Anda di halaman 1dari 7

FUNDAMENTALISME TAQIYUDDIN AN-

NABHANI
Dihyal Subakti (21101020033)
Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

ABSTRAK
Pemikiran Islam Kontemporer adalah Pemikiran Islam yang berkembang pada masa
modern (Abad ke-19) hingga sampai saat ini. Ciri dari Islam Kontemporer yaitu berkembangnya
metode pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur’an dan peradaban Islam. Pada masa tersebut
juga banyak daerah Timur Tengah terpengaruh oleh kolonialisme Barat yang pada akhirnya
berdampak lahirnya fundamentalisme atau aspirasi islam politik yang mana menolak pengaruh
barat dan bertujuan mengaktualisasikan keislaman terutama dalam sosial-politik sebagaimana
generasi awal Islam, dan pola pemikiran bersifat kontekstual. Tokoh yang melahirkan pemikiran
tersebut salah satunya adalah Taqiyuddin an-Nabhani dengan Hizbut tahrir, yang bercita-cita
membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi.

Kata kunci: Kontemporer, Fundamentalisme, Hizbut tahrir.

A. BIOGRAFI TAQIYUDIN AN-NABHANI


1. Kelahiran
Syaikh Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Mushthafa bin Ismail bin Yusuf
an-Nabhani, yang lebih dikenal dengan nama Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah
Kabilah Bani Nabhan dari Arab pedalaman Palestina, mendiami kampung Ijzim, masuk
wilayah Haifa, Palestina Utara. Beliau dilahirkan daerah Ijzim tersebut pada tahun 1909.1
Syaikh Taqiyuddin An Nabhani telah hafal al-Qur’an dalam usia yang amat muda, yaitu
1
Amin, S. J. (2019). Gerakan Sosial Islam Hizbut Tahrir: Syarah & Implementasi Pemikiran Taqiyuddin An-Nabhani
di Kota Parepare. Relasi Inti Media. hlm. 80.
di bawah usia 13 tahun. Taqiyuddin An Nabhani banyak mendapat pengaruh dari
kakeknya, syaikh Yusuf An Nabhani. Beliau juga sudah mulai mengerti masalah-masalah
politik, mengingat kakeknya mengalami langsung peristiwa-peristiwa penting dalam
masalah politik karena sang kakek mempunyai hubungan erat dengan para punguasa
Daulah Ustmaniyah saat itu. Syaikh Taqiyuddin wafat pada 1 Muharram 1398 H. atau 11
Desember 1977 M dan dimakamkan di pemakaman Syuhada’ al-Auza’i, Beirut.2

2. Pendidikan
Taqiyuddin An Nabhani menerima pendidikan dasar-dasar ilmu syariat dari ayah
dan kakeknya, yang telah mengajarkan hafalan al-Qur’an sehingga ia hafal al-Qur’an
seluruhnya sebelum baligh. Di samping itu, ia juga mendapatkan pendidikannya di
sekolah-sekolah negeri tingkat dasar ketika ia bersekolah di sekolah dasar An-
Nizhomiyah di daerah Ijzim. Kemudian Taqiyuddin melanjutkan ke sebuah sekolah di
Akka untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah. Sebelum menamatkan
sekolahnya di Akka, ia bertolak ke Kairo untuk meneruskan pendidikannya di al-Azhar,
guna mewujudkan dorongan kakeknya Syaikh Yusuf An Nabhani. Taqiyuddin kemudian
meneruskan pendidikannya di Tsanawiyah al-Azhar (setingkat SMA) pada tahun 1928
dan pada tahun yang sama ia meraih Ijazah dengan predikat sangat memuaskan. Lalu ia
melanjutkan studinya di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang al-Azhar.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani telah menarik perhatian kawan-kawan dan dosen-
dosennya karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya pendapat serta hujjah yang
beliau lontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi pemikiran yang
diselenggarakan oleh lembaga ilmu yang ada saat itu di Kairo dan di negeri-negeri Islam
lainnya. Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani menamatkan kuliahnya di Darul Ulum pada
tahun 1932. Pada tahun yang sama beliau juga menamatkan pula kuliahnya di al-Azhar
ash-Sharif.3

2
Zahroh, F. (2009). Kebangkitan Islam (Studi Kritis Pemikiran Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani) (Doctoral dissertation,
UIN Sunan Ampel Surabaya). hlm. 52.

3
Ibid, hlm. 54.
Ijazah yang Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani raih, di antaranya adalah ijazah
Tsanawiyah al-Azhariyah, Ijazah al-Ghuraba’ dari al-Azhar, Diploma Bahasa dan Sastra
Arab dari Dar al-Ulum, Ijazah dalam Peradilan dari Ma’had al-‘Ali li al-Qada’ (sekolah
tinggi peradilan), salah satu cabang alAzhar. Pada tahun 1932 ia meraih Shahadah
al-‘Alamiyyah (Ijazah internasional) Syariah dari Universitas al-Azhar as-Syarif dengan
predikat excellent.

B. KEMUNCULAN HIZBUT TAHRIR OLEH TAQIYUDDIN AN-NABHANI


1. Sebab – sebab munculnya Hizbut Tahrir
Berdirinya negara Israel di tanah Palestina merupakan salah satu cikal bakal
penyebab munculnya Partai Politik Hizbut Tahrir yang didirikan oleh Taqiyuddin an-
Nabhani di Palestina. Cita-cita awal Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah bagaimana
caranya memerdekakan Palestina. Sebab hal tersebut dia menulis buku Inqadzu Falisthin
(membebaskan Palestina), yaitu pada saat 2 tahun setelah jatuhnya Palestina ke tangan
Yahudi.4
Syaikh Taqiyuddin An Nabhani juga melihat bahwa di seluruh negeri Islam belum
muncul suatu kelompok yang benar selama abad silam (abad XIX M), yang mampu
membangkitkan umat Islam. Semua kelompok yang ada telah mengalami kegagalan
karena didirikan di atas dasar yang keliru. Sebelumnya, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani,
setelah mempelajari, memikirkan, dan mengkaji secara mendalam tentang kegagalan
berbagai macam kelompok yang ingin membangkitkan umat, baik itu organisasi ataupun
partai, maka Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani akhirnya mendirikan sebuah partai politik
yang di beri nama Hizbut Tahrir (Partai Pembebasan). tahun 1949-1953 Taqiyuddin An
Nabhani merintis pembentukan Hizbut Tahrir, keanggotaan Syaikh Taqiyuddin an-
Nabhani di Mahkamah al-isti’naf juga memudahkan dia dalam penyelenggaraan berbagai
seminar dan mengumpulkan para ulama dari berbagai kota di palestina, diantaranya
Syaikh Ahmad Ad Daur, Nimr al-Mishri, Dawud Hamdan, Syaikh Abdul Qadim Zullum
serta para pemuda-pemuda yang mau diajak kebaikan.

4
Mulyaji, M. (2014). Taqiyuddin An Nabhani 1953-1977: suatu tinjauan historis tentang perjuangan di hizbut tahrir
palestina (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel). hlm. 42.
Beliau aktif dalam dunia politik maka langkah awal yang dilakukan oleh
Taqiyuddin an-Nabhani adalah menyerang sistem-sistem pemerintahan di negeri Arab,
baik melalui forum keagamaan maupun pemerintahan dengan menyatakan bahwa semua
itu merupakan rekayasa penjajah barat, dan merupakan salah satu sarana penjajah barat
agar dapat terus mencekeram negeri-negeri Islam. Beliau juga sering membongkar
strategi-strategi politik negara-negara barat dan membeberkan niat-niat mereka untuk
menghancurkan islam dan umatnya. Selain itu beliau berpandangan bahwa kaum Islam
berkewajiban untuk mendirikan partai politik yang berasaskan Islam.
Publikasi pembentukan partai ini secara resmi tersiar tahun 1953, pada saat Syaikh
Taqiyuddin an-Nabhani mengajukan permohonan resmi kepada Departemen Dalam
Negeri Yordania sesuai Undang-Undang Organisasi yang diterapkan saat itu. Dalam surat
itu terdapat permohonan izin agar Hizbut Tahrir dibolehkan melakukan aktivitas
politiknya. Dalam surat itu terdapat pula struktur kepengurusan Hizbut Tahrir dengan
susunan sebagai berikut:
 Taqiyuddin an-Nabhani, sebagai pemimpin Hizbut Tahrir
 Dawud Hamdan, sebagai wakil pemimpin merangkap sekretaris
 Ghanim Abduh, sebagai bendahara
 Dr.Adil An Nablusi, sebagai anggota
 Munir Syaqir, sebagai anggota.

Hizbut Tahrir pun lalu menyewa sebuah rumah di kota Al Quds dan memasang
papan nama yang mencantumkan nama Hizbut Tahrir. Akan tetapi Departemen Dalam
Negeri Yordania lantas mengirimkan sepucuk surat kepada Hizbut Tahrir yang
melarangnya untuk melakukan aktivitas. Akan tetapi Taqiyyuddin an-Nabhani tidak
menghiraukannya, beliau tetap melakukan aktivitasnya dengan rahasia dengan
membentuk dewan pimpinan (Qiyadah) dan beliaulah yang menjadi pimpinannya sampai
beliau wafat.5

5
Ibid, hlm. 50.
2. Tujuan Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kembali kehidupan islam, dan mengemban
dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Mengajak kaum Islam untuk kembali hidup
secara Islami di dalam masyarakat Islam dengan seluruh aktivitas kehidupan di dalamnya
di atur sesuai hukum-hukum syara’ di bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu Daulah
Khilafah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan dibai’at oleh kaum
Islam untuk didengar dan ditaati, dan agar menjalankan pemerintahannya berdasarkan
Kitabullah dan Sunnah Rasulnya. Juga untuk mengemban risalah Islam ke seluruh
penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. Disamping itu, Hizbut Tahrir bertujuan untuk
membangkitkan kembali umat Islam dengan kebangkitan yang benar, melalui pola pikir
yang cemerlang. Hizbut Tahrir berusaha untuk mengembalikan posisi umat Islam ke
masa kejayaan dan kemuliaan. Mengambil alih negara-negara dan bangsa-bangsa di
dunia, dan agar menjadi negara super power di dunia, seperti yang telah terjadi di masa
silam dan memimpinnya sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Tujuan Hizbut Tahrir lainnya adalah menyampaikan hidayah (petunjuk syari’at)
bagi umat manusia, memimpin umat Islam untuk menentang ide-ide dan sistem
perundang-undangan kufur maupun kekufuran itu sendiri secara menyeluruh, sehingga
Islam dapat menyelimuti seluruh dunia.

C. PEMIKIRAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI


Menurut Taqiyuddin an-Nabhani bahwa pemikiran bagi umat manapun adalah
kekayaan yang tak ternilai harganya yang mereka miliki dalam kehidupan mereka, bila
mereka adalah sebuah umat yang baru lahir. Bahkan, pemikiran merupakan peninggalan
sangat berharga yang akan diwarisi oleh generasi penerusnya. Kekayaan yang bersifat
materi, penemuan, dan lainnya itu masih kalah penting dibanding dengan pemikiran
tersebut. Menurutnya kapitalis bukan dipandang lewat keberhasilannya, akan tetap realitas
pemikirannya yang memang paham tersebut muncul dari orang-orang kapitalis, sedangkan
umat Islam jauh dari paham dan praktik semua itu.6
Kemunduran kaum Muslimin ini tampak tatkala mereka meninggalkan dan
meremehkan ajaran-ajaran agama, membiarkan peradaban asing menyerbu negeri-negeri
6
Lucky, N. (2010). Telaah Kritis Taqiyuddin An Nabhani Terhadap Demokrasi (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau). hlm. 40.
mereka, membiarkan paham-paham Barat bercokol di benak mereka. Masuknya paham barat
seperti paham kapitalisme, sekularisme, dan lainnya merupakan paham yang tidak sesuai
dengan ideologi islam yang semuanya itu hanya dilakukan bangsa barat untuk menguasai
umat Islam dan penyelesainnya hanya bisa dengan umat Islam sendiri. Umat Islam saat ini
bisa dianggap sebagai umat yang telah kehilangan pemikirannya yang tinggi. Mereka telah
kehilangan metode berfikirnya yang inovatif. Saat ini generasi Islam tidak berhak mewarisi
pemikiran Islam, karena pemikiran mereka telah terkontaminasi dengan pemikiran non-
Islam.
Kebangkitan kaum muslim hanya bisa dicapai dengan menerapkan Islam secara
menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan, karena menurut Taqiyuddin an-Nabhani kaum
Muslimin tidak pernah mengalami kemunduran dari posisinya sebagai pemimpin dunia
selama tetap berpegang teguh pada agamanya. Sebagai buktinya, kaum Muslimin pernah
mengalami masa kejayaan ketika Islam diterapkan pada masa kekhilafahan Islam.7

D. KESIMPULAN
Syaikh Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Mushthafa bin Ismail bin Yusuf an-
Nabhani, yang lebih dikenal dengan nama Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah Kabilah
Bani Nabhan dari Arab pedalaman Palestina, mendiami kampung Ijzim, masuk wilayah
Haifa, Palestina Utara. Beliau dilahirkan daerah Ijzim tersebut pada tahun 1909. Pendidikan
dasar-dasar ilmu syariat dari ayah dan kakeknya, yang telah mengajarkan hafalan al-Qur’an
sehingga ia hafal al-Qur’an seluruhnya sebelum baligh.
Taqiyuddin an-Nabhani menerima pendidikan di daerahnya dan juga di Akka akan
tetapi sebelum tamat beliau bertolak ke Al-Azhar karena dorongan kakeknya dan juga
menamatkan pendidikan di Darul Ulum dan Al-Azhar Asy-Syarif.
Hizbut Tahrir oleh Taqiyuddin an-Nabhani karena sebab awal berdirinya negara Israel
di tanah Palestinan dan ingin membebaskan Palestina, selain itu sebab kolonialism Barat
yang memengaruhi negeri-negeri Islam. Hizbut Tahrir ini bercita-cita membangun kembali
Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi.
SUMBER:

7
Ibid, hlm. 48.
Amin, S. J. (2019). Gerakan Sosial Islam Hizbut Tahrir: Syarah & Implementasi Pemikiran
Taqiyuddin An-Nabhani di Kota Parepare. Relasi Inti Media.
Mulyaji, M. (2014). Taqiyuddin An Nabhani 1953-1977: suatu tinjauan historis tentang
perjuangan di hizbut tahrir palestina (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel).
Lucky, N. (2010). Telaah Kritis Taqiyuddin An Nabhani Terhadap Demokrasi (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
Zahroh, F. (2009). Kebangkitan Islam (Studi Kritis Pemikiran Syeikh Taqiyuddin An-
Nabhani) (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Anda mungkin juga menyukai