Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan Pemerintah Kota Semarang Dalam Pemanfaatan Aset Tanah Untuk Pembangunan

PERBANDINGAN PENGANGKATAN ANAK


DALAM SISTIM HUKUM PERDATA YANG BERLAKU DI
INDONESIA

Aminah1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang
Email : aminahlana@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia applies various civil law systems, so adoption can use one of the applicable legal
systems. This study examines the problem of the civil law system that applies in Indonesia and
the comparison of adoption according to the civil law system in Indonesia. Using a normative
comparative approach, descriptive research, secondary data and qualitative analysis. The
results of the study show that there are 4 Indonesian civil law systems, namely the Western
Civil Code using the provisions of the Civil Code, customary law uses the provisions of each
customary law, Islamic law uses compilation of Islamic law, and national law by using laws
that have been made by Parliament with the government. adoption is known in customary law
and national law and has legal consequences both on the legal relationship between both, the
right to alimentation and inheritance rights, but in Islamic law adoption does not cause legal
consequences at all so it does not inherit each other and there is no legal relationship
between the two, and is entitled for wasiat wajibah, while the Civil Code is not known for
adoption of children

Keywords: Adoption, Indonesian civil law system

ABSTRAK
Indonesia berlaku berbagai sistem hukum perdata, sehingga pengangkatan anak dapat
menggunakan salah satu sistem hukum yang berlaku. Penelitian ini mengkaji masalah sistim
hukum perdata yang berlaku di Indonesia serta perbandingan pengangkatan anak menurut
sistem hukum perdata di Indonesia. Menggunakan pendekatan normative comparative ,
penelitian deskriptif, data sekunder serta analisisnya kualitatif. Hasil penelitian bahwa ada 4
sistem hukum perdata Indonesia yaitu perdata barat menggunakan ketentuan KUHPerdata,
hukum adat menggunakan ketentuan hukum adat masing-masing, hukum Islam menggunakan
kompilasi hukum Islam, dan hukum nasional dengan menggunakan hukum yang telah dibuat
oleh Parlemen bersama pemerintah. pengangkatan anak dikenal pada hukum adat dan hukum
nasional dan mempunyai akibat hukum baik terhadap hubungan hukum keduanya, hak
alimentasi maupun hak waris, akan tetapi dalam hukum Islam pengangkatan anak tidak
menimbulkan akibat hukum sama sekali sehingga tidak saling mewaris dan tidak ada
hubungan hukum diantara keduanya, dan berhak atas wasiat wajibah, sedangkan dalam
KUH Perdata tidak dikenal pengangkatan anak .

Kata Kunci : Pengangkatan anak, Sistem Hukum Perdata Indonesia

1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, email : aminahlana@gmail.com

285
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018

A. PENDAHULUAN beberapa sistim hukum perdata yang


Salah satu kodrat yang diberikan berlaku di Indonesia, antara lain sistem
oleh Tuhan YME kepada manusia adalah hukum perdata barat, sistem hukum
berkembang biak/meneruskan keturunan. perdata adat, sistem hukum perdata Islam
Keinginan untuk meneruskan keturunan dan sistem hukum perdata Nasional.
ada pada setiap manusia. Oleh karena itu Berkaitan dengan hal tersebut di
manusia berusaha untuk mendapatkan atas ketentuan tentang Pengangkatan anak
pasangan untuk membentuk keluarga yang atau pengangkatan anak dapat diketemukan
bahagia, kekal berdasarkan Tuhan YME, dalam beberapa sistem hukum perdata
yang mana salah satu tujuan hidup tersebut, antara lain ketentuan
berkeluarga adalah untuk meneruskan pengangkatan anak secara adat dapat
keturunan,2 diketemukan dalam sistem hukum perdata
Tuhan seringkali memberikan adat, pengangkatan anak secara islam dapat
anugrah kebahagiaan bagi pasangan rumah diketemukan di dalam sistem hukum
tangga yaitu berupa keturunan, akan tetapi Perdata Islam dan Pengangkatan anak
akan tetapi tidak semua pasangan keluarga berdasarkan undang-undang dapat kita
tidak semuana dikarunia keturunan secara ketemukan alam sistem hukum Perdata
biologis, Di sisi lain banyak terdapat anak- Nasional.
anak yang membutuhkan perindungan baik Pengaturan pengangkatan anak atau
secara psikis atau secara ekonomi, atau pengangkatan anak dari berbagai sistem
membutuhkan ke dua-duanya baik secara hukum Perdata yang berlaku di indonesia
pikis atau ekonomi. Biasanya anak yang memiliki tujuan, cara/prosedur dan akibat
membutuhkan perlindungan secara psikis hukum yang berbeda-beda tergantung dari
biasanya mereka lahir di luar perkawinan budaya, agama atau pandangan hidup yang
dan anak yang membutuhkan perlindungan mereka anut.
secara ekonomi biasanya anak tersebut Ada yang bertujuan untuk
terlahir dari orang tua yang tidak mampu meneruskan keturunan semata, ada yang
secara ekonomi. Adapun yang bertujuan hanya untuk pemeliharaan dan
membutuhkan perlindungan secara psikis kesejahteraan anak atau memiliki tujuan
maupun ekonomi yaitu anak-anak yang kedua-duanya yaitu baik untuk meneruskan
kehilangan keluarganya karena menjadi keturunan maupun untuk pemeliharaan dan
korban peperangan atau bencana alam. kesejahteraan anak. Seseorang yang
sehingga lembaga pengangkatan anak atau menganut agama Islam memiliki tujuan
pengangkatan anak merupakan salah satu dalam meneruskan keturunan yaitu untuk
upaya yang dapat dilakukan melengkapi menambah kebahagiaan keluarga, karena
kebahagiaan keluarga yang belum perintah agama yaitu untuk menambah
memiliki anak maupun untuk memberikan syiar agama. Pada masyarakat Tiong Hoa
perlindungan terhadap anak yang memilki keturunan adalah sangat penting
membutuhkannya.. artinya bagi sebuah keluarga, karena
Masyarakat Indonesia merupakan dengan adanya keterunan berarti ada yang
masyarakat yang pluralistis yang terdiri dapat mendoakan leluhur mereka.
dari berbagai macam masyarakat adat, Sedangkan untuk masyarakat adat
berbagai macam masyarakat keturunan, keturunan juga memiliki arti yang sangat
maupun berbagai macam penganut agama, penting, yaitu untuk melanjutkan Trah dari
sehingga di Indonesia masih berlaku sebuah keluarga, terlebih lagi bagi
masyarakat adat yang berbentuk kerajaan
maka keturunan adalah hal yang sangat
2
Aminah, Tinauan Yuridis Terhadap penting sekali guna meneruskan tahta
Pengangkatan Anak Internasional di kerajaan.
Indonesia, laporan Penelitian tahun
2010, hlm 1, FH Undip Semarang

286
Perbandingan Pengangkatan Anak Dalam Sistim Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia

Cara/prosedur pengangkatan anak penelitian yang dipergunakan dalam studi


pada masing-masing sistem hukum yang dokumen dilakukan dengan penelusuran
berlaku di Indonesiapun berbeda yaitu ada literatur kepustakaan.
yang cukup dilakukan dengan penetapan Analisis yang dipilih dalam
pengadilan atau tanpa penetapan penelitian ini adalah analisis kualitatif yang
pengadilan, demikian juga pada akibat tidak hanya mampu memperoleh
hukumnya juga masing-masing berbeda kesimpulan semata, tetapi juga mampu
yaitu ada yang menimbulkan hubungan dipergunakan untuk pengembangan suatu
hukum baru yaitu hubungan hukum antara penelitian baru yang sejenis.
anak angkat dengan orang tua angkat dan
ada yang tidak menimbulkan hubungan C. PEMBAHASAN
hukum baru. 1. Sistim Hukum Perdata yang
Berdasarkan pada latar belakang Berlaku di Indonesia :
yang diuraikan di atas maka penulis ingin Sejak jaman Penjajahan Belanda
membahas tinjauan yuridis pengangkatan pada wilayah jajahan Hindia Belanda telah
anak internasional di Indonesia dengan terjadi penggolonggan beberapa
perumusan permasalahan yang akan penduduk, berdasarkan pasal 33 IS
diteliti penelitian adalah: penduduk Hindia Belanda dibagi Menjadi
1. Bagaimana sistim hukum perdata yang 3 golongan yaitu: golongan Eropah,
berlaku di Indonesia ? Golongan Timur Asing dan golongan
2. Bagaimana perbandingan Pribumi. Masing- masing golongan
pengangkatan anak menurut sistem penduduk tunduk pada ketentuan hukum
hukum perdata yg berlaku di dari sistem hukumnya masing-masing.
Indonesia? Golongan Eropa dan Timur asing
masyarakat Tionghoa mengunakan sistem
B. METODE PENELITIAN hukum barat yaitu menggunakan
Penelitian hukum ini menggunakan BW/KUHPerdata, golongan Timur asing
metode pendekatan Yuridis Normatif masyarakat arab menggunakan hukum
compatratif, yaitu suatu pendekatan Islam dan golongan Bumiputera
masalah dengan jalan menelaah , mengkaji menggunakan hukum adatnya sendiri-
dan membandingkan peraturan=peraturan sendiri.
perundang-undangan yang berlaku dan Setelah Indonesia merdeka pasal
berkompeten untuk digunakan sebagai 33 IS tidak lagi berlaku sehingga tidak ada
dasar dalam melaksanakan pemecahan lagi penggolongan penduduk seperti pada
masalah yakni dimaksudkan untuk jaman penjajahan Belanda, masyarakat
mengungkapkan berbagai aturan atau Indonesia sebagian besar sudah bersatu
norma-norma yang dapat digunakan untuk menjadi warganegara Indonesia.
melakukan pengangkatan anak menurut Meskipun tidak ada lagi penggolongan
sistem hukum perdata yg berlaku di penduduk setelah negara Indonesia
Indonesia merdeka, akan tetapi masih terdapat
Spesifikasi penelitian ini adalah berbagai macam sistem hukum yang
deskriptif analitis , yaitu penelitian yang berlaku di Indonesia yang digunakan oleh
sifat dan tujuannya memberikan deskripsi masyarakat Indonesia yang pluratistis,
atau menggambarkan peraturan tentang khususnya sistem hukum perdatanya.
pengangkatan anak menurut sistem hukum Berlakunya sistem hukum perdata di
perdata yg berlaku di Indonesia. dasarkan pada pasal II aturan peralihan
Data yang akan digunakan dalam UUD NRI 1945 yang berbunyi “segala
penelitian ini data sekunder yang diperoleh Badan negara atau peraturan yang ada
dengan melakukan studi dokumen yang masih lansung berlaku, selama belum
terdiri dari bahan-bahan hukum dan alat

287
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018

diadakan yang baru menurut undang- nasional seluruhnya, melainkan bisa


undang Dasar ini” menggunakan hukum adat, jadi ketentuan
Sistem hukum perdata yang mengenai pengangkatan anak bisa
berlaku di Indonesia sejak kemerdekaan dilakukan menurut Undang-undang
hingga saat ini ada 4 macam, antara lain : (nasional) dan menurut hukum adat,
sistem hukum perdata barat dengan kemudian bagi yang bergama Islam jika
menggunakan ketentuan KUHPerdata, mau melakukan pengangkatan anak
sistem hukum adat dengan menggunakan berlaku hukum nasional dan kompilasi
ketentuan hukum adat masing-masing hukum Islam.
daerah adat, sistem hukum Islam dengan
menggunakan ketentuan hukum kompilasi 2. Perbandingan Pengangkatan Anak
hukum Islam, sistem hukum nasional Menurut Sistem Hukum Perdata
dengan menggunakan ketentuan hukum yang Berlaku di Indonesia:
nasional yang telah berhasil dibuat oleh Sehubungan dengan ada 3 Sistem
lembaga pembentuk Undang-undang yaitu Hukum yang mengatur masalah
DPR bersama pemerintah. pengangkatan anak maka penulis dalam
Tidak semua ketentuan hukum penelitian ini akan membandingkan 3
pada masing-masing sistem hukum sistem hukum Perdata tersebut yaitu
perdata tersebut di atas dianut oleh ketentuan penngankatan menurut hukum
golongannya sendiri sendiri, akan tetapi adat, hukum Islam dan hukum Nasional
bagi ketentuan hukum yang sudah dibuat sebagai berikut :
secara nasional digunakan secara nasional a. ketentuan Pengangkatan Anak
oleh warga negara Indonesia, seperti pada Menurut Sistem Hukum Adat :
ketentuan hukum pertanahan dan hukum Negara Indonesia memiliki
perkawinan kini telah berhasil dilakukan beberapa masyarakat adat yang tersebar di
unifikasi hukum dari berbagai sistem berbagai wilayah negara Indonesia.
hukum perdata yang berlaku di Indonesia, Keberadaan masyarakat adat merupakan
yaitu dengan dikeluarkannya UU No.5 hak asasi yang telah dijamin dalam
tahun 1960 tentang Pokok Agraria deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(selanjutnya disingkat dengan UUPA) dan tentang Hak-Hak Masyarakat Adat.
UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Sehingga keberadaan dan hak-haknya
(selanjunya disingkat dengan UUP). harus diakui. Dengan kata lain masyarakat
Sedangkan yang belum dapat di buat adat mempunyai kedudukan yang setara
secara nasional maka ketentuan hukum dengan semua masyarakat lain sehingga
yang berlaku pada ketentuan hukum mempunyai kedudukan yang sama di
masing masing yaitu seperti pada hukum dalam hukum.
pewarisan kembali pada ketentuan waris Di Indonesia keberadaan
KUHPerdata bagi masyarakat Indonesia masyarakat adat dijamin oleh konstitusi
yang beragama non Islam, pada ketentuan yakni di dalam pasal 28 I (ayat 3) UUD
waris dalam kompilasi hukum Islam bagi Negara Republik Indonesia 1945, yag
masyarakat Indonesia yang beragama menyatakan bahwa “Identitas budaya dan
Islam dan pada ketentuan hukum waris hak masyarakat tradisionil dihormati
adat bagi masyarakat adat masing-masing selaras dengan perkembangan jaman dan
daerah adat. peradapan”
Lain halnya mengenai ketentuan Adanya jaminan konstitusi tersebut
hukum yang mengatur masalah di atas membawa konsekuensi bahwa
pengangkatan anak meskipun telah diatur pengangkatan anak dapat dilakukan
dalam berbagai peraturan perundangan menurut hukum adat atau undang-undang
yang bersifat nasional, akan tetapi tidak maka ketentuan hukum adat mengenai
harus menggunakan ketentuan hukum pengangkatan anak masih sah dan tetap

288
Perbandingan Pengangkatan Anak Dalam Sistim Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia

berlaku bagi masyarakat yang akan Mengenai aturan hukum adat


melakukan pengangkatan anak. mengenai selisih umur tidak hanya
Sumber hukum pengangkatan anak diketemukan di Aceh saja, akan tetapi
menurut hukum adat adalah hukum adat dapat juga diketemukan pada daerah lain
masing-masing daerah adat, masing antara lain ; di Garut selisih umurnya 15
masing daerah adat memiliki tujuan, tahun antara calon anak angkat dengan
syarat-syarat maupun tata cara calon orang tua nagkatnya dan di Sambas
pengangkatan anak yang berbeda-beda. perbedaannya harus panta/ sesuai antara
Tujuan pengangkatan anak pada anak dengan orang tua pada umuna.
masyarakat adat pada umumnya untuk Pada umunya pengangkatan anak
meneruskan keturunan atau untuk menurut hukum adat dilakukan
kepentingan orang tua angkatnya seperti mengunakan tatacara adat masing—
contoh pada masyarakat Jawa Tengah masing (kadang-kadang dilakukan dengan
pada umunya pengangkatan anak upacara adat tertentu) serta diperlukan
dilakukan oleh orang yang belum persetujuan dari orang tua atau keluarga
mempunyai anak dengan dalih “mancing” dari calon anak angkat serta diperlukan
agar orang tua angkat setelah mengankat saksi dari pihak masing- masing keluarga
anak tersebut memiliki keturunan sendiri. baik dari keluarga calon anak angkat dan
Adapun pada masyarakat adat lampung keluarga calon orang tua angkat.
pada umunya mengangkat anak dilakukan Adanya perbuatan Pengangkatan
oleh keluarga yang tidak mempunyai anak anak menurut hukum adat juga
laki-laki dengan tujuan agar ada yang menimbulkan akibat hukum yaitu akibat
dapat mengurus jenasah orang tua hukum dalam hubungan hukum antara
angkatnya jika kelak mereka meninggal aanak angkat dan orang tua angkat yaitu
dunia. Tujuan pengangkatan anak di bali menimbulkan hubungan hukum baru. Pada
tersebut berkaitan dengan adanya mayarakat adat tetentu yaitu di Bali
kepercayaan bahwa yang bisa mengurus timbulnya hubungan hukum baru antara
jenasah orang tua dengan sempurna anak angkat dengan orang tua angkatnya
(melakukan upacara ngaben) menurut menimbulkan putusnya hubungan hukum
ajaran agama Hindu adalah seorang anak antara anak angkat dengan orang tua
laki-laki. kandungnya. Berbeda dengan hukum adat
Mengenai syarat-syarat baik syarat Bali, Hukum adat Jawa meskipun telah
untuk calon anak angkat maupun calon menimbulkan hubungan hukum baru anta
orang tua angkat masingmasing hukum anak angkat dengan orang tua angkat,
adat juga berbeda.sebagai contoh syarat- akan tetapi tidak memutus hubungan
syarat anak angkat di berbagai daerah adat hukum antara anak angkat dengan orang
antara lain anak yang diangkat syaratnya tua kandungnya. Jadi dua hubungan
di Cikajang adalah bayi sampai umur 3 hubungan hukum tersebut sama sama tetap
tahun, di Perindu (Kalimantan Barat) yaitu berjalan seiring lengkap dengan adanya
anak tersebut setelah lepas susuan, di hak dan kewajiban masing-masing secara
Pontianak anak tersebut dari umur 49 timbal balik.
sampai 5 tahun, di Kendari anak ersebut Hak dan kewajiban hukum secara
berumur 1 tahun sampai 5 tahun, di Aceh timbal balik anak seorang anak dengan
anak tersebut tidak boleh kurang dari 20 orang tuanya di sebebuthak alimentasi.
tahun, tapi di Lombok Tengah ada yang di Timbulnya hak alimentasi juga merupakan
sebut anak akon (anak yang diakui bahkan akibat hukum yang timbul dengan adanya
anak akon bisa dilakukan terhadap anak pengangkatan anak,yaitu pada saat
yang sudah menikah. anaknya masih kecil adalah kewajiban
orang tua untuk memelihara,
mensejahterakan, memberikan nafkah,

289
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018

tempat tinggal serta pendidikan yang baik perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah
bagi anak, setelah orang tuanya uzur dan mengatakan yang sebenarnya dan dia
tidak mampu baik secara sosial maupun menunjukkan jalan (yang benar)”.
ekonomi anak mempunyai kewajiban Dengan adanya larangan dalam
untuk selalu menghormati, memelihara, QS. Al-Ahzaab:4 tersebut di atas maka
memberikan tempat tinggal bahkan nafkah pengangkatan anak yang dilakukan oleh
apabila orang tuanya tidak punya orang yang bergama Islam tidak
penghasilan di hari tuanya. mempunyai konsekuensi hukum secara
Akibat hukum lainnya adalah Islam, dengan kata lain seorang yang
timbulnya hak waris antara orang anak beragama Islam apabila mengangkat anak
angkat dengan orang tua angkat. Pada hanya untuk tujuan pemeliharaan dan
umumnya pada masyarakat adat dengan kepentingan anak semata bukan
adanya pengangkatan anak maka menjadikan anak angkat sebagai anak
menimbulkan hak saling mewaris antara kandungnya. Sehingga anak angkat tidak
anak angkat dengan orang tua angkat, mempunya hak-hak yang sama sepert anak
terlebih lagi menurut adat Bali yang mana kandung, yakni anak angkat tidak berhak
adanya pengangkatan anak menimbulkan mencantumkan nama bapak angkat
hubungan hukum baru yaitu anak angkat sebagai nama Bin/Binti di depan namanya,
dengan orang tua angkat dan memutus anak angkat tidak berhak mewaris
hubungan hubungan hukum antara anak terhadap orang tua nagkatnya dan anak
angkat dengan orang tua kandung angkat tetap bukan mahram dari orang tua
(pengangkatan anak plena) , maka anak angkatnya.
angkat dan orang tua angkat saling Hak dan kewajiban yang ada hanya
mewaris. bersifat sosial saja yakni orang tua angkat
Berbeda dengan masyarakat Jawa dapat melakukan upaya pemiliharaan dan
yang ada dua hubungan hukum antara perlindungan terhadap anak angkatnya
anak angkat dengan orang tua angkat demi kepentingan dan kesejahteraan
maupun dengan orang tua kandung, maka anaknya dan hal itu bisa dilakukan dengan
anak angkat berhak atas warisan baik dari niat menolong dengan memohon Ridho
orang tua angkat maupun orang tua dan pahala dari Allah Swt, sedangkan
kandung (anak angkat mendapat dua anak angkatnya seharusnya menghormati
sumber), akan tetapi hak waris dari orang dan menghargai bahkan memperhatikan
tua angkat sebatas pada harta gono gini dan membantu orang tua angkatnya
tidak seperti hak waris dari orang tua terlebih jika orang tua angkat sudah tua
kandung yang melputi harta gono gini dan tidak mampu.
maupun harta asal. Bagi yang beragama islam yang
ingin melakukan pengankatan anak semata
b. Ketentuan Pengangkatan anak hanya bertujuan untuk kesejahteraan anak
Menurut Sstem Hukum Islam : semata jadi hanya bersifat menolong,
Menurut Hukum Islam.tidak pengajuan permohonan pengangkatan
dikenal adanya pengangkatan anak, sebab anak atau mengajuan pengesahan
berdasarkan hukum Islam ada larangan pengangkatan anak ke pengadilan Agama.
menisbahkan anak angkat tersebut kepada Meskipun anak angkat dan orang
orang tua angkatnya, menyamakan dengan tua angkat dalam hukum Islam tidak
anak kandung, yaitu turunya larangan saling mewaris akan tetapi dalam
tersebut dalam QS. Al-Ahzaab:4 yang jika kompilasi hukum Islam yaitu pasal 209
diterjemahkan sebagai berikut : “ Dan yaitu berisi ketentuan tentang wasiat
allah tidak menjadikan anak-anak wajibah yaitu wasiat yang diberikan untuk
angkatmu sebagai anak kandungmu anak angkat atau orang tua angkat yang
(sendiri). Yang demikian itu hanyalah dilakukan oleh negara.melalui jalur

290
Perbandingan Pengangkatan Anak Dalam Sistim Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia

yudikatif dan sebagai kompetensi absolut halnya orang orang dewasa. Hak anak
hakim agama yang berdasar asas keadilan, adalah bagian dari hak asasi manusia yang
keseimbangan dan kemaslahatan Bagian wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi
penerima wasiat adalah sbanyak- oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
banyaknya atau tidak boleh melebihi 1/3 pemerintah, dan negara. Negara Kesatuan
(satu pertiga) dari harta peninggalan Republik Indonesia menjamin
Pewaris. kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya
sebagaimana tercantum dalam, termasuk
c. Ketentuan Pengangkatan anak perlindungan terhadap hak anak yang
Menurut Sistem Hukum Nasional merupakan hak asasi manusia anak adalah
Indonesia: amanah dan karunia Tuhan Yang Maha
Dasar Hukum pengangkatan anak Esa, yang dalam dirinya melekat harkat
menurut sistem hukum nasional Indonesia dan martabat sebagai manusia seutuhnya.
antara lain : Pelaksanaan perlindungan anak
1) Konvensi hak hak anak, pasal 21 menurut hukum nasional Indonesia
2) UU NO 35 / 2014 Tentang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-
Perlindungan anak (UUPA) UU NO Undang Dasar Negara Republik Indonesia
12/2006 Tentang Kewarganegaraan Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar
3) Intruksi Presiden Repubik Indonesia Konvensi Hak-Hak Anak meliputi :
Nomor 1 tahun 1991 tentang a. non diskriminasi;
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia b. kepentingan yang terbaik bagi anak;
4) Peraturan Pemerintah Republik c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup,
Indonesia Nomor 54 tahun 2007 dan perkembangan; dan
tentang Pelaksanaan pengangkatan d. penghargaan terhadap pendapat anak.
anak Pengangkatan anak adalah suatu
5) Peraturan Menteri Sosial RI perbuatan hukum yang mengalihkan
No.110/HUK/2009 yang mengatur seorang anak dari lingkungan kekuasaan
tentang persyaratan pengangkatan orang tua, wali yang sah, atau orang lain
anak yang bertanggung jawab atas perawatan,
6) Peraturan Menteri Sosial RI pendidikan dan membesarkan anak
No.37/HUK/2010 tentang tersebut, ke dalam lingkungan keluarga
pertimbangan Perijinan pengangkatan orang tua angkat . sehingga dalam
anak pusat (PIPA) pengangkatan anak juga harus senantiasa
di dasarkan pada upaya perlindungan
Menurut ketentuan hukum nasional anak.
anak adalah setiap manusia yang berusia Kepentingan terbaik anak dan
di bawah 18 (delapan belas) tahun dan kesejahteraan anak yang bersangkutan
belum menikah, terrnasuk anak yang merupakan pertimbangan paling utama, di
masih dalam kandungan apabila hal sahkan oleh pejabat yang berwenang dan
tersebut adalah demi kepentingannya ( sesuai dengan hukum dan prosedur yang
dalam UU no.35 tahun 2014 tentang beraku yang didasarkan pada informasi
perlindungan anak dan UU 39 tahun 1999 yang terkait dan layak dipercaya.
tentang HAM). Salah satu haknya adalah Dalam UU no.23 tahun2003 yang
hak pengasuhan . Menurut Deklarasi dimaksud Perlindungan anak adalah
Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia, segala kegiatan untuk menjamin dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah melindungi anak dan hakhaknya agar
menyatakan bahwa anak-anak berhak atas dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
pengasuhannya dan bantuan khusus. berpartisipasi, secara optimal sesuai
Anak adalah anugrah dari Tuhan dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
yang Maha Esa yang memiliki hak seperti

291
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018

serta mendapat perlindungan dari warga negara asing berdasarkan penetapan


kekerasan dan diskriminasi. pengadilan tetap diakui sebagai Warga
Dimungkinkan pengangkatan anak Negara Indonesia
antar-negara (internasional) dan harus Pengangkatan anak juga tidak
dipertimbangkan sebagai suatu alternatif memutuskan hubungan darah antara anak
terakhir serta pengangkatan anak
yang diangkat dengan orang tua
internasional dilakukan harus berdasarkan
berdasarkan ketentuan per undang kandungnya. Agama calon orang tua
undangan bukan berdasar adat kebiasaan angkat (selanjutnya disingkat COTA)
atau hukum adat. harus sama dengan agama yang dianut
Dalam pengaturan pengangkatan oleh calon anak angkat (selanjutnya
anak WNI oleh WNA di Indonesia disingkat CAA), apabila asal usul CAA
dilakukan sebagai upaya terakhir, yaitu tersebut tidak diketahui, maka agama anak
pengangkatan anak diutamakan terlebih tersebut disesuaikan dengan agama
dahulu kepada keluarga dekat, kerabat mayoritas penduduk tempat ditemukannya
dekat, tetangga, atau orang Indonesia anak tersebut.Orang tua angkat wajib
lainnya kemudian yang terakhir baru oleh memberitahukan anak angkat asal usulnya
warganegara asing yang berada di dan orang tua kandungnya yang dilakukan
Indonesia, dan jika pengangkatan anak dengan memperhatikan kesiapan anak
berhasil orang tua angkat wajib yang bersangkutan. Biasanya dilakukan
memberitahukan kepada anak angkatnya pada saat anak tersebut berumur 18 tahun.
mengenai asal usulnya dan orang tua Pengangkatan anak antar
kandungnya dengan memperhatikan warganegara Indonesia dapat dilakukan
kesiapan mental anak. Hal ini juga sesuai menurut adat kebiasaan maupun peraturan
dengan Dalam ketentuan Pasal 21 huruf b perundangan. Pengangkatan anak yang
Konvensi hak hak anak yakni dinyatakan dilakukan menurut adat kebiasaan dapat
bahwa” Mengakui bahwa pengangkatan dimohonkan penetapan pengadilan ,
anak antar-negara dapat dipertimbangkan sedangkan pengangkatan anak menurut
sebagai suatu alternatif pemeliharaan undang-undang dapat dilakukan secara
anak, jika anak tidak dapat dipelihara oleh langsung maupun melalui lembaga
keluarga asuh atau keluarga angkat, atau pengasuhan anak dan diilaksanakan
anak tersebut tidak dapat dipelihara melalui penetapan pengadilan meliputi
dengan cara yang sesuai di negara asal permohonan, pemeriksaan dipersidangan
anak yang bersangkutan. serta pemberian putusan pengangkatan
Dalam ketentuan Pasal 21 huruf c anak, selanjutnya harus menyampaikan
Konvensi hak hak anak disebutkan bahwa salinannya pada instansi terkait.
dalam pengangkatan anak harus Menjamin Setiap salinan penetapan dan
bahwa anak yang bersangkutan, melalui salinan putusan pengangkatan anak harus
pengangkatan antar-negara memperoleh juga di kirimkan kepada Mahkamah
perlindungan dan standar yang setara Agung cq. Panitera Mahkamah Agung.
dengan perlindungan yang berlaku dalam Selain kepada Departemen sosial,
pengangkatan anak secara nasional. DepKumHAM cq. Direktorat Jenral
Undang-Undang no,12 tahun 2006 Imigrasi , Departemen Luar Negeri,
tentang Kewarganegaraan menyatakan Departemen Kesehatan, Kejaksaan dan
bahwa” Anak Warga Negara Indonesia kepolisian.
yang belum berusia 5 (lima) tahun
diangkat secara sah sebagai anak oleh

292
Perbandingan Pengangkatan Anak Dalam Sistim Hukum Perdata Yang Berlaku Di Indonesia

D. KESIMPULAN DAN SARAN: sehingga tidak saling mewaris dan


1. Kesimpulan : tidak ada hubungan mahram diantara
Ada 3 (tiga) sistim 4 sistem hukum keduanya, akan tetapi kompilasi
perdata yang berlaku diIndonesia yaitu hukum islam memberikan wasiat
sistem hukum perdata barat dengan wajibah terhadap anak angkat bagi
menggunakan ketentuan KUHPerdata, orang yang beragama islam.sedangkan
sistem hukum adat dengan menggunakan dalam KUH Perdata tidak dikenal
ketentuan hukum adat masing-masing pengangkatan anak
daerah adat, sistem hukum Islam dengan
menggunakan ketentuan hukum kompilasi 2. Saran:
hukum Islam, sistem hukum nasional Agar upaya perlindungan terhadap
dengan menggunakan ketentuan hukum anak Indonesia dapat dilakukan sebaiknya:
nasional yang telah berhasil dibuat oleh 1. Agar pengangkatan anak baik secara
lembaga pembentuk Undang-undang yaitu adat maupun yang dilakukan oleh
DPR bersama pemerintah. orang isalam dilakukan seara tertulis
1. Perbandingan pengangkatan anak dan di buat suatu ketentuan tentang
menurut sistem hukum perdata yg hak dan kewajiban anak angkat dan
berlaku di Indonesia dapat orang tua angkat
diketemukan dalam sistem hukum
perdata adat, sistem hukum perdata 2. Sebaiknya pemantauan harus
Islam maupun sistem hukum perdata senantiasa dilakukan untuk
nasional. Pada hukum adat dan hukum pengangkatan yang dilakukan menurut
nasional dikenal adanya pengangkatan adat maupun peraturan perundang-
anak dan mempunyai akibat hukum undangan sampai anak angkat tersebut
baik terhadap hubungan antara anak berusia dewasa dengan melibatkan
dan orang tua, hak alimentasi maupun pihak ke 3 dari tempat anak angkat dan
hak waris, akan tetapi dalam hukum orang tua angkat bertempat tinggal..
islam pengangkatan anak tidak
3. Agar orang tua angkat diberi
menimbulkan akibat hukum sama
kewajiban untuk melakukan
sekali , karena anak angkat dalam
komunikasi secara kontinyu hingga
sistem hukum perdata islam hanya
anak angkat tersebut dewasa kepada
untuk tujuan kesejahteraan anak saja,
keluarga dari anak angkatnya.

DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU:
Suroso, Perbandingan Hukum Perdata, P. Purbacaraka, Agus Brotosusilo. Sendi-
Sinar grafika , jakarta, 1995 sendi Hukum Perdata Internasional
suatu orientasi, Jakarta. 1989,
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode
Penelitian Hukum,(Jakarta: Ghalia Whisnu Situni, Identifikasi dan
Indonesia, 1982 Reformulasi Sumber-sumber
Hukum Internasional, Mandar
R. Wiryono Pridjodikoro. Asas-asas maju, bandung, 1989.
Hukum Perdata internasional,
Bandung, 1992,

293
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 3 NO. 1 OKTOBER 2018

B. PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 54 tahun 2007 tentang
PP Nomor 9 tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan pengangkatan anak
Pelaksana Undang-Undang Nomor 1
tahun 1974 Konvensi hak hak anak Peraturan Menteri Sosial RI
No.110/HUK/2009 yang mengatur
UU NO 35 / 2014 Tentang Perlindungan tentang persyaratan pengangkatan
anak (UUPA) anak

UU NO 12/2006 Tentang Peraturan Menteri Sosial RI


Kewarganegaraan No.37/HUK/2010 tentang
pertimbangan Perijinan pengangkatan
Intruksi Presiden Repubik Indonesia anak pusat (PIPA)
Nomor 1 tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia

294

Anda mungkin juga menyukai