Anda di halaman 1dari 15

Analisis Norma pada Fenomena Penitipan Orangtua Lansia Kandung di Panti

Jompo dalam Perspektif Surah Al Israa’ Ayat 23 dan 24

Ikhlasul Amal_210104210044
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
210104210044@student.uin-malang.ac.id

ABSTRAK

Terlantarnya orangtua kandung di panti Jompo dari seorang anak di Indonesia


masih sering terjadi di sebagian kota besar. Selain terlantar, banyak seorang anak
yang menggugat ibu kandung sendiri ke ranah hukum karena harta warisan seperti
yang terjadi pada tahun ini di Takengon. Perlunya kesadaran diri seorang anak
terhadap orangtua kandung untuk merawat di usia lanjut keduanya. Pada tahun 2020,
jumlah lansia di Indonesia mencapai 9,92% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan norma yang terdapat


pada fenomena penitipan orangtua lansia pada panti jompo dan sikap yang harus
dimiliki seorang anak terhadap orangtua dengan perspektif surah al Isra ayat 23 dan
24. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian Library
Research (Studi Pustaka) dan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan
data penelitian ini menggunakan analisis isi (Analysis Content).

Hasil dari penelitian ini adalah bahwasannya menitipkan orangtua pada panti
jompo merupakan perbuatan yang tidak baik dalam pandangan agama. Karena
melalaikan kewajiban seorang anak terhadap orangtua yang semakin berumur. Quran
Surah al Isra’ ayat 23 dan 24 memerintah umat Islam yang berakal untuk
menghormati dan menyayangi orangtua semasa hidup bahkan mereka sudah
meninggal tetap terus berbakti.

Kata Kunci : Lansia, Panti Jompo, dan Berbakti Kepada Kedua Orangtua.

PENDAHULUAN

Peduli lansia dari seorang anak kandung saat ini di Indonesia sangat krisis.
Kategori usia lanjut di Indonesia merupakan seseorang yang memiliki kebijaksanaan
dalam hal bermasyarakat. Mereka memiliki kemampuan menghadapai masalah yang
terjadi lebih baik daripada orang yang masih lebih berusia muda. Dalam kehidupan
masyarakat mereka dihargai oleh keluarga anak cucunya sebagai orangtua yang
keberadaannya sangat berharga dalam keluarga.1 Seorang lanjut usia di Indonesia
biasanya lebih diperhatikan dan dirawat langsung dilingkungan keluarga. Berbeda

1
Nurul Khotimah et al., “LANJUT USIA (LANSIA) PEDULI MASA DEPAN DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA,” Geomedia: Majalah Ilmiah dan Informasi Geografian (2017). Hlm. 65

1
dengan lansia yang tinggal di negara-negara maju lainnya yang menitipkan orangtua
mereka kepada panti werdha.2

Norma sosial masyarakat Indonesia dalam pandangan hukum keluarga yang


dikeluarkan pemerintah memiliki dua aspek, diantaranya aspek keadilan dan
kemanfaatan. Menurut Suprihatin keberadaan dua aspek nilai dasar hukum keluarga
diatas belum bisa diterima masyarakat sepenuhnya.3 Kedua aspek ini dinilai tidak
mampu menertibkan dan menyadarkan masyarakat akan hukum keluarga yang terjadi.
Pemerintah menggunakan metode analisis normative untuk menentukan dasar hukum
tersebut. Sehingga hukum keluarga tidak memiliki hak otriter dan paksaan untuk
tunduk pada hukum keluarga di Indonesia.

Tahun 2020 Indonesia memiliki sekitar 9,92% penduduk berstatus lansia yang
berusia lebih dari 60 tahun dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.4 Bertambahnya
kuantitas penduduk lansia di Indonesia dapat memunculkan masalah psikologi
maupun fisik. problematika psikologis yang mungkin muncul pada orangtua lanjut
usia yaitu kecemasan.5 Kecemasan akan kesehatan fisik, merasa kesepian, emosi yang
meningkat dan tidak stabil, pola dan sikap hidup serta kesulitan untuk dapat
menyesuaikan tugas perkembangan yang dialami lanjut usia.

Hidup di lingkungan panti sosial jompo bagi usia lanjut bukanlah keputusan
yang hanya ditentukan pihak anak dan cucu. Akan tetapi sebagian mereka memilih
dan menentukan sendiri keputusan yang diambil untuk tinggal di panti wredha.
Menurut Bakri pada penelitiannya kepada penghuni panti wredha, diantara mereka
memilih tinggal di tempat tersebut karena ingin lebih fokus untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan tanpa kewajiban lainnya dan mengikhlaskan kepergian pasangan
mereka juga anak cucu yang memiliki kesibukan lain.6

Indonesia memiliki undang-undang tersendiri yang mengatur upaya


kepedulian pelayanan terhadap lansia. Undang-undang nomor 13 tahun 1998 pasal 3
bebunyi bahwa pelayanan lanjut usia meliputi layanan fisik, bimbingan mental,
spiritual keagamaan dan aspek menyiapkan keberlangsungan hidup serta kemampuan
beradaptasi.7 Dengan peraturan undang-undang di atas diharapkan panti sosial lanjut
usia ini mampu menjalankan fungsi sebagaimana semestinya dan membekali agar
mampu beradaptasi di tempat baru.

2
Jobans E Prawitasari, “Aspek Sosio-Psikologis Lansia Di Indonesia,” Buletin Psikologi 2, no. 1 (2016).
hlm. 27.
3
Suprihatin, “Konsep Dasar Hukum Sebagai Norma Sosial (Studi Pada UU No 1 Tahun 1974 Dan
Kompilasi Hukum Islam),” KRTHA BHAYANGKARA (2020). Hlm 106.
4
Nindya Riana. Dkk Sari, Statistik Penduduk Lanjut Usia 2020, ed. Dwi. Dkk Susilo (Jakarta: Badan
Pusat Statistik, 2020). Hlm. 8
5
Dona Fitri Annisa and Ifdil Ifdil, “Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia),” Konselor
(2016). Hlm. 6
6
Iin Novita Sari Bakri, “Makna Hidup Lansia Di Panti Jompo,” Http://Repositori.Usu.Ac.Id/ (2018). Hlm.
47
7
Ari Afriansyah and Meilanny Budiarti Santoso, “Pelayanan Panti Werdha Terhadap Adaptasi Lansia,”
Responsive (2020). Hlm. 197

2
Hukum Islam merupakan hukum yang diakui dalam pemerintahan Indonesia.
Kedudukan Hukum Islam memiliki peranan penting di Indonesia dalam setiap proses
pembinaan hukum.8 Adapun terjadi kompilasi hukum Islam nasional diakui oleh
sebagai kemajuan hukum Islam. Walaupun demikian, para ulama tradisional masih
banyak yang belum setuju dengan kajian kontemporer.9 Kajian hukum kontemporer
memiliki banyak kontropersi dalam pembahasan para ulama. Dikarenakan perbedaan
para ulama dalam menentukan hukum fiqih merupakan hal yang lumrah dalam
Islam.10

Dalam Al Qur’an sudah sangat jelas memberikan arahan kepada seluruh anak
yang dilahirkan dari rahim sang ibu dan dibesarkan bersama sang ayah untuk
senantiasa berbakti kepada keduanya. Sebagaimana dalam Qur’an Surah Al Israa ayat
23 dan 24 seorang anak diwajibkan berbakti kepada kedua orangtua diatas dari
kewajiban belajar. Kewajiban menuntut ilmu memiliki tingkatan lebih rendah
daripada berbakti kepada orang tua.11 Sehingga ketika terdapat dua kewajiban
sekaligus maka dahulukan orangtua kandung.

Berdasarkan penilitian yang dilakukan muhaemin konsep berbakti kepada


orangtua memiliki 5 kata kunci konsep, yaitu ihsan, ma’ruf, birr, walidain dan
karima.12 Konsep diatas merupakan urutan konsep seharusnya dilakukan antara
orangtua dan anak. Konsep ini tidak terbatas seberapa usia anak dan orangtua, akan
tetapi berbakti kepada kedua orangtua harus terus dilakukan hingga akhir hayat.13

Kualitas hubungan antara anak dan orangtua atau sering kita sebut relasi
terjalin baik terlihat ketika orangtua menginjak usia lanjut. Komunikasi yang tidak
terjalin dengan bagus antara anak dan orangtua akan mengurangi harmonisasi ikatan
batin keduanya. Disebabkan kesibukan anak dengan pekerjaan masing-masing,
mengakibatkan banyaknya orangtua lanjut usia terabaikan di rumah. Tiak sedikit
keluarga yang menitipkan orangtua mereka yang sudah lanjut usia kepada penitipan
sosial panti werdha.14

Saat ini banyak terjadi di Indonesia kasus penggugatan seorang anak kepada
orangtua akan hak warisnya. Hak waris yang diberikan orangtua kepada anak menurut

8
Sri Astuti A. Samad, “Kajian Hukum Keluarga Islam Dalam Perspektif Sosiologis Di Indonesia,” El-
USRAH: Jurnal hukum keuarga (2021). Hlm. 138.
9
Akhmad. Khisni, Fiqih Kontemporer, ed. Sumain (Semarang: UNISULA Press Semarang, 2017). Hlm.
11.
10
Muchamad Choirun Nizar, “QAUL SHAHABI DAN APLIKASINYA DALAM FIQH KONTEMPORER,” Ulul
Albab: Jurnal penelitianHukum Islam (2017). Hlm. 36.
11
Sahibi, konsep birrul Waalidain Dalam Surah Al-Isra Ayat 23 dan 24 pada study Perbandingan Tafsir
Al Mishbah Dan Tafsir Al Maraghi), UIN Mataram (Mataram: UIN mataram Press, 2019). Hlm. 71.
12
Muhaemin, “Konsep Berbakti Kepada Orangtua Dalam Perspektif Al Qur’an Dan Hadis” (2021). Hlm.
72.
13
Nurhadi Nurhadi and Alfian Qodri Azizi, “Filosofis Kewajiban Nafkah Anak Dalam UUP Islam
Indonesia,” Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhshiyyah (JAS) (2019).
14
Rita. dan Firdaus. Ananda, “Pengasuhan Anak Terhadap Orangtua Lanjut Usia (Relasi Anak Dengan
Orangtua Di Gampong Bandar Baru, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh),” FISIP Unsiyah 3, no. 2
(2018): 54–67.

3
hukum Islam akan turun kepada anak ketika orangtua sudah meninggal. Namun yang
terjadi saat ini banyak yang sudah menuntut hak warisnya kepada orangtuanya
sehingga menggugat sampai pengadilan. Tidak hanya itu, anak juga mengambil hak
orangtua yang masih hidup dengan paksa tanpa memikirkan keberlangsungan hidup
orangtua yang sudah menginjak usia lanjut.15 Seperti yang terjadi di Takengon orang
tua yang telah berumur 71 tahun digugat seorang anak berstatus PNS karena harta
warisan.16

LATAR BELAKANG

Latar belakang dalam penelitian ini ingin mengungkap kewajiban seorang


anak dalam perspektif Q.S. Al Isra’ ayat 23 dan 24 yang mana dewasa ini terdapat
pada fenomena seorang anak yang berani menggugat orangtua kandung ke pengadilan
karena harta warisan. Sedangkan orangtua yang digugat masih hidup di dunia dan
sedang mengalami masa usia lanjut yang membutuhkan perhatian penuh dari seorang
anak.

LITERATUR REVIEW

Pada penulisan tentang kepedulian anak terhadap orangtua yang sudah


berumur lanjut usia ini bukanlah penulisan dengan tema yang sangat baru. Kita akan
menemukan banyak tulisan studi kasus tentang orangtua lansia yang diterlantarkan
dan ditipkan di panti sosial jompo.

Pada penulisan skripsi Sahibi (2019) yang berjudul “:Konsep Birrul Walidain
dalam Q.S. Al Isra 23 -24” melakukan penelitian tentnag urgensinya merawat dan
menjaga kedua orangtua sampai kapanpun. Pada tulisan tersebut Sahibi melakaukan
penelitian studi komparatif tafsir Al Qur’an dari dua tokoh mufassir yang sangat
terkenal di Indonesia bukunya, yaitu tafsir Al Mishbah dan tafsir Al Maraghi. Kedua
kitab tafsir ini banyak digunakan di Indonesia. Sahibi melakukan penulisan studi
komparatif kedua kitab tafsir ini untuk mengetahui konsep berbakti kepada kedua
orangtua dari dua perspektif mufassir. Penelitian yang dilakukan Sahibi merupakan
penelitian kajian pustaka (Library Research). Sahibi mengatakan berbakti dalam
bentuk menyayangi, mengasihi, mendoakan dan taat kepada perintahnya merupakan
kewajiban sebagai seorang anak kepada kedua orangtua.17 Hasil dari penelitian Sahibi
adalah pada Qur’an Surah Al Israa ayat 23 dan 24 menurut kedua tafsir yang
mengatakan orangtua memiliki kedudukan tertinggi, terhormat, dan mulia di sisi
Allah SWT. Larangan mengatakan “ah” kepada kedua orangtua dikarenakan itu

15
Riska Andista Indriyani and Anjar Sri Ciptorukmi Nugraheni, “Komtradiksi Antara Kewajiban Anak
Kepada Orangtua Dengan Anak Menggugat Orangtua,” Jurnal Privat Law (2019).
16
Mohammad Adrianto S, “PNS Gugat Orangtua Karena Harta Warisan, Sang Ibu Berusia 71 Tahun
Akan Diusir,” Okenews, last modified 2021,
https://nasional.okezone.com/read/2021/11/17/337/2503317/viral-pns-gugat-orangtua-karena-
harta-warisan-sang-ibu-berusia-71-tahun-akan-diusir.
17
Sahibi, Konsep Birrul Walidain Dalam QS Al ISra Ayat 23-24 (Studi Komparatif Tafsir Al Mishbah Dan
Tafsir Al Marahi, 2019). Hlm xvi.

4
merupakan bentuk ketidakhormatan kepadanya. Juga ditemukan dalam kedua kitab ini
yaitu konsep birrul walidain yaitu Ihsan atau berkelakuan baik, kibaraa (lanjut usia),
Uffin (berkata ah dalam perintahnya), dan karima (berbuat baik dan berkata perkataan
yang mulia). Relevansinya dengan penulisan yang akan penulis lakukan yaitu
persamaan pembahasan mengenai peran anak terhadap orangtua.

Sebuah tulisan yang berjudul "Konsep Berbakti Kepada Kedua Orangtua


Dalam Perspektif Al Qur’an Dan Hadis” merupakan tulisan dari Muhaemin yang
mengungkapkan konsep untuk berbakti kepada kedua orangtua. Penelitian ini penulis
menggunakan penelitian studi pustaka dan mengumpulkan data dari sumber kitab
klasik dan kitab kontemporer hadis dan al Qur’an. Dalam tulisan ini terdapat hasil
yang menjadikan pembaca termotivasi berbakti kepada kedua orangtua. Hasil dari
penelitian yang ditulis Muhaemin ini bahwa perintah untuk berbakti kepada kedua
orangtua merupakan kewajiban seorang anak kepada orangtua yang telah
mengandung dan membesarkan sampai dewasa. Mematuhi segala perintah kedua
orangtua selagi perintah tersebut merupakan perintah untuk hal kebaikan. Penelitian
Muhaemin tentang konsep berbakti kepada kedua orangtua menghasilkan hasil
penelitian tidak jauh berbeda dengan tulisan Sahibi diatas, bahwa berbakti kepada
kedua orangtua memiliki lima konsep yaitu (Ihsan, Birr, Ma’ruf, dan Waalidain).18
Kaitannya tulisan Muhaemin dengan penulisan yan akan penulis tulis yaitu kesamaan
membahasa berbakti kepada orangtua.

Kemudian tulisan dari Sri Astuti dan Abdul Samad tenang “Kajian Hukum
Keluarga Islam Dalam Perspektif Sosiologi di Indonesia” membahas hukum
kekeluargaan di Indonesia dalam aspek sosiologi. Peneleitian ini berfokus kepada
penggunaan ilmu sosial, hukum dan masyarakat dan relasi antara sosiologi kemudian
merujuk kepada normatif pada literatur hukum. Janis kajian penelitian menggunakan
literatur hukum untuk menyimpulkan bahwa sosiologi, hukum dan masyarakat tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan. Penulis menyimpulkan hasil kajian literatur
hukum bahwa menggunakan perspektif sosiologi pada leealitas hukum akan menjadi
lebih kaya untuk diteliti lebih dalam lagi. Hukum keluarga Islam dalam penulisan
yang akan penulis lakukan sangat penting dan berkaitan karena dalam normatif
kepedulian anak kepada orangtua akan pentingnya merawat kedua orangtua yang
lanjut usia. Contoh realita hukum yang sering terjadi di masyarakat terhadap orangtua
yaitu persoalan hibah, harta bersama, dan ahli waris.19

Karya berjudul Konsep Dasar Hukum Sebagai Norma Sosial yang ditulis oleh
Suprihatin. Suprihatin menulis penelitian ini untuk mengkaji pentingnya hukum
keluarga Islam dan dasar-dasar nilai hukum keluarga Islam. Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan penelitian kualitatif kajian pustaka (Library Research). Hasil yang
ditemukan dalam penelitian ini terdapat dua hal. Pertama, pemerintah telah
meletakkan penegakkan hukum keluarga dan ditunjang oleh pranata hukum dan

18
Muhaemin, “Konsep Berbakti Kepada Orangtua Dalam Perspektif Al Qur’an Dan Hadis.”, hlm. Xiii.
19
A. Samad, “Kajian Hukum Keluarga Islam Dalam Perspektif Sosiologis Di Indonesia.” Hlm. 138 - 150

5
pranata sosial. Sehingga hukum tersebut mampu melindungi masyarakat yang
berfungsi sebagai institusi sosial dan mendapatkan keadilan dan kemanfaatan. Kedua,
menyatakan bahwa nilai dasar hukum keluarga memiliki dua hal yaitu kemanfaatan
dan keadilan yang mana keduanya saling menunjang. Alasan pemerintah
menggunakan ini yaitu dengan perumusan metode analisis normatif sosial. Peneletian
Suprihatin ini berkaitan dengan penulisan jurnal yang akan penulis buat yaitu
mengenai hukum keluarga dan nilai dasar hukum keluarga di Indonesia terutama hak
anak dalam mengasuh orangtua dan hak anak dalam menggugat orangtua ke ranah
hukum resmi Indonesia.20

Karya tulis ilmiah yang ditulis oleh Syamsul Anwar dengan judul pembahasan
Teori pertingkatan Norma dalam ushul fiqih. Karya tulis ini menggunakan metode
penelitian kualitatif studi pustaka (Library Research). Penulisan ini membahas
gagasan dalam pertingkatan norma dalam hukum Islam melalui analisis hukum islam
dalam ushul fiqih seperti hukum syara’, asl kulli (prinsip umum), kulliyat dan qaidah
fiqhiyyat. Penelitian tersebut dilakukan karena kajian tentang norma dalam perspektif
hukum islam perlu digali dan dikembangkan. Hasil penelitian studi pustaka yang
dilakukan Syamsul Anwar adalah hukum islam mengenal struktur pertingkatan norma
sosial. Hukum norma sosial dan hukum Islam juga menjunjung tinggi hukum norma
yang ada. Namun hukum norma ytang memiliki kedudukan tinggi tidak dapat
mengalahkan hukum sah di Indonesia dan hukum syara’ dalam agama Islam.
Penelitian yang dilakukan Syamsul Anwar juga berkaitan dengan jurnal yang saya
tulis karena membahas norma sosial yang terjadi terhadap orangtua yang sudah
menginjak usia lanjut dan membutuhkan perhatian dari lingkungan sosial.21

Pada tulisan Rita Ananda yang membahas pengasuhan anak terhadap orangtua
yang lanjut usia di banda Aceh. Penelitian dilakukan menggunakan metode purposive
sampling yaitu dengan cara menentukan responden secara langsung untuk
menentukan suatu tujuan dari penelitian. Penelitian Rita Ananda bertujuan untuk
mengetahui bagaimana relasi anak terhadap orangtua yang sudah menginjak usia
lanjut yang ada di kota Banda Aceh. Selain itu juga ingin mendapatkan informasi
tentang kualitas hubungan anak yang sibuk dengan pekerjaannya kepada orangtua
kandung. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu relasi dan hubungan kepada
kedua orangtua yang dijalin dan berkualitas mempengaruhi minat pengasuhan
orangtua yang sudah usia lanjut. Komunikasi yang sangat harmonis juga akan
mempengaruhi psikis dari orangtua yang asuh oleh anak. Kesibukan dan peran
sebagai kepala rumah tangga dengan keluarga yang sudah dibangun oleh anak
menjadi faktor renggangnya komunikasi kepada orangtua kandung. Selain itu juga
kesibukan dan renggangnya waktu yang dimiliki anak berdampak kepada turunnya

20
Suprihatin, “Konsep Dasar Hukum Sebagai Norma Sosial (Studi Pada UU No 1 Tahun 1974 Dan
Kompilasi Hukum Islam).”, hlm 103-113.
21
Syamsul Anwar, “Teori Pertingkatan Norma Dalam Ushul Fiqih,” Ilmu Syariah dan Hukum 50, no. 1
(2016)., hlm 142-164

6
kualitas komunikasi kepada orangtua kandung.22 Penelitian ini snagat berkaitan
dengan penulisan yang saya buat terkait analisis norma penitipan orangtua kandung
pada panti sosial jompo.

Tulisan karya Mafazatin Chalisna yang berjudul pola relasi anak terhadap
orangtua yang berada di panti jompo berdasarkan undang-undang hukum perdata.
Penelitian ini mengunakan penelitain kualitatid deskriptif asosiatif denagn cara
observasi, waawncara dan dokumentasi. Penelitian tersebut dilatarbelakangi oleh
masalah yang timbul yaitu banyaknya anak saat ini yang menitipkan orangtuanya
yang sudah berusia lanjut kepada panti sisoal jompo agar tidak merasa terbebani dan
lepas tanggung jawab kepad orangtua. Dari penelitian tersebut terdapat hasil
penelitian yaitu hukum menitipkan orangtua kepada panti sosial jompo merupakan
pelanggaran yang dilakukan dengan dasar pasal 321 dan 322 ayat 1 dan 2 kitab
undang-undang hukum perdata apabila orangtua merasa keberatan jika dititpkan di
panti jompo. Dan dalam konsep berbakti kepada orangtua, anak yang menitipkan
orangtua kepada panti jompo merupakan bentuk kedurhakaan anak kepada orangtua
yang sudah berusia lanjut.23 Penelitian ini sangat relevan dengan penelitian yang saya
lakukan tentang norma sosial terhadap fenomena penitipan orangtua.

Kajian Teori

Penelitian ilmiah memiliki beberapa cabang metode diantaranya metodologi


penelitian kuantitatif, kualitatif dan kuantitatif-kualitatif. Kajian pada metodologi
penelitian kuantitatif memiliki ciri khas pada pembahasannya yaitu membahas dan
meniliti hasil dalam bentuk angka dan diagram. Dalam penelitian kualitatif juga
memiliki pembahasan khusus pada pokok kajiannya yaitu meniliti suatu kajian
dengan menampilkan hasil dalam bentuk deskripsi dan pemaparan ilmiah. Sedangkan
pada penelitian kuantitatif-kualitatif atau yang kita kenal dengan Research and
Development (RnD) meneliti suatu kajian kemudian mengembangkan hasil yang
diteliti tersebut.24

Penelitian kualitatif biasanya menggunakan indikator khusus yang


membedakannya dengan penelitian kuantitatif, yaitu bersifat alamiah (naturalistik),
deskriptif, verbal, makna dan pemahaman yang mendalam, emik, empati, induktif,
sampel, analisis dan lainnya.25 Pada penelitian ini membahas analisis data. Teknik
pengumpulan data saat menganalisis dengan mendeskripsikan hasil kumpulan data

22
Ananda, “Pengasuhan Anak Terhadap Orangtua Lanjut Usia (Relasi Anak Dengan Orangtua Di
Gampong Bandar Baru, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh).”, hlm iii.
23
Mafazatin Chaslina, Pola Relasi Anak Terhadap Orangtua Yang Berada Di Panti Jompo Perspektif
Undang-Undang Hukum Perdata Dan Birrul Walidain (Tulungagung: SKRIPSI: IAIN TULUNGAGUNG,
2019)., hlm xvi.
24
Haidir Salim, Penelitian Pendidikan : Metode, Pendekatan, Dan Jenis, Jakarta: Kencana, 2019. Hlm.
32
25
Hengki Helaludin. dan Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori & Praktik, 1st ed.
(Jakarta: Sekolah Tinggi TheologiaJaffray, 2019). Hlm 14 – 20.

7
dari berbagai sumber bacaan dan tulisan, wawancara dan dokumentasi.26 Penelitian ini
penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menganalisis norma pada
fenomena penitipan orangtua lansia kandung di panti jompo dalam perspektif al
Qur’an surah Al Israa ayat 23 dan ayat 24.

Pengertian norma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu aturan atau
ketentuan yang dipakai dalam kelompok masyarakat sebagai panduan, tatanan, dan
pengendalian tingkah laku.27 Norma sendiri memiliki kedudukan yang tinggi di
lingkungan masyarakat. Dengan norma ini masyarakat dituntut untuk mematuhi agar
tidak terjadirusaknya nama baik yang sudah ada dalam diri.

Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998 seseorang dikatakan lanjut


usia apabila telah menginjak usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Dalam kurun waktu
lima dekade, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia meningkat sampai dua kali
lipat yaitu 9,92 persen dari penduduk Indonesia.28 Peraturan mentri sosial RI Nomor
19 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lansia terdapat pernyataan bahwa
pelayanan sosial lansia dilakukan untuk membantu para lansia untuk mengembalikan,
memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya.29

Dalam rumah tangga status lansia yang berperan sebagai Kepala Rumah
Tangga (KRT) mencapai angka 62,28 persen pada tahun 2020. Dengan persenan ini,
enam dari sepuluh lansia di Indonesia memiliki tanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi sehari-hari keluarga.30. Selain itu, permasalahan psikolo gis
yang muncul terhadap lansia yaitu kesepian, kesepian dari komunikasi keluarga yang
bekerja di kota yang berbeda, dan tersisih dari orang lain di sekitar.31

Menurut Setyaningsih dalam tulisan Marjohan (2017), panti jompo atau panti
sosial werdha adalah suatu yang mewadahi lansia dari keluarga dan jompo terlantar
dengan pelayanan yang diberikan secara berkala dan tertib sehingga mereka merasa
tentram, aman tanpa merasa gelisah bahkan khawatir akan usia yang semakin menua
dan renta.32 Tempat ini memiliki fungsi yang sangat membantu para lansia untuk tetap
hidup lebih tenang walaupun keluarga dekat tidak ada di sekitar. Selain itu panti sosial
jompo juga mendapatkan perhatian pemerintah untuk menjadi pelayanan sosial yang
benar-benar layak huni bagi lansia. Pelayanan, kesehatan, kebersihan, kenyamanan,
dan ketentraman di dalam panti menjadi tolok ukur kelayakan tempat tinggal usia
lanjut.

26
Ibid. Hlm. 70.
27
Depdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia,” Balai Pustaka (2021).
28
Sari, Statistik Penduduk Lanjut Usia 2020. Hlm. vii.
29
Ibid. hlm. x.
30
Ibid. hlm. 20.
31
Sri Intan Maya Sari, Terapi Aktivitas Kelompok Untuk Penurunan Kesepian Pada Lansia Di Kelompok
Lansia Ngudi Waras (Yogyakarta: Tesis: Universitas Mercu Buana Yogyakarta, 2017).
32
Marjohan, “Perlindungan Hukum Terhadap Orang Jompo Di Panti” (2017): 77–99.

8
Dalam kitab suci pedoman umat Islam yaitu Al Qur’an dalam QS Al Isra’ ayat
23-24 telah memerintahkan kita sebagai anak untuk berbakti kepada kedua orangtua
sampai kapanpun dan dengan sebaik-baiknya.

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫س ااًن إِ اما يَ ْب لُغَ ان ع ْن َد َك الْكبَ َر أ‬
‫َح ُد ُهَا‬ َ ‫ك أ اََّل تَ ْعبُ ُدوا إ اَّل إ اَّيهُ َوِبل َْوال َديْ ِن إ ْح‬
َ ُّ‫ضى َرب‬ َ َ‫َوق‬
‫ض ََلَُما‬ْ ‫) َوا ْخ ِف‬23( ‫ُف َوََّل تَ ْن َه ْر ُهَا َوقُ ْل ََلَُما قَ ْواَّل َك ِرمياا‬ ٍّ ‫أَو كِ ََل ُها فَ ََل تَ ُقل ََلما أ‬
َُ ْ َ ْ
ِ ‫ب ار َْحْهما َكما رباي ِاِن‬ ِ ِ ُّ ‫جناح‬
)24( ‫ريا‬ ‫صغ ا‬ َ َ َ َ َ ُ ْ ِ ‫الذ ِل م َن ال ار ْْحَة َوقُ ْل َر‬ َ ََ
Artinya:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu untuk tidak menyembah selain


Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orangtuamu dengan
sebaik-baiknya. Jika diantara keduanya sampai berumur lanjut (usia)
dalm pemeliharaanmu maka janganlah sesekali kamu mengatakan
"ah/cis” kepada keduanya dan janganlah kamu membentaknya dan
berkatalah yang baik serta mulia kepadanya.(23) dan rendahkanlah
dirimu kepada meraka dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah (doa
kepadanya) : Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana
mereka telah mengasihi aku dari kecil. (24)33
Dalam tulisan Sahibi mengutip perkataan Gumilar Somantri, yaitu dengan
membahagiakan kedua orangtua sebagai bukti bakti seorang anak dengan melakukan
perbuatan kebaikan kecil yang bermanfaat dilakukan secara terus menerus dengan
ketulusan hati.34 Tindakan kecil yang dilakukan seorang anak kepada kedua
orangtuanya sebelum adanya perintah dari orangtua akan membuat hati orangtua
senang. Orangtua tidak akan meminta banyak materi dari seorang anak, akan tetapi
perlakuan baik walaupun kecil cukup untuk menenangkan hati orangtua.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi pustaka.


Penelitian kualitatif biasanya digunakan untuk penelitian yang akan mengeksplorasi
hasil sedangkan kuantitatif biasanya digunakan untuk mengukur kajian hasil
penelitian.35 Cara mengumpulkan data penelitian studi pustaka ini dengan
mengumpulkan sumber data dari berbagai literasi-literasi ilmiah kemudian dilakukan
analisis agar sesuai dengan hasil tujuan yang diinginkan peneliti.36 Pada penelitian ini
memerlukan jenis data yang akurat dari sumber al-Qur’an dan hadis, kemudian dari
sumber hukum yang berlaku di Indonesia.

33
Departemen Agamag RI, Al Quran Dan Terjemahan, Al-Qur’an Terjemahan, 2020. Hlm. 284
34
Sahibi, Konsep Birrul Walidain Dalam Q.S. Al Isra Ayat 23 Dan 24 (Studi Perbandingan Tafsir Al
Mishbah Dan Tafsir Al Maraghi). hlm. 13
35
W. Darmalaksana, “Cara Menulis Proposal Penelitian,” Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati
Bandung (2020).
36
Joko Nurkamto, Kajian Pustaka Dalam Penelitian Kualitatif 1, Bahan Ajar Bahasa Dan Sastra Di Era
Milenial, 2020.

9
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berbakti kepada kedua orangtua merupakan kewajiban seorang anak. Konsep


dan bentuk berbakti kepada kedua orangtua sudah banyak dijelaskan dalam al-Qur’an
dan dipertegas dalam Hadis.

1. Berbakti kepada kedua orangtua menurut QS Al Isra’ ayat 23 dan 24

Konsep berbakti kepada kedua orangtua dalam QS. Al Isra’ ayat 23 dan 24.
Sangat jelas Allah SWT memberikan perintah dan arahan kepada setiap manusia
untuk terus berbakti kepada orangtua. Menurut Tafsir Al Misbah karangan Quraish
Shihab seorang ulama’ Islam di Indonesia mengatakan bahwa ayat 23 dan 24 dalam
Qur’an Surah Al Isra’ mengaitkan tanggung jawab dan pribadi sosial, interaksi dan
moral, akidah dan keesaan Allah, dan dengan kaitan itu juga muncul berbagai ikatan
dan hubungan. Ikatan pada keluarga, ikatan pad kelompok, dan ikatan pada
kehidupan. Perintah utama dari Allah dalam ayat ini mmerintahkan manusia untuk
bertauhid kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Dengan senantiasa
mengikhlaskan diri kepada Allah merupakan bentuk meng-Esakan Allah. Inilaha
bentuk dasar tauhid manusia kepada Allah.37 Menurut mufassir Ahmad Mustoffa al
Maraghi dalam kitabnya yang terkenal, ayat ini memerintahkan untuk beribadah
hanya kepada Allah dan jangan sesekali menyekutukannya, karena hanya dari Allah
kenikmatan yang selama ini diperoleh manusia.38

Perintah kedua setelah tauhid yaitu berbakti kepada kedua orangtua, yaitu
Ayah dan Ibu yang telah mendidik dari kecil hingga dewasa dengan bakti sempurna
dari sang anak. Apabila salah satu atau keduanya telah mencapai lanjut usia dan
keadaan lemah, maka seorang anak diwajibkan untuk merawat dan menjaganya
dengan penuh kasih sayang. Janganlah kamu mengatakan “Ah!” kepada kedua orang
yang merupakan redaksi dari Surah Al Isra Ayat 23-24, karena perkataan itu akan
membuat orangtua sakit hati. Berbuat baiklah kepada keduanya dengan melayani
sepenuh hati dan berkatalah perkataan yang baik kepada keduanya. Hiasilah perkataan
ketika bersama kedua orangtua dengan perkataan mulia, lembut, santun dan penuh
kehormatan.39 Ahmad Mustafa Al Maraghi mengatakan bahwa sebab anak harus
berbakti kepada kedua orangtua yaitu karena mereka telah bersusah payah
memberikan yang terbaik kepada anaknya, menghindarkan dari bahaya, merawat dari
kecil saat lemah dan tidak berdaya sedikitpun, dan orangtua adalah karunia paling
utama yang dimiliki seorang anak yang harus disyukuri.40

37
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an Vol.6, Journal of
Chemical Information and Modeling, 2013. Hlm. 62
38
Ahmad Mustafa Al Maraghy, Terjemah Tafsir Al Maraghi (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1974).
Hlm. 40-45.
39
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an Vol.6. hlm. 63
40
Maraghy, Terjemah Tafsir Al Maraghi. Hlm. 47-48.

10
2. Berbakti kepada kedua orangtua dalam Hadis

Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud, berkata: “Aku pernah


bertanya kepada Rasulullah SAW. ‘Amalan apakah yang dicintai oleh
Allah dan Rasul-Nya?’ Beliau menjawab ‘Shalat tepat waktu’.
Kemudian aku bertanya lagi ‘kemudian apalagi ya Rasulullah?’
kemudian Beliau menjawab ‘Berbakti kepada kedua orangtua’ dan aku
bertanya lagi ‘lalu kemudian apa lagi ya Rasulullah?’ beliau pun
menjawab ‘Berjihad di jalan Allah’. 41
Riwayat hadis diatas mengungkapkan bahwa berbakti kepada kedua orangtua
merupakan perkara yang sangat dianjurkan setelah shalat tepat waktu dan lebih utama
daripada berjihad di jalan Allah.

Rasulullah pernah ditanya “Masih adakah kesempatan untuk berbuat


baik kepada kedua orangtuaku ketika mereka telah meninggal dunia?”
rasulullah pun menjawab “ya, yaitu dengan empat perkara,
diantaranya berdoa untuk keduanya, memohon ampunan untuk
keduanya, menunaikan janji keduanya, memuliakan kawan kedua
orangtua dengan silaturahim, selayaknya kamu lakukan empat perkara
ini sebagai bentuk berbakti kepada kedua orangtua yang sudah
meninggal dunia.”42
Dalam riwayat Ibnu Majah bahwa berbakti kepada kedua orangtua tidak hanya
ketika keduanya masih hidup saja, tetapi tetap dilanjutkan ketika keduanya telah
meninggal dunia tetap menjadi kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua
orangtua.

3. Hak Anak Terhadap Orangtua dalam Pandangan Hukum di Indonesia

Anak memiliki hubungan timbal balik terhadap orangtua, yaitu orangtua wajib
memberikan bimbingan kepada anak sampai sang anak tumbuh dewasa dan mandiri.
Sebaliknya, anak memiliki kewajiban kepada kedua orangtua untuk membrihakan
rasa hormat kepada keduanya, jika anak sudah dewasa dan orangtua sudah lemah
maka kewajiban anak adalah memelihara keduanya.43

Pada KUHPer adalah “kewajiban timbal balik antara kedua orangtua atau
para keluarga sedarah dalam garis ke atas dan anak-anak beserta keturunan mereka
untuk saling memberi nafkah”. Maka dari sumber undang-undang KUHPer ini
difokuskan kewajiban sang anak terhadap orangtua kandungnya terdapat beberapa
pasal yang terkait.44 Orang yang sudah menginjak usia dewasa sudah tidak memiliki
kewajiban dari orangtua dalam hal perbelanjaan dan pemeliharaan kesehatan, akan

41
Hadis Nabi Muhammad SAW, n.d.
42
Ibid.
43
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989). Hlm.
127.
44
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, n.d.

11
tetapi anak memiliki kewajiban untuk memperhatikan kesehatan dan kehidupan
orangtua yang sudah rentan.45
Sehingga untuk mempertegas implementasi keawajiban anak terhadap orang tua
di Indonesia maka sanksi pelanggaran terhadap kewajiban anak tercantum pada Pasal
326 KUHPer
“Apabila pihak yang berwajib memberi nafkah membuktikan
ketakmampuannya menyediakan uang untuk keperluan itu, maka
pengadilan negeri adalah berkuasa, setelah menyelidiki duduk perkara,
memerintahkan kepadanya supaya menempatkan pihak yang
membutuhkan nafkah dalam rumahnya dan memberikan kepadanya
barang seperlunya”.46
Islam mengajarkan kepada orang-orang yang berakal bahwa semua kebaikan
ada dalam keridhaan Allah dan keburukan ada dalam kemurkaan Allah. Dengan kata
lain, ihsan (berbuat baik) Allah SWT hanya diwujudkan dengan berbuat baik kepada
makhluk-Nya atau dengan disebut hak antara sesama makhluk.47

Menurut para pendidik/ahli psikiatri modern, anak bukanlah orang dewasa


yang kecil, akan tetapi masih manusia yang lemah sepanjang hidup mental dan
fisiknya. Kehidupan anak-anak berbeda dengan kehidupan orang dewasa, baik secara
fisik maupun mental. Karena anak tumbuh dan berkembang secara individual dan
berbeda menurut hukum asal. Perbedaan tersebut disebabkan oleh alam, lingkungan,
pengalaman di lingkungan, dan cara hidup mereka.48

Islam lebih menghargai berbakti kepada ibu daripada ayah karena dua alasan:
pertama, karena ibu lebih mementingkan anak-anaknya, memulai kehamilan,
melahirkan, menyusui, merawat, merawat dan mendidik anak lebih dari ayah. Kedua,
dia p enuh dengan ikatan batin, cinta dan kelembutan, lebih penuh kasih dan perhatian
daripada seorang ayah. Bukti cinta dan kasih sayang seorang ibu adalah walaupun
sang anak durhaka pada ibunya dan merusak reputasinya, sang ibu bisa melupakan
semua perasaan tersebut jika suatu saat sang anak melihat dirinya dalam musibah atau
kesulitan.49

Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Luqman ayat 14 dan 15, yang
berbunyi:

45
M Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan UU No1 Tahun 1974 Dan Peraturan
Pemerintah No 9 Tahun 1975 (Medan: Zahir, 1975). Hlm. 214.
46
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
47
Muhammad Fahham, Berbakti Kepada Orang Tua, Kunci Sukses Dan Kebahagiaan Anak (Bandung:
Irsyat Baitus Salam, 2006). Hlm. 77.
48
M. Ariffin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah Dan Keluarga (Jakarta:
Bulan Bintang, n.d.). hlm. 31
49
Nasikh Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam Kaidah-Kaidah Dasar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992). Hlm. 39-40

12
‫ك‬ َ ْ‫َن ا ْش ُك ْر ِِل َولَِوالِ َدي‬ ِ ‫ْي أ‬ِ ْ ‫صالُهُ ِِف َع َام‬ ِ ِ ِ
َ ‫سا َن بَِوال َديْه َْحَلَْتهُ أ ُُّمهُ َو ْهناا َعلَى َو ْه ٍّن َوف‬ ِْ ‫ص ْي نَا‬
َ ْ‫اْلن‬ ‫َوَو ا‬
‫ْم فَ ََل تُ ِط ْع ُه َما‬ ِ ِ ِ َ ‫اك علَى أَ ْن تُ ْش ِر َك ِِب ما لَيس ل‬ ِ ‫ِل الْم‬
ٌ ‫َك به عل‬ َ ْ َ َ َ ‫اه َد‬ َ ‫) َوإِ ْن َج‬14( ُ‫صري‬ َ ‫إِ َا‬
‫ِل َم ْرِج ُع ُك ْم فَأُنَبِئُ ُك ْم ِِبَا ُك ْن تُ ْم‬ ‫ِل ُثُا إِ َا‬
‫ب إِ َا‬ ِ ِ ِ ِ ‫و‬
َ ‫صاح ْب ُه َما ِف الدُّنْ يَا َم ْع ُروفاا َواتاب ْع َسب‬
َ ‫يل َم ْن أ ًََن‬ َ َ
)15( ‫تَ ْع َملُو َن‬

Artinya : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat


baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu”. (Q.S Luqman :14-15).50
Pada hakekatnya setiap orang memiliki naluri atau sifat untuk berbakti dan
selalu menyayangi orang tuanya, sehingga di dalam hati seorang anak selalu ada kasih
sayang orang tua. Kasih sayang anak-anak untuk orang tua mereka adalah tali
emosional, kepuasan perawatan dan perlindungan anak-anak mereka.51

KESIMPULAN

Konsep berbakti kepada kedua orangtua terdapat dalam QS Al Isra’ ayat 23


dan 24 mengatakan bahwa kewajiban seorang anak kepada orangtua yaitu berbakti
kepada keduanya dan mengatakan perkataan yang mulia. Dilarang mengatakan ah
kepada kedua orangtua. Analisis norma yang terjadi pada fenomena yang terjadi saat
ini yaitu seorang anak saat ini perlu memperhatikan kondisi orangtua kandung yang
sudah memasuki usia lanjut. Usia lanjut orangtua merupakan usia yang memerlukan
perhatian dan kasih sayang dari seorang anak agar kesehatan fisik dan mental tetap
stabil. Orangtua yang rentan di usia lanjut semakin tahun semakin melemah untuk
mengurusi diri sendiri, maka dari itu diperlukan perawatan dan perhatian dari seorang
anak. Kasus yang terjadi di Indonesia terkait seorang anak yang berani menggugat
orangtua kandung karena harta warisan merupakan kasus kurangnya kedekatan atau
relasi baik antara anak dan orangtua. Kurangnya akan ilmu pengetahuan terkait
berbakti kepada kedua orangtua juga mempengaruhi minimnya kepedulian anak
kandung terhadap orangtua yang lanjut usia. Hal ini menjadikan suatu pelajaran
kehidupan bahwa orangtua adalah karunia terindah yang Allah berikan di dunia ini
untuk terus dijaga dan dihormati bukan hanya di dunia, tetapi juga ketika mereka
sudah meninggal dunia dengan mengirimkan doa terbaik kepada keduanya.

REFERENSI

A. Samad, Sri Astuti. “Kajian Hukum Keluarga Islam Dalam Perspektif Sosiologis Di
Indonesia.” El-USRAH: Jurnal Hukum Keluarga (2021).

50
Departemen Agamag RI, Al Quran Dan Terjemahan. Hlm. 345.
51
Syekh Khalid bin Abdurrahman Al-‘Akk, Tarbiyyah Al—Abna Fi Au’ Al-Qur’an Wa AlSunnah, Alih
Bahasa M. Ha Labi H Andi (Yogyakarta: Ar-Ruuz media, 2006). Hlm. 123.

13
Afriansyah, Ari, and Meilanny Budiarti Santoso. “Pelayanan Panti Werdha Terhadap
Adaptasi Lansia.” Responsive (2020).
Al-‘Akk, Syekh Khalid bin Abdurrahman. Tarbiyyah Al—Abna Fi Au’ Al-Qur’an Wa
AlSunnah, Alih Bahasa M. Ha Labi H Andi. Yogyakarta: Ar-Ruuz media, 2006.
Ananda, Rita. dan Firdaus. “Pengasuhan Anak Terhadap Orangtua Lanjut Usia
(Relasi Anak Dengan Orangtua Di Gampong Bandar Baru, Kecamatan Kuta
Alam, Kota Banda Aceh).” FISIP Unsiyah 3, no. 2 (2018): 54–67.
Annisa, Dona Fitri, and Ifdil Ifdil. “Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia).” Konselor (2016).
Anwar, Syamsul. “Teori Pertingkatan Norma Dalam Ushul Fiqih.” Ilmu Syariah dan
Hukum 50, no. 1 (2016).
Ariffin, M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah Dan
Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang, n.d.
Bakri, Iin Novita Sari. “Makna Hidup Lansia Di Panti Jompo.”
Http://Repositori.Usu.Ac.Id/ (2018).
Chaslina, Mafazatin. Pola Relasi Anak Terhadap Orangtua Yang Berada Di Panti
Jompo Perspektif Undang-Undang Hukum Perdata Dan Birrul Walidain.
Tulungagung: SKRIPSI: IAIN TULUNGAGUNG, 2019.
Darmalaksana, W. “Cara Menulis Proposal Penelitian.” Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Gunung Djati Bandung (2020).
Departemen Agamag RI. Al Quran Dan Terjemahan. Al-Qur’an Terjemahan, 2020.
Depdikbud. “Kamus Besar Bahasa Indonesia.” Balai Pustaka (2021).
Fahham, Muhammad. Berbakti Kepada Orang Tua, Kunci Sukses Dan Kebahagiaan
Anak. Bandung: Irsyat Baitus Salam, 2006.
Harahap, M Yahya. Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan UU No1 Tahun 1974
Dan Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1975. Medan: Zahir, 1975.
Helaludin. dan Wijaya, Hengki. Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori &
Praktik. 1st ed. Jakarta: Sekolah Tinggi TheologiaJaffray, 2019.
Indriyani, Riska Andista, and Anjar Sri Ciptorukmi Nugraheni. “Komtradiksi Antara
Kewajiban Anak Kepada Orangtua Dengan Anak Menggugat Orangtua.” Jurnal
Privat Law (2019).
Kansil, C.S.T. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1989.
Khisni, Akhmad. Fiqih Kontemporer. Edited by Sumain. Semarang: UNISULA Press
Semarang, 2017.
Khotimah, Nurul, Gunardo Gunardo, Anik Ghufron, Sri Sugiharti, and Kanthi
Aryekti. “Lanjut Usia (LANSIA) Peduli Masa Depan Di Daerah Istimewa
Yogyakarta.” Geomedia: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian (2017).

14
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an
Vol.6. Journal of Chemical Information and Modeling, 2013.
Maraghy, Ahmad Mustafa Al. Terjemah Tafsir Al Maraghi. Semarang: PT. Karya
Toha Putra, 1974.
Marjohan. “Perlindungan Hukum Terhadap Orang Jompo Di Panti” (2017): 77–99.
Mohammad Adrianto S. “PNS Gugat Orangtua Karena Harta Warisan, Sang Ibu
Berusia 71 Tahun Akan Diusir.” Okenews. Last modified 2021.
https://nasional.okezone.com/read/2021/11/17/337/2503317/viral-pns-gugat-
orangtua-karena-harta-warisan-sang-ibu-berusia-71-tahun-akan-diusir.
Muhaemin. “Konsep Berbakti Kepada Orangtua Dalam Perspektif Al Qur’an Dan
Hadis” (2021).
Nizar, Muchamad Choirun. “Qaul Shahabi Dan Aplikasinya Dalam Fiqih
Kontemporer.” Ulul Albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam (2017).
Nurhadi, Nurhadi, and Alfian Qodri Azizi. “Filosofis Kewajiban Nafkah Anak Dalam
UUP Islam Indonesia.” Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhshiyyah (JAS) (2019).
Nurkamto, Joko. Kajian Pustaka Dalam Penelitian Kualitatif 1. Bahan Ajar Bahasa
Dan Sastra Di Era Milenial, 2020.
Prawitasari, Jobans E. “Aspek Sosio-Psikologis Lansia Di Indonesia.” Buletin
Psikologi 2, no. 1 (2016): 27–34.
Sahibi. Konsep Birrul Walidain Dalam Q.S. Al Isra Ayat 23 Dan 24 (Studi
Perbandingan Tafsir Al Mishbah Dan Tafsir Al Maraghi). Uin Mataram.
Mataram: UIN Mataram Press, 2019.
Salim, Haidir. Penelitian Pendidikan : Metode, Pendekatan, Dan Jenis. Jakarta:
Kencana, 2019.
Sari, Nindya Riana. Dkk. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2020. Edited by Dwi. Dkk
Susilo. Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2020.
Sari, Sri Intan Maya. Terapi Aktivitas Kelompok Untuk Penurunan Kesepian Pada
Lansia Di Kelompok Lansia Ngudi Waras. Yogyakarta: Tesis: Universitas Mercu
Buana Yogyakarta, 2017.
Suprihatin. “Konsep Dasar Hukum Sebagai Norma Sosial (Studi Pada UU No 1
Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam).” KRTHA BHAYANGKARA (2020).
Ulwan, Nasikh. Pendidikan Anak Dalam Islam Kaidah-Kaidah Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1992.
Hadis Nabi Muhammad SAW, n.d.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, n.d.

15

Anda mungkin juga menyukai