Anda di halaman 1dari 12

Makalah

FILSAFAT HELENISME DAN ROMAWI


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Filsafat Barat Abad
Pertengahan

Dosen Pengampu :
Muhammad Nur, M.Hum

Disusun oleh :

Artharani Shafira Puteri (1931010130)

M. Insan Arridho Lubis (1931010134)

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA-AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk

menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul ”Filsafat Helenisme dan Romawi” secara tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Filsafat Barat. Selain itu,

penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Muhammad Nur, M.Hum selaku

dosen pengampu mata kuliah Filsafat Barat Abad Pertengahan. Tugas yang telah diberikan ini dapat

menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga

mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini. Dan supaya ke depannya penulis

mampu membuat makalah yang lebih baik di waktu yang akan datang.

Bandar Lampung, 27 November 2020

Penulis

DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

1. Latar Belakang.............................................................................................................1
2. Rumusan Masalah........................................................................................................2
3. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................2

1. Pengertian Hellenisme.................................................................................................2
2. Asal Mula Hellenisme.................................................................................................3
3. Ciri Khas Filsafat Hellenisme-Romawi.......................................................................4

4. Perkembangan Hellenisme di dalam Filsafat................................................................

BAB 3 Penutup..................................................................................................................9

1.1 Kesimpulan.................................................................................................................9
1.2 Saran dan Kritik..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Filsafat memiliki beberapa arti yang telah berkembang cukup banyak dari para filosof.
Dan ternyata kata filsafat ini telah muncul dan dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Ini
menunjukan bahwa filsafat memang sudah ada dan berkembang pada bangsa tersebut.
Menurut catatan para sejarawan, orang yang pertama kali menggunakan istilah filsafat adalah
Pythagoras dari Yunani (582 – 496 SM). Pada waktu itu arti filsafat belum begitu jelas.
Kemudian arti filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini. 
Salah satu pendapat mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun
dari dua kata yaitu Philein yang berarti cinta dan Shopos yang berarti hikmat, kebijaksanaan
(wisdom). Akan tetapi orang Arab memindahkan kata Yunani Philosophia ke dalam bahasa
mereka dengan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu falsafa dengan
fa`lala, fa`lalatan dan fi`lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa adalah
falsafah dan filsaf, yang memiliki arti hikmah. Hikmah menurut Ibnu Arabi adalah proses
pencarian hakikat sesuatu dan perbuatan. Akan tetapi Ar-Raghib memberikan definisi yang
lebih simple, yaitu ashabtul haqi bil`ilmi wal aql (memperoleh kebenaran dengan ilmu dan
akal). Filosof Yunani, seperti Plato misalnya memberikan definisi filsafat sebagai suatu
pengetahuan tentang segala sesuatu. Sedangkan Aritoteles beranggapan, bahwa kewajiban
filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu
yang umum sekali.
Yunani adalah sebuah Negara di Eropa yang telah memiliki pemikiran peradaban yang
maju sejak berabad-abad tahun yang lalu (Yunani kuno). Istilah Helenisme adalah istilah
modern yang diambil dari bahasa Yunani kuno hellenizein yang berarti “berbicara atau
berkelakuan seperti orang Yunani” (to speak or make Greek). Helenisme Klasik: Yaitu
kebudayaan Yunani yang berkembang pada abad ke-5 dan ke-4 SM. Helenisme Secara
Umum: Istilah yang menunjuk kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani
dan budaya Asia Kecil, Syiria, Mesopotamia, dan Mesir yang lebih tua. Lama periode ini
kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323 SM (Masa Alexander Agung atau Meninggalnya
Aristoteles) hingga 20 SM (Berkembangnya Agama Kristen atau Jaman Philo).
4
2. Rumusan Masalah

A. Apa pengertian hellenisme?

B. Bagaimana asal muasal munculnya Hellenisme?

C. Bagaimana ciri khas Filsafat Hellenisme-Romawi?

D. Bagaimana perkembangan hellenisme di Dunia Filsafat?

3. Tujuan Pembahasan

A. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari hellenisme.

B. Untuk mengetahui dan memahami asal mula munculnya hellenisme.

C. Untuk mengetahui dan memahami ciri khas Filsafat Hellenisme-Romawi.

D. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan hellenisme di Dunia filsafat.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hellenisme
Helenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa Yunani kuno hellenizein yang
berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani” (to speak or make greek).
Helenisme klasik yaitu kebudayaan Yunani yang berkembang pada abad ke-5 dan ke-4 SM.
Helenisme secara umum istilah yang menunjuk pada kebudayaan yang merupakan gabungan
antara budaya Yunani dan budaya Asia Kecil, Syiria, Mesopotamia, dan Mesir yang lebih tua.
Lama periode ini kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323 SM (masa Alexander Agung atau
meninggalnya Aristoteles) hingga 20 SM (berkembangnya agama kristen atau zaman philo).
Jadi pemikiran filsafat helenisme adalah filsafat Yunani untuk mencari hakikat sesuatu atau
sebuah pemikiran untuk mencari suatu kebenaran yang terjadi pada masa Yunani kuno.1

Dalam perkembangan masa Helenisme ini ditandai dengan perubahan bentuk filsafat dari
filsafat teoritis menjadi filsafat praktis dan membuat filsafat menjadi bagian dari seni hidup.
Berbagai aliran yang muncul pada saat itu yang semuanya bertujuan untuk menentukan cita-
cita hidup manusia. Keinginan memperoleh pengetahuan teori semakin beralih kepada ilmu-
ilmu spesial. Makin mendalam penyelidikan ini dan makin tampak gunanya bagi
penghidupan sehari-hari, akan tetapi orang makin acuh tak acuh terhadap teori-teori
metafisika umum.2

Fase Helenisme ialah fase ketika pemikiran filsafat hanya dimiliki oleh orang-orang
Yunani sendiri, yaitu sejak abad ke 6 atau ke 5 sebelum masehi sampai akhir abad
ke 4 sebelum masehi. Adapun fase Helenisme Romawi ialah fase yang datang sesudah fase
Helenisme, dan meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa Romawi, yang ikut

1
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A, Filsafat Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008). Hlm. 97
2
M. Syafieh, M.Phil. I dan Ismail Fahmi Arrauf, M.A, Filsafat Umum Sebuah Pengantar, (Bandung:
Citapustaka Media Perintis), hlm. 6

6
serta membicarakan peninggalan pikiran yunani, antara lain pikiran Romawi di Barat dan di
Timur  yang ada di Mesir dan di Siriah, fase ini di mulai dari abad ke 4 sebelum masehi
sampai pertengahan abad ke 6 masehi di Bizantium dan Roma, atau pertengahan abad ke 7
masehi di Iskandariah, atau abad ke 8 masehi di Siria dan Irak.

B. Asal Muasal Hellenisme

Pasca Aristoteles, Filsafat Yunani mengalami penurunan yang signifikan. Pengkajian


tentang filsafat tidak lagi semarak sebagaimana terjadi pada masa-masa sebelumnya. Hal ini
dikarenakan munculnya ilmu-ilmu spesial yang berkembang dan berdiri sendiri. Seperti ilmu
alam, gramatika, filologi, sejarah kesusasteraan dan lain sebagainya. Keadaan seperti ini
menyebabkan ilmu filsafat tidak lagi menjadi prioritas utama. Di samping itu, dalam fase ini
filsafat juga telah menyimpang dari asas pokoknya, yaitu dari akal ke arah mistik.

Peralihan filsafat Yunani menjadi filsafat Helen-Romawi disebabkan terutama oleh


seorang yang bernama Alexandros, murid Aristoteles. Tindakannya yang imperialis
menyatukan seluruh dunia Grik ke dalam satu kerajaan Macedonia. Sesudah itu ia
menaklukkan bangsa-bangsa di Asia Minor dan mengembangkan kekuasaannya sampai ke
India. Semuanya itu dijadikan beberapa propinsi kerajaan Macedonia. Bahkan Imperium
Persia, kekaisaran terbesar yang pernah disaksikan dunia, diremukkan lewat tiga
pertempuran.3

Pemerintahan Alexander merupakan pemerintahan yang kuat dan memiliki banyak


daerah taklukan. Dalam waktu sepuluh tahun sejak 334 hingga 324 SM ia menaklukkan Asia
Kecil, Siria, Mesir, Babilonia, Persia, Samarkand, Bactria, dan Punjab, dimana pada setiap
daerah taklukan  ia selalu mendirikan kota Yunani dan mencoba mereproduksi lembaga-
lembaga Yunani, disertai upaya pemerintahan sendiri. Berangsur-angsur ketika kawasan yang
ia taklukkan kian meluas, ia memberlakukan kebijakan yang menganjurkan pembauran
secara damai antara bangsa Yunani dan bangsa Barbar, hal ini dapat mengacu pada beberapa
faktor, diantaranya:

a.       Pasukan Alexander tidak terlampau besar jumlahnya, tidak mungkin selamanya


mempertahankan kekuasaan imperium yang sangat luas itu dengan jalan kekerasan,
3
Jurnal, Ali M. Hassan Pallawa, Sejarah Transmisi Filsafat Helenisme Dalam Filsafat Islam, hlm. 19

7
melainkan dalam waktu panjang, akan tergantung pada kerukunan dengan rakyat yang
ditaklukkan.

b.      Bangsa Timur tidak terbiasa dengan pemerintahan apapun kecuali pemerintahan oleh
seorang dewa-raja, yang oleh Alexander dirasakan tepat untuk dibawakannya sendiri.

Pemerintahan Aleksander menerima orang-orang Makedonia sebagai panglima


pasukannya, bahkan memberikan sebutan “sahabat” untuk mereka. Para “sahabat” ini yang
kemudian memberikan masukan saran dan kritik dan mengambil andil yang “berpengaruh”
dalam pemerintahan Alexander. Mereka yang memaksa Alexander untuk lebih baik kembali
setelah menaklukkan kawasan sungai Indus dan bukan meneruskan perjalanan untuk
menaklukkan kawasan sungai Gangga.

Anggapan bahwa bangsa Yunani adalah bangsa yang lebih unggul derajatnya daripada
bangsa Barbar pernah diungkapkan pada sebuah ungkapan pandangan umum yang
menyatakan ras utara bersemangat, ras selatan beradab, namun hanya bangsa Yunananilah
yang penuh semangat sekaligus beradab. Plato dan Aristoletes berpendapat bahwa tidak
selayaknya bangsa Yunani dijadikan budak, namun mereka tidak berpendapat demikian
mengenai bangsa Barbar.

Sikap terpelajar, sikap inipun menciptakan hasil berupa hubungan timbal balik antara
bangsa Yunani dan bangsa Barbar. Orang Barbar memetik sesuatu hal dari ilmu pengetahuan
Yunani, sedangkan orang Yunani mendapat banyak pelajaran dari takhayul bangsa Barbar.
Peradaban Yunani, setelah menjangkau wilayah lebih luas, menjadi tidak sepenuhnya Yunani.
Pembauran serta penerimaan budaya yang berbeda, namun masih Yunani (mengadopsi
budaya Yunani) inilah yang dikenal dengan Helenisme, sebuah paham “ke-Yunani-an” yang
menerima bangsa lain dalam kehidupan bermasyarakatnya dibawah pemerintahan Alexander.

C. Ciri Khas Masa Hellenisme-Romawi

Meskipun keseluruhan masa Hellenisme-Romawi mempunyai corak yang sama, namun


apabila mengingat perkembangannya, maka dapat dibagi menjadi masa, dimana tiap-tiap
masa mempunyai corak tersendiri.4

4
Ahmad Hanafi, MA, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996), hlm. 30.

8
Masa pertama, masa ini dimulai empat abad sebelum Masehi sampai pertenghan abad
pertama sebelum Masehi. Aliran-aliran yang terdapat di dalamnya adalah :

a. Aliran Stoa (ar-Riwaqiyyah) dengan Zeno sebagai pendirinya. Ia mengajarkan agar


manusia jangan sampai bisa digerakkan oleh kegembiraan dan kesedihan (jadi tahan diri
dalam menghadapinya) dan menyerahkan tanpa syarat kepada suatu keharusan yang tidak
bisa ditolak dan menguasai segala sesuatu.
b. Aliran Epicure, dengan Epicurus sebagai pendirinya. Aliran ini mengajarkan bahwa
kebahagiaan manusia merupakan tujuan utama.
c. Aliran Skeptis (ragu-ragu) yang meliputi “aliran Phyro” dan “aliran Akademi Baru”.
Aliran skeptis mengajarkan bahwa untuk sampai kepada kebenaran, kita harus percaya
dulu bahwa segala sesuatu itu tidak benar kecuali sesudah dapat dibuktikan kebenarnnya.
Ajaran lain ialah bahwa pengetahuan manusia tidak akan sampai kepada kebenaran, atau
dengan perkataan lain mengingkari kebenaran mutlak (obyektif).
d. Aliran Elektika-Pertama adalah aliran seleksi.

Masa Kedua, masa ini dimulai dari abad pertengahan abad pertama sebelum Masehi sampai
pertengahan abad ketiga abad ketiga Masehi. Corak pemikiran pada masa ini ialah seleksi dan
penggabungan, yaitu memilih beberapa pikiran filsafat kuno dan menggabungkan pikiran-
pikiran itu satu sama lain, atau menggabungkan pikiran-pikiran itu di satu pihak dengan
ketentuan agama dan tasawuf timur di lain pihak. Masa in terkenal dengan adanya ulasan
ilmiah terhadap kerja-kerja para filosof Yunani. Aliran yang terdapat pada masa ini ialah : (1)
aliran Peripatetik terakhir; (2) aliran Stoa baru; (3) aliran Epicure baru; (4) aliran Pythagoras;
dan (5) aliran filsafat Yuhadi dan Plato.

Filsafat Hellenisme-Yahudi ialah suatu pemikiran filsafat, di mana filsafat Yahudi


dipertemukan dengan kepercayaan Yahudi, dengan jalan penggabungan atau mendekatkan
salah satunya kepada yang lain atau membuat susunan baru yang mengandung kedua unsur
tersebut.

Masa Ketiga, masa ini dimulai dari abad ketiga Masehi sampai pertengahan abad keenam
Masehi di Bizantium dan Roma, atau sanpai pertengahan abad ketujuh atau kedelapan di

9
Iskandariah dan Timur Dekat (Asia Kecil). Pada masa ketiga ini kita mengenal aliran-aliran:
(1) Neo Platonisme; (2) Iskandariah; (3) Filsafat di Asia Kecil, yang terdapat di Antiochia,

Harran, ar Ruha, dan Nissibis. Aliran-aliran ini merupakan kegiatan terakhir menjelang
timbulnya “aliran Baghdad”, yaitu aliran filsafat Islam.

Aliran Iskandariyah mempunyai corak tersendiri yang lain dari aliran Neo Platonisme,
meskipun kedua aliran tersebut memberikan ulasan-ulasan terhadapnya. Perhatian aliran
Iskandariyah lebih banyak ditujukan kepada lapangan, eksakta, seperti matematik, fisika,
daripada kepada lapangan metafisika, bahkan dengan berlalunya masa maka soal-soal
metafisika ditinggalkan sama sekali.

Tokoh-tokoh aliran Iskandariyah ialah Hermas, Stepanus, dan Yoannes, Philoponos. Di antara
aliran-aliran filsafat masa ketiga, Neo Platonisme-lah yang terpenting dan yang paling banyak
pengaruhnya terhadap filsafat Islam.

D. Perkembangan Hellenisme dalam Dunia Filsafat

Dalam perkembangannya, hellenisme dibagi menjadi dua fase yaitu fase hellenisme dan
fase hellenisme romawi. Fase Helenisme ialah fase ketika pemikiran filsafat hanya dimiliki
oleh orang-orang Yunani sendiri, yaitu sejak abad ke 6 atau ke 5 sebelum masehi sampai
akhir abad ke 4 sebelum masehi. Adapun fase Helenisme romawi ialah fase yang datang
sesudah fase Helenisme, dan meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa Romawi,
yang ikut serta membicarakan peninggalan pikiran yunani, antara lain pikiran romawi di barat
dan di timur  yang ada di mesir dan di siriah, fase ini di mulai dari abad ke 4 sebelum masehi
sampai pertengahan abad ke 6 masehi di bizantium dan roma, atau pertengahan abad ke 7
masehi di iskandariah, ayau abad ke 8 masehi di siria dan irak.5

5
Ahmad Hanafi, MA, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996), hlm. 30.

10
BAB 3

PENUTUP

1) Kesimpulan

Helenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa Yunani kuno hellenizein yang
berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani” (to speak or make greek).
Helenisme klasik yaitu kebudayaan Yunani yang berkembang pada abad ke-5 dan ke-4 SM.
Helenisme secara umum istilah yang menunjuk pada kebudayaan yang merupakan gabungan
antara budaya Yunani dan budaya Asia Kecil, Syiria, Mesopotamia, dan Mesir yang lebih tua.
Lama periode ini kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323 SM (masa Alexander Agung atau
meninggalnya Aristoteles) hingga 20 SM (berkembangnya agama kristen atau zaman philo).
Jadi pemikiran filsafat helenisme adalah filsafat Yunani untuk mencari hakikat sesuatu atau
sebuah pemikiran untuk mencari suatu kebenaran yang terjadi pada masa Yunani kuno.

Pasca Aristoteles, Filsafat Yunani mengalami penurunan yang signifikan. Pengkajian


tentang filsafat tidak lagi semarak sebagaimana terjadi pada masa-masa sebelumnya. Hal ini
dikarenakan munculnya ilmu-ilmu spesial yang berkembang dan berdiri sendiri. Seperti ilmu
alam, gramatika, filologi, sejarah kesusasteraan dan lain sebagainya. Keadaan seperti ini
menyebabkan ilmu filsafat tidak lagi menjadi prioritas utama. Di samping itu, dalam fase ini
filsafat juga telah menyimpang dari asas pokoknya, yaitu dari akal ke arah mistik.

2) Saran dan Kritik

11
s

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang. 2008. Filsafat Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.

Syafieh. 2012. Filsafat Umum Sebuah Pengantar. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Jurnal Ali M. Hassan Pallawa. Sejarah Transmisi Filsafat Hellenisme Dalam Filsafat Islam.

Hanafi, Ahmad. 1996. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang.

12

Anda mungkin juga menyukai