Anda di halaman 1dari 6

El-Usrah: Jurnal Hukum Keluarga

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/usrah/index
Vol. 6 No. 1 January- June 2023
ISSN: 2549 – 3132 ║ E-ISSN: 2620-8083

Hak Asuh Anak Pasca Perceraian Suami Istri Dalam Perspektif Hukum
Islam
Imaida Ayu Faradillaa, Author 2a,, Author 3b
a
Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang
b
Syiah Kuala University, Banda Aceh
Email: ayufrdl04@gmail.com

Abstract
Abstract is written in one paragraph that includes four things: (1) Statement of
the Problem, (2) Research questions, (3) Method; and (4) findings/results. The
author can also write down things that are considered very important in this
abstract, while paying attention to the maximum word limit [300 words]
Keywords: contains special concepts (3-7 words/ phrases)

Introduction
Perceraian merupakan bagian dari perkawinan , sebab tidak ada perceraian
tanpa adanya perkawinan terlebih dahulu . Perkawinan merupakan awal dari
hidup bersama antara seorang pria dan seorang wanita sebagaimana yang di atur
dalam Peraturan Per Undang – Undangan yang berlaku . Perkawinan harus
dipahami sebagai Ikatan untuk menjelaskan hasrat seksualnya secara Sah dan
bertanggung jawab , dari sini akan terjalin hubungan kasih sayang , cinta , dan
tanggung jawab untuk membentuk sebuah masyarakat kecil yang akan
meneruskan perjalanan peradaban manusia .
Perceraian bukanlah halangan bagi anak – anak untuk memperoleh hak
pengasuhan atas dirinya dan kedua orang tuanya , satu hal yang menjadi
ketakutan besar bagi seorang anak adalah perceraian orang tua , ketika perceraian
terjadi anak akan menjadi korban utama .
Keabsahan legalitas perceraian hanya di dapatkan apabila pasangan suami dan
istri mengajukan gugatan cerai atau permohonan cerai di depan sidang
pengadilan . Bagi WNI yang beraga Islam dapat mengajukan perkara perceraian
di Pengadilan Agama , sedangkan bagi WNI yang tidak beragama Islam dapat
mengajukan perkara perceraian di Pengadilan Negri . Walaupun pada dasarnya
Hukum Islam tidak mengharuskan perceraian di lakukan di depan sidang
Pengadilan , namun karena ketentuan ini lebih banyak mendatangkan kebaikan
bagi ke dua kedua belah pihak pada khususnya , dan bagi warga Negara Indonesia
yang beraga Islam wajib mengikuti ketentuan ini .

44
Author Name and Author Name, Article Title 45

Dalam Islam perkawinan tidak terikat dalam ikatan mati dan tidak pula
mempermudah terjadinya perceraian . perceraian boleh di lakukan jika benar –
benar dalam kondisi yang darurat dan terpaksa , sebagai solusi akhir dalam
penyelesaian masalah rumah tangga . perceraian tersebut di bolehkan apabila hal
tersebut lebih baik daripada tetap dalam ikatan perkawinan tetapi tidak tercapai
kebahagiaan dan selalu ada dalam penderitaan
Setiap suami istri yang sudah menikah pasti mempunyai keinginan untuk
memiliki keturunan , yang secara fitrahnya anak – anak keturunan mereka
tersebut merupakan amanah dari Allah SWT. Bagi setiap orang tua anak – anak
keturunan mereka tersebut di harapkan kelak dapat menjadi anak – anak yang
bermanfaat dan membanggakan untuk agama , nusa dan bangsa , serta dapat
mengangkat derajat dan martabat ke dua orang tua kelak apabila anak – anak
tersebut menjadi dewasa .
Pasal 45 ayat 1 dan 2 Undang – Undang nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan menjelaskan salah satu kewajiban yang harus di lakukan kedua orang
tua terhadap anak – anaknya pasal tersebut berbunyi : (1) Kedua orang tua wajib
memelihara dan mendidik anak mereka sebaik – baiknya dan (2) Kewajiban
orang tua yang di maksud ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau
dapat berdiri sendiri , kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara
ke dua orang tua putus .Pasal tersebut menegaskan salah satu dari kewajiban
suami istri , yaitu memelihara , merawat dan mendidik anak – anak sampai
mereka dapat mandiri dalam menghadapi realitas kehidupan . Demi kepentingan
tersebut masing-masing suami istri dituntut mampu menahan diri untuk tidak
melakukan hal – hal yang membawa keretakan rumah tangga .
Di dalam penguasa Hak Asuh Anak sifat seorang pengasuh sangatlah
berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya anak , karena si anak akan
mencontohi siapa orang yang terdekatnya yang kesehariannya selalu
bersamanya. Bagaimana pola pengasuhan anak juga dapat membentuk karakter
pribadi seorang anak , apakah dengan kasih sayang atau kekerasan . Anak yang
mendapatkan perhatian lebih dari orang tua yang mengasuhnya akan berbeda
karakternya dengan anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian.
Hal - hal inilah yang dapat menjadi pertimbangan Majelis Hakim dalam
memutuskan perkara perebutan Hak Asuh anak antara ke dua orang tua .

Ibu adalah yang paling berhak menggenggam hak asuh anak di bandingkan
pihak – pihak lainnya . Al Imam Muwaffaquddin Ibnu Qudamah mengatakan ,
jika suami istri mengalami perceraian dengan meninggalkan seorang anak yang
masih kecil atau anak cacat , maka ibunya yang paling berhak menerima Hak
Author Name and Author Name, Article Title 46

Asuh daripada orang lain . Di utamakan ibu dalam mengasuh anak lantaran ibu
orang yang paling terlihat sayang dan paling dekat dengannya .
Masalah mengenai Hak asuh anak ini bagi warga Indonesia asli berlaku Hukum
adatnya masing-masing . adapun dalam Undang – Undang Hak Asuh anak
apabila terjadi perceraian orang tua sudah di jelaskan dalam beberapa Pasal . Di
antaranya Pasal 45 Ayat (2) , Pasal 98 , dan Pasal 105 . Dengan adanya dasar
Hukum dan Undang – Undang yang mengatur , di harapkan anak tetap sejahtera
dan tumbuh sebagaimana mestinya meskipun orang tuanya berpisah .
Fakta kehidupan membuktikan bahwa tidak sedikit perkawinan yang di bangun
dengan susah payah pada akhirnya bubar karena kemelut rumah tangga yang
menghantamnya . Ikatan perkawinan yang di bangun dalam mahligai cinta dan
kasih sayang dapat terputus karena tidak adanya kecocokan antara suami dan istri
seiring berjalannya waktu .
Perceraian sebenarnya tidak di anjurkan di semua Agama ,tetapi dalam
kenyataannya yang terjadi yang terjadi di masyarakat yaitu banyak sekali di
jumpai kasus perceraian dalam sebuah rumah tangga . Persoalan yang sering
terjadi bahwa setelah perceraian kewajiban pemberian nafkah terhadap anak
tidak terlaksanakan dengan baik sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi dengan
baik , serta tidak menerima pendidikan yang layak sesuai dengan umurnya .
Dalam istilah Fiqh di gunakan dua kata namun di tunjukan untuk maksud yang
sama yaitu kafalah atau hadhanah . yang di maksud dengan hadhanah atau
kafalah dalam arti yang sederhana ialah “pemeliharaan atau pengasuhan” dalam
arti yang lebih lengkap adalah pemeliharaan anak yang masih kecil setelah
terjadinya putusnya perkawinan . Hal ini di bicarakan dalam Fiqh karena dalam
praktis antara suami istri telah terjadi perpisahan , sedangkan anak – anak masih
memerlukan bantuan dari ayah atau ibunya .
Menurut Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah bilamana terjadi perceraian ,
maka orang yang paling berhak mengasuh dan memelihara anak – anaknya
adalah ibunya yang secara emosional lebih sabar dibandingkan ayahnya . Namun
dalam Hadhanah Agama Islam memberikan syarat – syarat kepada pengasuh
yaitu : berakal , baligh , mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mendidik
anak yang di asuh , dapat di percaya dan juga harus beragama Islam atau seakidah
dengan sang anak .Sedangkan Mazhab Syiah Imamiyyah dan Syafiiyyaah
berpendapat bahwa seorang kafir tidak boleh mengasuh anak yang beragama
Islam , sedangkan Mazhab yang lainnya tidak mensyaratkannya . Sedangkan
Ulama Mazhab Hanafi mengatakan bahwa kemurtadan wanita atau laki -laki
yang mengasuh , secara otomatis menggugurkan Hak Asuhan .
Author Name and Author Name, Article Title 47

Substance of Theoretical Studies,


Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif karena sasaran
penelitian ini adalah Hukum atau Kaidah (norm) . Beberapa pendekatan masalah
yang di gunakan oleh peneliti adalah Per Undang – Undangan . Pendekatan Per
Undang – Undangan di gunakan untuk mengetahui keseluruhan peraturan
Hukum mengenai nafkah anak pasca perceraian . yang berdasarkan ketentuan –
ketentuan Per Undang – Undangan yang berlaku di kaitkan dengan teori hukum
serta melihat Realita yang terjadi di masyarakat yaitu dengan berkaitan Hak Asuh
Anak setelah perceraian .

Discussion
Subtitles
Filled with the substance of the study conducted and the analysis of the
study according to the concept or theory used.
The author's analysis must also appear in the discussion so that the
author's analysis is clearly illustrated regarding the results of the study made

Footnote
Each time quoting an opinion, the author must give a footnote using Format
Chicago Manual of Style 17th Edition (full note). Please use Mendeley or Zotero
manager reference app.

Footnote Writing Example:


Footnote Number 1
Footnote Number 2
Footnote Number 3

Conclusion

1
Maidin Gultom, Legal Protection of Children in the Juvenile Criminal Justice System
in Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2008), p. 1
2
Isnadul Hamdi, "Ta'aruf and Khitbah Before Marriage," JURIS (Sharia Scientific
Journal) 16, no. 1 (2017), p. 43–52.
3
Abdul Bari Awang and Imam Mahdie, "Solicitation or Application, and Its
Consequences According to Islamic Law and Islamic Law in Indonesia," Community Mind 6,
No. 2 (2018), p. 77–82.
Author Name and Author Name, Article Title 48

Closing contains the conclusions of the studies conducted and the


recommendations given from the results of the studies and analyzes carried out

References
The references are arranged alphabetically and is written 1 space by
giving tabs the second line and so on, while the first line is not. Please use
Mendeley or Zotero manager reference app. The examples of writing references
are:

Abdul Majid Mahmud Mathlub, Al-Wajīz fī Aḥkām al-Usrah al-Islamiyyah, ed.


In, Sakinah Family Law Guide, (tr: Harits Fadhli & Ahmad Khotib),
Surakarta: The Era of Intermedia, 2005.
Abdurrahman and Riduan Syahrani of Marriage Law, Bandung, Alumni 1978.
Amir Syarifuddin, Islamic Marriage Law in Indonesia Between Fiqh Munakahat
and Marriage Law, Jakarta: Kencana, 2014.
Citra Umbara, Law of the Republic of Indonesia Number 1 of 1974 concerning
Marriage and the Compilation of Islamic Law, Cet. V, Bandung: Citra
Umbara, 2014.
Maidin Gultom, Legal Protection of Children in the Juvenile Criminal Justice
System in Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2008.
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, Jakarta: PT Lentera
Basritama, 1996.
Soraya Devy, "The Concept of Determining Guardians in Shafi'i School Thought
and Practice of the Aceh Besar Community" Journal of Legal and Sharia
Studies Vol 1, No 1, 2016.
Sudarsono, National Marriage Law, Jakarta, Rineka Cipta, 2005.
Law U No. 1 of 1974 concerning Marriage
Wahbah az-Zuhaili, Islamic Fiqh Wa Adillatuhu. Translated by Abdul Hayyie
alKattani, et al, Volume 10, Cet. 10th, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Interview List

Interview with Rokhmadi, Judge of the Shar'iyah Court of Banda Aceh, on July
1, 2020
Interview with Yusri, Judge of the Shar'iyah Court of Banda Aceh, on July 1,
2020

Note:
For the El Usrah journal template, you can also look at the latest edition of the
article
Author Name and Author Name, Article Title 49

Anda mungkin juga menyukai