DOSEN PENGAMPU
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2022
Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara-negara antara negara dengan
negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu
sama lain.1 Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hukum internasional
digunakan sebagai kerangka umum untuk melayani suatu kumpulan masyarakat dalam suatu
negara, sehingga hukum internasional dapat menentukan siapa atau apa yang benar maupun
yang salah, serta mengatur bagaimana perilaku suatu negara-negara terhadap satu sama lain,
dan menjatuhkan sanksi bila suatu negara melakukan kesalahan.
Pada faktanya, hukum internasional lebih sering digunakan sebagai instrumen politik
oleh negara, kemudian hukum ini dapat menjadi instrumen untuk melakukan intervensi di
negara lain serta dapat digunakan untuk membenarkan tindakan suatu negara. Hal tersebut
telah dijelaskan oleh Hikmahanto Juwana yang membagi tiga keadaan hukum internasional
menjadi instrumen politik suatu negara.2
Sebelum adanya Deklarasi Djuanda, wilayah laut Indonesia masih berpedoman pada
Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Territoriale Zeeën en Maritieme Kringen
Ordonantie (TZMKO). Peraturan tersebut menetapkan wilayah laut Indonesia sejauh tiga mil
dari garis pantai yang mengelilingi pulau. Dengan adanya aturan tersebut, kapal-kapal asing
4
Standar internasional merupakan efumisme dari standar dari negara-negara barat atau maju.
5
Hikmahanto Juwana, Jurnal Hukum Internasional, hlm 19
6
https://business-law.binus.ac.id/2019/06/28/deklarasi-djuanda/
bebas berlayar di Laut Jawa, Laut Banda, dan Laut Makassar yang berada di dalam wilayah
Indonesia.7
Dalam hal ini, Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982 mengatur
pemanfaatan laut sesuai dengan status hukum dari zonasi yang telah ditentukan. Negara-
negara yang berbatasan dengan laut, termasuk Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas
wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial, sedangkan untuk zona
tambahan, zona ekonomi ekslusif dan landas kontinen, negara memiliki hak-hak ekslusif
yang mana negara dapat memanfaatkan sumber daya alam di zona tersebut.
Dalam Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982 ditetapkan bahwa dunia
Internasional mengakui keberadaan wilayah perairan Indonesia yang meliputi :
7
https://www.its.ac.id/news/2019/12/15/deklarasi-djuanda-dalam-sejarah-nusantara/
8
https://business-law.binus.ac.id/2019/06/28/deklarasi-djuanda/
9
Undang-Undang No.4 Prp Thn 1960 tentang perairan Indonesia
10
Undang-Undang No.17 Thn 1985 tentang Pengesahan UNCLOS
11
Undang-Undang No. 5 Thn 1983 tentang ZEE Indonesia.
a. Perairan Nusantara
Wilayah perairan yang terletak di sisi dalam garis pangkal laut, teluk, dan selat
yang menghubungkan antara pulau yang satu dengan pulau yang lain di Indonesia.
b. Laut Terirorial
wilayah laut dengan batasan 12 mil dari titik ujung terluar pulau-pulau di
Indonesia pada saat pasang surut ke arah laut.
c. Batas Landas Kontinen
Kelanjutan garis batas dari daratan suatu benua yang terendam sampai kedalaman
200m di bawah permukaan air laut, sehingga pemerintah Indonesia berhak
melakukan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam yang berada di wilayah
tersebut.
d. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
wilayah laut Indonesia selebar 200 mil yang diukur dari garis pangkal laut wilayah
Indonesia. Apabila ZEE suatu negara berhimpitan dengan ZEE negara lain maka
penetapannya didasarkan kesepakatan antara kedua negara tersebut. Sebab dalam
batas ZEE suatu negara berhak melakukan eksploitasi, eksplorasi, pengolahan, dan
pelestarian sumber kekayaan alam yang berada di dalamnya baik di dasar laut
maupun air laut di atasnya.12
Pada akhirnya sadar atau tidak Indonesia telah memanfaatkan Hukum internasional
sebagai instrumen politik untuk memperkenalkan kepada masyarakat internasional mengenai
konsep baru demi mempertahankan kepentingan nasionalnya, yaitu dengan memperkenalkan
Konsep Negara Kepulauan (Archipelagic State) gagasannya yang dikenal sebagai Deklarasi
Djuanda.
12
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/citahukum/article/view/8687/pdf , hlm 12