana dan taktik perang. Quthuz membakar
semangat juang mereka, mengingatkan akan pentingnya perang yang akan dilakukan
berikut dampaknya jika pasukan Mamluk tidak mampu mengalahkan pasukan
Mongol. Dia menyemangati mereka untuk merebut Kembali negeri Syam dari
tangan bangsa Mongol, membela Islam dan kaum Muslimin. Pidato Quthuz tersebut
berhasil membangkitkan antusiasme dan membakar emosi para pejuang.6
Berakhirnya pidato dari Quthuz tersebut menjadikan semangat para tentara
islam berapi-api. Kemudian tantara Mamluk bergerak menuju sungai Yordan.
Baybars Bunduqdari dan sebagian kecil pasukannya maju lebih dahulu mendahului
pasukan yang lain. Baybars memimpin barisan depan, dan menetapkan dirinya
sebagai panglima perang, meskipun komando tertinggi tetap dipegang oleh Quthuz
hingga akhir pertempuran. Begitu sampai di Ain Jalut, Baybars mulai melancarkan
manuver-manuver atau gerakan cepat dengan serangan kecil terhadap pasukan
Mongol. Sementara Quthuz menyembunyikan pasukan utamanya di bukit terdekat,
sehingga yang tampak oleh musuh hanya tentara di barisan terdepan yang dipimpin
oleh Baybars saja. Taktik ini yang diterapkan untuk memancing keluar pasukan
berkuda Mongol supaya keluar kearah lembah sempit.
Strategi yang diterapkan sebelumnya berhasil sesuai kenyataan, begitu pasukan
Baybars muncul, lalu pasukan Kitbuga keluar. Mereka masuk dalam perangkap yang
sudah dipersiapkan oleh Quthuz dan Baybars. Kitbuga pun melakukan serangan
terhadap pasukan Mamluk yang tampak di depannya. Kemudian Baybars mundur ke
bukit terdekat, sesuai dengan rencana yang sudah dirancang. Lalu Kitbuga mengejar
mereka. Tidak lama kemudian, seluruh tantara Mongol berada dalam posisi

5
Ibid., hlm. 40-41.
6
Ibid., hlm. 41.
terkepung oleh pasukan Mamluk. Quthuz memimpin langsung dalam pertempuran
tersebut. Pasukan Mamluk melakukan serangan dengan penuh semangat terhadap
pasukan Mongol. Selama jalannya pertempuran, kemenangan dan kekalahan silih
berganti. Sesekali pihak Mamluk unggul dan kali lain Mongol yang unggul.
Akhirnya pertempuran secara telak dimenangkan oleh pasukan Mamluk. Kitbuga
beserta sejumlah pemimpin pasukan terbunuh di medan pertempuran. Pertempuran
tersebut terjadi di Ain Jalut pada tanggal 3 September 1260 M, sejak fajar hingga
siang hari.7

C. PERADABAN DAN KEMAJUAN DINASTI MAMLUK MESIR


Dinasti Mamluk di Mesir memang sangat kuat dalam bidang militernya karena
berasal dari para budak yang sebelumnya mempelajari ilmu agama dan kemiliteran
yang diharuskan oleh para sultannya, akan tetapi setelah berdirinya Dinasti Mamluk
mereka tidak hanya memajukan dalam kemilterannya akan tetapi dalam bidang
lainnya seperti, melestarikan ilmu pengetahuan, agama, arsitektur, dan lainnya.
Peradaban dan kemajuan yang dilakukan oleh para penguasa Dinasti mamluk
adalah sebagai berikut:

1. Bidang Militer
Pemerintahan Dinasti Mamluk Mesir dilantik dari pengaruhnya dalam
kemiliteran. Para Mamluk yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi
pasukan pendukung kebijaksanaan pemimpin. Ketua Negara atau sultan akan
diangkat di antara pemimpin tentara yang terbaik, yang paling berprestasi, dan
mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka adalah
pendatang di wilayah Mesir setelah memeluk Islam, seorang Mamluk akan dilatih
sebagai tentara berkuda. Mereka harus mematuhi sebuah aturan-aturan perilaku
yang memasukkan nilainilai seperti keberanian dan kemurahan hati dan juga
doktrin mengenai taktik perang berkuda, kemahiran menunggang kuda,
kemahiran memanah dan juga kemahiran merawat luka dan cedera.
Tentara Mamluk yang sudah tamat dalam latihannya, tentara Mamluk ini
dimerdekakan tetapi mereka harus setia kepada khalifah atau sultan. Mereka
mendapat perintah terus dari khalifah atau sultan. Tentara Mamluk selalu
dikerahkan untuk menyelesaikan perselisihan antara suku setempat. Pemerintah

7
Ibid., hlm. 42.
setempat seperti amir juga mempunyai pasukan Mamluk sendiri tetapi lebih kecil
dibandingkan pasukan Mamluk Khalifah atau Sultan.8
Keberhasilan dalam memperkuat angkatan perang terutama masa sultan
Baybars yaitu, mengorganisir Angkatan perang, membangun Kembali Angkatan
laut, dan memperkuat benteng Suriah, tapi dia juga membangun peradaban yang
cemerlang. Dia menggali sejumlah kanal, memperbaiki Pelabuhan, serta
membangun layanan pos.9

2. Bidang Pemerintahan
Dinasti Mamluk memiliki tradisi tersendiri dalam pengangkatan dan
suksesi kepimpinan. Ada dua sistem pengangkatan pimpinan yang dilakukan oleh
Dinasti Mamluk. Pertama, sebagai dinasti seperti yang telah berlaku pada dinasti-
dinasti Islam sebelumnya, yang suksesi kepemimpinannya dilakukan dengan
sistem pengangkatan putra mahkota. Sistem suksesi dan pengangkatan pimpinan
ini dilakukan oleh Sultan Manshur Qalawun pada tahun 689 H/1290 M, yang
mengangkat putranya, Asyfar Khalil sebagai putera mahkota. Sultan Qalawun
berhasil meletakkan landasan sistem suksesi kepada keturunannya sampai empat
generasi. Generasi terkahir yang menjadi sultan adalah Salih Hajji, yang
dilengserkan oleh Dhahir Barquq dari kelompok Mamluk Burji pada tahun 783
H/1382 M. Kedua, sistem kekuatan militer, sistem ini, suksesi pengangkatan
seorang pemimpin atau sultan berlandaskan pada kompetensi/kemampuan
seseorang. Sultan sebagai pemimpin tertinggi pemerintahan dipilih dari kalangan
amir, mereka naik tahta didasarkan atas pilihan para amir. Seorang amir dapat
menjadi sultan, jika dia memiliki keistimewaan jika dibanding dengan amir-amir
lain, misalnya dalam bidang kepribadian, kekuasaan, jumlah mamluk yang
dimiliki dan popularitasnya di kalangan umat.10
Sultan dalam menjalankan tugasnya, ia dibantu oleh beberapa pejabat
yaitu, Na’ibus-Sulthanah atau wakil Sultan, Atabeg (panglima perang), wazir

8
Haris Zubaidillah, “Sejarah Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Mamalik di Mesir”, 2018, hlm.
8.
9
Siti Maryam, “Dinasti Mamluk di Mesir Penyelamat Peradaban Islam 1250-1517 M”, Fakultas
Adab, UIN Sunan Kalijaga, 2022, hlm. 48.
10
Mundzirin Yusuf, “Peradaban Dinasti Mamluk Mesir”, Thaqafiyyat Vol. 16, No. 2, Desember
2015, hlm. 191-192.
(perdana menteri), dan lainnya seperti mengurus pribadi sultan, bagian memasak
di dapur, dan menerima tamu.11

3. Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik membuka hubungan dagang
dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah
dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya. Jatuhnya Baghdad
menjadikan kota Kairo sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa, dan
menjadi lebih penting karena Kairo menghubungkan jalur perdagangan Laut
Merah dan Laut Tengah dengan Eropa. Disamping itu, hasil pertanian juga
meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan
jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut maupun darat.
Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan
perekonomiannya. Pembangunan di bidang ekonomi dan perdagangan membawa
kemakmuran. Jalur perdagangan yang dibangun sejak kekhalifaan fatimiyah
diperluas dengan membuka hubungan dagang dengan Italia dan Perancis.
Kedudukan Mesir menjadi penting bagi jalur perdagangan antara Asia dan
Eropa melalui laut merah dan laut tengah. Bidang perhubungan darat dan laut
yang menjadi pilar utama dan penopang ekonomi negara menjadi lancar dengan
menggali secara terusan-terusan, membuat banyak pelabuhan-pelabuhan, dan
menghubungkan Kairo dengan Damaskus. Disamping itu hasil pertanian juga
meningkat. Keberhasilan ekonomi Mesir pada periode ini, didukung oleh
pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antar kota melalui laut dan
darat. Oleh karena itu ketangguhan angkatan laut menjadi bagian penting dalam
pengembangan perekonomiannya.12Kemajuan juga terlihat dalam bidang
perindustrian ditandai berdiri pabrik, tenun, logam, kaca, kulit, pabrik senjata dan
kapal laut serta kerajian perhiasan emas, seni ukir dan dekorasi.13

4. Bidang Agama dan ilmu pengetahuan


Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-
ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Dalam ilmu sejarah tercatat
11
Ibid., hlm. 192-193.
12
Syamzan Syukur, Mastaning, “Peran Dinasti Mamluk dalam Membendung Ekspansi Bangsa
Mongol ke Dunia Islam”, Rihlah, vol. 06, No. 01, 2018, hlm. 37-38.
13
Ibid., hlm. 37.
nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di
bidang astronomi dikenal nama Nashiruddin ath-Thusi. Di bidang matematika
Abul Faraj al-'Ibry . Dalam bidang kedokteran Abul Hasan 'Ali an-Nafis, penemu
susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul Mun'im ad-
Dimyathi, seorang dokter hewan, dan Ar-Razi’, perintis psykoterapi. Dalam
bidang opthalmologi dikenal nama Shalahuddin ibn Yusuf.14
Perkembangan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Syaikhul
Islam ibn Taimiyah, seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam Islam,
Imam As-Suyuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar
al-'Asqalani ilmu hadits, ilmu fiqih dan lain-lain.15
Di Mesir, para ilmuan tersebut memperoleh perlindungan dan kehidupan
yang terjamin sehingga ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat. Pada
saat para ulama Baghdad kehilangan semangat pintu ijtihad dan lari ke dunia
tasawuf dan tarekat dan umat hidup dalam taqlid, maka di wilayah Mesir yang
dikuasai dinasti Mamluk bermunculan ulama-ulama besar. Ulama-ulama tersebut
antara lain Ibnu Taimiyah (1263-1328), penganjar kemurnian ajaran Islam untuk
kembali pada al-Qur’an dan Hadis dan membuka pintu ijtihad, Jalaluddin al-
Suyuti, seorang ulama yang produktif menulis, baik di bidang tafsir maupun
sejarah.

5. Bidang Arsitektur dan Seni


Kondisi persaingan di bidang arsitektur ini memberikan gambaran tersendiri
bagi kewibawaan dan kemajuan bagi diri sultan. Oleh karena itu perhatian
terhadap kondisi arsitektur melambangkan kejayaan kerajaan. Hal tersebut dapat
dilihat dari setiap sultan berusaha lebih berhasil dari pendahulunya meskipun
semuanya tidak terpenuhi, sehingga ada keinginan mengabadikan sesuatu yang
bersifat peninggalan terbaik dari kepemimpinannya sebagai warisan sejarah.
Pengembangan arsitektur yang sangat tinggi tersebut ditopang oleh datangnya
beberapa insinyur tehnik yang melarikan diri ke Mesir untuk mencari
perlindungan kepada sultan akibat kejaran tentara Mongol. Kedatangan arsitek
tersebut membawa Mesir mengalami perkembangan seni dan budaya secara

14
Haris Zubaidillah, “Sejarah Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Mamalik di Mesir”, 2018, hlm.
13.
15
Ibid., hlm. 13-14.
cepat, dengan prestasi-prestasi tersendiri seperti arsitektur, keramik, dan karya
arsitek dalam logam.
Desain arsitektural yang khas muncul sebagai seni arsitektur keagamaan
pada periode ini, beberapa masjid dan madrasah biasanya dibangun dengan
sebuah ruang tengah yang terbuka yang dikelilingi empat serambi pada setiap sisi
utama dari ruang tengah tersebut, dengan beberapa ruang yang berhubungan
dilengkapi dengan kamar-kamar untuk para pelajar. Bangunan makam biasanya
diberi atap dengan sebuah kubah. Bangunan-bangunan yang lain yang didirikan
pada masa ini adalah rumah sakit umum, perpustakaan, vila-vila, kubah dan
menara mesjid.

D. PENINGGALAN DINASTI MAMLUK MESIR


Pada masa Dinasti Mamluk Mesir produksi buku mengenai ilmu militer itu
berkembang pesat. Salah satu buku yang terkenal dan kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris The Catologue yang merupakan karya Ibnu Al-Nadim (wafat
antara 380H-338 H/990-998 M). Isinya berbagai kategori mengenai cara
menunggang kuda, menggunakan senjata, tentang menyusun pasukan, tentang
berperang, dan menggunakan alat-alat persenjataan yang saat itu telah dipakai oleh
semua bangsa.
Karya buku militer semacam ini banyak muncul sejak pada masa Khalifah
Abbasiyah, misalnya oleh Khalifah al-Manshur dan al-Ma’mun. Bahkan, pada
periode kekuasaan Daulah Al-Mamluk produksi buku mengenai ilmu militer itu
berkembang sangat pesat. Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan
mereka untuk mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang
menjadi penguasa saat itu. Pembahasan sering dibahas adalah mengenai seluk beluk
yang berkaitan dengan serangan bangsa Mongol. Pada zaman Shalahuddin, ada
sebuah buku manual militer yang disusun oleh at-Tharsusi, sekitar tahun 570 H/1174
M. Buku ini membahas mengenai keberhasilan Shalahuddin di dalam memenangkan
perang melawan bala tentara salib dan menaklukan Yerussalem. Buku lain yang
membahas mengenai militer adalah karya yang ditulis oleh Ali ibnu Abi Bakar Al
Harawi (wafat 611 H/1214 M). Buku ini membahas secara detail mengenai soal
taktik perang, organisasi militer, tata cara pengepungan, dan formasi tempur.
Kalangan ahli militer di Barat menyebut buku ini sebagai sebuah penelitian yang
lengkap tentang pasukan muslim di medan tempur dan dalam pengepungan.
Pada lingkungan militer Daulah Mamluk menghasilkan banyak karya tentang
militer, khususnya keahlian menunggang kuda. Dalam buku ini dibahas mengenai
bagaimana cara seorang calon satria melatih diri dan kuda untuk berperang, cara
menggunakan senjatanya, dan bagaimana mengatur pasukan berkuda atau kavaleri.
Contoh buku yang lain adalah karya Al-Aqsara’i (wafat74 H/1348 M) yang
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris menjadi An End to Questioning and Desiring
(Further Knowledge) Concering the Science of Horsemenship. Buku ini lebih
lengkap karena tidak hanya membahas soal kuda, pasukan, dan senjata, namun juga
membahas mengenai doktrin dan pembahasan pembagaian rampasan perang.16
Dinasti Mamluk tidak hanya memperkuat bidang militer saja, Dinasti ini tetap
mengembangkan dan melestarikan ilmu-ilmu pengetahuan dan keagamaan yang
telah hancur di Bagdad karena tentara Mongol. Para ilmuwan-ilmuwan dari Bagdad
banyak bertempat di mesir dan diberi keamanan dalam kekuasaan Mamluk.
Perhatian dalam bidang keagamaan dan pengetahuan tentu saja tidak lepas dari
arsitektur sebagai sarana ibadah dan pembelajaran. Berbagai bangunan yang
didirikan yaitu, ada masa pemerintahan sultan Baybars dibangun sejumlah masjid
serta sekolahan. Di antaranya masjid Agung di Kairo dan Damaskus. Masjid agung
tersebut diubah menjadi benteng oleh Napoleon Bonaparte dan kemudian diubah
menjadi depot rangsum oleh tantara pendudukan Inggris. Dia juga membangun
madrasah azh-Zhariah. Baybars menunjuk sejumlah guru senior sebagai pengajar,
termasuk guru yang berasal dari ulama madzhab Hanafi dan ulama dari madzhab
Syafi’i. Konon madrasah ini masih ada dan berdiri hingga kini. Untuk menunjang
pengembangan intelektual, Baybars juga membangun perpustakaan di Damaskus
yang kemudian diberi nama Perpustakaan Zhahiriyah.17

16
Haris Zubaidillah, “Sejarah Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Mamalik di Mesir”, 2018, hlm.
12-13.
17
Siti Maryam, “Dinasti Mamluk di Mesir Penyelamat Peradaban Islam 1250-1517 M”, Fakultas
Adab, UIN Sunan Kalijaga, 2022, hlm. 48.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dinasti Mamluk adalah dinasti yang didirikan oleh para budak yang
sebelumnya merupakan salah satu dalam kekuasaaan Dinasti Ayyubiyah yang
diharuskan setia kepada sultan. Mereka dididik terutama dalam bidang agama dan
kemiliteran sehingga mereka kuat dan tangguh yang pada akhirnya bisa melepaskan
diri dari kekuasaan yang mengatur diri mereka. Ketangguhan dan ilmu yang mereka
miliki serta berhasil melepaskan diri dari kekuasaan yang merenggutnya, berdirilah
Dinasti Mamluk di Mesir dengan kekuatan militernya yang tangguh.
Dinasti Mamluk di Mesir adalah termasuk kekuasaan yang dapat bertahan dari
serangan Bangsa Mongol, bahkan mereka dapat mengalahkan Bangsa Mongol itu
sendiri di ‘Ain Jalut dengan strategi dan perlawananya yang baik. Kemenangan
tersebut dapat mempertahankan peradaban umat Islam dan intelektualnya yang
sebelumnya telah dihancurkan Mongol seperti di Bangdad dan lainnya. Berkat
kemenangannya juga peradaban Islam dilestarikan dan dibangun kembali, tidak
hanya dalam bidang milter saja, tetapi dalam bidang pemerintahan, ekonomi, agama,
ilmu pengetahuan, seni, dan arsitektur.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsan dan Mastaning. “Peran Dinasti Mamluk dalam Membendung Ekspansi Bangsa
Mongol ke Dunia Islam”. Jurnal Rihlah 06, no. 01 (2018).
Zubaidillah, M. H. (2018). Sejarah Kemajuan dan Kemunduran Dinasti Mamalik di
Mesir.
Yusuf, M. (2016). Peradaban Dinasti Mamluk Di Mesir. Thaqafiyyat: Jurnal Bahasa,
Peradaban dan Informasi Islam, 16(2), 177-199.
Maryam, S. (2022). Dinasti Mamluk di Mesir Penyelamat Peradaban Islam 1250-1517
M. Fakultas Adab, UIN Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai