FILSAFAT ISLAM
MEMAHAMI “RETAKAN EPISTEMOLOGIS” PEMIKIRAN ISLAM DUNIA BARAT
(MAGHRIB) DAN TIMUR (MASHRIQ)
Dosen Pengampu:
Dr. Haqqul Yaqin, M.Ag
Disusun Oleh:
Idris Nur Hikmah (07020320043)
Ikawa Rosyidah (07010320013)
Istibsarotul Insiyah (07010320014)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Memahami “Retakan
Epistemologis” Pemikiran Islam Dunia Barat (Maghrib) dan Timur (Mashriq).
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dr.
Haqqul Yaqin, M.Ag pada mata kuliah Filsafat Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Haqqul Yaqin, M.Ag selaku Dosen
mata kuliah Filsafat Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................
a) LatarBelakang .........................................................................................................
b) RumusanMasalah ....................................................................................................
c) TujuanMasalah ........................................................................................................
a) Kesimpulan .............................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat Islam juga sering disebut filsafat Arab dan filsafat Muslim merupakan
suatu kajian sistematis terhadap kehidupan, alam semesta, etika, moralitas,
pengetahuan, pemikiran, dan gagasan politik yang dilakukan di dalam dunia Islam atau
peradaban umat Muslim dan berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam. Dalam Islam,
terdapat dua istilah yang erat kaitannya dengan pengertian filsafat— falsafa (secara
harfiah "filsafat") yang merujuk pada kajian filosofi, ilmu pengetahuan alam dan
logika, dan Kalam (secara harfiah berarti "berbicara") yang merujuk pada kajian teologi
keagamaan.
Dalam diskurs keilmuan antara hellenisme dan islam telah terjadi proses timbal
balik, yatu terjadinya hellenisme islam dan islamisasi hellenis. Kalau dijabarkan akan
mengandng makna bahwa kata “Hellenis”1 merefresintasikan ilmu [filsafat] yang secara
epistemologis perolehannya lewat akal (ratio). Sementara kata Islam mencerminkan
ajaran-ajaran yang mencapaiannya melalui wahyu (rvalation).
Kritik nalar Arab terpahat menjadi ukiran konsepsi unik yang mendapat
apresiasi terluas dibanding konsepsi-konsepsi kebangkitan lain yang muncul dalam
kebudayaan arab kontemporer. Namun, disisi lain kritik nalar Arab dihujani beberapa
kritik argumentatis yng cukup masssif dari para pemikir kawakan seperti George
Tharabisyi dari Syiria dan Yahya Muhammad dari Sudan. Menyadari urgensitas
kontribusi wacana kritik nalar Arab dalam proyek kebangkitan modern, kami
mendeskripsikan Abed al-Aabiri formulasi nalar Arab Takwin al-Aql al-Arabi.
B. Rumusan Masalah
1
Lihat, encyclopadia britanica,”hellenic age”, vol. II, (chicago: willian benton, 1970), hal. 323; bandingkan, paul
edwards (ed.), the encyclopedia of philosophy, vol. 3 & 4 (new york:macmillan publishing, 1972), hal. 467.
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
2
M. Anis Bachtiar, GERAKAN HILLENISME DALAM ISLAM, Jurnal Tribakti, halaman 110
3
Ibid, halaman 111
penerjemahan ini, sebagian besar dari karangan Aristoteles, sebagian tertentu dari
karangan Plato, serta karangan mengenai neoplatonisme, sebagian besar dari kalangan
Galen, serta karangan ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan Yunani lainnya.
Karangan tentang filsafat banyak menarik perhatian mu’tazilah, sehingga mereka
banyak dipengaruhi oleh pemujaan daya akal yang terdapat dalam filsafat Yunani. Abu
al-Huzail al-Allaf, Ibrahim al-Nazam, Bishr Ibn al-Mu’tamir dan lainnya banyak
membaca buku-buku filsafat dalam pembahasan mereka mengenai teologi Islam daya
akal atau logika yang mereka jumpai dalam filsafat Yunani.
Tidak lama kemudian timbullah dikalangan umat Islam filosof-filosof dan ahli
ilmu pengetahuan, terutama dalam ilmu kedokteran, seperti Abul Abbas al-Sarkasy
(abad ke-9 M), Al-Razi (abad ke-10 M), dan lain-lain. Filosof Islam yang muncul
pertama yaitu di abad ke-9 M yaitu al-Kindi, kemudian diikuti oleh filosof lain seperti
al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan lain-lain.4
4
Ibid, halaman 112
5
Kees Bertens, Filsafat Barat Abad XX, Jilid 2, Prancis (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 161-175.
konsepsi imu pengetahuan pada masa tertentu selalu mengalami konsepsi-konsepsi-
yang baru sama sekali. “yang kuno” tidak memberikan kontribusi bagi “yang baru”.
“yang baru” selalu terputus sama sekali dengan “yang kuno”. Hali ini terbukti dengan
sebuah fenomena bahwa ilmu pegetahuan sejak era galileo telah menyaksikan
diskontinuitas yang tak sedikit.
6
Abid al-Jabiri, al-Tura>th wa al-H{ada>thah, h. 327.
ketiga tokoh ini selain Esposito adalah para pakar Islam dan Barat yang mempunyai
karakteristik tersendiri.
Lewis bercerita tentang sikap resistensi umat Islam pada kemajuan, dan
kegagalan umat Islam untuk mengejar ketertinggalan dari bangsabangsa Eropa. Padahal
dua atau tiga ratus ta_hun sebelumnya, umat Islam jaya. Intinya, sejak abad 19an, oleh
sebagian politisi, misalnya Kemal Attaturk, para pemikir, seperti Ali Abdurraziq, dan
lainlain, kemunduran Umat Islam ini dicoba untuk dihilangkan. Lebih tragisnya,
menurut Lewis bahwa kemunduran umat Islam itu disikapi oleh umat Islam sendiri,
tidak hanya dengan keengganan untuk bersedia maju dan membangun diri dengan
membuka diskursus dan dekonstruksi pemikiran dan kepercayaan yang ada dalam diri
mereka.
Dalam investigasi Edward Said, Islam dicirikan sebagai ancaman hijau (The
Green Menace), Said juga mencatat, selain opini-opini yang bernada menghasut yang
menghiasi berbagai media, Barat juga telah membentuk image negatif terhadap Islam
seperti melalui film-film, media massa, dan sarana media lainnya. Hal yang paling
mencolok dapat dilihat dari penggambaran negatif Islam yang tampak dalam beberapa
film yang berjudul; Jihad in America, True lies, dan Delta Force. Film-film tersebut
menampilkan tokoh penja_hatnya berupa teroris klasik, lengkap dengan kilatan
matanya dan nafsu besar untuk membunuh orangorang Amerika. Dalam hal ini, Edward
W. Said mempunyai kritikan pedas terhadap Lewis yang mengatakan bahwa Lewis
merupakan bagian dari skandal kesarjanaan (scandals of scholarship) dengan
mempelajari Timur dan Islam untuk berkonfrontasi dan menguasainya.
7
Edward W. Said, Covering Islam, terj. Apri Danarno (Yogyakarta: Jendela, 2003), hlm. xiv.
Oleh karena itu, Menurut Said yang dibutuhkan dalam membangun relasi
harmonis antara Islam dan Barat adalah ulasan tentang prinsip universal keadilan dan
ketidakadilan, yang nantinya dapat membuahkan kesepahaman yang lebih baik, dan
bukan analisis seperti Huntington . Itu sebabnya Said menilai peristiwa 11 september
itu lebih merupakan benturan kedunguan daripada benturan peradaban.
8
Fawaz A. Gerges, Amerika dan Islam Politik: Benturan Peradaban atau Ben_turan Kepentingan. Terj, Hamid
Basyaib dan Kili Pringgodigdo (Jakarta: Alvabet, 2002), hlm. 30.
Esposito, John Enstelis, John Voll, Robert Pelletreau, dan James Piscatoris. Mereka
tidak sekedar mengekspos mitos ancaman Islam, melainkan mereka melihat Islam
sebagai tantangan peradaban (civilizations) intelektual dan moral. Bagi mereka,
kebangkitan Islam bukan ancaman bagi Barat, melainkan satu ekspresi otentik kaum
muslim guna memberikan kontribusi terhadap peradaban global.
Respon para tokoh pemerhati Islam dan Barat ini menjadi tolok ukur bagi
masa depan perkembangan hubungan harmonisasi IslamBarat, se_hingga Esposito juga
mempunyai peran strategis dalam pembahasan ini bagi pengembangan masa depan
dialog IslamBarat yang lebih humanis, dialogis, dan demokratis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adanya gelombang Helenisme adalah ditandai dengan penerjemahan karya-karya
intelektual asing (filsafat Yunani) secara besar-besar an. Kegiatan penerjemahan ini
sebagian besar berasal dari karangan Aristoteles, Plato, serta neoplatonisme.
Gelombang helenisme lahir pada sekitar abad ke 8 sampai dengan 10. Gelombang ini
ditandai dengan penerjemahan karya-karya intelektual asing seperti filsafat Yunani
secara besar-besaran agar bisa dipelajari oleh umat Islam tanpa batas.
Bachelard menilai perkembangan ilmu pengetahuan berjalan melalui
keterputusan dan diskontinuitas. Bachelard menjelaskan bahwa konsepsi-konsepsi imu
pengetahuan pada masa tertentu selalu mengalami konsepsi-konsepsi- yang baru sama
sekali. “yang kuno” tidak memberikan kontribusi bagi “yang baru”. “yang baru” selalu
terputus sama sekali dengan “yang kuno”. Hali ini terbukti dengan sebuah fenomena
bahwa ilmu pegetahuan sejak era galileo telah menyaksikan diskontinuitas yang tak
sedikit.
“Retakan epistemologis” kemudian didapuk oleh Louis Althusser sebagai pisau
analisis yang tajam guna mengiris dan merobek-robek relasi antara Karl Marx dan
Hegel. Hingga 1848-an, Marx dan Hegel bagaikan dua sisi keping mata uang yang tak
terpisahkan.
Tokoh-tokoh yang dianggap popular dalam pembahasan ini ialah Bernard
Lewis, Edward W. Said, Hassan Hanafi juga termasuk John L. Esposito. Akan tetapi,
ketiga tokoh ini selain Esposito adalah para pakar Islam dan Barat yang mempunyai
karakteristik tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.iaitribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/download/90/83/
Kees Bertens, Filsafat Barat Abad XX, Jilid 2, Prancis (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1996), h. 161-175.
Abid al-Jabiri, al-Tura>th wa al-H{ada>thah, h. 327.
Achmad, Gholib (2009). Filsafat Islam. Pamulang, Jakarta: Faza Media. ISBN 978-
602-8033-28-2.
Eber Irene, 1986, Confucianism The Dynamics of Tradition, Macmillan Publishing
Company, New York.
Fung Yu-Ian, 1960, A Short History ofChinese Philosophy, he Macmillan Co, New
York.
Said, Edward W. 2003. Convering Islam, terj. Apri Danarno. Yogyakarta: Jendela.
Lewis, Bernard. 2002. What Went Wrong?The Clash Beetween Islam and Modernity in
the Middle East. Oxford University Press
Fazlurrahman Ansari. 2007. Islam Barat, dalam Benturan Barat dengan Islam.
Hanafi, Hassan. 2003. Cakrawala Baru Peradaban Global Revolusi Islam untuk
Globalisme, Pluraisme dan Egalitarianisme antar Peradaban, terj. Saiful Anam.
Yogyakarta: Ircisod