Makalah
Oleh :
Asnawi Hidayattullah
NIM: 80100223030
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua
sehingga pada kesempatan ini kita masih diberikan umur panjang sehingga kita
bisa menjalangkan aktifitas kita sehari. Dan Alhamdulillah pada kesempatan ini
saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan semoga makalah ini
bermanfaat untuk teman-teman, bapak dan ibu dosen terkhususnya untuk saya
secara pribadi.
Saw sang maha guru bagi segenap umat yang memahami arti dari pada sebuah
perjuangan dan nilai dari pada sebuah kebenaran sehingga adanya cahaya Islam
pada saat sekaang ini, sehingga hasil dari jerih paya perjuangan yang beliau
lakukan saat itu bisa kita rasakan dampak dan manfaatnya pada saat sekarang ini.
Atas ikhtiar yang kuat dan tanggung jawab besar yang melekat dalam diri
ISLAM
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A.Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
B.C.Rumusan Masalah..................................................................................................3
Manfaat Penelitian.........................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.................................................................................................................4
A.Pengertian emanasi....................................................................................................4
B.Emanasi menurut al farabi dan ibnu sina...............................................................5
BAB III..............................................................................................................................11
PENUTUP.........................................................................................................................11
A.Kesimpulan...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
pernah terlepas dari dua tokoh pemikiran yang sangat terkenal, yaitu Al farabi dan
Ibnu Sina, kedua tokoh inilah yang juga disinyalir mengilhami masa pencerahan
peradaban di Eropa terutama dalam segi ilmu pengetahuan dan sain sehingga
menjadi peradaban yang cukup maju hingga saat ini.1 Objek kajian yang menjadi
perdebatan ini lahir dari kegelisahan-kegelisahan dan rasa ingin tau manusia
saja bahan dalam penciptaan alam ini. Antropologi, teologi dan kosmologi
jawaban-jawaban yang hadir dalam dunia filsafat bisa dipahami sampai sekarang.
Berbeda dengan filsuf pada zaman Yunani kuno, filsuf yang datang
atau lebih jauh menganalisis unsur-unsur alam. Dengan lain kata, apakah alam itu
zaman klasik Yunani, dari tales sampai sekarang bahwa alam semesta ini qadim,
seperti yang dijelaskan Aristoteles. Walau begitu, bukan berati penyataan alam
1
mengendalikannya. Sedangkan filsuf yang hidup setelahnya, Plotinus tidak
Dari sekian banyak tokoh filosof, baik yang terdahulu maupun yang
datang belakangan, tidak ada yang dapat memberikan keterangan yang memadai
tentang proses penciptaan alam. Sebab praktik penciptaan itu berada di luar
kebiasaan yang lazim dan sepenuhnya di dalam ruang lingkup metafisika yang
tidak terjangkau. Meski demikian, upaya filolosof tidak berhenti sampai di sini,
sebutlah misalnya al-Farabi dan Ibnu Sina, dua filosof muslim ini kemudian
mencoba mengembangkan teori faidh (emanasi) yang diadopsi dari teori Plato dan
Neo Platonisme.
Secara tidak langsung al-Farabi dan Ibnu Sina seorang filosof Muslim
yang oleh sebagian orang dikritisi hanya sebagai meniru atau plagiat dari filsafat
Tuduhan itu tidak mendasar sama sekali. Pasalnya bahwa filosof yang pada
dasarnya melahirkan studi filsafat yang bernuansa Islam tersebut, berusaha dan
berhasil menggabungkan wahyu dan akal, antara hikmah dengan akidah, antara
filsafat dan agama dan berusaha memberi penjelasan pada manusia bahwa wahyu
Salah satu filsuf tersebut, Ibn Sina membikin sintetis tentang wahyu
3
Ahmad Fuad al-Ahwani, Filsafat Islam, diterjemahkan Pustaka Firdaus (Cet. I; Jakarta:
Pustaka Firdaus,1985), hal 110.
2
intelektual permanen dalam cakrawala Islam dan tetap bertahan dalam sebagai
ajaran filsafat yang berkembang sampai saat ini. Kurang lebih kitar satu setengah
dalam teori filsafat iluminasi dan seorang penerjemah sejati dan abadi dalam
iluminasi yang memberi tanda penyatuan spiritual dan filsafat secara integral.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan teori emanasi.?
C. Manfaat Penelitian
1. Menganalisis tentang konsep emansi.
teori emanasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian emanasi
3
Dalam penciptaan alam semesta banyak para ahli berbeda pandangan,
perbedaan pandangan itu terletak pada dua persoalan yakni alam ini ada karena
memang sudah ada dan ada karena ada yang menciptakan. Apabila ada yang
menciptakan bagaimanakah proses penciptaannya itu, tentu ini menjadi hal yang
menarik dikalangan para pemikir filsafat, sebab hal ini menjadi satu soal yang
penciptaan alam semesta ini, hingga muncul-lah beberapa teori salah satunya yang
paling menarik dan terkenal dalam dunia filsafat adalah teori emanasi. Teori ini,
Secara etimologi. Emanasi berasal dari bahasa yunani emation Yang berarti
ajaran, bahwa dunia berasal dari pancaran yang berasal dari prinsip pertama atau
realitas pertama.4 Biasanya disebut sang absolud atau tuhan. Dalam bahasa inggris
disebut emanation, yang berarti proses munculnyan sesuatu dari pancaran, bahwa
emanasi berarti realitas yang keluar dari sumber, contoh yang sangat dekat dengan
bumi.5
4
.https://id.wikipedia.org/wiki/Emanasi#:~:text=Emanasi%20berasal%20dari%20bahasa
%20Yunani,Absolut%22%20atau%20%22Tuhan%22.
5
Grald Collins, dan Edward E Ferrugi, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hal,
69
4
Menurut KBBI emanasi memiliki pengertian sesuatu yang memancar
(mengalir); pancaran, yaitu hasil pancaran berupa gas yang timbul pada
sejak zaman azali sehingga tergambar bahwa penciptaan alam oleh Tuhan bukan
dari tidak ada menjadi ada. Menurut Al-Farabi, hanya Tuhan saja yang ada dengan
sendiri-Nya tanpa sebab dari luar diri-Nya, dan karena itu ia sebut Waajib al-
Wujuud li zaatih, (yang mesti ada karena diri-Nya sendiri). Dari-Nya memancar
segenap alam ciptaan-Nya, baik yang bersifat rohani (imateri) maupun yang
bahwa Tuhan itu benar– benar Esa sama sekali. Karena itu, yang keluar dari pada–
Nya juga tentu harus satu wujud saja. Kalau yang keluar dari zat Tuhan itu
terbilang, maka berarti zat Tuhan juga terbilang. Menurut Al-Farabi dasar adanya
emanasi ialah karena dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal –yang
merupakan filsuf yang pertama yang menyesuaikan antara filsafat aristotelian dan
Yang Pertama adalah dasar pertama dari semua yang maujud dan sebab pertama
6
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/emanasi
5
bagi wujudnya. Maujud pertama itu adalah sebab pertama dari wujud semua yang
maujud. Adapun Ibn Sina menempuh jalan lain. Ia mengikuti Aristoteles dalam
maujud, maujud pertama yang merupakan wujud wajib ialah Allah. Ibnu Sina
Pertama“. Oleh karena itu, sama halnya dengan Al-Kindi, Al-Farabi berpendapat
Dalam prinsip Aristoteles, Tuhan itu adalah Akal yang Berpikir, yang
dengan teori emanasi Neoplatoniosme dan Plotinus. Akal murni itu esa adanya,
dalam arti bahwa akal itu berisi satu fikiran saja, yakni senantiasa memikirkan
dirinya sendiri. Jadi, Tuhan itu adalah akal yang aqil (berfikir) dan ma'qul
memikirkan itu, timbullah suatu wujud baru atau terciptalah suatu akal baru yang
Menurut ibnu sina dalam teori emanasinya. Ibnu sina mengadakan sintesis
antara teori filsafat dengan teori ilmu kalam. Misalnya, teori Aristoteles yang
berpendapat bahwa alam dunia adalah azali dan tidak ada dalil akal yang dapat
membuktikan bahwa dunia kita ini ada permulaannya. Alam dunia dianggap abadi
7
Montgomery Watt, The Majesty that was Islam, (London, Sidgwich & Jackson, 1976),
h. 231
6
dan tidak akan binasa. Sebaliknya, menurut Islam, alam ini adalah baharu, fana,
dan akan binasa. Oleh karena itu, Ibnu Sina berpendapat, bahwa terjadinya alam
ini adalah dengan cara melimpah,seperti melimpahnya cahaya dari matahari atau
melimpahnya panas dari api, hal mana sudah menjadi tabi’atnya. Berbeda dengan
Aristoteles, Ibnu sina berpendapat bahwa alam ini bukan azali, tetapi didahului
Menurut Ibnu Sina, alam semesta (selain Tuhan) sepenuhnya terdiri dari
berbagai peristiwa yang ditentukan dan dipastikan. Hanya Tuhan sajalah satu-
satunya Zat yang tidak diakibatkan oleh sesuatu di luar diri-Nya. Tuhan adalah
sebab pertama yang dari serangkaian sebab akibat yang membentuk struktur
facto tentang segala sesuatu di luar diri-Nya, dan dengan mengetahui diri-Nya
maka tidak perlu lagi mengetahui segala maujud di luar diri-Nya. Bagi Ibnu Sina,
inderawi.8
Dalam teori emanasi, Ibn Sina berpendapat bahwa alam diciptakan oleh
Tuhan dalam keadaan ada bukan adanya alam dari ketidakadaan. Dengan kata lain
dipahami bahwa alam ini adalah diciptakan. Seandainya alam diciptakan dari
kondisi tidak ada maka maksud untuk mengatakan alam ini diciptakan tidak akan
kepada yang sudah ada. Empat aspek yang menjadi implikasi dari konsep
8
Abdul Hasan Ali Al-Hasni An-Nadwy, Rijal Al-Fikri wa Al-Dakwah fi Al-Islam,
(Damaskus: Dar AlFath, 1965), cet. Ke-2, h. 153.
7
penciptaan alam secara emanasi yang dikemukakan oleh filosof muslim, dalam
hal ini khususnya Ibn Sina dan Al-Farabi menjadi sasaran kritik Al-Ghazali.
Bagi al-Hujjat al-Islam ini teori emanansinya Ibn Sina membawa implikasi
menempatkan Tuhan lebih rendah dari makhluk-Nya dan teori emanasi ini akan
membawa kepada paham panteisme. Qadim menurut penulis maqasid al- falasifah
ini diartikan ada sejak zaman tak bermula, bisa mengandung arti tidak diciptakan.
Kalau alam tidak diciptakan, seperti pandangan kaum filosof, maka bisa berarti
alam sendiri adalah pencipta. Bagi Al-Ghazali, Pencipta adalah sesuatu yang
berasal dari tidak ada kemudian menjadi ada. Sedangkan bagi filosof, penciptaan
bagi mereka hanya sebatas perubahan dari satu bentuk kepada bentuk lain.9
dikembangkan oleh Al-Farabi dan Ibn Sina terbagi ketiga kelompok. Pertama,
filsafatnya yang tidak perlu disangkal dengan arti dapat diterima. Kedua,
yang harus dipandang kafir. Dalam bidang ketuhanan, tertulis dalam Tahafut al-
Falasifah, Al-Ghazali memandang para filosof ahli bid’ah dan kafir. Jelaslah
bahwa teori emanasi Ibnu Sina mengikuti dan mengambil bahan-bahan dari teori
Yang Maha Esa berfikir tentang diri-Nya yang Esa, dan pemikiran merupakan
9
Imam Munawir, Kebangkitan Islam dari Masa ke Masa, (Surabaya: Pustaka Progressif,
1980), h. 389.
8
daya atau energi.10 Karena pemikiran Tuhan tentang diri-Nya merupakan daya
yang dahsyat, maka daya itu menciptakan sesuatu. Yang diciptakan pemikiran
Tuhan tentang dirinya itu adalah Akal I. Jadi, Yang Maha Esa menciptakan yang
Esa. Dalam diri yang esa atau Akal I inilah mulai terdapat arti banyak. Obyek
pemikiran Akal I adalah Tuhan dan dirinya sendiri. Pemikirannya tentang Tuhan
Pertama. Akal II juga mempunyai obyek pemikiran, yaitu Tuhan dan Dirinya
berfikir tentang Tuhan dan menghasilkan Akal. dan berpikir tentang dirinya
berikut : Akal III menghasilkan Akal IV dan Saturnus. Akal IV menghasilkan Akal
Akal VII dan Matahari. Akal VII menghasilkan Akal VIII dan Venus. Akal VIII
Akal X menghasilkan hanya Bumi. Pemikiran Akal X tidak cukup kuat lagi untuk
menghasilkanAkal.11
zaman Aristoteles dan zamanAl-Farabi, yaitu alam yang terdiri atas sepuluh
falak. Pemikiran Akal X tentang Tuhan tidak lagi menghasilkan Akal, karena
10
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
h. 101.
11
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 102.
9
tidak ada lagi planet yang akan diurusnya. Memang tiap-tiap Akal itu
emanasi al-Farabi. Tuhan tidak langsung menciptakan yang banyak ini, tetapi
melalui Akal I yang esa, dan Akal I melalui Akal II, Akal II melalui Akal III
Tuhan tidak langsung berhubungan dengan yang banyak, tetapi melalui Akal
atau malaikat. Dalam diri Tuhan tidak terdapat arti banyak, dan inilah tauhid
yang murni dalam pendapat al-Farabi, Ibn Sina dan filsuf-filsuf Islam yang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Al farabi Al-Farabi mengatakan bahwa Tuhan itu benar–
benar Esa sama sekali. Karena itu, yang keluar dari pada–Nya juga tentu
harus satu wujud saja. Kalau yang keluar dari zat Tuhan itu terbilang, maka
berarti zat Tuhan juga terbilang. Menurut Al-Farabi dasar adanya emanasi
ialah karena dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal –yang timbul
10
dari Tuhan– terdapat kekuatan emanasi dan penciptaan. Al farabi merupakan
DAFTAR PUSTAKA
.https://id.wikipedia.org/wiki/Emanasi#:~:text=Emanasi%20berasal
%20dari%20bahasa%20Yunani,Absolut%22%20atau%20%22Tuhan%22.
Ahmad Fuad al-Ahwani, Filsafat Islam, diterjemahkan Pustaka
Firdaus (Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus,1985)
Andi Ardiansyah, pemikiran filsafat al farabi dan ibnu sina, tajdid
vol 04 No 02 oktober 2020.
Barsihannor, Teori Emanasi Filosof Muslim dan Relevansinya
dengan Sains Modern, al- Fikr Volume 14 Nomor 3 Tahun 2010
Grald Collins, dan Edward E Ferrugi, Kamus Teologi, (Yogyakarta:
Kanisius, 1991)
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1992),
11
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/emanasi
Imam Munawir, Kebangkitan Islam dari Masa ke Masa, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1980),
Montgomery Watt, The Majesty that was Islam, (London, Sidgwich
& Jackson, 1976),
12