Anda di halaman 1dari 21

Makalah Ujian Tengah semester mata kuliah Hukum perorangan dan perkawinan

konsep Hukum kekeluargaan dan yang berlaku di Indonesia dan hubungan


hukum keluarga dengan pengangkatan yang terdapat didalam Undang – Undang

Dibuat oleh

Nama : Ardiya Jonathan


Nim : 1910611295
Kelas : B
Dosen Pengampu : Dwi Ariyanti Rahmadani SH, MH
Bab I
Latar belakang

Pada Hukum Indonesia tidaklah luput dari yang namanya hukum kekeluargaan. Hal ini
mengingat semakin maraknya kasus yang ada di Negara Indonesia ini terutama pada
masa sekarang ini tentang problematika rumah tangga, baik itu tentang kekerasan
suami terhadap istri atau kekejaman orang tua terhadap anak kandungnya sendiri.
Karena pada dasarnya mereka kurang begitu memahami asas-asas dari hukum
keluarga itu sendiri.

Istilah hukum keluarga berasal dari kata Familierecht yang diterjemahkan dari bahasa
belanda, atau dari bahasa inggris law of familie. Ali Afandi mengatakan bahwa hukum
keluarga diartikan sebagai “keseluruhan ketentuan yang mengatur hubungan hukum
yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan karena
perkawinan”

Selain itu juga apabila dilihat berdasarkan pengertian secara garis besar Hukum
kekeluargaan pada khusunya masyarakat Indonesia dijadikan sebagai hukum yang
wajib dan mutlak sifatnya untuk ada didalam sebuah keluarga..

Hal yang menyebabkan ada yang dinamakan dengan hukum keluarga atau kekeluarga
hal itu antara lain adanya yang dinamakan keturunan yang dimana keturnan merupakan
hasil dari sebuah hubungan1. Hubungan dalam hal ini adalah hubungan keluarga yang
terdiri dari hubungan antara seseorang dan orang tuanya setelah itu ada lagi yang
dinamakan hubungan antara seseorang dengan keluarga selain itu ada juga hubungan
antara seseorang dengan seseorang lainya dan sebgainya. Darihubungan antara
keturunan tersebut lah maka di perlukanya sebuah aturan yang harus dipatuhi dan
ditaati saat berkeluarga yang juga harus tertera di Undang – Undang yang berlaku di
Indonesia maka aturan tersebutlah yang dikatakan Hukum kekeluargaan.

1
https://alfonsiusjojo-siringoringo.blogspot.com/2012/04/hukum-kekeluargaan.html
Setelah kita mengetahui pembahasan sekilas mengenai hukum kekeluargaan maka
didalam makalah/paper maka saya sebagai penulis makalah ini akan membahas lebih
spesifik mengenai hukum kekeluargaan Khususnya yang berlaku di Indonesia.

Rumusan masalah

1. Apakah pengertian dari hukum kekeluargaan itu ?


2. Apa sajakah yang dapat dijadikan sumber dari hukum kekeluargaan ?
3. Bagaimana hubungan nya dengan penangkatan anak yang terdapat didalam
Undang – Undang ?
4. Apakah saja asas – asas yang terdapat didalam hukum keluarga dan apakah
ada hubungan hukum keluarga dengan asas kekeluargaan ?
5. Mencakup Apa Sajakah Ruang Lingkup dari Hukum Keluarga ?
6. Apa sajakah hak dan kewajibann yang terdapat didalam hukum kekeluargaan ?
Bab II
Pembahasan

A. Pengertian Hukum Keluarga

Istilah hukum keluarga berasal dari terjemahan kata familierecht (belanda) atau
law of familie.2 Selain itu ada pula itilah hukum keluarga dalam arti sempit yakni
orang seisi rumah, anak istri, sedangkan dalam arti luas keluarga berarti sanak
saudara atau anggota kerabat dekat.3 Seorang ahli yang bernama Ali affandi
mengatakan bahwa hukum keluarga diartikan sebagai “Keseluruhan ketentuan
yang mengatur hubungan hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan
sedarah dan kekeluargaan karena perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang
tua, perwalian, pengampuan. keadaan tak hadir). 4

Selain itu didalam hukum keluarga juga terdapat dua pokok kajian yang
disampaikan oleh Afif Rahman yakni :

1. keluarga sedarah
2. Perkawinan

Setelah itu didalam hukum keluarga juga terdapat istilah yang dinamakan “
Pertalian ” yang dimana pertalian di dalam hukum keluarga karena adanya
turunan atau yang biasa dikenal dengan “ keluarga sedarah ” . keluarga sedarah
didalam hukum keluarga artinya keluarga yang merupakan sanak saudara yang
satu nenek moyang. Keluarga sedarah apabila didalam hukum kekeluargaan
merupakan keluarga sedarah yang ditarik berdasarkan garis bapak saja
disebut matrinial dan apabila yang ditarik menurut garis ibu dan bapak yang
disebut parental atau bilateral.

2
Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika,2008)

3
Hilman Hadi Kusuma, Bahasa Hukum Indonesia, Cet. III, (PT Alumni, Bandung, 2005)
4
Salim, Op. Cit,
Selain itu ada juga yang dinamakan pertalian ga semenda, artinya sanak
saudara yang terjadi karena adanya ikatan perkawinan, yang terdiri dari sanak
saudara suami dan sanak saudara istri. Sedangkan pertalian keluarga karena
adat disebut keluarga adat, artinya yang terjadi karena adanya ikatan adat,
misalnya saudara angkat.5

B. Sumber Hukum keluarga

Sumber Hukum didalam hukum keluarga dibedakan lagi menjadi dua jenis yakni
sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidak tertulis, Sumber hukum keluarga
tertulis adalah sumber hukum yang berasal dari berbagai peraturan perundang-
undangan, yurisprudensi, dan traktat. Sedangkan sumber hukum tak tertulis
adalah sumber hukum yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat.

Sumber hukum keluarga yang secara tertulis terdapat didalam :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)


2. Peraturan Perkawinan Campuran (Regelijk op de
Gemengdehuwelijk),Stb.1898 Nomor 158
3. Ordonasi perkawinan Indonesia, Kristen, Jawa, Minahasa, dan Ambon,
Stb.1933 Nomor 74
5
Hilman Hadi Kusuma, Op Cit
4. UU Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk
(beragama Islam)
5. UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
6. PP Nomor 9 tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan
7. PP Nomor 10 Tahun 1983 jo.PP Nomor 45 Tahun 1990 tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
Selain itu yang 7 ini yang menjadi sumber hukum keluarga tertulis adalah Inpres
Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Kompilasi
Hukum Islam ini hanya berlaku bagi orang-orang yang beragama Islam saja.6

C. Hubungan dengan pengangkatan anak yang terdapat didalam Undang –


Undang

Apabila di didalam sebuah keluarga ada salah satu anggota keluarga yang
melakukan proses pengangkatan anak perlu diketahui bahwa pada dasarnya hal
tersebut memiliki dasar didalam undang – undang yang berlaku terkhusus di
undang – undang yang berlaku di Indonesia. Pengangkatan anak didalam
undang – undang terdapat didlalam pasal Pasal 39 UU No.29 Tahun 2002
Tentang Perlindungan anak dijelaskan bahwapengangkatan anak hanya dapat
dilakukan untuk kepentingan terbaik sang anakserta dilakukan berdasar pada
adat kebiasaan setempat serta undang – undang.Selain itu untuk dapat
melaksanakan pengangkatan anak pada ketentuan tersebut,proses
pengangkatan anak harus sesuai dengan Pasal 12 PP No 54 Tahun
2007Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak. Pengangkatan anak tersebut
jugadilakukan melalui pengadilan. 7
Proses pengangkatan anak yang diatur dalam beberapa peraturan danmelalui
pengadilan ditujukan untuk memberikan kepastian hukum bagi anaktersebut.

6
Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika,2008)
7
Artikel PERLINDUNGAN HUKUM PENGANGKATAN ANAK BERDASARKANUNDANG – UNDANG, Fakultas Hukum
Universitas Pembangunan Veteran Jakarta, 2021
Salah satunya adalah status anak tersebut pada keluarga baru
yangmengangkatnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa peraturan
–peraturan dalam pengangkatan anak digunakan untuk menjamin
perlindunganhukum bagi anak tersebut. Selain itu, untuk memastikan bahwa
pihak yang inginmelakukan pengangkatan anak sesuai dengan ketentuan yang
ada sehingga dapatbertanggungjawab terhadap untuk kebrlangsungan
kehidupan sang anak.

Selain itu pengangakatan anak juga harus dilakukan apabila dua orang suami
istri harus sudah sah dalam arti perkawinan tersebut sudah tercantum didalam
catatan sipil hal ini dikarenakan pada saat ingin melakukan pengangkatan
sepasang suami istri harus berdiskusi untuk mengambil keputusan maka dari
untuk melakukan penganggkatan anak teutama yang terdapat didalam undang
- .undang harus dilakukan oleh sepasang suami istri yang sah di hadpan negara,
karena pada zaman sekarang banyak pernikahan yang statusnya belum sah
dihadapan negara.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan


telahmenjelaskan bahwa pencatatan sipil adalah pencatatan terhadap
peristiwapenting yang dialami oleh seorang register pencatatan sipil
pada instansipelaksana. Adapun peristiwa penting yang dimaksud dalam
Pasal 1 Angka 17adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi
kelahiran, kematian, lahirmati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,
pengesahan anak, pengangkatananak, perubahan nama dan perubahan status
kewarganegaraan. Sehingga dapatditarik kesimpulan bahwa pencatatan
sipil memiliki tujuan untuk memastikanstatus perdata seseorang agar
lebih jelas dimata hukum. Mengenai kepastianhukum ini sebenarnya
dapat dijelaskan lebih rinci menurut peristiwa dimaksud.Misalnya
kepastian hukum mengenai perceraian menentukan status keperdataanuntuk
tidak terikat dengan suami/istrinya sehingga bebas untuk
mencaripasangan lain. Jika ditinjau melalui sudut pandang hukum
perdata, makapencatatan sipil ini jika dikaitkan dengan akta yang
diterbitkan dari hasilpencatatan sipil mempunyai fungsi yang sangat
luas. Akta pencatatan sipilmerupakan akta autentik karena dikeluarkan
dan ditandatangani oleh pejabatberwenangdan berfungsi untuk
menjelaskan telah terjadinya suatu peristiwahukum secara benar.
Misalnya, akta perceraian dapat membuktikan telahterjadinya peristiwa
perceraian pada hari, tanggal, bulan dan tahun yangdisebutkan dalam
akta tersebut. Peristiwa ini harus dianggap benar secarahukum
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yaitu kantor/dinas pencatatansipil
yang ditunjuk oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku . 8 Maka dari itu
penting bahwa sebelum melakukan proses pengangkatan sepasang suami istri
sudah harus dinyatakan sah terlebih terlebih dahulu dihadapan catatan sipil. Hal
ini ditujukan agar pada saat emalakukan proses pengangakat anak nantinya
dapat dinyatakan sah oleh negara bahwa yang melakuakan pengngkatan anak
tersebut merupakan pasangan suami istri yang sah karena pernikahan
pernikahan yang sudah terdaftar di negara sangat berpegaruh saat melakukan
proses untuk menngangkat anak.

D. Asas – asas hukum keluarga serta hubungan dengan asas kekeluargaan

Didalam sebuah hukum tak terkecuali hukum keluarga atau hukum


kekeluaragaan pasti terdapat beberapa asas – asas yang dimana asas tersebut
dibuat dengan tujuan agar asas – asas ini dapat dijadikan pedoman yang
8
Artikel AKIBAT PERKAWINAN DAN PERCERAIAN YANG TIDAK DIDAFTARKAN PADA DISDUKCAPIL, Fakultas Hukum
Univertas Veteran Jakarta, 2021
diberlakukan didalam hukum kekeluargan. Berdasarkan pasal KUH Perdata dan
UU Nomor 1 tahun 1974 dirumuskan beberapa asas yang cukup prinsip dalam
Hukum Keluarga, yaitu:

1. Asas monogami
Asas monogami merupakan asas yang mengandung makna bahwa seorang
pria hanya boleh mempunyai seorang istri, dan seorang istri hanya boleh
mempunyai seorang suami.9

2. Asas konsensual
Asas konsensual merupakan asas yang yang mengandung makna bahwa
perkawinan dapat dikatakan sah apabila terdapat persetujuan atau
consensus antara calon suami-istri yang akan melangsungkan perkawinan.10

3. Asas persatuan bulat


Asas persatuan bulat merupakan asas asas dimana antara suami-istri terjadi
persatuan harta benda yang dimilikinya.11

4. Asas proporsional
Asas proporsional asas dimana imana hak dan kedudukan istri adalah
seimbang dengan hak dan kewajiban suami dalam kehidupan rumah tangga
dan di dalam pergaulan masyarakat.12

5. Asas tak dapat dibagi-bagi

yaitu suatu asas yang menegaskan bahwa dalam tiap perwalian hanya
terdapat seorang wali. Pengecualian dari asas ini adalah

9
Pasal 27 BW dan pasal 3 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
10
Pasal 28 KUHPerdata dan pasal 6 UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan
11
Pasal 119 KUHPerdata
12
Pasal 31 UUNo.1 Tahun 1974 tentang perkawinan
1. Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup lebih
lama maka kalau ia kawin lagi, suaminya menjadi wali serta/wali peserta.13
2. Jika sampai ditunjuk pelaksana pengurusan yang mengurus barang-
barang dari anak di bawah umur di luar Indonesia.14

6. Asas monogami terbuka/poligami terbatas,


asas yang mengandung makna bahwa seorang suami dapat beristri lebih dari
seorang dengan izin dari pengadilan setelah mendapat izin dari istrinya
dengan dipenuhhinya syarat-syarat yang ketat.15

7. Asas perkawinan agama


asas yang mengandung makna suatu perkawinan hanya sah apabila
dilaksanakan sesuai dengan hukum agama dan kepercayaannya masing-
masing.16

8. Asas perkawinan sipil


Asas perkawinan sipil asas yang mengandung makna bahwa perkawinan
adalah sah apabila dilaksanakan dan dicatat oleh pegawai pencatat sipil
(kantor catatan sipil), perkawinan secara agama belum berakibat sahnya
suatu perkawinan.17

Selain itu perlu diketahui bahwa asas – asas yang terdapat didalam hukum
kekeluargaan memiliki hubungan yang sangat erat dengan asas
kekeluargaan karena apa seperti apa yang telah kita ketahui bahwa asas
kekeluargaan merupakan asas yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan
dengan menggangap anggota dari kelompoknya ialah keluarganya sendiri,
sehingga tujuan kelompok tersebut mudah tercapai hal ini sama saja seperti
13
Pasal 351 KUHPerdata
14
Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika,2008)
15
Zulfa Djoko Basuki,Kompilasi Bidang Hukum Kekeluargaan
16
Pasal 31 UUNo.1 Tahun 1974 tentang perkawinan
17
Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW)
apa yang terdapat didalam hukum keluarga akan tetapi apabila didalam
hukum keluarga seseuatu yang mengenai kekeluragaan akan dibahas secara
lebih detaild dan spesifik hal ini yang menjadikan sebuah perbedaan dengan
apa yang terdapat didalam asas kekeluaragan karena apabila didalam asas
kekeluragaan hanya dapat dijadikan suatu paham agar sebuah hubungan
yang di bentuk dalam sebuah kelompok yang seperti keluarga, mempunyai
ketergantungan satu sama lain dan bertujuan untuk menanamkan kebaikan
yang akan menjadi sarana pemersatu anggota kelompok tersebut.18

E. Ruang lingkup hukum keluarga

Setelah dibahas mengenai pengertian hukum keluarga maka dapat kita ketahui
bahwa apa-apa sajakah yang dapat dikatakan sebagai ruang lingkup dalam
hukum keluarga. Yang dimana ruang lingkup hukum keluarga sendiri merupakan
perkawinan, perceraian, harta benda dalam perkawinan, kekuasaan orang tua,
pengampuan, dan perwalian. Akan tetapi yang lebih difokuskan didalam bagian
hukum keluarga adalah perkawinan, perceraian, dan harta benda dalam
perkawinan. Hal ini dikarenakan ketiga pokok ini merupakan permasalahan yang
sering terjadi atau terlihat didalam suatu keluarga.

F. Hak dan kewajiban yang terdapat di dalam Hukum keluarga

Didalam suatu hubungan hukum khususnya perkawinan, pasti akan


menimbulkan apa yang dinamakan dengan “hak dan kewajiban” yang biasnya
terjadi antara suami dan istri. Yang dimaksud “hak” ialah sesuatu yang
merupakan milik atau dapat dimiliki oleh suami atau istri yang timbul karena

18
https://www.idpengertian.net/pengertian-asas-kekeluargaan-dan-musyawarah
perkawinannya. Sedangkan “kewajiban” ialah sesuatu yang harus dilakukan atau
diadakan oleh suami atau istri untuk memenuhi hak dan dari pihak yang lain.19

Hak dan kewajiban yang terdapat didalam hukum keluarga dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yakni diantaranya :

a. Hak dan kewajiban antara suami istri


b. Hak dan kewajiban antara orang tua dengan anaknya
c. Hak dan kewajiban antara anak dengan orang tuanya manakala oarng tuanya
telah mengalami proses penuaan.20

Hak dan kewajiban antara suami istri adalah hak dan kewajiban yang timbul
karena adanya perkawinan antara mereka. Hak dan kewajiban suami istri diatur
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

1. Hak dan kewajiban antara suami istri adalah sebagai berikut:

a. Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah


tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.21
b. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup dalam
masyarakat.22
c. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum

( Pasal 31 ayat 2)

d. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.( Pasal 31
ayat 3)
e. Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap,yang
ditentukan bersama.( Pasal 31 ayat 4 dan Pasal 32 ayat 1)
19
Riduan Syahrani,seluk beluk asas-asas hukum perdata
20
Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika,2008)
21
pasal 30 UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
22
Pasal 31 ayat 1 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Lembaran, Negara RI Tahun 1974 No. 1
f. Suami istri wajib saling mencintai , hormat-menghormati, setia dan
member bantuan lahir batin yang satu dengan yang lain.( Pasal 33)
g. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(Pasal 34 ayat 1)
h. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.( Pasal 31
ayat 2)
i. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan ( Pasal 31 ayat 3)
j. Hak dan kewajiban suami istri yang diatur dalam dalam UU
perkawinan pada dasarnya mengandung persamaan dengan hak dan
kewajiban yang diatur dalam Hukum Islam.

Selain hal tersebut Adapun kewajiban khusus suami kepada istri yang
di Instruksi oleh Presiden RI No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam yang diantarnya :

a. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan


tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting
diputuskan oleh suami istri bersama.
b. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga dengan kemampuannya
c. Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan memberi
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi
agama, nusa dan bangsa
d. Sesuai dengan penghasilan suami menanggung:
1. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi si istri
2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi
istri dan anak
3. Biaya pendidikan bagi si anak
e. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf
a dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari
istrinya
f. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya
sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di atas
g. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud pada ayat (5) gugur apabila
istri nusyuz.23

Selain itu , suami juga mempunyai kewajiban untuk menyediakan tempat


kediaman untuk istri dan anak-anaknya. Di dalam Kompilasi Hukum Islam dan
ditegaskan bahwa:
1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-
anaknya atau bekas istri yang masih iddah
2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama
dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat
3. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-anaknya
dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tentram.

Tempat tinggal juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta kekayaan,


sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga

4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya


serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa
alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainnya

Selain hal tersebut apabila suami yang beristri lebih dari 1 orang, juga di atur
dalam Kompilasi Hukum Islam diantaranya
1. Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban memberikan
tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing istri secara berimbang
menurut besar kecilnya jumlah keluarga yang ditanggung masing-masing istri,
kecuali jika ada perjanjian perkawinan

23
Zulfa Djoko Basuki, Kompilasi bidang hukum kekeluargaan
2. Dalam hal para istri ikhlas, suami dapat menempatkan istrinya dalam satu
tempat kediaman.

Di dalam Kompilasi Hukum Islam juga dijelaskan beberapa kewajiban bagi istri
yang dianggap nusyuz daintranya :24
a. Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan
alasan yang sah
b. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada
pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan
anaknya
c. Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri
tidak nusyuz
d. Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti
yang sah

selain itu apabila dilihat didalam buku yang dituliskan oleh Lili Rasjidi juga
membagi hak dan kewajiban suami istri dalam dua kategori,ada kewajiban umum
antara suami istri dan ada pula kewajiban khusus baik suami maupun istri.
Menurutnya, kewajiban umum di antara keduanya adalah:
a. Kedua pihak hendaknya saling hormat-menghormati, sopan santun dan penuh
pengertian
b. Memelihara kepercayaan dan tidak membuka rahasia masing-masing
walaupun pada saat ada kericuhan
c. Masing-masing harus sabar atas kekurangan dan kelemahan yang ada pada
tiap-tiap manusia, sehingga tidak cepat-cepat marah, akan tetapi menunggu
dengan tenang untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan hingga dapat diakhiri
dengan kebijaksanaan dan pertimbangan
d. Jangan cemburu tanpa alasan, juga tidak mendengar hasutan orang, segala
sesuatu periksa terlebih dahulu

24
Artikel Hukum perihal istri yang durhaka kepada suami
e. Menjauhi bibit-bibit percekcokan sehingga tidak terjadi perselisihan-
perselisihan yang tidak diinginkan, dan jika terjadi juga perselisihan, hadapilah
dengan keadaan tenang
f. Rela berkorban untuk kepentingan suami istri dan saling menghormati keluarga
masing-masing
g. Akhirnya kedua belah pihak harus berusaha menjadikan rumah tangganya
sebagai muara yang aman dan pelabuhan yang damai, tempat peristirahatan
yang teduh untuk seluruh anggota keluarga, baik pada waktu suka maupun
dalam keadaan duka, bersendikan tawakal dan iman kepada Allah swt dan
syukur atas nikmatnya.25

Selain itu perlu diketahui juga bahwasanya terdapat kategori Kewajiban khusus
bagi istri kepada suaminya diantaranya :

a. Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan keluarga


b. Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas tidak menyimpang dri
ajaran agama
c. Meyenangkan dan berbakti kepada suami dengan tulus ikhlas, sedapat-
dapatnya selalu bermuka jernih dan manis
d. Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta
mencukupkan nafkah yang diberikan suami dengan kekuatan dan
kemampunnya, hormat, cermat, dan bijaksana
e. Tidak mempersulit dan memberatkan suami akan tetapi bersifat ridha dan
syukur. Istri utama ialah yang dapat mengetahui kemauan suami sebelum
dikatakan suami, jika terlihat tanda-tanda suami dalam kesusahan
f. Memelihara diri serta menjaga kehormatan dan harta benda suami, baik
dihadapan atau dibelakangnya
g. Memupuk rasa kasih saying dan tidak bertingkah laku yang dapat mendorong
suami dapat berbuat salah

25
Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia,(Bandung:Alumni,1982)
h. Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah dan nikmatnya yang
tak ternilai
i. Mengatur dan mengurus rumah tangga dan menjadikannya rumah tangga
islam yang bahagia dunia dan akhirat.26
J. Istri adalah ibu rumah tangga (Pasal 79 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam).

Setelah itu ada juga yang dinamakan Adapun kewajiban khusus suami kepada
istri menurut Lili Rasjidi, diantaranya :
a. Jadilah seorang suami yang baik membimbing dan memimpin keluarga lahir
batin
b. Memberi nafkah keluarga menurut kemampuan
c. Hormat dan sopan santun, apa lagi istri dalam keadaan kesulitan
d. Membantu istridalam tugas sehari-hari terutama dalam hal memelihara dan
mendidik anak-anak
e. Sabar akan kekurangan-kekurangan istri dan berrusaha menambah dan
memperbaiki serta mempertinggikan kecerdasan
f. Memberi kebebasan untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan ajaran agama,
tidak mempersulit dan menyiksa pikiran, apa lagi mendorongnya untuk berbuat
salah
g. Penuh pengertian, disiplin dan berwibawa berdasarkan kasih saying dan cinta
kasih
h. Berusaha dan membantu istri untuk menciptakan suasana yang damai dan
kerukunan keluarga, demi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat
i.Hormat terhadap dan sopan keluarga istri
j. Dapat mengatasi keadaan dan mencari penyelesaian yang bijaksana jika
terjadi perselisihan
k. Sabar, jujur dan memelihara kepercayaan serta dapat menyenangkan istri
dengan cara yang halal

26
Ibid
l. Jadilah suami yang baik dan simpatik pasti engkau akan mendapat istri yang
baik dan menarik.27

Dan yang terakhir ada yang dinamakan Hak dan kewajiban antara orang tua
dengan anak yang diatur pada Pasal 45 sampai dengan Pasal 49 UU No. 1
Tahun 1974.
Hak dan kewajiban orang tua dan anak, sebagai berikut:

1. Orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya.


Kewajiban oarng tua berlaku sampai anat itu kawin atau dapat berdiri sendiri
2. Anak wajib menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka yang baik
3. Anak wajib memelihara dan membantu orang tuanya, manakala sudah tua
4. Anak yang belum dewasa, belum pernah melangsungkan perkawinan, ada di
bawah kekuasaan orang tua( Pasal 47 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974)
Orang tua mewakili anak dibawah umur dan belum dan belum pernah kawin
mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan
5. Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan
barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum 18 tahun atau belum
pernah melangsungkan perkawinan, kecuali kepentingan si anak
menghendakinya.
Hak dan kewajiban yang ke tiga dalam keluarga,yakni Alimentasi. Antara orang
tua dengan anak terdapat kewajiban,alimentasi yaitu kewajiban timbal balik
antara orang tua dengan anak seperti yang ditentukan dalam pasal 45 dan 46
UU No. 1 Tahun 1974 dan Pasal KUH Per. Orang tua dibebani kewajiban untuk
memelihara dan mendidik anak-anaknya yang belum dewasa sesuai dengan
kemampuan masing-masing, demikian sebaliknya anak yang telah dewasa wajib
memelihara menurut kemampuannya, orang tua dan keluarga dalam garis lurus
ke atas bila mereka memerlukan bantuannya.28

27
Ibid,
28
Komariah,Hukum Perdata,(UMM: Universitas Muhammadiyah Malang Press,Malang 2008),
Bab III

Kesimpulan

Setelah dibuatnya makalah ini maka kita dapat mengatahui bahwasanya hukum keluarga yang
diambil dari terjemahan kata familierecht (belanda) atau law of familie (inggris) merupakan
suatu aturan yang mengatur mengenai keluarga,yang mana di dalam keluarga tersebut banyak
mengatur masalah perkawinan, hubungan dan hak serta kewajiban suami istri dalam sebuah
rumah tangga, keturunan, perwalian, pengampuan.

Selain itu juga perlu diketahui juga bahwasanya ternyata hukum kekeluargaan atau hukum
keluarga memiliki hubungan dengan asas kekeluargaan hal ini dikarenakan didalam hukum
keluarga dan didalam asas kekeluargaan membahas suatu topik yang sama akan tetapi apabila
didalam asas kekeluargaan hal mengenai keluarga hanya dibahasa secara sekilas saja hal
inilah yang menjadikan perbedaan antara hukum keuarga dan asas kekeluaragaan, dan
diantara keduanya memiliki hubungan dan sama – sama dapat dijadikan seabagai sebuah
pedoman didalam berkeluarga.

Selain itu wajib hal nya untuk diketahui bahwsannya hukum juga memiliki beberapa sumber
yang dimana sumber hukum tersebut dibagi menjadi 2 macam yakni ada yang merupakan
sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidak tertulis, dan hukum keluarga juga memiliki
ruang lingkup yang dimana ruang lingkup tersebut meliputi perkawinan, perceraian, harta benda
dalam perkawinan, kekuasaan orang tua, pengampuan, dan perwalian. Namun di dalam bagian
hukum keluarga hanya difokuskan pada kajian perkawinan, perceraian, dan harta benda dalam
perkawinan.
Daftar pustaka

https://alfonsiusjojo-siringoringo.blogspot.com/2012/04/hukum-kekeluargaan.html, Salim,
Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika,2008), Hilman Hadi Kusuma,
Bahasa Hukum Indonesia, Cet. III, (PT Alumni, Bandung, 2005, Salim, Pengantar Hukum
Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika,2008, Artikel PERLINDUNGAN HUKUM
PENGANGKATAN ANAK BERDASARKANUNDANG – UNDANG, Fakultas Hukum Universitas
Pembangunan Veteran Jakarta, 2021, Artikel AKIBAT PERKAWINAN DAN PERCERAIAN
YANG TIDAK DIDAFTARKAN PADA DISDUKCAPIL, Fakultas Hukum Univertas Veteran
Jakarta, 2021, KUHPerdata, Zulfa Djoko Basuki,Kompilasi Bidang Hukum Kekeluargaan, Pasal
31 UUNo.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 30 UU No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, Artikel Hukum perihal istri yang durhaka kepada suami,
https://www.idpengertian.net/pengertian-asas-kekeluargaan-dan-musyawarah, Riduan
Syahrani,seluk beluk asas-asas hukum perdata, Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian
di Malaysia dan Indonesia,(Bandung:Alumni,1982), Komariah,Hukum Perdata,(UMM:
Universitas Muhammadiyah Malang Press,Malang 2008).

Anda mungkin juga menyukai