Penyusun :
Kelompok 7
1. Safira Riska Novita (23302037)
2. Lutfiah Anjarwati (23302046)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
A. SEJARAH FILSAFAT INDIA.....................................................................................................2
B. TOKOH – TOKOH FILSAFAT INDIA......................................................................................4
C. KARAKTERISTIK PEMIKIRAN FILSAFAT INDIA..............................................................5
BAB III.......................................................................................................................................................6
PENUTUP..................................................................................................................................................6
A. KESIMPULAN..............................................................................................................................6
B. SARAN...........................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat India mengacu pada tradisi filsafat kuno di Subbenua India. Aliran – aliran
filsafat utama di klasifikasikan dalam ortodoks atau heterodoks – astika atau nastika – tergantung
pada suatu dari tiga kriteria pilihan. Pada zaman kuno, daerah india sulit dimasuki oleh musuh
sehingga penduduknya dapat menikmati kehidupan yang tenang dan banyak peluang untuk
memikirkan hal – hal yang berkaitan dengan kerohanian filsafat india berkembang dan menjadi
satu dengan agama sehingga pemikiran filsafatnya bersifat religious dan tujuan akhirnya adalah
mencari keselamatan akhirat. Semua filsafat muncul dari pemikiran – pemikiran yang semula
bersifat keagamaan, baik itu filsafat yunani, filsafat cina, filsafat india. Karena kurang puas akan
keterangan – keterangan yang diberikan agama, ataukarena sebab – sebab lainyaakal manusia
mulai dipakai untuk memberi jawaban atas persoalan – persoalan yang dihadapinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah filsafat india?
2. Siapa saja tokoh – tokoh filsafat india?
3. Apa karakteristik pemikiran filsafat india?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah filsafat india
2. Untuk mengetahui tokoh – tokoh filsafat india
3. Untuk mengetahui karakteristik pemikiran filsafat india
iv
BAB II
PEMBAHASAN
3. Zaman Sastra Sutra (200 SM – 1400 M). Zaman ini diisi oleh semakin
banyaknya bahan – bahan pemikiran filsafat (sutra), ditandai dengan lahirnya
1
Sudarto, S. (2019). PERBANDINGAN FILSAFAT CINA DENGAN FILSAFAT INDIA. Jurnal Artefak, 3(2),
131-146
v
tokoh – tokoh seperti Sankara, Ramanuja, Madhwa, dan lainnya. Zaman ini
juga disebut zaman Skolastik. Kitab yang muncul pertama kali adalah kitab
Wedangga yang uraiannya berbentuk prosa, disusun secara singkat agar
mudah dihafal atau diamalkan. juga timbul sutra-sutra yang bertentangan
dengan Weda, dan sutra tersebut dijadikan sumber pemikiran filsafat.2
4. Zaman kemunduran (1400 – 1800 M). Zaman ini diisi oleh pemikiran filsafat
yang mandul karena para ahli pikir hanya menirukan pemikiran filsafat yang
lampau. Timbulnya keadaan ini disebabkan oleh pertemuan antara
kebudayaan barat dengan pemikiran india sehingga menimbulkan reaksi hebat
dari para pemikir india
5. Zaman pembaharuan (1800 – 1950 M). Zaman ini diisi oleh kebangkitan
pemikiran filsafat india. Pelopornya adalah Ram Mohan Ray, seorang
pembaru yang mendapatkan pendidikan di Barat.
Menurut Radhakrishnan dan Moore, ada beberapa ciri umum yang mewarnai hampir
seluruh sistem filsafat India (Brata,1993: 15), yang pada pokoknya dinyatakan sebagai berikut.
- Ciri pertama adalah motif spiritual yang mendasarinya. Motif ini mewarnai usaha filsafat India
maupun hidup pada umumnya. Kecuali aliran materialisme hedonistis seperti Car-vaka, semua
aliran yang lain mengakui adanya esensi spiritual. Itulah sebabnya, penghayatan keagamaan dan
agama amat terkait dengan usaha filosofis dari filsafat.
- Ciri umum kedua ialah filsafat India ditandai dengan sikap introspektif dan pendekatan
introspektif terhadap realitas. Filsafat dipahami sebagai atmavidya, pengetahuan akan diri. Oleh
karena itu, perhatian lebih diletakkan pada subjektivitas daripada objektivitas. Karena itu pula
psikologi dan etika dianggap lebih penting daripada ilmu pengetahuan alam atau ilmu
pengetahuan positif yang tetap menjadi bagian dari ke- sibukan mereka juga.
- Ciri ketiga adalah adanya hubungan erat antara hidup dan filsafat. Tendensi ini kita temukan
dalam setiap sistem filsafat India.
Tendensi introspektif ini membuat filsafat India lebih bersifat idealis. Inilah ciri umum
keempat. Bukannya berarti bahwa tidak ada dualisme atau pluralisme, tetapi kalau pun ada,
dualisme atau pluralisme itu telah diresapi oleh ciri monistik yang kuat.3
3
Darmodiharjo, Darji. Pokok – Pokok Filsafat Hukum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006 HAL 25 – 26.
vi
1). Sankara (788 – 820) merupakan pengajar aliran Adwaita. Pokok ajarannya adalah bahwa
“Brahman adalah nyata. jiwa perorangan adalah Brahman. Brahman tidak rangkap. Dunia itu
tidak nyata. jiwa tidak berbeda dengan Brahman.”
2). Ramanuja (1017 – 1137), is berupaya mempersatukan agama Wisnu dengan Wedanta.
Sumber ajarannya Wisista Waits (kitab Upanishad).Menurutnya, terdapat tiga kenyataan yang
tertinggi: Tuhan (Iswara),jiwa (cit), dan benda (acit). Hanya Tuhanlah kenyataan yang bebas.
3). Madwa (1199 – 1278), ia sangat berpengaruh di India Barat. Pokokajarannya, “ada”,
merupakan kenyataan yang jamak (dualisme). Segala sesuatu di dunia ini beraneka ragam.
Terdapat lima perbedaan, yaitu antara Tuhan dan jiwa; antara jiwa (yang satu) dan jiwa (yang
lain); antara Tuhan dan benda; antara jiwa dan benda; antara benda (yang satu) dan benda (yang
lain).4
Ditinjau dari segi sejarah filsafat, pemikiran filsafat india dapat dikelompokkan
menjadi dua aliran yang besar yaitu Hinduisme (Ortodoks) dan Buddhisme (Heterodoks).
4
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Rajawali pers,2013 hal 85-87
vii
Pertama, Hinduisme. Hinduisme merupakan peletak dasar dari tradisi pemikiran filsafat
india yang mendasarkan pemikiran-pemikirannya pada otoritas veda. Hinduisme oleh Zaehner
(1992: ix) diartikan sebagai cara hidup yang khas bagi suatu bangsa secara menyeluruh, suatu
etos nasional yang tak bisa dijamah meskipun bukan tidak nyata, lebih daripada sebagai suatu
agama dalam arti kata barat, yakni kesetiaan pada perwahyuan yang dipercayai sebagai
pemberian Tuhan dan pemujaan kepada Tuhan dan pemujaan kepada Tuhan sesuai dengan isi
perwahyuan itu. Hinduisme memiliki aliran pemikiran yang cukup banyak, yang pada umunya
mengajarkan agar manusia selalu berupaya untuk mencari keselamatan hidup dari penderitaan
yang secara terus menerus di alami manusia. Hinduismi mengajarkan adanya tiga jalan
keselamatan yang bisa ditempuh oleh manusia yaitu: jnana (Upanishad dan Veda). Bhakti, dan
karma muji sutrisno, 1993: 108-110).
Jnana (upanishad dan Veda). Jalan keselamtan melalui penghayatan dan pemahaman
terhadap pengetahuan yang paling dalam yaitu manusia meleburkan dirinya dalam realitas yang
Mutlak (Brahman). Brahman diartikan sebagai supreme being, merupakan “daya hidup agung”,
menghidupkan, menggerakkan kosmos bagi segala sesuatu termasuk manusia. Antara Brahman
sebagai realitas yang Mutlak merupakan satu kesatuan dengan jati diri manusia (atman), karena
pada dasarnya segala sesuatu tu merupakan manifestasi Brahman. Bhakti, dihayati melalui sikap
bhakti yang tulus, sehingga manusia akan terbebas dari ikatan-ikatan kelahiran kembali. Karma,
artinya dilakukan dengan cara memnuhi kewajiban manusia, yaitu melakukan perbuatan yang
memang layak dan benar. Dalam Hinduisme tujuan utama dari pemikiran filsafat adalah untuk
menemukan jati diri yang paling hakiki yang disebut atman untuk kemudian menyatu dengan
Brahman.
Kedua, Buddhisme. Budhisme merupakan aliran filsafat heterodoks yang tidak mengakui
otoritas veda, jainisme, dan carvaka yang tidak begitu berkembang, juga tidak mengakui veda.
Buddhisme melontarkan kritik-kritik tajam terhadap hinduisme, terutama keberatan terhadap
kebiasaan yang dilakukan oleh para brahmana, seperti upacara korban. Pemikiran Buddhisme
memiliki karakteristik antara lain (wagiyo, 19996:4): 5
1. Pesimistis, hidup merupakan penderitaan dipandang sebagai suatu yang riil dan eksintensial. 2.
Optimistic, menolak hal-hal yang bersifat spekulatif dan mengesampingkan hal-hal yang tidak
pasti dapat diketahui. 3. Pragmatis, lebih mengutamakan yang perlu dalam mengatasi
penderitaan. 4. Saintifik, pengalaman pribadi digunakan sebagai sarana untuk mencari hubungan
sebab akibat. 5. Empiris, pengalaman pribadi dianngap yang benar. 6. Demokratis, tidak
5
Rahman, M. H. T., Sari, D. P., Rato, D., & Setyawan, F. (2023). PENGARUH FILSAFAT TIMUR
HINGGA BARAT PADA PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM. SEIKAT: Jurnal Ilmu Sosial,
Politik dan Hukum, 2(3), 258-266.
viii
membedakan sattus manusia, dan 7. Terapetis, berusaha untuk myembuhkan penderitaan
manusia.
Pemikiran filsafat Buddhisme terangkum dalam ajaran triatna yaitu Buddha, dharma, dan
sangha. Petama, Buddha yang berasal dari kata budh (bangun), bangun dari kesesatan. Buddha
adalah orang yang sudah dicerahi atau mendapatkan pencerahan. Setiap orang pada dasarnya
memiliki kodrat Buddha, namun karena belum semua memperoleh pencerahan maka masih
terikat pada kelahiran kembali. Kedua, dharma, ajaran yang berisi empat kebenaran mulia (catur
arya salyani) yang terdiri atas: dukkha (penderitaan), samudaya (sebab dari penderitaan), nirodha
(peniadaan penderitaan), dan marga (jalan untuk menghindari penderitaan). Buddhisme
mengajarkan delapan jalan untuk mencapai pencerahan yaitu: a. percaya yang benar, b. maksud
yang benar, c. perkataan yang benar, d. perbuatan yang benar, e. hidup yang benar, f. usaha yang
benar, g. pikiran yang benar, dan h. Samadhi yang benar. Ketiga, sangha atau perkumpulan para
bhiksu dan bhiksuni sebagai rokhaniwan buddhisme yang memiliki peraturan-peraturan
6
tersendiri sesuai dengan tingkatan mereka.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat India memiliki dua wilayah, yakni wilayah Hindu dan wilayah Buddha.
Dari dua wilayah ini muncul padangan bahwa filsafat India dinilai begitu sangat luas
6
Rahman, M. H. T., Sari, D. P., Rato, D., & Setyawan, F. (2023). PENGARUH FILSAFAT TIMUR
HINGGA BARAT PADA PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM. SEIKAT: Jurnal Ilmu Sosial,
Politik dan Hukum, 2(3), 258-266.
ix
sehingga sangat sulit untuk menemukan sumber asli yang pernah dibuat. Selain itu
memang dikatakan bahwa catatan historiografi dan biografi dalam filsafat India yang
kurang lengkap dan sehingga menyulitkan untuk menuliskan pemikiranpemikiran seperti
pemikiran filsafat yang sudah berkembang seperti sekarang.
Tokoh – tokoh yang tergabung di dalam filsafat india adalah sebagai berikut :
1). Sankara (788 – 820) merupakan pengajar aliran Adwaita. Pokok ajarannya adalah bahwa
“Brahman adalah nyata. jiwa perorangan adalah Brahman. Brahman tidak rangkap. Dunia itu
tidak nyata. jiwa tidak berbeda dengan Brahman.”
2). Ramanuja (1017 – 1137), is berupaya mempersatukan agama Wisnu dengan Wedanta.
Sumber ajarannya Wisista Waits (kitab Upanishad).Menurutnya, terdapat tiga kenyataan yang
tertinggi: Tuhan (Iswara),jiwa (cit), dan benda (acit). Hanya Tuhanlah kenyataan yang bebas.
3). Madwa (1199 – 1278), ia sangat berpengaruh di India Barat. Pokokajarannya, “ada”,
merupakan kenyataan yang jamak (dualisme). Segala sesuatu di dunia ini beraneka ragam.
Terdapat lima perbedaan, yaitu antara Tuhan dan jiwa; antara jiwa (yang satu) dan jiwa (yang
lain); antara Tuhan dan benda; antara jiwa dan benda; antara benda (yang satu) dan benda (yang
lain).7
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, dengan harapan semoga dapat
bermanfaat bagi semuanya. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk menjadikan
makalah ini lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarto, S. (2019). PERBANDINGAN FILSAFAT CINA DENGAN FILSAFAT INDIA. Jurnal Artefak, 3(2),
131-146.
Sartika, D., Nasution, D. R. N., & Aisyah, S. N. (2023). FILSAFAT TIMUR DAN FILSAFAT BARAT
(SEBUAH PENGANTAR PERBEDAAN KAJIAN FILSAFAT). Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu
x
Sosial, Humaniora Dan Agama, 4(2), 75-88.
Rahman, M. H. T., Sari, D. P., Rato, D., & Setyawan, F. (2023). PENGARUH FILSAFAT TIMUR HINGGA
BARAT PADA PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM. SEIKAT: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan
Hukum, 2(3), 258-266.
Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Darmodiharjo, Darji. Pokok – Pokok Filsafat Hukum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
xi