Anda di halaman 1dari 6

ESSAY

PEMANFAATAN HUKUM INTERNASIONAL OLEH NEGARA


INDONESIA DAN DIRELEVANSIKAN WILAYAH NEGARA

DEKLARASI DJUANDA SEBAGAI INSTRUMEN POLITIK DALAM


PEMANFAATAN HUKUM INTERNASIONAL DI INDONESIA

Intan Dwi Puspitasari


210710101140
intandwi2702@gmail.com
No. Telp/HP: 082245519294

DOSEN PENGAMPU

EDDY MULYONO, S.H. M.Hum.

HUKUM INTERNASIONAL (B)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2022
Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara-negara antara negara dengan
negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu
sama lain.1 Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hukum internasional
digunakan sebagai kerangka umum untuk melayani suatu kumpulan masyarakat dalam suatu
negara, sehingga hukum internasional dapat menentukan siapa atau apa yang benar maupun
yang salah, serta mengatur bagaimana perilaku suatu negara-negara terhadap satu sama lain,
dan menjatuhkan sanksi bila suatu negara melakukan kesalahan.

Pada faktanya, hukum internasional lebih sering digunakan sebagai instrumen politik
oleh negara, kemudian hukum ini dapat menjadi instrumen untuk melakukan intervensi di
negara lain serta dapat digunakan untuk membenarkan tindakan suatu negara. Hal tersebut
telah dijelaskan oleh Hikmahanto Juwana yang membagi tiga keadaan hukum internasional
menjadi instrumen politik suatu negara.2

Eksitensi hukum internasional berfungsi sebagai instrumen politik yang berdasarkan


pada realitas hubungan antar negara. 3 Hubungan antar negara sendiri tidak terlepas dari
kepentingan yang saling bertabrakan, seperti di era globalisasi saat ini banyak sekali
permasalahan yang dihadapi suatu negara yang bersingguan dengan kedaulatan negara lain,
seperti contohnya masalah perang melawan terorisme, masalah Hak Asasi Manusia (HAM).

Essay ini akan membahas bagaimana Indonesia telah memanfaatkan hukum


internasional untuk mencapai kepentingan nasionalnya? Bagaimana cara
mengimplementasikan dari contoh pemanfaatan hukum internasional di wilayah negara
Indonesia? Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut Penulis menuangkan ke dalam essay
dengan judul Deklarasi Djuanda Sebagai Instrumen Politik Dalam Pemanfaatan Hukum
Internasional di Indonesia.

Dalam konteks masyarakat internasional, seringkali Hukum Internasional


dimanfaatkan oleh suatu negara sebagai instrumen untuk tercapainya suatu kepentingan, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung melalui organisasi-organisasi internasional.
1
Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes , Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Penerbit Alumni, 2000,
hlm 4
2
http://repository.ut.ac.id/4068/1/HKUM4206-M1.pdf , hlm 11
3
http://repository.ut.ac.id/4068/1/HKUM4206-M1.pdf , hlm 11
Indonesia sendiri memiliki beberapa pengalaman mengenai pemanfaatan Hukum
Internasional sebagai instrumen politik, yaitu pengalaman Indonesia dalam memanfaatkan
Hukum Internasional.

Terdapat beberapa kasus dalam penggunaan hukum internasional terhadap Indonesia


oleh negara lain atau organisasi internasional, utamanya perjanjian internasional yang
digunakan oleh negara maju dengan tujuan untuk mengekang kebebasan dan kedaulatan
Indonesia. Hal ini sangat berdampak terhadap keterbatasan ruang gerak pemerintah Indonesia
untuk mengambil suatu kebijakan. 4

Seluruh perjanjian internasional diikuti oleh Indonesia bukan karena adanya


kesadaran yang tinggi atas isu-isu tertentu. Melainkan adanya desakan atau adanya tekanan
dari negara maju dan organisasi internasional, dikarenakan Indonesia sendiri masih memiliki
ketergantungan ekonomi terhadap negara-negara maju dan lembaga keuangan internasional.5

Pada akhirnya Indonesia memiliki beberapa kesempatan untuk memanfaatkan Hukum


Internasional sebagai instrumen politik. Indonesia telah memanfaatkan Hukum internasional
untuk memperkenalkan kepada masyarakat internasional mengenai konsep baru demi
mempertahankan kepentingan nasionalnya, yaitu dengan memperkenalkan Konsep Negara
Kepulauan (Archipelagic State).

Sebelum itu, Indonesia telah memperjuangkan Hukum laut untuk memperkokoh


Kedaulatan Bangsa Indonesia yang dituangkan melalui Deklarasi Djuanda pada 13 Desember
1957 yang dicetuskan oleh Perdana Menteri Indonesia yaitu Djuanda Kartawidjaja. Pada saat
itu beliau mengatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar,
diantara dan di dalam kepulauan Indonesia menjasi satu Kesatuan wilayah NKRI, selain itu
Deklarasi ini menyebutkan bahwa ”penentuan batas teritorial yang lebarnya 12 mil, diukur
dengan garis- garis yang menghubungkan titik-titik ujung terluar pada pulau- pulau Negara
Indonesia”.6

Sebelum adanya Deklarasi Djuanda, wilayah laut Indonesia masih berpedoman pada
Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Territoriale Zeeën en Maritieme Kringen
Ordonantie (TZMKO). Peraturan tersebut menetapkan wilayah laut Indonesia sejauh tiga mil
dari garis pantai yang mengelilingi pulau. Dengan adanya aturan tersebut, kapal-kapal asing

4
Standar internasional merupakan efumisme dari standar dari negara-negara barat atau maju.
5
Hikmahanto Juwana, Jurnal Hukum Internasional, hlm 19
6
https://business-law.binus.ac.id/2019/06/28/deklarasi-djuanda/
bebas berlayar di Laut Jawa, Laut Banda, dan  Laut Makassar yang berada di dalam wilayah
Indonesia.7

Deklarasi Djuanda sendiri membutuhkan perjuangan yang sangat panjang sebelum


diakui oleh dunia. Banyaknya pertentangan yang dilakukan oleh negara adidaya seperti
Amerika Serikat serta Australia, berkat perjuangan diplomasi yang dilakukan oleh Dr.
Hasyim Djalal dan Prof. Mochtar Kusumaatmadja, hingga akhirnya Deklarasi Djuanda telah
diakomodasi ke dalam Konvensi Hukum Laut PBB atau United Nation Convention on Lawof
the Sea (UNCLOS) pada tahun 1982.8

Dengan diresmikannya Deklarasi Djuanda dalam UU No.4/PRP/1960 tentang


Perairan Indonesia,  wilayah RI menjadi 2,5 kali lipat menjadi 5.193.250 km² dengan
pengecualian Irian Jaya yang saat itu belum diakui secara Internasional. Didasarkan
perhitungan 196 garis batas lurus atau straight baselines dari titik pulau terluar, terciptalah
garis batas maya yang mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut. 9

Dalam Konvensi Hukum Laut Internasional Tahun 1982, negara-negara kepulauan


memperoleh hak mengelola Zona Ekonomi Ekseklusif(ZEE) yang mana telah dituangkan
dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention
on the Law of the Sea.10 Penetapan ZEE mencapai jarak 200 mil laut, diukur dari garis dasar
wilayah Indonesia ke arah laut lepas. Ketetapan tersebut kemudian dikukuhkan melalui
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1983 tentang ZEE Indonesia.11

Dalam hal ini, Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982 mengatur
pemanfaatan laut sesuai dengan status hukum dari zonasi yang telah ditentukan. Negara-
negara yang berbatasan dengan laut, termasuk Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas
wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial, sedangkan untuk zona
tambahan, zona ekonomi ekslusif dan landas kontinen, negara memiliki hak-hak ekslusif
yang mana negara dapat memanfaatkan sumber daya alam di zona tersebut.

Dalam Konvensi Hukum Laut Internasional tahun 1982 ditetapkan bahwa dunia
Internasional mengakui keberadaan wilayah perairan Indonesia yang meliputi :
7
https://www.its.ac.id/news/2019/12/15/deklarasi-djuanda-dalam-sejarah-nusantara/
8
https://business-law.binus.ac.id/2019/06/28/deklarasi-djuanda/
9
Undang-Undang No.4 Prp Thn 1960 tentang perairan Indonesia
10
Undang-Undang No.17 Thn 1985 tentang Pengesahan UNCLOS
11
Undang-Undang No. 5 Thn 1983 tentang ZEE Indonesia.
a. Perairan Nusantara
Wilayah perairan yang terletak di sisi dalam garis pangkal laut, teluk, dan selat
yang menghubungkan antara pulau yang satu dengan pulau yang lain di Indonesia.
b. Laut Terirorial
wilayah laut dengan batasan 12 mil dari titik ujung terluar pulau-pulau di
Indonesia pada saat pasang surut ke arah laut.
c. Batas Landas Kontinen
Kelanjutan garis batas dari daratan suatu benua yang terendam sampai kedalaman
200m di bawah permukaan air laut, sehingga pemerintah Indonesia berhak
melakukan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam yang berada di wilayah
tersebut.
d. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
wilayah laut Indonesia selebar 200 mil yang diukur dari garis pangkal laut wilayah
Indonesia. Apabila ZEE suatu negara berhimpitan dengan ZEE negara lain maka
penetapannya didasarkan kesepakatan antara kedua negara tersebut. Sebab dalam
batas ZEE suatu negara berhak melakukan eksploitasi, eksplorasi, pengolahan, dan
pelestarian sumber kekayaan alam yang berada di dalamnya baik di dasar laut
maupun air laut di atasnya.12

Pada akhirnya sadar atau tidak Indonesia telah memanfaatkan Hukum internasional
sebagai instrumen politik untuk memperkenalkan kepada masyarakat internasional mengenai
konsep baru demi mempertahankan kepentingan nasionalnya, yaitu dengan memperkenalkan
Konsep Negara Kepulauan (Archipelagic State) gagasannya yang dikenal sebagai Deklarasi
Djuanda.

Namun, dalam pengimplementasiannya di tingkat perlindungan perbatasan perairan


masih belum maksimal, karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti luasnya
wilayah perairan Indonesia dan ketimpangan infrastruktur perbatasan perairan.

12
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/citahukum/article/view/8687/pdf , hlm 12

Anda mungkin juga menyukai