Anda di halaman 1dari 20

Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800

DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556

Penyelesaian Sengketa Hak Asuh Anak Melalui Putusan


Pengadilan Agama Medan
(Studi Analisis Terhadap Kompilasi Hukum Islam)
Dhiauddin Tanjung, Mhd Yadi Harahap, Fadlan Fuadi
UIN Sumatera Utara

dhiauddintanjung5@gmail.com, mhdyadiharahap@uinsu.ac.id,
fadlanfuafi86@gmail.com

ABSTRAK
Berdasarkan pertimbangan yang mengandung kepentingan (mashlahah) dan norma
hukum yang berlangsung di masyarakat (hukum sebagai alat rekayasa sosial).
Kenyataan menunjukkan bahwa ada dua kasus hak asuh anak yang jatuh pada suami
(ayah) meskipun anak tersebut belum mumayyiz setelah perceraian yang
disebabkan oleh kematian dan perceraian (thalaq). Hak asuh anak jatuh kepada ayah
dalam Putusan Nomor 433/Pdt.G/2019/PA.Mdn. Selanjutnya hak asuh anak juga
jatuh ke tangan ayah dalam Putusan Nomor XXXX/Pdt.G/2019/PA.Mdn.
Penelitian ini berfokus pada empat rumusan masalah, yaitu: Pertama, bagaimana
gambaran umum Pengadilan Agama Medan dalam hal sengketa pengasuhan anak;
Kedua, bagaimana pengaturan pengasuhan anak dalam perspektif Kompilasi
Hukum Islam; Ketiga, bagaimana implementasi putusan Pengadilan Agama Medan
terhadap sengketa hak asuh anak; Keempat, apa dasar pertimbangan hukum
pengasuhan anak yang diberikan kepada selain ibu? Hasil analisis penelitian
menunjukkan bahwa putusan hak asuh anak yang belum mumayyiz kepada selain
ibu yang ditetapkan oleh Pengadilan Agama Kelas IA Medan Tahun 2019 relevan
dengan pasal-pasal terkait dalam Kompilasi Hukum Islam meskipun terkesan
Bertentangan dengan Pasal 105 (a) Kompilasi Hukum Islam.
Kata kunci: sengketa, penitipan, anak, pengadilan agama

581
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
PENDAHULUAN Konflik dalam sebuah rumah
Indonesia menjamin kebebasan tangga merupakan sesuatu yang wajar,
setiap warga negaranya menjalankan karena hal itu sebagai sarana untuk
ajaran agama tanpa paksaan. Hal ini menjadi lebih peka. Pada sebuah
sesuai dengan Islam yang bersumber konflik, masing-masing dituntut untuk
dari Al-Quran. Firman Allah SWT pada mengadakan penilaian kembali terhadap
Q.S. Al-Baqarah/2: 256 (‫)ال إكره في الدين‬ dirinya dan terhadap lawannya,
mengandung tafsir humanis dalam sehingga suatu sudut pandang baru
beragama. Sebab turunnya ayat ini untuk melihat persoalan dapat
berdasarkan riwayatnya Ibnu Jarir yang dikembangkan. (Budiman, 2006)
meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia Adapun dampaknya, ketika
menceritakan bahwa ada seorang wanita ujian tersebut diselesaikan tanpa rasa
yang sulit mendapatkan keturunan. Lalu saling kasih sayang maka dapat
ia berjanji kepada dirinya sendiri, jika menimbulkan hal yang tidak diinginkan
memiliki anak, maka ia akan seperti putusnya perkawinan.
menjadikannya Yahudi. Kemudian (Prawirohamidjojo dan Sarioedin,
ketika Bani An-Nadhir (salah satu 1986) Misalnya, perceraian yang
kabilah Yahudi) diusir, padahal di berpangkal dari permasalahan dan
antara mereka ada anak-anak kaum perselisihan antara suami dan istri
Anshar, mereka berkata: “Kami tidak sebagaimana yang tertuang dalam Pasal
akan mendakwahi anak-anak kami.” 116 BAB XVI tentang Putusnya
Sehingga turunlah ayat tersebut yang Perkawinan sesuai dengan Kompilasi
menyatakan bahwa tidak ada paksaan Hukum Islam bahwa motif yang dapat
dalam agama. (Al-Mubarakfuri, 2013) menyebabkan terjadinya perceraian, di
Eksistensi warga Indonesia yang antaranya:
mayoritas beragama Islam, 1. Salah satu pihak berbuat zina atau
menyebabkan kebutuhan akan menjadi pemabuk, pemadat,
pengaturan perkawinan secara islami penjudi, dan lain sebagainya yang
dan menurut perkawinan nasional. Yang sukar disembuhkan;
dimaksud dengan perkawinan nasional 2. Salah satu pihak meninggalkan
yakni ikatan lahir dan batin antara pria pihak lain selama 2 (dua) tahun
dan wanita sebagai suami istri dengan berturut-turut tanpa izin pihak lain
tujuan membentuk keluarga/rumah dan tanpa alasan yang sah atau
tangga yang kekal sesuai dengan karena hal lain di luar
Ketuhanan Yang Maha Esa. (Aristoni kemampuannya;
dan Junaidi Abdullah, 2016) 3. Salah satu pihak mendapat
Menurut (Al-Zuhaily, 1984) hukuman penjara 5 (lima) tahun
perkawinan yaitu akad yang telah atau hukuman yang lebih berat
ditetapkan syariat agar seorang laki-laki setelah perkawinan berlangsung;
dapat mengambil manfaat untuk 4. Salah satu pihak melakukan
melakukan istimta’ dengan seorang kekejaman atau penganiayaan
perempuan atau sebaliknya. Namun di berat yang membahayakan pihak
Pasal 3 dicantumkan tujuan perkawinan lain;
adalah: “Untuk mewujudkan kehidupan 5. Salah satu pihak mendapat cacat
rumah tangga yang sakinah, mawaddah, badan atau penyakit dengan akibat
dan rahmah. (KHI, 2020) tidak dapat menjalankan

582
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
kewajibannya sebagai suami atau milik pemerintah maupun swasta. Maka
istri; kepentingan terbaik bagi anak harus
6. Antara suami dan istri terus menjadi pertimbangan utama. (Supeno,
menerus terjadi perselisihan dan 2010) Selain itu norma hukum yang
pertengkaran dan tidak ada berlangsung di tengah-tengah
harapan akan hidup rukun lagi masyarakat (law as a tool of social
dalam rumah tangga; engineering).
7. Suami melanggar taklik talak; Para Ulama sepakat bahwa
8. Peralihan agama (murtad) yang dalam hal-hal mengasuh anak memiliki
menyebabkan terjadinya persyaratan-persyaratan yang harus
ketidakrukunan dalam rumah dipenuhi oleh orang tua sebagaimana
tangga. (Bisri, 1999) yang termaktub dalam hasil Fatwa
Adapun penyebab terjadi Majelis Indonesia Komisi B1 Masalah
putusnya perkawinan telah disebutkan Fikih Kontemporer tentang “Hak
dalam Pasal 113 Kompilasi Hukum Pengasuhan Anak Karena Orang Tua
Islam jo Pasal 38 Undang-Undang No. Bercerai” yang berisikan mengenai
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, persyaratan orang yang akan mengasuh
yaitu: Kematian, perceraian, dan atas anak: (a) Berakal sehat. (b) Dewasa
putusan Pengadilan. (Soimin, 2005). (baligh). (c) Memiliki kemampuan
Kaidah sababul musabbabat untuk mengasuh, merawat, dan
(hukum kausalitas) bila diletakkan mendidik anak. (d) Dapat dipercaya
dalam sebab-sebab putusnya (amanah) dan berbudi pekerti yang baik.
perkawinan di atas maka pada dasarnya (e) Beragama Islam.
akibat putusnya perkawinan akan Pengadilan agama memiliki
menimbulkan masalah baru. Setidaknya kompetensi absolut di mana kekuasaan
ada dua akibat yang timbul pasca pengadilan yang berhubungan dengan
putusnya perkawinan, yaitu: Pertama, jenis perkara atau jenis pengadilan
mengenai harta bersama yang diperoleh dalam perbedaannya dengan jenis
kedua pasangan suami istri selama perkara atau jenis pengadilan atau
mereka berumah tangga. Adapun yang tingkatan pengadilan lainnya.
kedua adalah akibat pada keturunan Maksudnya tidak boleh langsung
(anak), yakni siapa yang berhak berperkara ke pengadilan tinggi agama
memegang hak asuh anak (hadhanah). atau bahkan Mahkamah Agung.
Akibat pasca terjadinya putusnya (Fataruba, 2015) Peradilan agama
perkawinan tersebut diatur dalam memiliki kuasa memeriksa, mengadili,
putusan pengadilan agama yang dan menyelesaikan perkara-perkara
berpedomankan kepada pasal-pasal dalam tingkatan pertama antara orang-
terkait. (KHI, 2020) orang yang beragama Islam di bidang
Putusnya perkawinan yang perkawinan, kewarisan, wasiat, wakaf,
berimplikasi pada hak asuh anak yang zakat, dan hibah yang dilakukan
melalui proses pengadilan tentu tidaklah berdasarkan hukum Islam sebagaimana
mudah Hal ini tercantum pada ketentuan berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang
Pasal 3 Ayat (1) Konvensi Hak Anak No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah
(KHA) menentukan bahwa semua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun
tindakan yang menyangkut anak yang 2006 dan perubahan kedua dengan
dilakukan oleh lembaga kesejahteraan

583
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
Undang-Undang No. 50 Tahun 2009. ketika belum mencapai usia dewasa
(Hastuti, 2014) melalui putusan Pengadilan Agama
Penyelesaian sengketa hak asuh Medan terhadap Kompilasi Hukum
anak melalui putusan Pengadilan Islam
Agama Medan, pada akhirnya berkaitan
dengan putusan tentang siapa yang METODE
berhak mengasuh anak. Kewajiban hak a. Jenis Penelitian
asuh anak sebenarnya lebih ditekankan Jenis ini yaitu penelitian
kepada ibunya (Hamdani, 2002) dan kualitatif dan termasuk penelitian
telah diatur dalam Kompilasi Hukum analisis, sebab melakukan pengadaan
Islam khususnya tentang pengasuhan pengkajian atas berdasarkan analisis
anak apabila putusnya perkawinan yang dokumen. Peneliti menghimpun,
disebabkan oleh perceraian (thalaq) dan mengidentifikasi, menganalisis, dan
atas putusan pengadilan (khulu’). mengadakan sintesis data untuk
Sebagaimana yang termaktub dalam kemudian memberikan interpretasi
Pasal 105 (a) Kompilasi Hukum Islam terhadap peristiwa yang diteliti
yaitu: “Pemeliharaan anak yang belum Penelitian ini termasuk
mumayyiz atau belum berumur 12 tahun penelitian hukum yang mayoritas
adalah hak ibunya. Ironisnya, realita berasal dari Kompilasi Hukum
menunjukkan bahwa ada beberapa Islam. Penelitian hukum merupakan
kasus perceraian yang hak asuh anak suatu proses untuk menemukan
jatuh pada suami meskipun anak aturan hukum, prinsip-prinsip
tersebut belum mumayyiz Adapun hukum, maupun doktrin-doktrin
istilah mumayyiz disini yaitu anak yang hukum guna menjawab isu hukum
berusia 7 (tujuh) tahun. Dalam yang dihadapi. Pelaksanaan
pandangan Imaduddin, dinyatakan penelitian hukum, menurut Marzuki
bahwa mumayyiz adalah masa ketika (2005), bertujuan untuk
anak sudah berusia tujuh tahun dan menghasilkan argumentasi, teori atau
mampu makan, minum, dan istinja’ konsep baru sebagai preskripsi dalam
secara mandiri. (Al-Bantanie, 2021) menyelesaikan masalah yang
Korelasi putusan pengadilan dihadapi.
agama dengan dua akibat putusnya Penelitian ini termasuk
perkawinan tersebut di atas, menuai yuridis normatif yang didukung oleh
istifham (tanda tanya) seputar data primer dan sekunder.
penyelesaiannya. Beranjak dari istifham Pendekatan yuridis yang dimaksud
ini, Peneliti tertarik untuk mengkaji adalah pendekatan terhadap masalah
lebih dalam masalah yang berkaitan dengan cara melihat permasalahan
dengan hukum keluarga khususnya dari putusan Pengadilan Agama
tentang hak asuh anak akibat putusnya Medan dan Kompilasi Hukum Islam.
perkawinan dengan judul: Maka penelitian ini hanya dibatasi
Penyelesaian Sengketa Hak Asuh pada penyelesaian sengketa hak asuh
Anak Melalui Putusan Pengadilan anak melalui putusan Pengadilan
Agama Medan (Studi Analisis Agama Medan.
Terhadap Kompilasi Hukum Islam). Adapun pendekatan normatif
Akan tetapi penelitian ini fokus yang dimaksud merupakan
menganalisis sengketa hak asuh anak penelitian hukum doktrinal yang

584
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
meneliti hukum dalam artinya tentang hak asuh anak pasca
sebagai law in book dengan meninjau putusnya perkawinan yang
atau menilik dirinya dari sudut mengkoneksikan untuk memperjelas
pandang dirinya sendiri sebagai proses dan kinerja sistem hukum di
sistem nilai, sebagai sistem Indonesia dan selanjutnya dilakukan
konseptual, dan sebagai sistem studi analisis apakah aplikasinya
hukum positif. Hukum dalam (putusan Pengadilan Agama Medan
artiannya sebagai sollen. (Efendi dan tentang penyelesaian sengketa hak
Ibrahim, 2018) asuh anak) sesuai dengan ketentuan-
Penelitian hukum doktrinal, ketentuan normatifnya.
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: (a) Penelitian ini bertujuan untuk
Penelitian doktrinal yang mengkaji menjelaskan tentang Penyelesaian
hukum yang dikonsepkan sebagai Sengketa Hak Asuh Anak melalui
asas hukum alam dalam sistem moral Putusan Pengadilan Agama Medan
menurut doktrin hukum alam. (b) Kelas I A sekaligus menganalisis
Penelitian doktrinal yang mengkaji putusan tersebut melalui pasal-pasal
hukum yang dikonsepkan sebagai terkait dalam Kompilasi Hukum
kaidah perundang-undangan Islam agar memperoleh keterangan,
menurut doktrin positivisme. (c) informasi, dan mengenai hal-hal
Penelitian doktrinal yang mengkaji yang belum diketahui, untuk
hukum yang dikonsepkan sebagai mendapatkan data yang akurat
keputusan hakim in concreto mengenai keadaan atau gejala-gejala
menurut doktrin realisme. (Irianto lainnya yang akan peneliti analisis
dan Shidarta, 2013) dan ungkapkan secara lengkap dan
Penelitian ini juga memakai syarat akan keterbatasan peneliti
pendekatan fenomenologi adalah
dengan melihat dan mempelajari B. Target/Subjek Penelitian
tingkah laku manusia, meliputi apa Adapun wilayah yang
yang dikatakan dan dilakukan menjadi lokasi penelitian ini adalah
sebagai hasil dari bagaimana Pengadilan Agama Medan sebagai
manusia mendefinisikan dunianya. sumber putusan dalam penyelesaian
(Hendarso, 2005). Pedekatan ini sengketa tentang hak asuh anak yang
dilakukan dengan tujuan memahami terbagi menjadi dua tempat sidang,
apa makna kejadian dan interaksi yaitu penyelesaian sidang yang
bagi orang biasa pada situasi tertentu. dilakukan secara litigasi dan sidang
(Suyanto dan Sutinah, 2005) di luar Gedung Pengadilan
Berdasarkan keterangan di (nonlitigasi).
atas, maka yang dimaksud dengan
peneliti menggunakan penelitian c. Data, Intrumen, dan Teknik
secara yuridis normatif yang Pengumpulan Data
disajikan secara deskriptif adalah Data primer merupakan
dengan menggambarkan suatu keterangan, pernyataan atau fakta
kebijakan sekaligus menjadi putusan yang diperoleh secara langsung dari
yang terkait dengan sinkronisasi penelitian di lapangan. Adapun yang
putusan Pengadilan Agama Medan termasuk dalam data primer pada
dengan Kompilasi Hukum Islam penelitian ini adalah penyelesaian

585
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
sengketa hak asuh anak melalui Agama Medan Tahun 2019.
putusan Pengadilan Agama Medan Wawancara terstruktur ini dilakukan
Kelas I A. adapun data sekunder secara bersamaan dengan observasi.
adalah data yang berasal dari sumber Adapun studi dokumen
yang sudah tersedia, yaitu mencakup dilakukan terhadap dokumen tertulis
peraturan perundang-undangan, seperti Perundang-undangan dan
pasal-pasal Kompilasi Hukum Islam, pasal-pasal dalam Kompilasi Hukum
hasil-hasil penelitian yang berwujud Islam yang berhubungan dengan
laporan, dan buku-buku mengenai sengketa hak asuh anak, serta
hukum perdata khususnya yang referensi kitab fiqh dan kajian
berkaitan dengan perkawinan dan pustaka terkait objek penelitian.
pengasuhan anak. Data-data tersebut
membahas mengenai penyelesaian d. Teknik Analisis Data
sengketa hak asuh anak melalui Proses awal pengolahan data
putusan Pengadilan Agama Medan dimulai dengan melakukan editing
Kelas I A. kepada setiap data yang masuk.
Sumber data primer
Dalam proses editing, yang akan
mencakup keterangan-keterangan
dari berbagai pihak yang terlibat dikerjakan adalah meneliti lengkap
secara terkait Pengadilan Agama tidaknya daftar pertanyaan yang akan
Medan seperti wawancara dengan diisi, keterbatasan tulisan, kejelasan
Hakim dan Panitera. Sumber data makna jawaban, kesesuaian antara
sekunder meliputi pendapat para pertanyaan yang satu dengan
ahli, bahan-bahan pustaka berupa pertanyaan yang lain, relevansi
buku-buku aktual, arsip, dokumen-
jawaban dan keseragaman kesatuan
dokumen, peraturan perundang-
undangan, pasal-pasal dalam data. Setelah proses editing
Kompilasi Hukum Islam, laporan, terpenuhi, kemudian dilakukan
jurnal, hasil penelitian, metode proses coding yaitu
elektronik, serta bahan kepustakaan mengklasifikasikan jawaban
lainnya yang terkait dengan responden menurut macamnya.
permasalahan dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan
Menurut (Sugiyono, 2015)
pengumpulan data dapat dilakukan secara kualitatif yaitu dengan cara
dengan observasi (pengamatan), melakukan deskripsi secara naratif
interview (wawancara) dan studi dan interpretatif terhadap putusan
dokumentasi. Metode wawancara Pengadilan Agama Medan Kelas I A
digunakan dalam dua bentuk, yaitu yang telah ditemukan. Data dan
wawancara terstruktur dan informasi yang diperoleh dalam
wawancara terbuka atau mendalam.
penelitian ini kemudian dianalisis
Kedua bentuk wawancara tersebut
digunakan Peneliti terhadap secara langsung dan terus menerus
responden yang menjadi sampel, serta bolak balik, sejak dari
yaitu Hakim berkompeten tentang pengumpulan data, reduksi data,
penyelesaian sengketa hak asuh anak sajian data, penarikan kesimpulan,
akibat perceraian di Pengadilan dan diverifikasi. Selanjutnya

586
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
diperiksa kembali, apakah masih misalnya pengadilan negeri
perlu ke lapangan lagi atau tidak. (Susylawati. 2018).
Dalam menganalisis data penelitian Kewenangan pengadilan agama
ini, peneliti menggunakan model sebagaimana diatur dalam Undang-
analisis kualitatif dari Miles dan Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Huberman, yaitu analisis data Perubahan atas Undang-Undang Nomor
dilakukan secara interaktif yang 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
berlangsung secara terus menerus yaitu: Perkawinan, Waris, Wasiat,
sampai tuntas, sehingga datanya bisa Hibah, Zakat, Infaq, Shadaqah,
dikatakan sudah penuh. Ekonomi Syariah. (Sudirman. 2021).
Berdirinya Pengadilan Agama,
HASIL DAN PEMBAHASAN terutama yang ada di Medan tidak dapat
A. Gambaran umum Pengadilan dilepaskan dari masa penjajahan atau
Agama Medan dalam hal sengketa sejarah penjajahan di Indonesia
pengasuhan anak berdasarkan dengan adanya kurun-
Hasbi (1994), berpendapat kurun waktu menurut bangsa yang
dengan istilah ahli fikih, bahwa menjajah Indonesia seperti Belanda,
peradilan dimaknai sebagai: Pertama, Inggris, dan Jepang (Mardani. 2013).
lembaga hukum (tempat di mana Sebelum tahun 1957, Sumatera
seseorang mengajukan mohon Utara memiliki dua Badan Peradilan
keadilan). Kedua, perkataan yang harus Agama yang masing-masing
dituruti yang diucapkan oleh seorang berkedudukan di Tapanuli dan
yang mempunyai wilayah umum atau Sumatera Timur, yaitu: Mahkamah
menerangkan hukum agama atas dasar Syar’iyyah (Ali Geno.2020) dan Majelis
harus mengikutinya. Pperadilan agama Agama Islam. kedua Badan Peradilan
adalah sebutan (literatur) resmi bagi Agama tersebut tumbuh dari situasi
salah satu di antara empat lingkungan yang berbeda dan diakui sah sebagai
peradilan negara atau kekuasaan Badan Peradilan Negara dengan
kehakiman yang sah di Indonesia. peraturan yang tidak sama.
(Sulistiyono. 2018). Mahkamah Syar’iyyah terbentuk
Adapun pengadilan agama sebagai salah satu hasil revolusi
merupakan suatu badan peradilan kemerdekaan yang akhirnya telah
agama pada tingkat pertama yang diakui oleh wakil pemerintah pusat
berkedudukan di ibu kota darurat di Pematang Siantar dengan
kabupaten/kota dan daerah hukumnya surat kawatnya tertanggal 13 Januari
meliputi wilayah kabupaten/kota. 1947. Setelah itu Majelis Agama Islam
(Sulaikin. 2005) Di mana secara historis dibentuk sesuai Pasal 1 Peraturan
eksistensi pengadilan agama di Menteri Agama Nomor 2 Tahun 1953.
Indonesia terlebih dahulu ada apabila Eksistensi Pengadilan Agama di
dibandingkan dengan pengadilan lain, Sumatera Utara semakin luas sehingga

587
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
dibangunlah Pengadilan Tingkat c. Meningkatkan kualitas
Banding (Pengadilan Tinggi Agama kepemimpinan badan
Sumatera Utara yang berkedudukan di peradilan
Medan) dan 22 Pengadilan Agama. d. Meningkatkan kredibilitas dan
Pengadilan Agama Kelas I-A transparansi badan peradilan.
Medan, dahulu terletak di Jalan Turi No. 2. Tugas Pokok Pengadilan Agama
18-A Medan, dibangun berdasarkan Medan
DIPA Departemen Agama Tahun Tugas pokok Pengadilan
Anggaran 1977/1978, dan diresmikan Agama sesuai dengan ketentuan
pemakaiannya pada tanggal 10 Juli Pasal 2 jo. Pasal 49 Undang-
1978 oleh Direktur Pembinaan Badan Undang Nomor 3 Tahun 2006
Peradilan Agama RI, Bapak H. Tentang Perubahan atas Undang-
Ichtijanto, S.A., S.H. Namun mengingat Undang Nomor 7 Tahun 1989
tanah yang dikelilingi Tentang Peradilan Agama adalah
rumah/pemukiman penduduk, maka memeriksa, memutus, dan
gedung lama pada alamat tersebut tidak menyelesaikan perkara tertentu
dapat dikembangkan sesuai standard antara orang-orang yang
Pengadilan Agama Kelas I-A yang ada beragama Islam di bidang:
di Sumatera Utara. (wawancara dengan Perkawinan; Waris; Wasiat;
Hakim pengadilan. 2021). Hibah; Wakaf; Zakat; Infaq;
1. Visi Pengadilan Agama Medan Shadaqah; dan Ekonomi Syari’ah.
Mahkamah Agung
Temuan Khusus
menetapkan suatu visi yang
A. Penyelesaian Sengketa Hak Asuh
berorientasi pada perwujudan
Anak Putusan Tahun 2019
kinerja Mahkamah Agung yang
Berdasarkan analisa peneliti, dari
optimal dengan istilah:
19 (sembilan belas) putusan tersebut,
Terwujudnya Badan Peradilan
ditemukan 2 (dua) Putusan Pengadilan
Indonesia yang Agung. Misi
Agama Medan Kelas I A tentang Hak
Pengadilan Agama Medan Upaya
Asuh Anak di Bawah 12 Tahun kepada
dalam mewujudkan visi
Selain Ibu Tahun 2019. Sementara
sebagaimana tersebut di atas,
dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal
Mahkahmah Agung menetapkan
105 huruf (a) dinyatakan bahwa:
empat misi sebagai berikut:
“Pemeliharaan anak yang belum
a. Menjaga kemandirian badan
mumayyiz atau belum berumur 12 tahun
peradilan
adalah hak ibunya.”
b. Memberikan pelayanan hukum
Penjabaran kedua putusan
yang berkeadilan kepada
tersebut, menurut hemat Peneliti
pencari keadilan
termasuk ke dalam 2 (dua) jenis opsi di
antara 3 (tiga) sebab putusnya
perkawinan, yaitu: Sebab Meninggal

588
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
dan sebab Perceraian (cerai talak). tersebut dari ayah kandung anak
Adapun putusnya perkawinan yang tersebut.
disebabkan atas Putusan Pengadilan Ketetapan hak asuh anak
(cerai gugat/khulu’), selama proses jatuh kepada neneknya, dimulai
analisis, Peneliti tidak menemukannya pasca wafatnya ibu sang anak
dalam 19 (sembilan belas) Putusan (dalam hal ini merupakan istri dari
Pengadilan Agama Medan Kelas I A Tergugat). Kronologisnya, pasca
tentang Hak Asuh Anak di bawah usia wafatnya sang ibu, anaknya yang
12 Tahun kepada Selain Ibu Tahun masih bayi bernama Muhammad
2019. Arkhan Fathurahman (lahir pada
Berikut penjelasan perihal kedua tanggal 18 Agustus 2018)
putusan tersebut menurut Direktori langsung dirawat oleh ayahnya
Putusan Mahkamah Agung Republik (dalam hal ini merupakan
Indonesia. Tergugat) yang berprofesi sebagai
1. Hak Asuh Anak Kepada Ayah karyawan. Namun, berdasarkan
dalam Putusan Nomor sebab-sebab yang akan
433/Pdt.G/2019/ PA.Mdn. disebutkan Peneliti menurut
Kasus pada jenis ini keterangan yang dinyatakan oleh
berkenaan dengan sengketa hak Penggugat, sang nenek
asuh anak pasca putusnya (Penggugat) ingin mengasuh
perkawinan yang disebabkan oleh cucunya tersebut. Sebab lain yang
kematian seorang istri (ibu dari menjadikan sang nenek sebagai
anak yang bersangkutan). Penggugat dan sang ayah sebagai
Majelis Hakim, melalui Tergugat adalah sebagai berikut:
sidang Pengadilan Agama Medan a. Tergugat terlilit hutang yang
telah menjatuhkan putusannya menyebabkan sang ayah tidak
kepada kedua belah pihak yang mampu lagi membeli susu
bersengketa. Berdasarkan data sebagai asupan utama bagi
tertulis, ditemukan bahwa pihak sang bayi.
Penggugat yang bernama b. Tergugat mencerminkan
Syamsiah Binti Ismail (62 Tahun) iktikad yang negatif sehingga
melawan pihak Tergugat yang setiap kali Penggugat ingin
bernama Ismet bin Zainal (36 melihat cucunya, Tergugat
Tahun). Penggugat sebagai ibu selalu menghalang-halangi
rumah tangga yang merupakan keinginan sang nenek tersebut.
nenek kandung dari cucunya yang Demikianlah keterangan
bernama Muhammad Arkhan pernyataan yang berasal dari sang
Faturahman, telah mendapatkan nenek (Penggugat) tentang sikap
ketetapan hak mengasuh cucunya dan keadaan sang ayah
(Tergugat). Adapun keterangan

589
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
pernyataan pembelaan diri Korelasi Pasal 156
segaligus bantahan yang Kompilasi Hukum Islam di atas
disampaikan sang ayah dengan Penggugat selaku nenek
(Tergugat), dicantumkan dalam kandung dari Muhammad Arkhan
bagian Pokok Perkara Fathurahman dapat menguatkan
Persidangan Pengadilan Agama alasan bila hak asuh anak
Medan Kelas I A. Tergugat ditetapkan kepada Penggugat
menyatakan bahwa benar bukan kepada Tergugat (ayah
statusnya sebagai menantu dari kandung Muhammad Arkhan
Penggugat dan merupakan ayah Fathurahman).
kandung dari anaknya yang Penguatan alasan hak asuh
bernama Muhammad Arkhan anak yang dibebankan kepada
Fathurahman. Sementara itu, Penggugat melalui Pasal 156
setelah Tergugat mengetahui Kompilasi Hukum Islam di atas,
status hidup Penggugat sebagai kontradiksi dengan pertimbangan
seorang diri akibat diceraikan oleh Majelis Hakim Pengadilan
suaminya dan memiliki kesibukan Agama Medan Kelas I A.
sebagai pedagang kebutuhan Alasannya, Pasal tersebut pada
pokok sehari-hari di rumahnya, hakikatnya menjelaskan
maka Tergugat khawatir apabila perpisahan yang terjadi antara
hak asuh anak (hadhanah) jatuh suami istri karena perceraian
ke tangan Penggugat (cerai hidup). Sementara, kasus
mengakibatkan sang anak tidak sengketa hak asuh anak yang
terawat dan terdidik dengan baik. terjadi antara nenek (Penggugat)
Keterangan di atas, apabila dan ayah (Tergugat) berawal
ditinjau menurut Pasal 156 pasca wafatnya ibu kandung anak
Kompilasi Hukum Islam, tersebut (cerai mati). Maka
dinyatakan bahwa:“Anak yang dengan wafatnya istri dari
belum mumayyiz berhak Tergugat, secara otomatis
mendapat hadhanah dari ibunya, menjadi tanggung jawab dalam
kecuali bila ibunya meninggal pengasuhan ayahnya (Tergugat).
dunia, maka kedudukannya Pertimbangan Majelis
digantikan oleh wanita-wanita Hakim dalam Putusan tersebut,
dalam garis lurus dari ibu; ayah; menurut hemat Peneliti, sejalan
wanita-wanita dalam garis lurus dengan Kompilasi Hukum Islam
ke atas dari ayah; saudara namun bersebrangan dengan
perempuan dari anak yang kisah ‘Umar bin al-Khaththab
bersangkutan; dan wanita-wanita menceraikan istrinya, seorang
kerabat sedarah menurut garis wanita Anshar setelah melahirkan
samping dari ayah.” putranya yang bernama‘Ashim

590
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
bin‘Umar. Wanita itu akhirnya diterima sepenuhnya oleh Majelis
menikah dengan laki-laki lain. Hakim. Sedangkan para saksi
Lalu ‘Umar melihat ‘Ashim di yang berasal dari pihak Penggugat
jalanan, dan ‘Umar menarik (nenek), mayoritasnya
tangan ‘Ashim dan membawanya mendapatkan penolakan dari
ke rumahnya. Namun, neneknya Majelis Hakim.
(ibu dari ibunya ‘Ashim) segera Penolakan dan Pembatalan
datang dan meminta kepada keterangan para saksi dari pihak
‘Umar supaya ‘Ashim Penggugat oleh Majelis Hakim
dikembalikan. Akhirnya mereka Pengadilan Agama Medan Kelas I
berdua bertengkar mengenai siapa A, dikarenakan lemahnya bukti
yang lebih berhak untuk yang menyatakan Tergugat tidak
mengasuh ‘Ashim setelah ibunya mampu membeli susu karena
menikah. Mereka membawa terlilit hutang. Sehingga
persoalan ini kepada Khalifah pernyataan tersebut tidak bisa
Abu Bakar ra. Abu Bakar dibuktikan dan tidak relevan
memutuskan bahwa anak tersebut dengan keterangan para saksi dari
dikembalikan kepada neneknya, pihak Tergugat, bahkan menuai
lalu berkata kepada ‘Umar: fitnah bagi Tergugat (ayah).
‫ريحها ومسها وريقها خير له من‬ Alhasil, putusan majelis hakim
dalam hal ini, sinkron dengan
‫الشهد عندك يا عمر‬ Pasal 98 Ayat (3) Kompilasi
Artinya: “Hembusan, sentuhan, Hukum Islam yang
dan air liur neneknya berbunyi:“Pengadilan Agama
lebih baik dari pada dapat menunjuk salah seorang
manisan yang ada di kerabat terdekat yang mampu
rumahmu wahai menunaikan kewajiban tersebut
‘Umar”.(Khadijah. apabila kedua orang tuanya tidak
2004) mampu.”Fakta menunjukkan
Analisa Peneliti, dalam hal bahwa sang ayah (Tergugat) tidak
ini yang berkaitan dengan alasan terbukti memiliki hutang, sebab
pengesahan hak asuh anak masih mampu..
dibebankan kepada ayahnya, Peristiwa ini sinkron
bukanlah terletak pada penjelasan dengan Pasal 104 Ayat (1)
tentang Pasal 156 Kompilasi Kompilasi Hukum Islam yang
Hukum Islam oleh Majelis Hakim berbunyi:“Semua biaya
Pengadilan Agama Medan Kelas penyusuan anak ditujukan untuk
1 di atas, melainkan keterangan- ayahnya. Apabila ayahnya telah
keterangan dari para saksi yang meninggal dunia, maka biaya
dihadirkan oleh Tergugat (ayah) penyusuan dibebankan kepada

591
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
orang yang berkewajiban Kedua orang tua tersebut
memberi nafkah kepada ayahnya telah dikaruniai 1 (satu) orang
atau walinya.”sehingga fakta anak perempuan (nama
tersebut menghalangi Pangadilan dirahasiakan) yang lahir pada
Agama dalam hal penunjukan tanggal 16 Agustus 2010 M. Pada
salah seorang kerabat (dalam hal tahun 2016 sampai dibacakannya
ini nenek sebagai Penggugat) Putusan oleh Pengadilan Agama
menjadi pemegang hak asuh. Medan, kedua orang tua kandung
Demikianlah hujjah yang anak tersebut telah terjadi
peneliti analisis mengapa hak perselisihan dan pertengkaran
asuh anak yang bernama secara kontiniu sehingga pada
Muhammad Arkhan Fathurahman akhirnya Pemohon (ayah)
bin Ismet dibebankan kepada ayah menceraikan Termohon (ibu).
kandungnya (Tergugat) yang Pemohon (ayah)
bernama Ismet bin Zainal, bukan mengemukakan bahwa
kepada nenek kandungnya setidaknya ada 4 (empat) faktor
(Penggugat) yang bernama pemicu terjadinya keributan
Syamsiah binti Ismail. dalam rumah tangga ini yang
2. Hak Asuh Anak Kepada Ayah berujung kepada putusnya
Dalam Putusan Nomor perkawinan akibat perceraian:
XXXX/Pdt.G/2019/PA .Mdn. a. Termohon (ibu) mengabaikan
Putusan ini berasal dari keperluan sehari-hari Pemohon
Pengadilan Agama Medan yang (ayah) disebabkan
memeriksa dan mengadili serta kesibukannya bermain ponsel;
menjatuhkan putusan sebagai b. Termohon kerap sekali berbuat
berikut dalam perkara Cerai Talak nusyuz dengan pergi
antara kedua belah pihak yang meninggalkan rumah tanpa
bersengketa, yaitu: izin Pemohon serta kembali ke
a. (nama dirahasiakan) rumah pada waktu malam;
merupakan seorang suami (32 c. Termohon bersifat egois dan
tahun) yang berprofesi sebagai selalu melawan perkataan
sales elektronik. Ditetapkan suami;
oleh Pengadilan Agama Medan d. Termohon terbukti melakukan
sebagai Pemohon. perselingkuhan dengan pria
b. (nama dirahasiakan) lain.
merupakan seorang istri (31 Keempat faktor di atas,
tahun) yang berprofesi sebagai menghasilkan putusan Pengadilan
ibu rumah tangga. Ditetapkan Agama Medan Kelas I A yang
oleh Pengadilan Agama Medan mengabulkan permintaan
sebagai Termohon. Pemohon untuk menerima

592
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
putusnya perkawinan yang c. Sepanjang pemeriksaan
disebabkan oleh perceraian perkara ini tidak ditemukan
dengan talak raj’i. hal-hal yang merupakan cacat
Pertimbangan Majelis ataupun penghalang pada diri
Hakim dalam membacakan Pemohon sebagai pengasuh
putusnya perkawinan akibat terhadap anaknya tersebut.
perceraian, menurut hemat Demikianlah analisa
peneliti, sejalan dengan dua Peneliti tentang mengapa hak
ketentuan yang tertuang dalam asuh anak jatuh kepada Pemohon
Pasal 116 KHI Ayat 1 dan Ayat 6 (ayah), bukan jatuh kepada
yaitu Termohon (ibu).
(1) Salah satu pihak berbuat zina
atau menjadi pemabok, B. Regulasi pengasuhan anak
pemadat, penjudi, dan lain dalam perspektif Kompilasi
sebagainya yang sukar Hukum Islam
disembuhkan. 1. 1injauan Umum Status Anak
(2) Antara suami dan istri terus dalam Kompilasi Hukum Islam
menerus terjadi perselisihan Penelitian tentang
dan pertengkaran dan tidak sengketa hak asuh anak, sangat
ada harapan akan hidup rukun erat kaitannya dengan status
lagi dalam rumah tangga. atau asal usul anak yang
(Bisri. 1999) disengketakan oleh kedua belah
Selanjutnya, Majelis Hakim pihak. Tentu saja anak yang
menetapkan hak asuh anak dimaksud peneliti dalam judul
(hadhanah) jatuh kepada penelitian tersebut, di samping
Pemohon (ayah) dengan tiga anak yang belum mumayyiz juga
alasan sebagai berikut: merupakan anak yang sah
a. Termohon maupun orang yang sebagaimana termaktub dalam
dikuasakan tidak hadir Kompilasi Hukum Islam. Sahnya
dipersidangan yang telah seorang anak dalam hukum
ditetapkan tanpa suatu alasan Islam akan menentukan
yang sah;
hubungan nasab dengan
b. Saksi dari Pemohon melihat
seorang laki-laki yang menjadi
bahwa sejak Termohon
ayahnya. (Kudrat. 2020)
meninggalkan rumah tanpa
Berdasarkan analisa
kabar dan izin Pemohon, anak
peneliti sebelumnya, penjelasan
kandung Pemohon dan
tentang asal-usul anak dalam
Termohon diasuh dengan baik
Kompilasi Hukum Islam lebih
oleh Pemohon;
rinci daripada ketentuan yang
terdapat dalam Undang-Undang

593
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
Nomor 1 Tahun 1974 Bagian atau belum pernah
Pertama tentang Pembuktian melangsungkan perkawinan
asal-usul anak. Berikut masih ditanggung orang tuanya.
ketentuan asal usul anak yang Menurut Kompilasi Hukum
diatur dalam Pasal 99, 100, 101, Islam Pasal 105 huruf (a) bahwa
102, dan 103 Kompilasi Hukum pemeliharaan anak yang belum
Islam. (Mardani. 2017) mumayyiz atau belum berumur
Orang tua memiliki anak 12 tahun itu hak ibunya.”
yang berisi kewajiban
2. Urutan Pengasuh Anak
pemeliharaan anak itu mulai
Pada dasarnya mengasuh
berlaku sejak lahirnya anak
anak adalah hak seorang
atau sejak hari pengesahan dan
perempuan yang diawali dari
berakhir pada saat anak sudah
ibu anak tersebut. Keutamaan
menjadi dewasa atau menikah.
hak asuh anak dibebankan
Di samping itu, kekuasaan
kepada kaum wanita dan dari
orang tua tidak saja meliputi
keluarga ibu itu wajar. Sebab
diri anak, namun juga meliputi
wanita lebih mampu dari pada
benda atau kekayaan yang
kaum laki-laki untuk mengurus
dimiliki anak. (Subekti. 2003)
anak kecil dan memeliharanya
Adapun masa pengasuhan
(terutama di bawah 12 tahun)
anak oleh kedua orang tuanya
dengan lemah lembut dan lebih
berlaku dalam dua periode;
sabar, lebih tekun, dan lebih
periode sebelum mumayyiz dan
banyak waktunya.
periode mumayyiz. Pengasuhan
Keterangan tersebut
pada periode sebelum
berlandaskan pada kisah dalam
mumayyiz, dalam undang-
sabda Rasulullah saw bahwa
undang tidak dijelaskan secara
seorang wanita menghadap
rinci tentang usia masing-
Rasulullah saw lalu
masing anak, baik anak laki-laki
mengadukan keadaannya.
maupun perempuan. Akan
Wanita tersebut berkata: “Ya
tetapi, hal tersebut dapat
dipahami bahwa batasan umur Rasulullah, anak saya ini
anak terakhir di bawah tadinya sayalah yang
pengasuhan orang tuanya mengandungnya dalam rahim
secara tersirat di atur dalam saya, kemudian saya juga yang
Undang-Undang Perkawinan memeliharanya dalam
Pasal 47 ayat 1 Tahun 1974 pangkuan saya, lalu saya
yang menyatakan anak yang memberinya minum dengan air
belum mencapai umur 18 tahun susu saya. Kemudian ayahnya
menceraikan saya sekaligus

594
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
bermaksud akan mengambil seagama dengan anak yang
anak ini dari saya.”Mendengar diasuhnya. (Zakaria. 2004)
pengaduan wanita tersebut,
C. Implementasi Putusan
Rasulullah saw bersabda:
Pengadilan Agama Medan
‫أنت أحق به مالم تتزوجي‬ Tentang Sengketa Hak Asuh
Artinya: (engkau lebih Anak
berhak memelihara Putusan hakim merupakan
anakmu itu, selama cermin dari sikap, moralitas,
engkau belum penalaran, dan banyak hal lainnya
menikah lagi dengan yang dideskripsikan oleh Holmes
laki-laki lain).” sebagai pengalaman. Ditinjau dari
Seorang wanita yang akan segi birokrasi peradilan, putusan
menjadi pengasuh anak secara hakim akan terkait dengan kriteria
khusus anak yang berusia di yaitu efektivitas, efisiensi, dan
bawah 12 tahun, memiliki kejujuran. (Komisi Yudisal. 2014)
sedikitnya lima syarat yang Allah mengamanahkan manusia
harus dipenuhi oleh setiap khususnya suami dan istri agar
pengasuh anak, yaitu: Dewasa; menjaga atau mengasuh anaknya.
Berakal; Sehat jasmani; Jujur Sebagaimana Allah swt berfirman
dan Adil; Tidak menikah dengan dalam Q.S. An-Nisa’/4: 9. Terkait
laki-laki yang tidak mahram bentuk Putusan Pengadilan Agama,
dengan anak kecil yang akan dapat berupa: (Ecep. 2020)
diasuhnya. a. Bentuk Putusan Peradilan
Ibu diutamakan untuk Agama yaitu Penetapan dan
mengasuh anaknya kecuali Putusan dalam Pasal 60
kalau dikhawatirkan bahwa Undang-undang Nomor 7
anaknya tersebut terpengaruh Tahun 1989 Jo. Undang-undang
dengan caranya beribadat Nomor 3 Tahun 2006 Jo.
menurut agamanya yang Undang-undang Nomor 50
berlainan. Tahun 2009;
Sedangkan syarat bagi b. Ikatan batiniyah Hakim
laki-laki yang akan menjadi Peradilan Agama dalam
pengasuh anak, sama memutus perkara-perkara
sebagaimana kelima syarat bagi bertitik tolak berdasarkan
wanita yang akan menjadi ketuhanan yang Maha Esa
pengasuh anak tersebut di atas. sesuai dengan Pasal 4 ayat 1
Hanya saja perbedaannya, Undang-undang Nomor 14
pengasuh laki-laki harus Tahun 1970;

595
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
c. Keputusan berdasarkan alasan Undang-undang Nomor 3 Tahun
yang cukup yaitu Hakim wajib 2006 Jo. Undang-undang Nomor 50
mencantumkan dasar Tahun 2009, Pasal 180 ayat 1 HIR
pertimbangan yang cukup dan (Herzein Inlandsch Reglement) Jo.
matang dalam setiap keputusan Pasal 191 ayat 1 RBG (Rechtglement
“motivating plicht” Voor de buitengewesten).
sebagaimana termaktub dalam
Pasal 66 Undang-undang D. Dasar Pertimbangan Hukum
Nomor 7 Tahun 1989 Jo. Pengasuhan Anak Diberikan
Undang-undang Nomor 3 Kepada Selain Ibu
Tahun 2006 Jo. Undang-undang Penentuan hak asuh anak tidak
Nomor 50 Tahun 2009; hanya diberikan kepada ibu
d. Formulasi dan sistematika kandungnya, namun dapat juga
peradilan yaitu pedoman dalam diputuskan jatuh kepada selain
bentuk putusan yang memuat ibunya, seperti ayahnya atau kerabat
tentang duduk perkara dari kedua orang tua anak tersebut.
pertimbangan hukum dan Keterangan ini sebagaimana yang
mengadili; dijabarkan dalam Pasal 156 (a) dan
e. Aitensitas Keputusan (c) Kompilasi Hukum Islam Tentang
Pengadilan yaitu adalah wajar Akibat Perceraian; (a) Anak yang
ditentukan oleh UU kapan suatu belum mumayyiz berhak
keputusan Pengadilan mendapatkan hadhanah dari ibunya,
mempunyai nilai autentik kecuali bila ibunya telah meninggal
sehingga tidak mendatangkan dunia, maka kedudukannya
kekacauan atau ketidakpuasan digantikan oleh: (1) Wanita-wanita
sebagaimana diatur dalam Pasal dalam garis lurus ke atas dari ibu; (2)
66 Undang-undang Nomor 7 Ayah; (3) Wanita-wanita dalam garis
Tahun 1989 Jo. Undang-undang lurus ke atas dari ayah; (4) Saudara
Nomor 3 Tahun 2006 Jo. perempuan dari anak yang
Undang-undang Nomor 50 bersangkutan; (5) Wanita-wanita
Tahun 2009; kerabat sedarah menurut garis
Keputusan yang dapat samping dari ayah. (c) Apabila
dijalankan lebih dahulu yaitu putusan pemegang hadhanah ternyata tidak
yang dapat dilaksanakan lebih awal, dapat menjamin keselamatan
mendahului putusan itu sendiri jasmani dan rohani anak.
mempunyai kekuatan hukum mutlak Berdasarkan Undang-Undang
(memperoleh kekuatan hukum yang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 41, dapat
tetap) berdasarkan Pasal 64 Undang- disimpulkan bahwa kedua orang tua
undang Nomor 7 tahun 1989 Jo. memiliki kewajiban yang sama untuk

596
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
memelihara dan mendidik anaknya. bawah usia 12 tahun) dapat jatuh kepada
Jika kedua orang tua tidak selain ibunya berdasarkan putusan
melayangkan gugatan terkait hak Pengadilan Agama Medan Kelas I A
yang diatur dalam Pasal 156 (a) dan (c)
asuh atas anaknya saat bercerai,
Kompilasi Hukum Islam, yaitu: (a)
maka permasalahan hak asuh pun Anak yang belum mumayyiz berhak
tidak perlu diselesaikan melalui mendapatkan hadhanah dari ibunya,
pengadilan. Namun, apabila terjadi kecuali bila ibunya telah meninggal
perselisihan antara ibu dan ayah dunia; dan (c) Apabila pemegang
mengenai penguasaan terhadap anak hadhanah ternyata tidak dapat
menjamin keselamatan jasmani dan
mereka yang berusia di bawah 12 rohani anak, meskipun biaya nafkah dan
tahun, maka pengadilan berhak hadhanah telah dicukupi, maka atas
menyelesaikannya sebagaimana permintaan kerabat yang bersangkutan
Tugas Pokok Pengadilan Agama Pengadilan Agama dapat memindahkan
sesuai dengan ketentuan Pasal 2 jo. hak hadhanah kepada kerabat lain yang
Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 mempunyai hak hadhanah pula.
Pembuktian formil dalam perkara
Tahun 2006 Tentang Perubahan atas perdata merupakan faktor lahirnya
Undang-Undang Nomor 7 Tahun putusan yang disetujui dan dibacakan
1989 Tentang Peradilan Agama, oleh Majelis Hakim dihadapan para
yakni melakukan pemeriksaan dan pihak yang bersengketa. Analisa
pernyataan putusan. peneliti mengindikasikan bahwa, dari
19 (sembilan belas) data yang berkaitan
Selanjutnya, berdasarkan atas
dengan Putusan Pengadilan Agama
Putusan Mahkamah Agung Republik Medan Kelas I A Tahun 2019 tentang
Indonesia Nomor 120 K/Sip/1973 Hak Asuh Anak, ditemukan 2 (dua)
dinyatakan bahwa perwalian anak Putusan Hak Asuh Anak jatuh pada
akan jatuh kepada ibu, kecuali jika ayah kandungnya yang disebabkan oleh
terbukti bahwa ibu tersebut tidak putusnya perkawinan karena kematian
dalam Putusan Nomor
berhak mengasuh anaknya.
433/Pdt.G/2019/PA.Mdn dan karena
Setidaknya ada empat alasan umum perceraian (talaq raj’i) dalam Hak asuh
mengapa hak asuh ibu atas anak bisa anak kepada ayah
batal sehingga hak asuh berpindah Dalam Putusan Nomor
kepada selain ibu: Ibu telah XXXX/Pdt.G/2019/PA.Mdn, keduanya
meninggal dunia (cerai mati); Ibu diputuskan berdasarkan; bentuk
Putusan Peradilan Agama yaitu
memiliki perilaku yang buruk; Ibu
Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009;
masuk ke dalam penjara; dan Ibu ikatan batiniyah Hakim Peradilan
tidak mampu menjamin keselamatan Agama berdasarkan ketuhanan yang
jasmani serta rohani anak. Maha Esa sesuai dengan Pasal 4 ayat 1
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970;
KESIMPULAN keputusan berdasarkan alasan yang
cukup sebagaimana termaktub dalam
Implementasi hak asuh anak Pasal 66 Undang-undang Nomor 7
(hadhanah) sebelum mumayyiz (di

597
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
Tahun 1989 Jo. Undang-undang Nomor Berutu, Ali Geno. Formalisasi Syariat
3 Tahun 2006 Jo. Undang-undang Islam Aceh dalam Tatatnan
Nomor 50 Tahun 2009; formulasi dan Politik Nasional. Jawa Tengah:
sistematika Peradilan; aitensitas CV. Pena Persada, 2020.
Keputusan Pengadilan sebagaimana Bisri, Hasan Kompilasi Hukum Islam
diatur dalam Pasal 66 Undang-undang dan Peradilan Agama dalam
Nomor 7 Tahun 1989 Jo. Undang- Sistem Hukum Nasional. Ciputat:
Undang Nomor 3 Tahun 2006 Jo. Logos Wacana Ilmu, 1999.
Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009. Budiman, Arief. Kebebasan, Negara,
Adapun ketentuan tentang kriteria Pembangunan. Jakarta: Pustaka
seorang pengasuh dari wanita dan pria Alvabet, 2006.
memiliki banyak kesamaan (similarity) Departemen Pendidikan dan
dan sedikit perbedaan (dissimilarity) Kebudayaan. Kamus Besar
khususnya yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
status keagamaan pengasuh. Bagi Pustaka, 1990.
pengasuh pria harus seagama dengan Djalil, A. Basiq. Peradilan Agama di
anak yang diasuhnya, sedangkan tidak Indonesia. Jakarta: Kencana,
diharuskan bagi pengasuh wanita.. 2017.
Walaupun pada dasarnya, hak asuh Efendi, Jonaedi dan Ibrahim, Johnny.
anak diberikan kepada ibunya telah Metode Penelitian Hukum
diatur dalam Pasal 105 huruf (a) Normatif dan Empiris. Depok:
Kompilasi Hukum Islam. Maka hasil Prenadamedia Group, 2018.
temuan ini, menurut objektivitas Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991
peneliti merupakan penelitian yang tentang Kompilasi Hukum Islam
menguatkan (corroborating research) (KHI) dalam Pasal 2
dan melemahkan (debilitating Irianto, Sulistyowati dan Shidarta,
research) suatu implikasi antara Metode Penelitian Hukum.
pasal-pasal dalam Kompilasi Hukum Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Islam tentang Pengasuhan Anak pada Indonesia, 2013.
Buku Hukum Perkawinan. Khadijah, Hukum Anak-Anak dalam
Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
DAFTAR PUSTAKA 2004.
Komisi Yudisial, Kualitas Hakim
Buku
dalam Putusan. Jakarta:
Abdillah, Kudrat, dan Maylissabet.
Sekretariat Jenderal Komisi
Sejarah Sosial Status dan Hak
Yudisial Republik Indonesia,
Anak di Luar Nikah. Pamekasan:
2014.
Duta Media Publishing, 2020.
L, Sudirman. Hukum Acara Peradilan
Al-Bantanie, Imaduddin Utsman Buku
Agama. Parepare: IAIN Parepare
Induk Fikih Islam Nusantara.
Nusantara Press, 2021.
Yogyakarta: Deepublish, 2021.
Mardani, Hukum Islam (Kumpulan
Al-Hamdani. Risalah Nikah (Hukum
Peraturan tentang Hukum Islam
Perkawinan Islam). Jakarta:
di Indonesia). Jakarta: Kencana,
Pustaka Amani, 2002.
2013.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Peradilan dan
Hukum Acara Islam. Yogyakarta:
PT. Ma’arif, 1994.

598
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556
Mardani. Hukum Keluarga Islam di Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi
Indonesia. Jakarta: Kencana, Hukum Islam. Bandung: CV.
2017. Nuansa Aulia, 2020.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia
Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Nomor 3 Tahun 2006
Media, 2005. Undang-Undang Republik Indonesia
Nurjamal, Ecep. Praktik Beracara di Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama. Tasikmalaya: Peradilan Agama.
Edu Publisher, 2020. Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islamy
Prawirohamidjojo, R. Soetojo dan wa Adillatuhu. juz VII.
Sarioedin, Asis. Hukum Orang Damaskus: Dar al-Fikr, 1984.
dan Keluarga. Bandung: Penerbit
Alumni, 1986. Jurnal
Soimin, Soedharyo. Kitab Undang- Aristoni dan Junaidi Abdullah, 4
Undang Hukum Perdata (KUH Dekade Hukum Perkawinan Di
Per). Jakarta: Sinar Grafika, 2005. Indonesia: Menelisik
Subekti. Kamus Hukum. Jakarta: Problematika Hukum Dalam
Pradnya Paramita, 1978. Perkawinan Di Era Modernisasi,
Sugiyono. Metode Penelitian Yudisia, Vol. 7, No. 1, Juni 2016:
Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 74-97
2015. Qurratul Aini Wara Hastuti,
Sulaikin, et.al. Hukum Acara Perdata Kewenangan Pengadilan Agama
Peradilan Agama di Indonesia. Kudus Dalam Penyelesaian
Jakarta: Kencana, 2018. Sengketa Wakaf, Ziswaf, Vol. 1,
Sulistiani, Siska Lis. Peradilan Islam. No. 1, 2014: 55-81
Jakarta: Sinar Grafika, 2020. Sabri Fataruba, Kompetensi Absolut
Sulistiyono, Adi dan Isharyanto. Sistem Pengadilan Agama Dan
Peradilan di Indonesia dalam Kekhususan Beracaranya Pasca
Teori dan Praktek. Depok: Amandemen Undang-Undang
Prenadamedia Group, 2018. Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Supeno, Hadi. Kriminalisasi Anak Peradilan Agama, Jurnal Sasi,
(Tawaran Gagasan Radikal Vol.21 No.2 2015: 59-73
Peradilan Anak tanpa
Pemidanaan). Jakarta: Gramedia Wawancara
Pustaka Utama, 2010. Wawancara ketua Hakim di Pengadilan
Susylawati, Eka. Kewenangan Agama Medan Kelas 1 A,
Pengadilan Agama dalam tanggal 22 September 2021.
Mengadili Perkara Kewarisan
Islam Berdasarkan Undang-
Undang Peradilan Agama.
Surabaya: Duta Media
Publishing, 2018.
Syaifudin. Tan Malaka: Merajut
Masyarakat dan Pendidikan
Indonesia yang Sosialistis.
Jakarta: UNJ Press, 2020.

599
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam P-ISSN: 2339-2800
DOI: 10.30868/am.v9i02.2060 E-ISSN: 2581-2556

600

Anda mungkin juga menyukai