Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MASA DINASTI THULUN, DINASTI IKHSIDINIYAH,DINASTI


HAMDANIYAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2023M/ 1444H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah swt yang telah memberikan kami Kesehatan sehingga di beri
kemudahan dalam penulisan makalah ini. tanpa pertolongan-nya mungkin penulis tidak akan
sanggup menyelesaikannya dengan baik. shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni nabi muhammad saw yang mana telah memberikan dan
memperjuangkan ummatnya sampai di zaman serba canggih seperti sekarang ini.

Makalah yang berjudul ‘masa dinasti thulun, dinasti ikhsidiniyah,dinasti hamdaniyah’


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah peradaban islam. Melalui tugas ini,
penulis mendapatkan banyak ilmu baru tentang sejarah berdirinya dinasti- dinasti masa
Abbasiyah.Selain itu,penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan serta
pengetahuan tentang mata kuliah yang saat ini sedang dipelajari.Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurnaan
dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran ataupun kritikan dari pembaca.

Serang,8 september 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ....................................................................................................................

Daftar isi ..............................................................................................................................

BAB I pendahuluan ............................................................................................................

1.1...........................................................................................................................................
Latar Belakang ................................................................................................................
1.2...........................................................................................................................................Ru
musan masalah ................................................................................................................
1.3...........................................................................................................................................Tuj
uan penulisan...................................................................................................................

BAB II Pembahasan ..........................................................................................................

2.1. Masa Dinasti Thulun.......................................................................................................

a) Berdirinya dinasti Thulun .................................................................................


b) Perkembangan social,Politik dan budaya ........................................................
c) kejayaan dinasti Tulun.....................................................................................
d) Kemunduran dan keruntuhan dinasti Tulun.......................................................

2.2. Masa Dinasti Ikhsidiniyah..............................................................................................

a) Perkembangan politik dinasti ikhsidiniyah.......................................................


b) Perkembangan social dan budaya dinasti ikhsidiniyah......................................
c) kejayaan dinasti ikhsidiniyah.............................................................................
d) Kemunduran dan keruntuhan dinasti ikhsidiniyah............................................

2.3. Masa Dinasti hamdaniyah...............................................................................................

a) Perkembangan politik dinasti hamdaniyah .......................................................


b) Perkembangan social dan budaya peradaban dinasti hamdaniyah....................
c) kejayaan dinasti hamdaniyah ............................................................................
d) Kemunduran dan keruntuhan dinasti hamdaniyah.............................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................


A. SIMPULAN...............................................................................................................
B. SARAN......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mesir merupakan wilayah salah satu peradaban tertua di dunia, bangsa dan
kerajaan silih berganti berkuasa disana. Islam masuk ke Mesir pada masa Khalifah
Umar bin Khattab, dengan Amr bin Abi Al-Ash sebagai panglimanya pada tahun 19 H
640 M yang ditandai dengan perjanjian benteng babylon I 1. setelah Islam masuk,
wilayah Mesir hanya menjadi wilayah dalam kekuasaan Islam dan gubernur dikirim
dari pusat pemerintahan.
Dinasti Tuluniyah menjadi dinasti Islam pertama yang memerdekakan Mesir
dengan pemerintahan yang independen, setelah 9 abad menjadi provinsi dari negara
berdaulat yang berpusat di daerah lain. Dinati Tuluniyah berkuasa di Mesir karena
kecakapan dan kemampuan pendirinya yaitu Ahmad bin thulun. Dinasti Thuluniyah
berkuasa dalam rentang waktu yang cukup pendek, yakni 868 – 905M/254- 292 H.
Setelah Tuluniyah jatuh, daerah yang sebelumnya dikuasai Kembali menjadi
wilayah di bawah dinasti Abassiyah sampai munculnya Muhammad bin taghaj Al-
Ikhsyid.pada tahun 323H, Al-Ikhsyid yang menjabat sebagai gubernur di Mesir
mendeklarasikan dirinya sebagai pemerintahan yang terpisah dari dinasti Abbasiyah.
Pendiri dinasti Al-Ikhsyid ini sangat terinspirasi dengan sosok Ahmad bin Thulun
sehingga mengikuti jejak langkahnya dalam berbagai hal termasuk Cara
kepemimpinana dan administrasi negara.
Dalam makalah ini akan membahas asal mula berdirinya Dinasti Tuluniyah,
pemimpin-pemimpin tuluniyah, kemajuan dinasti thuluniyah,kemunduran (inasti
thuluniyah, kebijakan dan pembangunan serta peninggalnnya, dinasti Ikhsidiyah dan
jatuhnya para dinasti tersebut

1
Abdul azizi salim,Sejarah bangsa mesir dari masa khalifaurrasyidin sampai Daulah fatimiyah,(putsaka al-
kautsar , Jakarta,2015), Hal.13
1.2 Rumusan masalah
1. Sejarah berdirinya dan runtuhnya dinasti tulun
2. Sejararah berdiri dan runtuhnya dinasti ikhsidiniah
3. Sejarah berdiri dan runtuhnya dinasti hamdaniah

1.3.Tujuan pembahasan

1. Untuk mengetahui perkembangan dinasti tulun


2. Unuk mengetahui perkembangan dinasti ikhsidiniyah
3. Untuk mengetahui perkembangan dinasti hamdaniyah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masa Dinasti Tuluniyah

A. Berdirinya Dinasti Tuluniyah

Thulun merupakan ayah Ahmad bin Thulun yang berasal dari bangsa Turki yang tinggal
di wilayah antara Turkistan dan Siberia. Saat gubernur Bukhara di bawah kekuasaan Dinasti
Abassiyah, Nuh bin Asad As-Samani memerangi penduduk wilayah tersebut. Para penduduk
termasuk Thulun menjadi tawanan yang dijadikan hadiah dari gubernur kepada Khalifah Al-
Makmun pada tahun 200 H.

Al-Makmun menyukai kepribadian Thulun yang Cerdas sehingga menjadi Amir


pengawal dan selalu diamanahi tugas menjaga hidup khalifah dan masih bertugas saat
berkuasanya Al-Mu’tashim. Al-Mu’tashim menjadi khalifah pertama yang mempekerjakan
Orang-orang Turki sebagai pasukan dan jabatan-jabatan negara.thulun menjadi orang
kepercayaan Khalifah Al-Mutawakkil (242-247 H ).2

Setelah ayahnya Thulun meninggal, ibunya menikah dengan BaghaAl-Asyghar yaitu


seorang panglima militer yang juga berasal dari Turki. Setelah kematian Bagha, ibunya
menikah lagi dengan Babak atau Bayik Bey, yang juga menggantikan posisi militer dari
Bagha Al-Asyghar. Pada 868 M, Ibn Thulun berangkat ke Mesir untuk menggantikan Babak
sebagai pejabat pemerintah Dinasti Abbasiyah dan ditunjuk langsung Oleh khalifah3

Kemampuan militer ibnu Thulun yang menonjol telah menjadikannya terpilih sebagai
anggota pasukan khusus pengawal khalifah ,meskipun termasuk jajaran pembesar militer
tetapi Namanya tak pernah tercatat keterlibatannya dalam peristiwa revolusi yang di lakukan
oleh budak-budak turki.

Perlahan ibnu thulun mulai mengakui dirinya sendiri sebagai gubernur yang memegang
kebijakan independent dan tidak lagi memiliki kaitan hierarkis dengan khalifah abbasiyah di
Baghdad. Dia mulai membuat mata uang sendiri, mengangkat mentri,kepolisian,bea cukai,
membangun istana membangun dinas intelejendan masjid. atas tindakannya tersebut,ibnu
thulun tercatat sebagai pendiri negara islam pertama di kairo, mesir dan di kenal sebagai
Dinasti Thuluniyah.

2
Ibid.Hal 71
3
Ibid.Hal.72
B. Kondisi social, Politik dan budaya

Masa pemerintahan Ahmad bin Thulun berhasil mengubah keadaan Mesir, dan secara
bertahap berhasil menciptakan kemakmuran. Upaya yang dilakukan Ahmad bin Thulun
dalam membangun masyarakat muslim Mesir membuahkan hasil, yang mana Mesir menjadi
pusat kesenian yang termasyhur dan tempat berdirinya istana-istana megah, yaitu dengan
dibangunnya kota-kota kecil dan bangunan lain seperti rumah sakit yang menghabiskan dana
sebesar 60.000 Dinar, memperbaiki nilometer (alat pengukur air) dipulau Raufah dekat Kairo
dan berhasil membawa Mesir kepada kemajuan. Untuk mendukung sistem pemerintahanya,
Ibnu Tulun membangun beberapa dewan negara sebagai berikut:

a. Dewan Hajib, yang membidangi hubungan antara khalifah dengan pejabat tinggi,
rakyat biasa maupun hubungan antara negara.
b. Dewan Pengawas Keamanan, meskipun dewan ini sudah ada, Ibnu Tulun membuat
perubahan. Saat itu, kepala keamanan bertugas mengawasi kebijakan penguasa
terhadap politik yang dijalankan supaya para pegawai disiplin dan menjaga ketertiban
dalam bekerja. Selain itu, departemen ini juuga membidangi departemen-departemen
tentara.
c. Dewan Intelijen yang melindungi pengawasan terhadap penyimpanganpenyimpangan
yang dilakukan oleh para pekerja.
d. Membangun angkatan perang dari berbagai unsur etnis, seperti Turki, Sudan, dan
negara Arab lainnya untuk menghilangkan kesenjangan sosial. Armada perang
dihimpun sebanyak 100 ribu personil dengan kelengkapan senjata senjata perang.
Untuk daerah tepi laut, ia membentuk pangkalan kapal angkatan laut untuk
menghadapi tentara Bizatium dari pantai dan menjaga hubungan jarak anatara Syam
dan Mesir.

Adapun kondisi politik Dinasti Thulun Sejak kecil dia tumbuh dan besar di
lingkungan istana khalifah yang membuatnya mendapatkan pendidikan agama dan pelatihan
militer.1 Saat tinggal di istana khalifah, dia banyak belajar tentang politik sehingga secara
tidak langsung dia mengetahui cara berpikir khalifah. ketika Dinasti Abbasiyah diperintah
oleh khalifa Al-Mu’tamad, Ibnu Tulun di tunjuk sebagai gubernur Mesir. Saat Ahmad bin
Tulun berpindah ke Mesir, pemerintahan Abbasiyah sedang terjadi perpecahan dan tidak
stabil dalam politiknya. Penyebab perpecahan politik tersebut ialah persaingan antara
keluarga kerajaan dan pemberontakan yang terjadi di sejumlah daerah kekuasaan
Abbasiyah,Selain keadaan politik yang sedang kacau di tubuh pemerintahan Abbasiyah,
kondisi sosial di Mesir pun juga mengalami hal yang sama. Hal ini dipicu oleh seorang yang
bernama Ibn al-Mudabbir, yaitu seorang ahli keuangan yang kuat dan keserakahannya
membuat orang-orang di Mesir membencinya. Atas perbuatannya ini membuat masyarakat
Mesir sangat kecewa terhadap pemerintahan Abbasiyah karena pajak yang ditentukan oleh
Ibn al-Mudabbir sangat memberatkannya. Keadaan seperti inilah yang melatar belakangi
Ahmad bin Thulun ingin menjadikan Mesir sebagai pusat pemerintahan baru, yang terpisah
dari Pemerintahan Abbasiyah. Seiring berjalannya waktu, peran Ahmad bin Tulun di bidang
politik lebih dominan, dan memperoleh kekuasaan penuh untuk memerintah wilayah Mesir.

Ahmad bin Thulun kemudian memperteguh kedudukannya dengan cara membeli


budak-budak bangsa Dailam dan bangsa Zanji (Negro) untuk dijadikannya sebagai prajurit
militer. Pada perkembangan selanjutnya, Dinasti Thuluniyah menjadi kerajaan baru yang
disegani oleh dua kerajaan besar pada waktu itu, yaitu Kerajaan Byzantium Romawi dan
Dinasti Abbasiyah. Terutama masa kepemimpinan Ahmad bin Tulun yang mengeluarkan
kebijakan-kebijakan penting untuk memperkuat pemerintahannya yang baru. Di antara
kebijakan yang ia buat, diantaranya membentuk armada laut yang kuat untuk membentengi
serangan musuh, membangun markas militer di al-Qata’i.

Hal utama yang menjadi kebijakan Ahmad bin Thulun adalah stabilitas politik dan
keamanan dalam negeri, serta pembangunan ekonomi dan pertanian. 4 Dalam hal stabilitas
politik dan keamanan dalam negeri, Ahmad bin Thulun membentuk sebuah organisasi militer
yang terdiri dari berbagai ras. Sedangkan dalam pembangunan ekonomi dan pertanian,
Ahmad bin Thulun memerhatikan masalah saluran irigasi.

C. Perkembangan Peradaban Puncak Kejayaan.


Kejayaan pada masa Dinasti Tuluniyah terjadi pada dua fase, yaitu pada fase
pemerintahan Ahmad Ibnu Tulun dan putranya Al-Khumarwaihi. Selama memerintah
mesir, Ibnu Tulun berhasil memperbaiki sistem ekonomi dengan menurunkan harga-
harga bahan pokok yang semula mahal, menumpas para rentenir yang
menyengsarakan rakyat, merenovasi sistem mata uang dengan mengeluarkan mata
uang “Dinar Tuniah”. Menghapus praktik penipuan dalam perdagangan, melindungi
petani kecil, memperbaiki menejemen irigasi dan mengaktifkan dewan kharaj. Pada
masa pemerintahan Humarwaihi dinasti Tuluniyah mencapai puncak kejayaannya, ia
dapat memperluas wilayah hingga Suriah, Gunung Taurus, Al-Jazirah, kecuali Mosul.
4
Syamsul Bakrie, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011), 83
Pada masa kejayaan ini, dia membangun gedung-gedung tinggi di ibu kota mendiang
ayahnya yaitu di Qoth’i.
Pada masa ini pun berbagai prestasi telah diukirkan oleh Dinasti Tuluniyah,
salah satunya kemajuan dibidang seni dan sastra. Pada bidang seni, telah dibangun
sebuah masjid yang sangat megah, bernama masjid Ahmad bin Tulun. Keistimewaaan
masjid itu terletak pada menaranya yang sangat indah dan megah. Selain masjid,
dibangun pula sebuah bangunan istana bernama iana Al-Khumarwaihi. Salah satu
bagian istana seluruh dindingnya dibangun berlapiskan emas dan dihiasi ukiran yang
sangat indah. Istana ini dibangun ditengah-tengah kebun yang sangat indah. Prestasi
lainnya ada pada bidang militer, Dinasti Tuluniyah mempunyai 100.000 prajuruit
yang sangat terlatih dan cakap dalam berperang. Para pasukan berasal dari wilayah
Turki dan budak Afrika. Dinasti Tuluniyah membangun benteng-benteng pertahanan
yang sangat kokoh disetiap wilayah kekuasaannya. Pada masa itu juga dibangun
banyak irigasi untuk menunjang pertanian yang terletak dilembah sungai Nil.
D. Kemunduran dan keruntuhan Dinasti Thuluniyah.
Ibnu Tulun meninggal pada tahun 270 H ketika berusia 50 tahun maka
kekuasaannya pun berpindah ketangan putranya yang tertua, yaitu AlKhumarwaihi.
Hampir sepuluh tahun Khumarwaihi menjadi khalifah. Setelah itu, ia terbunuh pada
tahun 282H/ 895M. Kematian Khumarwaihi pada 895 M merupakan titik awal
kemunduran Dinasti Tuluniyah. Karena para amir setelahnya tidak lagi memimpin
wilayahnya seperti pada masa sebelumnya, mereka lebih banyak bergelimang
kemewahan dan menuruti hawa nafsu. Bahkan saat itu terjadi perebutan kekuasaan
dan ingin melepaskan diri dari pemerintahan dinasti Tulun. Ketika Dinasti Tulun
dipimpin oleh Amir yang ketiga Abu Al-Asakir Jaisy bin Al-Khumarwaihi dilawan
oleh sebagian besar pasukannya pada tahun 896 M. adiknya yang baru berusia 14
tahun, Harun AlKhumarwaihi diangkat sebagai amir yang keempat, kelemahan yang
sedemikian rupa mengantarkakn dinasti ini berakhir setelah amirnya yang ke lima,
yaitu, Syaiban bin Ahmad bin Tulun ia hanya memerintah 12 hari, menyerahkan
ketangan pasukan Bani Abbas yang menyerang Mesir pada 905 dan berakhrlah dinasti
Tuluni.

2.1. Masa Dinasti Thuluniyah


1. Perkembangan Politik
Pengaruh Abbasiyah di Mesir memudar setelah jatuhnya Dinasti Tulunid, sehingga
Muhammad bin Thugj al Ikhsyid, salah satu penguasa Abbasiyah di Turki, ingin menguasai
Mesir dan memisahkan diri dari Bani Abbasiyah. Keinginan Ikhsyid ini diperkuat dengan
tindakan mempertahankan Mesir bagian utara dari ancaman dinasti Fathimiyah di Tunis pada
tahun 321-324 H/933-936 M. Pada tahun 323 Hijriah/935 M, kaum Ikhsyid mengambil
kendali mutlak atas Mesir. Khalifah Abbasiyah, Aradhi, awalnya ingin menjadikan Muhammad
sebagai sekutu. Oleh karena itu, ia memberi gelar Al ikhsyid, gelar gubernur Persia. Hal ini
menunjukkan betapa besarnya pengaruh ikhsyid di Mesir dan wilayahnya yang sangat luas.
Muhammad bin Thugj adalah pendiri dinasti Ikhsyidiyah di Mesir. Keluarga ikhsyid dikaitkan
dengannya. Hubungannya dengan pemerintahan Abbasiyah sungguh baik. Namun penguasa
Abbasiyah, ar radhi, mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Muhammad bin Raiq ke
Suriah untuk merebut Mesir dari tangan Ikhsyidiyah pada tahun 328 H/940 M.
2. Kondisi Sosial Keagamaan dan Perkembangan Peradaban Puncak Kejayaan
Dinasti Ikhsyidiyah mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyokong dan
memantapkan wilayah Mesir. Saat itu Mesir dalam posisi yang sangat kuat, didukung
oleh pasukan Ikhsidiyah yang tangguh dan pengawal pribadi sebanyak 40.000 orang
dan 800 orang.Selain itu, Dinasti Ikhsyidiyah juga melakukan sejumlah kemajuan di
Mesir, antara lain:
a. Pembangunan Daerah
Seperti para penguasa sebelumnya, demi menjaga stabilitas keamanan di
Mesir, para penguasa Ikhsyidiyah berusaha menguasai seluruh wilayah Suriah,
khususnya wilayah Sugur sebagai benteng pertahanan terhadap serangan
pemberontakan Bizantium. Kemudian para pemimpin Ikhsyidiyah melebarkan
sayapnya hingga ke tanah Hijaz dan menjadi musyrif (pengawas) al-Haramain.
Kafour menggantikan Ikhsyidi terus menjaga keutuhan wilayah hingga ke
Pegunungan Taurus.
b. Budaya
Pada masa pemerintahan Ikhsyidiyah, kemajuan dalam bidang kebudayaan
tidak begitu besar, kemajuan dalam bidang ini tidak jauh berbeda dengan yang
dilakukan pada dinasti sebelumnya. Prestasi budayanya antara lain adalah
pembangunan istana di Pulau Raudah, yakni Istana Al-Mukhtar. Istana ini
dikelilingi oleh tanaman yang dikenal dengan nama tanaman al-Kafuriy.
Selain itu, penguasa Bani Ikhsyidi mencetak uang logam bergambar penguasa
Ikhsyidi dan nama Khalifah Bagdad.

c. Social dan politik


Di bidang politik, pemerintahan Dinasti Ikhsyidiyah berdamai dengan
sejumlah pemimpin yang dianggap membahayakan kekuasaannya.
Berdasarkan keinginan masyarakat Mesir untuk merasa aman, Ikhsyidi
sebagai politisi terkemuka menerima tawaran perdamaian dari penguasa
Bizantium dan alHamdaniyah. Ia memandang untuk mewujudkan negara yang
aman dan sejahtera maka negara harus dilindungi dari ancaman luar,
sedangkan Byzantium dan al-Hamdaniyah dipandang sebagai ancaman
terhadap stabilitas Ikhsyidiyah.
d. Ilmuan
Kondisi sosial internal Ikhsyidiyah memudahkan perkembangan ilmu
pengetahuan, apalagi Kafour adalah seorang penguasa yang mencintai sastra
dan seni serta sangat mencintai ilmu pengetahuan. Saat itu para penyair
berangkat ke Mesir, termasuk penyair terkenal Abu At-Tayyib Al-Mutanabbi.
Pada masa Kafour, muncullah sejarawan terkenal seperti al-Haddad dan al-
Hasan bin Zaulaq.
3. Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Ikhsyidiyah
i. Sejak tahun 966 M, Kafur resmi berkuasa dan menjadi emir keempat
Dinasti Ikhsyidiyah yang sebelumnya telah menjabat kekuasaan
selama 22 tahun. Setelah kematian Kafour (968 M), Abu al-Fawaris
bin Ahmad bin Ali al-Ikhsyidi, yang saat itu berusia 11 tahun, diangkat
menjadi emir kelima. Karena usianya yang masih muda, Ali al-Ikhsyidi
tidak mampu menjaga stabilitas pemerintahan. Kelemahan penguasa
ini menimbulkan keresahan sehingga menimbulkan konflik antar
penguasa di lingkungan keraton. Pada akhirnya, terjadilah perebutan
kekuasaan yang semakin mewarnai istana, membuat dinasti tersebut
lemah dalam segala hal. Akhirnya pada tahun 358H, pasukan
Fatimiyah di bawah komando Panglima Jauhar as-Siqili memasuki
Fustat dan menguasai Mesir, menandai berakhirnya sejarah Dinasti
Ikhsyidiyah5
5
Abdul Syukur Al-Azizi, Sejarah terlengkap peradaban Islam, (Depok,2017), H.235-237
2.3. Masa Dinasti Hamdaniyah
1 perkembangan Politik
Hamdaniyah adalah salah satu dinasti di sebelah barat Baghdad yang muncul
ketika Dinasti Abbasiyah telah melemah. Dinasti ini bertahan selama sekitar 75 tahun
(317 H/928 M–394 H/1003 M). Nama Dinasti Hamdaniyah dinisbahkan kepada
pendirinya, Hamdan bin Hamdun, yang berasal dari suku Taghlib (salah satu suku
Arab terkenal). Dinasti Hamdaniyah didirikan oleh Hamdan bin Hamdun, seorang
emir suku Taghlib. Hamdan bin Hamdun mempunyai dua orang putra yang
memerintah pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu Al-Husain, seorang penguasa di
pasukan Abbasiyah, dan Abu Al-Haija Abdullah, yang diangkat menjadi gubernur
Mosul oleh Khalifah Al-Muktafi pada tahun 905 M.
Hamdan bin Hamdun ditangkap oleh pemerintahan Abbasiyah karena tanda-
tanda pemberontakan. Hamdan diketahui bersekutu dengan kaum Khawarij yang
dianggap pembangkang Islam untuk menentang kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
Namun atas jasa putranya yang menjadi penguasa pemerintahan Abbasiyah, Hamdan
bin Hamdun diampuni oleh Khalifah Abbasiyah dan dibebaskan dari segala tuduhan.
Wilayah kekuasaan Dinasti Hamdaniyah berpusat pada dua wilayah strategis, yaitu
wilayah Mosul dan wilayah Halb. Pemerintahan Hamdanid di Halb terkenal sebagai
pelindung sastra Arab dan kesarjanaan Islam.Pada masa pemerintahan Hamdaniyah
di Halb muncul tokoh intelektual besar seperti Abi Al-Fath dan Usman bin Jinny
yang mengembangkan ilmu Nahwu. Kemudian di bidang sastra ada beberapa nama
besar seperti Abu Thayyib Al-Mutannabi, Abu Firas Husain bin Nashr Ad-Daulah,
Abu A'la Al-Ma'ari dan Syaif Ad-Daulah. Dan lahir pula seorang filosof besar, yaitu
Al-Farabi. Sepeninggal Abu Al-Haija Abdullah, kekuasaan pemerintahan Mosul
diserahkan kepada putranya, Husain bin Abu Haijal, yang menerima gelar Nashir Ad-
Daulah dari Khalifah. Putranya yang lain, Ali bin Abu Haija, berhasil menguasai
wilayah Halb dan Hims di bawah kekuasaan Dinasti Ikhsidiyah. Ali bin Abu Haija
kemudian mendirikan pemerintahan dinasti Hamdanid di Halb.Beberapa faktor yang
menjadi penyebab jatuhnya dinasti Hamdaniyah, seperti ketidakpercayaan dan
simpati masyarakat ketika pemerintahan Hamdaniyah tidak adil terhadap kepentingan
masyarakat di seluruh wilayahnya.Hal ini menyebabkan kekuasaan dinasti
Hamdaniyah runtuh. Faktor lainnya adalah bangkitnya kembali kekuasaan Bizantium
yang saat itu kembali memperluas wilayahnya. Beberapa wilayah Hamdaniyah
menjadi sasaran pemekaran ini, sehingga Hims lepas dari kekuasaannya.Unsur
terakhir adalah serangan Fatimiyah yang menyebabkan 9 tewasnya pemimpin
Hamdaniyah saat itewasnya pemimpin Hamdaniyah saat itu, Said Ad-Daulah. Hal ini
menyebabkan kekuasaan dinasti Hamdaniyah mengalami kemunduran dan lambat
laun terpecah belah. 6
Di sebelah utara, Ikhsidiyah Mesir mempunyai pesaing kuat yaitu dinasti.Syiah
Hamdanid. Dinasti ini pertama kali didirikan di Mesopotamia utara dengan Mosul
adalah ibu kotanya (929-991), mereka adalah keturunan Hamdan IbnuHamdun
berasal dari suku Taghlib.26 Gerakan keluarga Hamdani ini memang ada era
Khalifah al-Mu'tadhid yang saat itu tampil dengan aksi melawan KhalifahAbbasiyah.
Gerakan tersebut gagal dan beberapa anggota keluarganya namun pada akhirnya
Khalifah Abbasiyah membebaskan mereka, setelah alHusainIbnu Hamdan memotret
tokoh khawarij Harun al-Syari. Ketika Bani Abbasiyahdipimpin oleh Khalifah al-
Muqtadir, nasib keluarga Hamdani mengalami perubahan,Keluarga ini telah
menerima banyak penghargaan dari Khalifah, termasuk Abu al-Haija' Abdullah ibn
Hamdan diangkat menjadi gubernur Musul (Irak) pada tahun 292 H,sedangkan Sa'id
pada tahun 312 H juga diangkat menjadi gubernur Nahawand. Belakangan, kedua
putra Abu al-Haija' menjadi penguasa dinasti Hamdaniyah.Kedua putranya adalah
Muhammad al-Hasan bin Abdullah yang bergelarNashir al-Daulat dan Abu al-
Mahasin ibn Abdullah, pemegang gelar Saif al-Daulat. Nashiral-Daulat diangkat
sebagai pengganti ayahnya, di tangannya ada keluarganya Hamdaniyah memiliki
otonomi di Mosul. Sedangkan Saif alDaulatmemerintah di Aleppo (Suriah), dan ia
dikenal sebagai pendiri dinasti Hamdanid diwilayah Aleppo. Artinya dinasti
Hamdaniyah berbeda dengan dinasti lainnya.Namun, dinasti kecil lainnya, bahkan
dinasti kecil, terkonsentrasi di satu tempat Pemerintahan dinasti Hamdaniyah
berpusat di dua tempat, yaitu cabang Musul dan cabang Musul Cabang Aleppo.
Meski Aleppo merupakan bawahan Musul, namun pada kenyataannya sering terlihat
dinasti Aleppo lebih dominan, kuat, dan berkuasa.tidak bergantung pada Musul.7
Pada 333 H/944 M, Abul Hasan Ali bin Hamdan berhasil menaklukkan Haleb
(Aleppo) di wilayah Suriah. Setahap demi setahap ia membangun kekuatan dan
membentuk pemerintahan sendiri yang lepas dari kekuasaan Mosul.

6
Supriyadi, Dedi.” Sejarah Peradaban Islam”, (Bandung: Pustaka Setia). 2016
7
Jurnal Rihlah Vol. IV nomor 1/2016, Andi Syahraeni Dinasti dinasti Kecil Bani Abbasiyah 91 Jurnal Rihlah
Vol. IV nomor 1/2016 hal-101
Dengan penaklukannya itu ia dipandang sebagai pendiri Dinasti Hamdaniyah cabang
Haleb, Suriah. Wilayah Hamdaniyah selanjutnya dibagi dua, yaitu wilayah Mosul
yang diperintah Hasan bin Abdullah dan wilayah Haleb yang dikuasai Abul Hasan
Ali bin Hamdan. Secara berurutan penguasa Dinasti Hamdaniyah di kawa san Mosul
adalah sebagai berikut :
 Abdullah bin Hamdun yang bergelar Abul Haija’ (memerintah 293 H/905 M–
317 H/928 M)
 Hasan bin Abdullah yang bergelar Nasiruddawlah (317 H/929 M–358 H/969
M),
 Abu Taghlib yang bergelar Uddatuddawlah atau ‘Alat Negara’ (358 H/969
M–379 H/981 M), dan
 Ibrahim dan al-Husain (379 H/981 M–389 H/991 M).

Sedangkan itu di kawasan Haleb penguasa Dinasti Hamdaniyah secara berurutan adalah
sebagai berikut :

 Abul Hasan Ali bin Hamdan yang bergelar Saifuddawlah (303 H/945 M– 356 H/967
M)
 Syarif I yang bergelar Saiduddawlah atau ‘Yang Menguntungkan Negara’ (356 H/967
M–381 H/991 M),
 Sa‘id yang juga bergelar Saiduddawlah (381 H/991 M–392 H/1002 M), (4) Ali II
(392 H/1002 M–394 H/1004 M),
 Syarif II (394 H/1003 M).

Pada masa pemerintahan Abul Haija (Abdullah bin Ham dun), Dinasti Hamdaniyah
mengalami kemajuan pesat. Ia berhasil mengkonsolidasikan negara dan menumbuhkan serta
mengembangkan dinasti.

2 Kondisi Sosial Keagamaan


Kondisi sosial Keagamaan secara sosial keagamaan, Dinasti Hamdaniyah
terkenal dengan kebijakan toleransi beragama. Dinasti ini memberikan kebebasan
beragama kepada warganya, sehingga berbagai kelompok agama seperti Islam,
Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan dengan relatif damai di Kerajaan
Hamdanid. Kebebasan beragama ini menciptakan lingkungan yang mendukung
pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran baik di bidang keagamaan maupun
keilmuan. Oleh karena itu, Dinasti Hamdaniyah dianggap sebagai salah satu masa
keemasan peradaban Islam, dimana ilmu-ilmu dari berbagai budaya dan agama
dikumpulkan dan dikembangkan.

3 Perkembangan Peradaban Puncak Kejayaan


Perkembangan Peradaban Dinasti Hamdaniyah semakin terlihat Dinasti ini
dapat berperan penting sebagai aset untuk mempertahankan kekuasaan Dinasti
Abbasiyah pada tahap itu Padahal Dinasti Hamdan ini sebagai kekuatan yang mampu
untuk menahan pasukan Romawi untuk menaklukkan seluruh Suriah dengan pasukan
Hamdan cukup kuat untuk mempertahankan wilayah Islam. Selain bidang tersebut,
dinasti Hamdaniyah juga memberikan perhatian yang besar terhadapnya cukup besar
bagi dunia intelektual. Hal itu terbukti dengan lahirnya Dinasti ini Nama-nama
cendekiawan muslim yaitu al-Farabi, al-Isfahani dan alFiras. Meski dinasti ini bukan
dinasti besar, namun prestasinya jelas terlihat. Prestasi penting yang dapat dicatat
oleh dinasti Hamdaniyah dalam sejarahnya adalah :
(1) menaklukkan wilayah Suriah dan mempertahankannya hingga tahun 1003,
(2) mengamankan wilayah Islam dari serangan tentara Romawi, dan
3) pada dinasti ini wilayah ini menjadi saksi kebangkitan ulama besar Islam seperti
Abu Faraj al-Isfahani, al-Farabi dan Abu Tayyib al-Mutanabbi (ahli bahasa dan
penyair terkenal, wafat 354 H/965 M).
4 Kemunduran dan keruntuhan Dinasti Hamdaniyah
Wafatnya Saif al-Daulat pada tahun 976 M kepemimpinannya diwariskan
kepada putranya Sa'ad al-Daulat Syarif I, yang kemudian berturut-turut di tangan Sa'd
Daulat Sa'd, Ali II, Syarif II. berbeda Saif al-Daulat, para pengikut ini kurang
memiliki keterampilan kepemimpinan, apalagi sebagai penyeimbang kekuatan besar
asing pada masa itu yaitu Banos Buwaihi, Romawi dan Fatimiyah. Akhirnya pada
tahun 1004 dinasti Hamdanid berhasil berada di bawah kendali dinasti Fatimiyah.
Shaif Al-Daulah mencapai ketenarannya dalam sejarah Arab terutama karena hal ini
perhatian dan dukungan yang besar dalam bidang pendidikan dan secara luas lebih
kecil karena aksinya membangkitkan semangat perlawanan musuh-musuh Islam dari
kalangan Nasrani, setelah para para tidak menjalankannya sekian lama seorang
penguasa Islam. Didirikan di Suriah utara, pedang dinasti Pada tahun 947,
Hamdaniyah mulai melakukan serangan rutin setiap tahunnya ke Asia Kecil sampai
kematiannya dua puluh tahun kemudian, bahkan tidak sampai setahun terlewatkan
tanpa perang melawan Yunani. Pada awalnya, keberuntungan sedang berpihak
padanya Saif. Dia berhasil memasukkan Mar'asy di antara kota-kota perbatasan
lainnya Pemimpin brilian Nicephorus Phocas dan John Tzimisces keduanya
kemudian menjadi kaisar, berhasil menyelamatkan Byzantium pada tahun 961
Nicephorus berhasil merebut Aleppo kecuali bentengnya. Di kota ini dia membunuh
banyak orang dari sepuluh ribu pemuda menghancurkan semua tahanan dan
menghancurkan istana Saif Al-Dawlah. Dua belas ribu orang Banu pada awal
pemerintahan kaisar Sepupu Hamdaniyah meninggalkan keluarga Habib Nashibin
Solusinya, karena beban pajak yang terlalu tinggi, agama Kristen pun diterima dan
bergabung dengan Bizantium untuk menyerang wilayah Muslim.8

8
Jurnal Rihlah Vol. IV nomor 1/2016, Andi Syahraeni Dinasti dinasti Kecil Bani Abbasiyah 91 Jurnal Rihlah
Vol. IV nomor 1/2016 hal-102
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ahmad bin Thulun merupakan seorang anak dari mantan budak yang
dibebaskan pada masa Khalifah al-Mamun. ia dilahirkan di Baghdad pada bulan
Ramadhan 220 H/ September 835 M. Hal utama yang menjadi kebijakan Ahmad bin
Thulun adalah stabilitas politik dan keamanan dalam negeri, serta pembangunan
ekonomi dan pertanian. Pada masa inipun berbagai prestasi telah diukirkan oleh
Dinasti Tuluniyah, salah satunya kemajuan dibidang seni dan sastra. Pengaruh
Abbasiyah di Mesir memudar setelah jatuhnya Dinasti Tuluniyah, sehingga
Muhammad bin Thugj al Ikhsyid, salah satu penguasa Abbasiyah di Turki, ingin
menguasai Mesir dan memisahkan diri dari Bani Abbasiyah. Dinasti Ikhsyidiyah juga
melakukan sejumlah kemajuan di Mesir, antara lain: pembangunan daerah, budaya,
sosial dan politik, ilmuan. Hamdaniyah adalah salah satu dinasti di sebelah barat
Baghdad yang muncul ketika Dinasti Abbasiyah telah melemah. Dinasti ini bertahan
selama sekitar 75 tahun (317 H/928 M–394 H/1003 M). Nama Dinasti Hamdaniyah
dinisbahkan kepada pendirinya, Hamdan bin Hamdun, Kondisi sosial Keagamaan
secara sosial keagamaan, Dinasti Hamdaniyah terkenal dengan kebijakan toleransi
beragama.
SARAN
Di era globalisasi dan modern ini diharapkan kita dapat mengetahui sejarah
peradaban islam yang sudah ada sejak dahulu, serta mengamalkan ilmu tersebut
supaya kita bisa belajar dari masa lalu dan supaya lebih baik lagi untuk menjalankan
masa depan, yaitu dengan cara menyaring ilmu pengetahuan dari luar atau barat
sesuai ajaran islam yang benar
DAFTAR PUSTAKA

Abdul azizi salim,Sejarah bangsa mesir dari masa khalifaurrasyidin sampai Daulah
fatimiyah,(putsaka al-kautsar , Jakarta,2015), Hal.13
Ibid.Hal 71
Ibid.Hal.72

Syamsul Bakrie, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011), 83

Abdul Syukur Al-Azizi, Sejarah terlengkap peradaban Islam, (Depok,2017), H.235-237


Supriyadi, Dedi.” Sejarah Peradaban Islam”, (Bandung: Pustaka Setia). 2016
Jurnal Rihlah Vol. IV nomor 1/2016, Andi Syahraeni Dinasti dinasti Kecil Bani Abbasiyah 91
Jurnal Rihlah Vol. IV nomor 1/2016 hal-101
Jurnal Rihlah Vol. IV nomor 1/2016, Andi Syahraeni Dinasti dinasti Kecil Bani Abbasiyah 91
Jurnal Rihlah Vol. IV nomor 1/2016 hal-102

Anda mungkin juga menyukai