Aminah1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang
Email : aminahlana@gmail.com
ABSTRACT
Indonesia applies various civil law systems, so adoption can use one of the applicable legal
systems. This study examines the problem of the civil law system that applies in Indonesia and
the comparison of adoption according to the civil law system in Indonesia. Using a normative
comparative approach, descriptive research, secondary data and qualitative analysis. The
results of the study show that there are 4 Indonesian civil law systems, namely the Western
Civil Code using the provisions of the Civil Code, customary law uses the provisions of each
customary law, Islamic law uses compilation of Islamic law, and national law by using laws
that have been made by Parliament with the government. adoption is known in customary law
and national law and has legal consequences both on the legal relationship between both, the
right to alimentation and inheritance rights, but in Islamic law adoption does not cause legal
consequences at all so it does not inherit each other and there is no legal relationship
between the two, and is entitled for wasiat wajibah, while the Civil Code is not known for
adoption of children
ABSTRAK
Indonesia berlaku berbagai sistem hukum perdata, sehingga pengangkatan anak dapat
menggunakan salah satu sistem hukum yang berlaku. Penelitian ini mengkaji masalah sistim
hukum perdata yang berlaku di Indonesia serta perbandingan pengangkatan anak menurut
sistem hukum perdata di Indonesia. Menggunakan pendekatan normative comparative ,
penelitian deskriptif, data sekunder serta analisisnya kualitatif. Hasil penelitian bahwa ada 4
sistem hukum perdata Indonesia yaitu perdata barat menggunakan ketentuan KUHPerdata,
hukum adat menggunakan ketentuan hukum adat masing-masing, hukum Islam menggunakan
kompilasi hukum Islam, dan hukum nasional dengan menggunakan hukum yang telah dibuat
oleh Parlemen bersama pemerintah. pengangkatan anak dikenal pada hukum adat dan hukum
nasional dan mempunyai akibat hukum baik terhadap hubungan hukum keduanya, hak
alimentasi maupun hak waris, akan tetapi dalam hukum Islam pengangkatan anak tidak
menimbulkan akibat hukum sama sekali sehingga tidak saling mewaris dan tidak ada
hubungan hukum diantara keduanya, dan berhak atas wasiat wajibah, sedangkan dalam
KUH Perdata tidak dikenal pengangkatan anak .
1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, email : aminahlana@gmail.com
285
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
286
Perbandingan Pengangkatan Anak Dalam Sistim Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia
287
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
288
Perbandingan Pengangkatan Anak Dalam Sistim Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia
289
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
tempat tinggal serta pendidikan yang baik perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah
bagi anak, setelah orang tuanya uzur dan mengatakan yang sebenarnya dan dia
tidak mampu baik secara sosial maupun menunjukkan jalan (yang benar)”.
ekonomi anak mempunyai kewajiban Dengan adanya larangan dalam
untuk selalu menghormati, memelihara, QS. Al-Ahzaab:4 tersebut di atas maka
memberikan tempat tinggal bahkan nafkah pengangkatan anak yang dilakukan oleh
apabila orang tuanya tidak punya orang yang bergama Islam tidak
penghasilan di hari tuanya. mempunyai konsekuensi hukum secara
Akibat hukum lainnya adalah Islam, dengan kata lain seorang yang
timbulnya hak waris antara orang anak beragama Islam apabila mengangkat anak
angkat dengan orang tua angkat. Pada hanya untuk tujuan pemeliharaan dan
umumnya pada masyarakat adat dengan kepentingan anak semata bukan
adanya pengangkatan anak maka menjadikan anak angkat sebagai anak
menimbulkan hak saling mewaris antara kandungnya. Sehingga anak angkat tidak
anak angkat dengan orang tua angkat, mempunya hak-hak yang sama sepert anak
terlebih lagi menurut adat Bali yang mana kandung, yakni anak angkat tidak berhak
adanya pengangkatan anak menimbulkan mencantumkan nama bapak angkat
hubungan hukum baru yaitu anak angkat sebagai nama Bin/Binti di depan namanya,
dengan orang tua angkat dan memutus anak angkat tidak berhak mewaris
hubungan hubungan hukum antara anak terhadap orang tua nagkatnya dan anak
angkat dengan orang tua kandung angkat tetap bukan mahram dari orang tua
(pengangkatan anak plena) , maka anak angkatnya.
angkat dan orang tua angkat saling Hak dan kewajiban yang ada hanya
mewaris. bersifat sosial saja yakni orang tua angkat
Berbeda dengan masyarakat Jawa dapat melakukan upaya pemiliharaan dan
yang ada dua hubungan hukum antara perlindungan terhadap anak angkatnya
anak angkat dengan orang tua angkat demi kepentingan dan kesejahteraan
maupun dengan orang tua kandung, maka anaknya dan hal itu bisa dilakukan dengan
anak angkat berhak atas warisan baik dari niat menolong dengan memohon Ridho
orang tua angkat maupun orang tua dan pahala dari Allah Swt, sedangkan
kandung (anak angkat mendapat dua anak angkatnya seharusnya menghormati
sumber), akan tetapi hak waris dari orang dan menghargai bahkan memperhatikan
tua angkat sebatas pada harta gono gini dan membantu orang tua angkatnya
tidak seperti hak waris dari orang tua terlebih jika orang tua angkat sudah tua
kandung yang melputi harta gono gini dan tidak mampu.
maupun harta asal. Bagi yang beragama islam yang
ingin melakukan pengankatan anak semata
b. Ketentuan Pengangkatan anak hanya bertujuan untuk kesejahteraan anak
Menurut Sstem Hukum Islam : semata jadi hanya bersifat menolong,
Menurut Hukum Islam.tidak pengajuan permohonan pengangkatan
dikenal adanya pengangkatan anak, sebab anak atau mengajuan pengesahan
berdasarkan hukum Islam ada larangan pengangkatan anak ke pengadilan Agama.
menisbahkan anak angkat tersebut kepada Meskipun anak angkat dan orang
orang tua angkatnya, menyamakan dengan tua angkat dalam hukum Islam tidak
anak kandung, yaitu turunya larangan saling mewaris akan tetapi dalam
tersebut dalam QS. Al-Ahzaab:4 yang jika kompilasi hukum Islam yaitu pasal 209
diterjemahkan sebagai berikut : “ Dan yaitu berisi ketentuan tentang wasiat
allah tidak menjadikan anak-anak wajibah yaitu wasiat yang diberikan untuk
angkatmu sebagai anak kandungmu anak angkat atau orang tua angkat yang
(sendiri). Yang demikian itu hanyalah dilakukan oleh negara.melalui jalur
290
Perbandingan Pengangkatan Anak Dalam Sistim Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia
yudikatif dan sebagai kompetensi absolut halnya orang orang dewasa. Hak anak
hakim agama yang berdasar asas keadilan, adalah bagian dari hak asasi manusia yang
keseimbangan dan kemaslahatan Bagian wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi
penerima wasiat adalah sbanyak- oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
banyaknya atau tidak boleh melebihi 1/3 pemerintah, dan negara. Negara Kesatuan
(satu pertiga) dari harta peninggalan Republik Indonesia menjamin
Pewaris. kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya
sebagaimana tercantum dalam, termasuk
c. Ketentuan Pengangkatan anak perlindungan terhadap hak anak yang
Menurut Sistem Hukum Nasional merupakan hak asasi manusia anak adalah
Indonesia: amanah dan karunia Tuhan Yang Maha
Dasar Hukum pengangkatan anak Esa, yang dalam dirinya melekat harkat
menurut sistem hukum nasional Indonesia dan martabat sebagai manusia seutuhnya.
antara lain : Pelaksanaan perlindungan anak
1) Konvensi hak hak anak, pasal 21 menurut hukum nasional Indonesia
2) UU NO 35 / 2014 Tentang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-
Perlindungan anak (UUPA) UU NO Undang Dasar Negara Republik Indonesia
12/2006 Tentang Kewarganegaraan Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar
3) Intruksi Presiden Repubik Indonesia Konvensi Hak-Hak Anak meliputi :
Nomor 1 tahun 1991 tentang a. non diskriminasi;
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia b. kepentingan yang terbaik bagi anak;
4) Peraturan Pemerintah Republik c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup,
Indonesia Nomor 54 tahun 2007 dan perkembangan; dan
tentang Pelaksanaan pengangkatan d. penghargaan terhadap pendapat anak.
anak Pengangkatan anak adalah suatu
5) Peraturan Menteri Sosial RI perbuatan hukum yang mengalihkan
No.110/HUK/2009 yang mengatur seorang anak dari lingkungan kekuasaan
tentang persyaratan pengangkatan orang tua, wali yang sah, atau orang lain
anak yang bertanggung jawab atas perawatan,
6) Peraturan Menteri Sosial RI pendidikan dan membesarkan anak
No.37/HUK/2010 tentang tersebut, ke dalam lingkungan keluarga
pertimbangan Perijinan pengangkatan orang tua angkat . sehingga dalam
anak pusat (PIPA) pengangkatan anak juga harus senantiasa
di dasarkan pada upaya perlindungan
Menurut ketentuan hukum nasional anak.
anak adalah setiap manusia yang berusia Kepentingan terbaik anak dan
di bawah 18 (delapan belas) tahun dan kesejahteraan anak yang bersangkutan
belum menikah, terrnasuk anak yang merupakan pertimbangan paling utama, di
masih dalam kandungan apabila hal sahkan oleh pejabat yang berwenang dan
tersebut adalah demi kepentingannya ( sesuai dengan hukum dan prosedur yang
dalam UU no.35 tahun 2014 tentang beraku yang didasarkan pada informasi
perlindungan anak dan UU 39 tahun 1999 yang terkait dan layak dipercaya.
tentang HAM). Salah satu haknya adalah Dalam UU no.23 tahun2003 yang
hak pengasuhan . Menurut Deklarasi dimaksud Perlindungan anak adalah
Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia, segala kegiatan untuk menjamin dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah melindungi anak dan hakhaknya agar
menyatakan bahwa anak-anak berhak atas dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
pengasuhannya dan bantuan khusus. berpartisipasi, secara optimal sesuai
Anak adalah anugrah dari Tuhan dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
yang Maha Esa yang memiliki hak seperti
291
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
292
Perbandingan Pengangkatan Anak Dalam Sistim Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU:
Suroso, Perbandingan Hukum Perdata, P. Purbacaraka, Agus Brotosusilo. Sendi-
Sinar grafika , jakarta, 1995 sendi Hukum Perdata Internasional
suatu orientasi, Jakarta. 1989,
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode
Penelitian Hukum,(Jakarta: Ghalia Whisnu Situni, Identifikasi dan
Indonesia, 1982 Reformulasi Sumber-sumber
Hukum Internasional, Mandar
R. Wiryono Pridjodikoro. Asas-asas maju, bandung, 1989.
Hukum Perdata internasional,
Bandung, 1992,
293
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018
B. PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 54 tahun 2007 tentang
PP Nomor 9 tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan pengangkatan anak
Pelaksana Undang-Undang Nomor 1
tahun 1974 Konvensi hak hak anak Peraturan Menteri Sosial RI
No.110/HUK/2009 yang mengatur
UU NO 35 / 2014 Tentang Perlindungan tentang persyaratan pengangkatan
anak (UUPA) anak
294