Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT BARAT

FILSAFAT PLOTINUS

Dosen Pengampu : Syarifatun Nafsih, M.Ag

Kelompok 6

Tessa Amellia Putri (2223440020)

Salma Junia Patriawati (2223440006)

PROGRAM STUDI AQIDAH FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU


2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan rahmat dan
hidayah-nya sehingganya penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul Filsafat
Plotinus pada mata kuliah Filsafat Barat. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SWT atas petunjuk dan risalah-Nya.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu penulis sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Bengkulu, 08 Maret 2024

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB 1 : PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
3. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB 2 : PEMBAHASAN.............................................................................. 2

1. Biografi Plotinus ..................................................................................................... 2


2. Neo-Platonisme ....................................................................................................... 3
3. Konsep Metafisika Plotinus .................................................................................... 5
4. Konsep Bersatu Dengan Tuhan............................................................................... 6
5. Konsep Tentang jiwa Plotinus ................................................................................ 6

BAB 3 : PENUTUP ....................................................................................... 8

1. Kesimpulan ............................................................................................................. 8
2. Daftar Pustaka ......................................................................................................... 9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Filsafat dalam perkembangannya, seringkali melahirkan filosof-filosof hebat yang
memberikan warna tersendiri dalam dunia pemikiran manusia. Dari sekian banyak filsuf
terkenal, salah satunya adalah Plotinus. Beliau adalah filosof asal Mesir, yang terkenal
dengan ajarannya tentang jiwa.
Selain itu, yang membuat penting untuk dipelajari adalah tentang jawabannya atas
pertanyaan yang mengatakan, “Apa bahan alam semesta ini?”. Dimana jawaban Plotinus
atas pertanyaan diatas, kemudian dinamakan Teori Emanasi yaitu teori tentang
penciptaan alam semesta.
Akan tetapi pemikiran Plotinus bukan hanya itu, dia juga mengemukakan pemikiran
tentang etika. Secara umu ajaran Plotinus disebut Plotinisme atau Neoplatonisme. Jadi,
ada kaitannya antara ajaran Plotinus dengan ajaran Plato.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Biografi Plotinus?
b. Bagaimana Konsep Madzhab Neo-Platonisme?
c. Bagaimana Konsep Metafisika Plotinus?
d. Bagaimana Konsep Bersatu Dengan Tuhan Menurut Plotinus?
e. Bagaimana Konsep Jiwa Menurut Plotinus?
3. Tujuan
a. Mengetahui Kehidupan Dari Plotinus
b. Mengetahui Konsep Madzhab Neo-Platonisme
c. Mengetahui Konsep Metafisika Menurut Plotinus
d. Mengetahui Konsep Bersatu Dengan Tuhan Menurut Platonisme
e. Mengetahui Konsep Tentang Jiwa Menurut Paltonisme

1
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Biografi Plotinus
Plotinus lahir di Mesir dan menempuh pendidikannya di Yunani. Ia menetap di
Roma setelah mengikuti ekspedisi Kaisar Gordian. Dalam ekspedisi itu, Gordian
terbunuh oleh pasukannya. Masa hidupriya adalah pada awal era kesulitan Kekaisaran
Romawi yang kemudian terpecah menjadi dua, Kekaisaran Timur dan Barat. Oleh karena
itu, Plotinus diangap sebagai Pemikir Agung Terakhir era Romawi. Ketenaran Plotinus
terletak pada pembaruannya terhadap pemikiran Plato sehingga pemikirannya disebut
neoplatonisme. Plotinus sebenarnya juga dipengaruhi oleh Aristoteles. dan Stoa
Romawi.1
Plotinus lahir di Likopolis, salah satu kota di Mesir, pada kira-kira tahun 203 M.
Dia tumbuh dewasa di Alexandria tempat dia belajar filsafat kepada Ammonius Saccas,
kemudian dia menyertai Kaisar Gordianus ke Timur dalam ekspedisi yang terjadi pada
tahun 242 M melawan Persia. Dia bergabung dalam pasukan kaisar dengan tujuan untuk
mengenal kebijaksanaan India. Anehnya tanpa disangka-sangka, pendiri Monisme
bergabung dalam pasukan Persia. Setelah kekalahan Gordianus, Plotinus melarikan diri
ke Roma tempat dia mulai mengajar pada tahun 244 M dan tempat berkumpul murid-
murid yang mengaguminya di sekelilingnya. Dia telah menggabungkan kedalaman
berpikir, kesucian perilaku, dan kehidupan asketik dan kesahajaan.
Plotinus baru menulis buku pada usia 47 tahun. Muridnya, Porphyry dari Syria,
telah menghimpun apa yang ditulisnya dalam sebuah karya yang diberi judul Enneads
(Kelompok Sembilan) yang merupakan kumpulan 54 artikel kecil yang dihimpun dalam
enam kumpulan yang masing-masing berisi sembilan artikel. Buku ini membahas
berbagai topik. Kelompok pertama membahas manusia dan etika; kelompok kedua dan
ketiga membahas alam indrawi dan campur tangan Tuhan; dan masing- masing dari tiga
kumpulan sisanya adalah salah satu unsur dari tripartit Plotinus, yaitu jiwa, akal, dan

1
Kumara Ari Yuana, The greatesh philoshopers 100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6 SM-Abad 21 yang
Menginspirasi Dunia Bisnis, (Yogyakarta, CV ANDI OFFSET),hal.83-84

2
'yang esa', yakni kebaikan. Pada kenyataannya, Plotinus menyelesaikan berbagai masalah
dalam satu kumpulan Enneads.2
2. Neo-planonisme
Neoplatonisme adalah aliran filsafat yang didirikan oleh Plotinus pada abad ke-2
M, lima abad setelah Aristoteles. Sistem pemikiran Neoplatonisme, merupakan
perpaduan filsafat Plotinus dengan trend-trend utama lain dari pemikiran kuno terutama
Plato dan Aristoteles.3 Fase terakhir dari filsafat Hellenisme Romawi adalah aliran Neo
Platonisme, yang merupakan fase menghidupkan kembali filsafat Plato (427-347 SM)
bukan semata-mata menciptakan yang baru, meskipun aliran ini bercorak agama, tetapi
masih berkisar pada filsafat Yunani, Tasawuf Timur, memilih dari sana dan sini
kemudian disintesakan. Maka di dalamnya terdapat unsur-unsur Pitagoras, Aristoteles,
Stoa, dan terutama Platonisme, disamping Tasawuf Timur.4
Perkembangan pemikiran pada masa Hellenisme Romawi mempunyai corak yang
sama, yang dalam perkembangannya dapat dibagi ke dalam tiga masa, yaitu: Masa
pertama ialah abad ke-5 sampai pertengahan abad sebelum Masehi. Aliran-aliran yang
terdapat di dalamnya ialah:
a. Aliran Epicur. Pendirinya Epicuros. Ajarannya ialah kebahagiaan manusia
merupakan tujuan yang utama.5
b. Aliran Stoa. Pendirinya Zeno. Ajarannya ialah agar manusia jangan sampai
bisa digerakkan oleh kegembiraan atau kesediaan (jadi menahan diri dalam
menghadapinya) dan menyerahkan tanpa syarat kepada suatu keharusan yang
tidak bisa ditolak dan yang menguasai segala sesuatu. Aliran ini merupakan
rangkaian terakhir dari fase Hellenisme-Romawi, yaitu fase mengulang yang
lama, bukan fase menciptakan yang baru. Aliran ini juga masih berkisar pada
filsafat Yunani, tasawuf Timur, dan memilih dari sana-sini kemudian
digabungkan. Oleh karena itu, di dalamnya terdapat ciri-ciri filsafat Yunani
yang kadang-kadang bertentangan dengan agama-agama langit, yaitu agama
2
Irwan Kurniawan, Riwayat Filsafat Arab Jilid 1 Hanna Al-Fakhuri dan Khalil Al-Jurr (terjamah Tarikh Al-
Falsafah al-Arabiyyah, (Jakarta Selatan, Sadra Press, Sadra International Institute), hal.102
3
Khorotu Alkahfil Qurun, Muqoddimah Percikan Filsafat, (Jawa Barat, Guepedia) hal.120
4
Dr. Fathul Mufid, M.S.I. Dr. H. Subaidi, M.PD. Madzhab Pertama Filsafat Islam: Filsafat Paripatetik (Al-Hikmah
Al- Massyaíyah), (Jawa Barat, Goresan Pena), hal.60
5
Drs.Arang Abdul Hakim, M.A. Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum Dari Metodelogi Sampai
Teosofi,(Bandung, Pustaka Setia) hal.132

3
Yahudi dan Masehi, karena dasar filsafatnya ialah kepercayaan rakyat yang
memercayai kekuasaan yang banyak. Karena sistem pilihan ini pula, di dalam
Neoplatonisme tasawuf Timur. Jadi, Neoplatonisme mengandung unsur-unsur
kemanusiaan (hasil usaha pemikiran manusia), keagamaan, dan keberhasilan
(bukan agama langit).

Neo Platoisme merupakan aliran yang berupaya menggabungkan ajaran Plato dan
Aristoteles. Aliran ini merupakan puncak terakhir dalam sejarah filsafat Yunani (Bertens,
1990). Aliran Neo Platoisme ini bermaksud menghidupkan kembali filsafat Plato, tetapi
itu tidak berarti bahwa pengikut- pengikutnya tidak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf lain,
seperti Aristoteles dan aliran Ston. Sebenarnya ajaran ini merupakan semacam sintesis
dari semua. aliran filsafat sampai saat itu, di mana Plato diberi tempat istimewa. Filsuf
yang berpengaruh dalam aliran ini ialah Ammonius Saccas, Saccas seorang filsuf yang
mengajar di Alexandria, Mesir, pada paruh pertama abad ketiga.

Tokoh Neo Platonisme yang dapat dianggap mewakili dari aliran ini Plotinus,
murid dari Ammonius Saccas. Plotinus lahir di Lycopolis, Mesir, pada tahun 205 M dan
meninggal di Campania pada tahun 270 M. Plotinus berguru pada Saccas selama 11
tahun, ia mempelajari filsafat Yunani sejak berusia 27 tahun, terutama karya-karya Plato.
Plotinus datang ke Roma sekitar tahun 244 M dan mengajar filsafat sekitar 25 tahun.
Plotinus berupaya memadukan ajaran Aristoteles dan Plato, hanya saja pada praktiknya,
ia lebih. condong pada ajaran-ajaran Plato. Aliran baru yang dirintisnya mencakup
berbagai pemikiran dari berbagai negara dan menjadi pusat bagi peminat filsafat, ilmu,
dan sastra.6

Pokok-pokok pemikiran dalam aliran Neo Platonisme, yaitu Dialektika, yang


terdiri dari pemikiran dialektika menurun (a way down) dan dialektika menaik (a way
up). Seluruh sistem filsafat Plotinus berkisar pada konsep kesatuan, yang disebutnya
dengan nama Yang Esa, dan semua yang ada berhasrat untuk kembali kepada Yang Esa.

6
Armaidy Armawi, Filsafat Barat Pra Modern,( Yogyakarta, Gadjah Mada University Press), hal.82

4
Oleh karenanya, dalam realitas seluruhnya terdapat gerakan dua arah dari atas ke bawah
dan dari bawah ke atas.7

3. Konsep Metafisika Plotinus

Konsep metafisika Plotinus atau mazhab neoplatinus terdiri dari apa yang disebut
sebagai “Trinitas Suci” yang terdiri dari Yang Esa, Ruh, dan Jiwa. Yang Esa adalah
sosok yang agak kabur. Ia kadang disebut Tuhan, kadang baik: ia mengatasi ada, yang
merupakan tahap pertama yang bersumber dari yang Esa. Kita tidak boleh menerkakan
predikat kepada-nya, kecuali hanya mengatakan “Dia”. Yang Esa tak terdefinisikan, dan
mengenai dia kebenaran lebih banyak terkandung dalam sikap diam daripada dalam kata-
kata yang manapun.8

Disebutkan bahwa nous adalah citra yang esa, ia tercipta karena yang esa, di
dalam pencarian dirinya sendiri, memiliki visi, wawasan inilah nous.9

Anggota Trinitas ketiga dan yang terendah adalah jiwa, kendati pun lebih rendah
daripada nous, adalah pencipta segala yang hidup; ia mencipta matahari; bulan; dan
binatang-binatang, serta seluruh dunia yang kasat mata. Ia adalah sumber intelek ilahi. Ia
bersifat ganda: ada jiwa bagian dalam, yang terarah pada nous, dan satunya lagi,
menghadap ke wilayah eksternal. Sifat yang kedua itu berkaitan dengan gerak menurun,
dimana jiwa melahirkan citranya, ialah alam dan dunia indrawi. Kaum Stoa
mengidentifikasi Alam dengan Tuhan, namunPlotinus menganggap Alam sebagai aras
yang terendah, sesuatu yang terpancar dari jiwa di saat ia lalai menghadap ke atas menuju
nous. Ini mungkin menyiratkan pandangan kaum Gnostik bahwa dunia kasat mata
bersifat jahat, namun Plotinus tidak berpendapat demikian. Dunia kasat mata indah, dan
adalah tempat tinggal bagi ruh yang diberkati; ia hanya lebih rendah dibandingkan dunia
intelek.10

7
Armaidy Armawi, Filsafat Barat Pra Modern, (Yogyakarta,Gadjah Mada University Press), hal 81
8
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga
sekarang, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar0, hal 392
9
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga
sekarang, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar),hal.392
10
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga
sekarang, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar), hal 395

5
4. Konsep Bersatu Dengan Tuhan Plotinus
Dasar dari ajaran Plotinus adalah dualisme Plato yang mengajarkan bahwa di
samping dunia yang dapat diamati ini masih ada dunia lain yang tidak dapat diamati,
yaitu dunia ide. Plotinus mengubah filsafat Plato yang antroposentris (berpusat pada
manusia) kepada filsafat yang teosentris (berpusat pada Tuhan). Hal itu terlihat dalam inti
ajaran Neoplatonisme yang berpangkal pada kesatuan. Segala sesuatu yang berpangkal
dari Tuhan akan kembali kepada Tuhan, sehingga akan terlihat suatu proses, yaitu proses
dari atas ke bawah (Tuhan ke manusia) dan dari bawah ke atas (manusia ke Tuhan).
Dalam proses dari atas ke bawah, Tuhan tidak akan mengalami perubahan dan
kesempurnaannya tidak berkurang. Proses dari bawah ke atas hanya bisa dilakukan
manusia dengan dasar kerinduannya untuk dekat dengan Tuhan. Untuk itu, manusia harus
melewati 3 tahap pengaliran, yaitu pengaliran nous, jiwa, dan benda.
Pengaliran tahap pertama adalah nous atau roh. Dalam hal ini, roh Tuhan membedakan
diri dengan roh manusia yang tidak sempurna, karena pikirannya masih terdiri dari 2
unsur dalam berpikir, yaitu subjek dan objek. Dalam hal ini, manusia menyadari
keberadaannya di dunia. Pengaliran tahap kedua adalah jiwa atau psukhe. Dalam hal ini
jiwa memiliki 2 hubungan, yaitu dengan nous yang terang dan benda yang gelap. Hal ini
bisa diartikan hubungan manusia dengan Tuhan (nous) dan urusan duniawi (benda). Oleh
karena itu jiwa berfungsi sebagai semacam penghubung antara nous dan benda.
Pengaliran tahap ketiga adalah benda atau me on. Dalam tahap ini, benda keluar dari roh,
sehingga asas dualisme antara dunia yang tampak dan tidak tampak telah hilang. Dalam
tahap ini, manusia sudah tidak memikirkan urusan duniawi, sehingga diungkapkan kalau
akhirnya benda keluar juga dari roh. Oleh karena itu, menurut Plotinus penggabungan
jiwa dengan tubuh menjadi suatu hukuman.
5. Konsep Tentang Jiwa

Jiwa memandang akal sebagai yang menciptakannya dan jiwa tersebut memberi
sinar pada alam indrawi (sensual world) dengan segala sesuatu yang terdapat di
dalamnya. Kedudukan jiwa adalah sesudah akal, dan merupakan akhir wujud alam
abstrak, serta menjadi penghubung, antara alam indrawi dan dunia gaib, atau alam
ketuhanan.

6
Karena kedudukannya itu, maka jiwa alam dari satu segi terbagi, dan dari segi lain tidak
tertagi. la tidak terbagi, karena jiwa adalah sesuatu yang abstrak. la tidak terbagi menurut
banyaknya tempat, tetapi terbagi karena ia masuk alam indrawi dan terdapat di mana-
mana meskipun wujud tersebut merupakan wujud keseluruhan tanpa dibagi-bagi sebagai
wujud yang menggerakkan dan sebagai kekuatan pemeliharaan. Karena tabiatnya itu,
yaitu bisa dibagi dan bisa tidak terbagi, maka Plotinus tidak menganggap jiwa tergolong
dalam alam azali yang supersensual sama sekali. Ia juga tidak menggolongkan dalam
alam materi sama sekali, tetapi hanya mengatakan bahwa itu terdapat padanya.11
Ajaran Plotinus tentang jiwa adalah dasar teorinya tentang hidup yang praktis dan
ajaran moral. Menurut pendapatnya, benda itu karena tidak terpengaruh Yang Satu, Yang
Baik, adalah pangkal dari yang jahat. Dalilnya ini menimbulkan kesulitan terhadap pokok
ajaran Plotinus. Apabila benda dihasilkan oleh jiwa, dengan sendirinya timbul
pertanyaan: "Apakah jiwa itu tidak bersalah dalam hal kejahatan benda itu?"
Menurut Plotinus, jiwa itu tidak langsung bersalah. Seperti telah diterangkannya tadi,
jiwa itu mempunyai dua macam hubungan, ke atas dan ke bawah. Ke atas, ia
berhubungan dengan akal, dan karena itu ia berhubungan dengan makhluk yang berpikir
dan menerima dari akal itu idea yang kekal. Ke bawah, ia berhubungan dengan dunia
benda yang dibentuknya menurut idea yang ada di atas.12

11
Armaidy Armawi, Filsafat Barat Pra Modern (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press), hal 86
12
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teosofi,
(Bandung, Pustaka Setia), hal 129

7
BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan
Filsafat Plotinus seringkali disebut filsafat Plato, karena banyak kemiripan
didalamnya. Akan tetapi dalam hal kesosialan, Plotinus tidak seperti Plato yang begitu
memperhatikan keadaan sosial. Karena Plotinus beranggapan bahwa filsafat tidak dapat
membangun kemanusiaan.
Ajaran filsafat Plotinus yang paling utama adalah mengenai Yang Satu. Yang
Satu disini dia adalah sesuatu yang memang tidak akan dapat dijangkau oleh panca
indera, dan Yang Satu itu merupakan yang tidak dapat dikenal. Tetapi yang satu itu
terletak dan kita pun memilikinya didalam diri, namun kita tak dapat mencapainya
dengan begitu mudah.
Kita akan mampu mencapai Yang Satu itu ketika kita fokus meninggalkan alam pikiran
kita yang ada diruang dan waktu, yang kemudian menuju Ilahi. Ada satu jalan yang
membuat kita akan lebih mudah mencapai Yang Satu itu, yakni dengan cara mati terlbih
dahulu. Puncak dari filsafat Plotinus adalah adanya kebersatuan dengan Tuhan. Dan dia
yakin semua itu bisa dilakukan dengan berbagai cara.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang. Bani Ahmad Saebani. 2018. Filsafat Umum: Dari Metologi sampai
Teofilosofi. Bandung : Cv. Pustaka Setia;

Ari Tuana, Kumara. 2010. THE GREATHEST PHILOSOPHERS: 100 Tokoh Filsuf Barat dari
Abad 6 SM- Abad 21 yang Menginspirasi Dunia Bisnis. Yogyakarta: Cv. Andi Offset ;

Armawi, Armaidy. 2021. Filsafat Barat Pra-Modern. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press;

Kurniawan, Irwan. 2014. RIWAYAT FILSAFAT ARAB Jilid 1 : Hanna Al-Fakhuri dan Khalil Al-
Jurr. Jakarta Selatan : Sadra International Institute;

Mufid, Fathul. Subaidi. 2016. MADZHAB PERTAMA FILSAFAT ISLAM: FILSAFAT


PARIPATETIK (Al-Hikmah Al-Massyaíyah). Jawa Barat : Goresan Pena;

Russel, Bertrand. 2020 Sejarah Filsafat Barat Dan Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik
Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang : History Of Western Philoshophy And Its
Connection With Political And Social Circumstances From The Earliest Times To The
Present Day. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai